15
sebesar 80 x 20 cm yaitu 80 cm untuk jarak lubang tanam antar baris tanam dan 20 cm untuk jarak lubang tanam dalam satu baris tanam sesuai literatur yang penulis dapatkan. Pengukuran
dilakukan pada tiap baris tanam dengan 10 titik sampling. Pengukuran akan dilakukan pada lahan seluas 160 m
2
. Titik pengukuran terdapat pada layout lahan ditandai dengan warna biru.
2. Pengukuran diameter dan kedalaman lubang tanam
Pengukuran diameter dan kedalaman lubang tanam dilakukan untuk melihat hasil lubang tanam yang telah dibuat dengan mata tugal yaitu melalui pengukuran besar diameter
dan kedalaman lubang dengan hasil yang diharapkan yakni 5 cm untuk diameter begitu juga untuk kedalaman lubang. Pengukuran dilakukan pada tiap baris tanam dengan 10 titik
sampling. Titik pengukuran terdapat pada layout lahan ditandai dengan warna merah.
3. Pengujian keluaran benih
Pengujian keluaran benih bertujuan untuk mengetahui peluang benih yang keluar dari saluran utama ke arah tabung penyalur benih. Pengukuran dilakukan sebanyak 30 kali
pengulangan dengan menghitung benih yang keluar dari tabung penyalur benih sampai benih di kotak pengumpan habis. Benih yang disediakan pada kotak pengumpan sesuai dengan jumlah
lubang yang ditentukan yaitu 1111 lubang sehingga benih yang digunakan pun berjumlah 1111 benih untuk 1 benih per lubang. Pengukuran tidak langsung dilakukan pada lahan tanam agar
lebih mempermudah pengukuran.
4. Pengujian penjatahan benih per lubang tanam
Pengujian dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah benih yang masuk kedalam lubang tanam yang baik sesuai dengan literatur. Pengujian dilakukan dengan mengambil
sampling dalam satu petakan lahan 100 cm x 80 cm maka dihitung jumlah benih yang tertanam dalam lubang tanam. Pengujian dilakukan pada 5 titik sampling secara acak. Untuk
titik sampling terdapat pada layout lahan tanam ditandai dengan warna kuning.
5. Pengukuran prosentase kerusakan benih
Prosentase kerusakan benih perlu dihitung untuk mengetahui berapa banyak benih yang akan berkecambah. Pada penananaman dengan menggunakan ”CO Sedeers” ini, kerusakan
yang dimaksud adalah benih yang jatuh dalam lubang dengan kondisi yang tidak mulus lecet, pecah, retak, dan lain-lain sebagai akibat dari mekanisme penjatahan dan penjatuhan dari alat
tersebut.Prosentase kerusakan benih didapatkan dari perbandingan berat benih yang rusak saat benih dikeluarkan dari tabung penyalur benih dengan total berat benih. Total berat benih yaitu
berat keseluruhan benih yang akan ditanam sejumlah 1111 benih. Prosentase kerusakan benih Pkb dapat dihitung dengan persamaan:
Pkb =
x 100 Dimana:
Pkb = prosentase kerusakan benih
Bbr = berat benih rusak gram
Btb = total berat benih gram
16
6. Perhitungan kapasitas penanaman
Pengujian kapasitas lapang ditentukan dengan mengukur waktu kerja dan waktu belok, kecepatan maju rata-rata alat dan lebar kerja penanaman dari alat tersebut. Kapasitas lapang
alat ada dua, yaitu kapasitas lapang teoritis KLT dan kapasitas lapang efektif KLE.Kapasitas lapang teoritis didapatkan dari mengukur kecepatan putar roda tanam pada
lahan serta lebar penanaman. Sedangkan kapasitas lapang efektif didapatkan dari mengukur luas lahan yang ditanam dibandingkan dengan total waktu kerja yang digunakan untuk
menanam. Dari perbandingan nilai KLE dan KLT maka akan didapatkan nilai efisiensi lapang penanaman.
Kapasitas lapang teoritis dihitung berdasarkan rumus: KLT
= 0.36 x v x lp Dimana:
KLT = kapasitas lapang teoritis hajam
v = kecepatan putar roda mdetik
lp = lebar pengolahan m
Kapasitas lapang efektif dihitung berdasarkan rumus: KLE
= Dimana:
KLE = kapasitas lapang efektif hajam
L = luas olah keseluruhan ha
WK = waktu kerja keseluruhan jam
Dari kedua persamaan kapasitas lapang tersebut, dapat diketahui besarnya efisiensi lapang Eff dalam berdasarkan rumus:
Efisiensi lapang =
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN