Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI TINGKAT KEPENTINGAN DARI TIPE-TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN
TAHURA BUKIT BARISAN
(STUDI KASUS DESA DOULU KECAMATAN BRASTAGI DAN DESA JARANGUDA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO)
Skripsi
Oleh :
MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR 091201023/MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
(2)
ABSTRACT
MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. The Public Perception of the Importance of the Types of Land Use in the Area of Tahura Bukit Barisan.
(Case study : Doulu village district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency)
Under the guidance of : Oding Affandi and Liliek P. Asmono
This research aims to find out how the public perception of the importance of forests and land use as well as the kinds of natural resources there are both animals and plants in the area of the Tahura, precisely Doulu village sub-district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency. This research was started since April until June 2013. A method of Multidisciplinary Landscape Assessment (MLA), which is a combination between Focus Group Discussion (FGD) and Pebble Distribution Methode (PDM) into methods used in this research. To raise the public perception is used quisioner (list of questions) as a basis of dialogue in order to stay focused with an object. The number of samples needed to obtain an accurate perception there are 60 households, with details of 30 households each village. Because of the 30 households considered enough to represent the response of the general public to unveil a variation of every layer of society.
From the results of research can be clearly known when the village as a whole both in the village of Doulu and Jaranguda village is a type of land which is considered the most important according to male and female, With an average (33.18% ) according to men and ( 35.22 % ) according to women, Because in village all economic center, culture, education and social societies can be obtained. Then following the forest the field the gardens and rivers. And dependability public opposition to the forest ( 21.59 % ) according to a group of men And ( 19.05 % ) according to a group of women either from the village of doulu or Jaranguda village.
(3)
ABSTRAK
MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo).
Di bawah Bimbingan : ODING AFFANDI dan LILIEK P. ASMONO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan dan tingkat kepentingan dari penggunaan lahan serta jenis-jenis Sumber Daya Alam yang ada baik hewan maupun tumbuhan di kawasan Tahura tepatnya Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo. Penelitian ini mulai dilaksanakan sejak bulan April sampai bulan Mei 2013. Metode Multidisciplinary Landscape Assesment (MLA), yaitu gabungan antara Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Methode (PDM) menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan persepsi masyarakat digunakan quisioner (daftar pertanyaan) sebagai bahan dialog agar tetap fokus dengan objek. Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk memperoleh persepsi yang akurat adalah 60 rumah tangga, dengan rincian 30 rumah tangga tiap desa. Karena 30 rumah tangga dianggap cukup untuk mewakili respon-respon umum masyarakat dan untuk menyingkap variasi dari setiap lapisan masyarakat.
Dari hasil penelitian dapat diketahui dengan jelas kalau kampung secara keseluruhan baik di Desa Doulu maupun Desa Jaranguda merupakan tipe lahan yang dianggap paling penting menurut laki-laki dan perempuan dengan rata-rata (33.18%) menurut laki-laki dan (35.22%) menurut perempuan karena di kampunglah semua pusat ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dapat diperoleh. Kemudian menyusul hutan, ladang, kebun dan sungai. Dan ketergantungan masyarakat terhadap hutan (21.59%) menurut kelompok laki-laki dan (19.05%) menurut kelompok perempuan baik dari Desa Doulu maupun Desa Jaranguda.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 10 Oktober 1990, dari ayah (alm) Samiun Siregar dan ibu Syarifah Murni Harahap. Penulis merupakan anak ke empat dari 7 (tujuh) bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 200117 Padangsidimpuan, pada tahun 2006 lulus dari Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTS.s) Al-Anshor Padangsidimpuan. Tahun 2009 penulis lulus dari Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Padangsidimpuan dan pada tahun 2009 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU, Badan Kemakmuran Musholla (BKM) Baytul Al-Asyjar sebagai Sekbid Kerohanian dan menjadi asisten koordinator lapangan pada waktu P2EH di Departemen Kehutanan. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. ITCI Hutani Manunggal Kabupaten Penajam Pasar Utara Kalimantan Timur, Samarinda. Pada akhir masa kuliah penulis melaksanakan penelitian di Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo pada bulan April-Mei 2013.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo) “ ini dapat selesai sebagaimana mestinya.Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I).
2. Bapak Ir. Liliek P. Asmono selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II).
3. Kepada orang tua saya, Hj. Syarifah Murni Harahap yang telah memberikan dukungan secara materi dan moril kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Dan kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Persepsi dan Perilaku ... 3
Nilai dan Kepentingan ... 4
Penggunaan Lahan ... 5
Hutan ... 7
Tahura ... 8
Metode MLA (Multidisciplinary Landscape Assesment) ... 9
Kondisi Umum Desa Penelitian Desa Doulu Kondisi Geografis ... 10
Sejarah ... 10
Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat ... 11
Sarana dan Prasarana... 12
Desa Jaranguda Kondisi Geografis ... 15
Sejarah ... 16
Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat ... 17
Sarana dan Prasarana... 18
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
Alat dan Bahan ... 19
Metode Penelitian ... 19
Populasi dan Sampel ... 20
Pengumpulan Data ... 20
Penentuan Responden ... 21
Analisis Data ... 22
Pemetaan Partisipatif Terhadap Tipe Lanskap Desa Bersama Masyarakat ... 23
(7)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Doulu
Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan
Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan ... 25
Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomi Masyarakat .... 36
Jenis Tumbuhan dan Hewan Terpenting ... 38
Peristiwa Penting ... 40
Pemetaan Patisipatif ... 42
Sistem Adat-Istiadat dan Kepercayaan ... 44
Perubahan Yang Terjadi dan Implikasi Pada Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) ... 45
Desa Jaranguda Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentinagan dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan ... 47
Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomian Masyarakat 55
Jenis Tumbuhan dan Hewan Terpenting ... 57
Pemetaan Partisipatif ... 60
Perubahan yang Terjadi dan Implikasi pada Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) ... 62
Penguasaan Atas Lahan dan Kepemilikan ... 66
KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
(8)
DAFTAR TABEL
NO. Hal
1. Etnik dan Marga yang Dominan di Desa Doulu ... 11
2. Etnik dan Marga yang Dominan di Desa Jaranguda ... 17
3. Profesi Masyarakat di Desa Jaranguda ... 17
4. Sarana dan Prasana di Desa Jaranguda ... 18
5. Analisis Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Lahan ... 22
6. Matrik Metodologi Penelitian ... 24
7. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu ... 26
8. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Doulu ... 31
9. Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan di Desa Doulu ... 37
10.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu ... 38
11.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok perempuan di Desa Doulu ... 39
12.Peristiwa Penting di Desa Doulu ... 40
13.Data Deskripsi Lokasi Khusus di Desa Doulu ... 42
14.Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki di Desa Jaranguda ... 47
15.Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Jaranguda ... 51
16.Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan di Desa Jaranguda. ... 56
17.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-Laki di Desa Jaranguda ... 57
18.Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok perempuan di Desa Jaranguda ... 58
19.Data Deskripsi Lokasi Khusus di Desa Jaranguda ... 60
20.Pembagian Luasan Wilayah Desa Doulu Tahun 2013...66
(9)
DAFTAR GAMBAR
NO. Hal
1. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan)
di Desa Doulu ... 35 2. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan
(nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan)
di Desa Jaranguda ... 54 3. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan
(nilai rata-rata dari 2 kelompok laki-laki) di Desa Doulu dan Desa Jaranguda ... 63 4. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan
(nilai rata-rata dari 2 kelompok perempuan) di Desa Doulu dan Jaranguda ... 64 5. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai
tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan perempuan)
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Karakteristik Responden Desa Doulu 2. Karakteristik Responden Desa Jaranguda 3. Kuisioner Penelitian
(11)
ABSTRACT
MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. The Public Perception of the Importance of the Types of Land Use in the Area of Tahura Bukit Barisan.
(Case study : Doulu village district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency)
Under the guidance of : Oding Affandi and Liliek P. Asmono
This research aims to find out how the public perception of the importance of forests and land use as well as the kinds of natural resources there are both animals and plants in the area of the Tahura, precisely Doulu village sub-district Berastagi and Jaranguda villages sub-district Merdeka Karo Regency. This research was started since April until June 2013. A method of Multidisciplinary Landscape Assessment (MLA), which is a combination between Focus Group Discussion (FGD) and Pebble Distribution Methode (PDM) into methods used in this research. To raise the public perception is used quisioner (list of questions) as a basis of dialogue in order to stay focused with an object. The number of samples needed to obtain an accurate perception there are 60 households, with details of 30 households each village. Because of the 30 households considered enough to represent the response of the general public to unveil a variation of every layer of society.
From the results of research can be clearly known when the village as a whole both in the village of Doulu and Jaranguda village is a type of land which is considered the most important according to male and female, With an average (33.18% ) according to men and ( 35.22 % ) according to women, Because in village all economic center, culture, education and social societies can be obtained. Then following the forest the field the gardens and rivers. And dependability public opposition to the forest ( 21.59 % ) according to a group of men And ( 19.05 % ) according to a group of women either from the village of doulu or Jaranguda village.
(12)
ABSTRAK
MUHAMMAD ALI UMAR SIREGAR. 091201023. Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo).
Di bawah Bimbingan : ODING AFFANDI dan LILIEK P. ASMONO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan dan tingkat kepentingan dari penggunaan lahan serta jenis-jenis Sumber Daya Alam yang ada baik hewan maupun tumbuhan di kawasan Tahura tepatnya Desa Doulu Kecamatan Berastagi dan Desa Jaranguda Kecamaatan Merdeka Kabupaten Karo. Penelitian ini mulai dilaksanakan sejak bulan April sampai bulan Mei 2013. Metode Multidisciplinary Landscape Assesment (MLA), yaitu gabungan antara Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Methode (PDM) menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengumpulkan persepsi masyarakat digunakan quisioner (daftar pertanyaan) sebagai bahan dialog agar tetap fokus dengan objek. Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk memperoleh persepsi yang akurat adalah 60 rumah tangga, dengan rincian 30 rumah tangga tiap desa. Karena 30 rumah tangga dianggap cukup untuk mewakili respon-respon umum masyarakat dan untuk menyingkap variasi dari setiap lapisan masyarakat.
Dari hasil penelitian dapat diketahui dengan jelas kalau kampung secara keseluruhan baik di Desa Doulu maupun Desa Jaranguda merupakan tipe lahan yang dianggap paling penting menurut laki-laki dan perempuan dengan rata-rata (33.18%) menurut laki-laki dan (35.22%) menurut perempuan karena di kampunglah semua pusat ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dapat diperoleh. Kemudian menyusul hutan, ladang, kebun dan sungai. Dan ketergantungan masyarakat terhadap hutan (21.59%) menurut kelompok laki-laki dan (19.05%) menurut kelompok perempuan baik dari Desa Doulu maupun Desa Jaranguda.
(13)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan adalah kawasan hutan lindung yang berada di 4 kabupaten (Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Langkat) di propinsi Sumatera Utara. Sebagai kawasan lindung, Tahura Bukit Barisan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat besar baik flora maupun faunanya yang lebih didominasi oleh jenis pegunungan baik lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Diantaranya Pinus merkusii (pohon pinus), durian, dadap, Eucalyptus sp,Agathis sp dan lain-lain juga berfungsi sebagai daerah tangkapan air.
Tahura Bukit Barisan juga merupakan salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Provinsi Sumatera Utara yang memberikan kontribusi terhadap penghidupan masyarakat yang berada di sekitarnya. Namun pada saat ini kondisi kawasan Tahura Bukit Barisan cukup mendapat tekanan dari berbagai bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kurang terkendali sehingga mengancam kelestarian ekosistem kawasan Tahura Bukit Barisan.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan terhadap lahan untuk berbagai kepentingan. Hal ini juga yang terjadi di sekitar kawasan hutan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan ini sangat tinggi, karena sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Dalam pengelolaan lahan pertaniannya mereka membutuhkan lahan. Sehingga kawasan hutan Tahura Bukit Barisan sangat rentan
(14)
dari gangguan masyarakat sekitar. Karena pola pemanfaatan yang dilakukan selama ini bersifat ekstraktif (hanya mengambil) hasil hutan saja tanpa ada upaya budidaya. Hal ini merupakan yang menjadi alasan dari penelitian ini.
Permasalahan
Pentingnya perhatian yang harus diberikan terhadap pengelolaan Tahura dan penggunaan lahan yang berada di sekitar Tahura, maka perlu diketahui apakah persepsi masyarakat mengenai tipe penggunaan lahan yang selama ini mereka pahami berdasarkan tingkat kepentingannya sudah memperhatikan makna dari keberadaan TAHURA.
Tujuan
Adapun tujuan dari pengkajian tema yang ditetapkan adalah untuk :
1. Mengetahui persepsi masyarakat mengenai tingkat kepentingan penggunaan lahan 2. Mengidentifikasi tipe-tipe penggunaan lahan dan Sumber Daya Alam di lokasi
penelitian.
3. Pembuatan peta partisipatif bersama masyarakat lokal dengan kertas karton.
Manfaat Penelitian
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pentingnya sumberdaya alam dan berbagai bentuk penggunaan lahan yang berbasis lingkungan untuk mencegah dampak negatif pembangunan yang tidak perlu terjadi. Sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi penentu kebijakan.
(15)
TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi dan Perilaku
Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan/aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat dalam Sandi (2006) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya. Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.
Pada manusia khususnya memang terdapat bentuk- bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.
(16)
dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab (Subagyo, 2005).
Nilai dan Kepentingan
Nilai adalah ‘kepentingan’ karena istilah ‘nilai’ sering dikaitkan dengan konteks ekonomi (harga). Dalam ekonomi pasar, seseorang menentukan pilihan berdasarkan penilaian individu terhadap kualitas barang atau jasa, harga dan anggaran yang tersedia. Konsep dasar dari nilai dalam hal ini diukur dari ‘kemauan seseorang untuk membayar’ – umumnya diwujudkan dalam unit-unit moneter. Namun, jalur yang diambil berbeda, yaitu kepentingan dapat ditentukan dan dibatasi oleh hal-hal yang lebih luas seperti faktor-faktor sosial dan moral. Mengenali dan memperhatikan keberadaan faktor-faktor ini diperlukan apabila ‘kepentingan’ diartikan untuk mencerminkan pandangan-pandangan masyarakat lokal. Dalam beberapa kegiatan, dapat diasumsikan bahwa kepentingan ini secara efektif dapat diwujudkan bukan berupa harga secara moneter tetapi sebagai pernyataan dari pilihan yang lebih disukai
(17)
dengan para informan kunci untuk mengidentifikasi nilai-nilai berbagai unit lanskap menurut masyarakat dan hasil-hasil yang terkait.
Suatu kegiatan member skor/nilai, dikenal sebagai Metode Distribusi Kerikil (Pebble Distribution Methode/ PDM), digunakan untuk mengukur penilaian kelompok terhadap kepentingan berbagai hasil hutan dan unit lanskap pendekatan lain yang juga menjadi kunci untuk menjawab “apa yang penting” bagi masyarakat lokal adalah PDM (Pebble Distribution Method), yaitu kegiatan pemberian skor oleh para informan dengan mendistribusikan 100 kancing atau kacang pada kartu-kartu bergambar menurut kepentingan mereka. Melalui kegiatan ini, diperoleh informasi tentang tipe lahan dan hutan; hutan masa lalu, masa kini dan masa depan; jarak untuk tipe lahan dan hutan; sumber barang yang digunakan; dan species terpenting per kategori guna menurut persepsi masyarakat lokal. Hasil kegiatan ini, selain digunakan untuk mengembangkan dialog bersama masyarakat, juga dapat digunakan untuk memahami prioritas lokal secara lebih baik.
Penggunaan Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu.
(18)
Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk di atas lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup (As-syakur dkk., 2010).
Penggunaan lahan berkaitan erat dengan ketersediaan lahan dan air. Ketersediaan lahan dan air akan menentukan produktivitas sumberdaya yang mampu diproduksi, selain itu juga mampu memberikan data tentang potensi produksinya. Interaksi antara dimensi ruang dan waktu dengan dimensi biofisik dan manusia mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Veldkamp and Verburg, 2004). Perubahan iklim, peningkatan jumlah penduduk, dan proses urbanisasi merupakan penyebab umum yang dianggap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan (Wu et al., 2008).
Kompleksitas antara faktor-faktor fisik, biologi, sosial, politik, dan ekonomi yang terajadi dalam dimensi ruang dan waktu pada saat yang bersamaan merupakan penyebab utama proses perubahan penggunaan lahan (Wu et al., 2008). Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto dkk., 2001).
(19)
Arsyad (2006) mengelompokkan tipe penggunaan lahan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian yaitu :
1. penggunaan lahan tegalan 2. sawah
3. kebun
4. padang rumput 5. hutan
6. padang alang-alang
Sedangkan tipe penggunaan lahan bukan pertanian yaitu : 1. penggunaan lahan kota atau desa (pemukiman) 2. industri
3. rekreasi 4. pertambangan
Hutan
Hutan memiliki definisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam perspektif ahli ekologi, hutan diartikan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan.
(20)
Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan dari sudut pandang ahli ekonomi, hutan merupakan tempat untuk menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK).
Tahura
Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan .
Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari Cagar Alam (CA)/ Taman Wisata (TW) Sibolangit, Suaka Margasatwa (SM) Langkat Selatan, TW Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.
Metode MLA (Multidisciplinary Landcape Assessment)
Kegiatan MLA adalah salah satu metode penilaian lansekap atau bentang alam secara multidisipliner (melibatkan beberapa disiplin ilmu) dengan cara
(21)
terdapat di dalam lingkungan hidupnya, dan hubungannya dengan kebutuhan, pilihan pemanfaatan, kepemilikan dan sistem nilai dalam masyarakat (Yoteni,dkk, 2009).
Metode Focus Group Discussion (FGD) dan Pebble Distribution Method (PDM) atau penggabungan metode ini disebut dengan Multidisciplinary Landcape Assessment (MLA). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari orang yang ada di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner dan wawancara kepada responden.
Kegiatan MLA telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai kegunaan tumbuhan dan hewan dan bagaimana mereka dapat mengelolanya secara lebih baik. Sejak dimulainya kegiatan, mereka telah dilibatkan dalam kegiatan pemetaan bersama masyarakat. Pemetaan ini memuat informasi tentang berbagai tipe lanskap, sumberdaya alam utama dan tempat-tempat khusus/ keramat/ dilindungi dari kerusakan yang disebabkan oleh orang luar. Peta tersebut menjadi milik mereka setelah kegiatan berakhir dan mereka dapat menggunakannya untuk menjaga sumberdaya yang mereka miliki, atau untuk berdialog dengan penentu kebijakan terkait dengan perencanaan penggunaan lahan di wilayah mereka ( Liswanti, 2006).
(22)
Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Doulu
Kondisi Geografis
Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Jarak dari desa dengan kota Kecamatan 12 Km, dari Ibukota Kabupaten sekitar 23 Km dan dari pusat Ibukota Propinsi 55 Km dengan rincian dari pusat Ibukota Propinsi ke simpang Desa Doulu 53 Km, sedangkan dari simpang Desa Doulu ke Desa Doulu 2 Km. Desa Doulu secara keseluruhan memiliki luas wilayah sekitar 300 Ha.
Adapun batas-batas administratif adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Deleng Macik
Sebelah Selatan berbatasan dengan Deleng Singkut
Sebelah Timur berbatasan dengan Deli Serdang atau Sempulen Angin Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Semangat Gunung (Raja Berneh)
Sejarah • Asal-usul
Menurut cerita masyarakat Desa Doulu, Desa Doulu sudah ada sejak tahun 1901 pada saat masa penjajahan Belanda. Pada awalnya simanteki kuta (pendiri desa) adalah bermarga Karo-karo Purba. Jumlah yang bermarga Karo-karo Purba ada sekitar 6-8 orang. Pada awalnya marga Karo-karo Purba tersebut juga adalah simanteki desa Rumah Berastagi, Lau Gumba dan Peceren. Namun pada tahun 1800-an marga Karo-karo Purba tersebut membuka lah1800-an di Desa Doulu. Lah1800-an-lah1800-an tersebut masih berupa kerangen (hutan) yang ditumbuhi dengan pohon-pohon besar. Kemudian marga Karo-karo Purba tersebut mulai ngerabi (menebangi pohon).
(23)
Seberapa banyak pohon yang dirabi oleh si marga Karo-karo Purba maka luas tanah yang dia miliki sampai batas pohon yang ditebangi marga Karo-karo Purba tersebut. Oleh karena itu tanah yang dimiliki oleh Karo-karo Purba sangat luas karena jumlah pohon yang ditebangi oleh masing-masing marga Karo-karo Purba sangat banyak. Maka siapa yang lebih banyak menebang pohon (ngerabi) maka tanah yang ia miliki sangat luas dan siapa yang lebih luas memiliki lahan tersebut ia lah yang paling kuat.
Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Desa Doulu berpenduduk sekitar 1876 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sekitar 454 jiwa. Pada umumnya, penduduk desa mayoritas suku Karo (marga yang mendominasi ialah marga Karo-karo Purba dari pada marga silima lainnya). Pada umumnya Karo-karo Purba lebih mendominasi di Doulu Dalam (Doulu Kuta), sedangkan di Doulu Pasar tidak banyak lagi yang bermarga Karo-karo Purba.
Kelompok pendatang di Desa Doulu ada suku Jawa, suku Nias, suku Batak Toba dan Batak Tapanuli. Kelompok pendatang ini awalnya datang hanya sebagai orang upahan bekerja di ladang (si ngemo). Kemudian diantara mereka ada juga yang membawa keluarga mereka untuk ikut bekerja dan tinggal di Desa Doulu. Para pendatang ini dapat menjadi warga desa apabila sudah disetujui oleh pemerintah desa. Tabel 1. Etnik dan Marga yang Dominan
Etnik Marga Keterangan
Karo Karo-karo Purba -
Ginting -
Sembiring
Tarigan -
Perangin-angin -
Toba Silalahi -
Saragih -
(24)
Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Desa Doulu adalah bertani (86,7%). Ini dikarenakan, secara umum kehidupan masyarakat di Desa Doulu bersifat agraris. Hasil pertanian merupakan sumber penghidupan pokok bagi kebanyakan penduduk desa. Hampir setiap masyarakat di Desa Doulu ikut terlibat dalam mengelola lahan pertanian seperti menggarap sawah untuk ditanami padi dan lahan perladangan untuk ditanami tanaman jangka pendek seperti tomat, sayur kol, cabe merah, cabe hijau, sawi hijau, strawbery serta tanaman tua seperti kopi dan sebagainya. Sedangkan sisanya ada yang bekerja sebagai pedagang (6,75%), sebagai Pegawai Negeri dan Swasta (2,5%) dan pekerjaan lainnya (4,5%).
Sebagian besar penduduk Desa Doulu menganut agama Kristen Protestan (50%) . Pada umumnya sebagian besar dari yang menganut agama Kristen ialah sebagai jemaat gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) dan sisanya beragama Kristen Katolik (15 %). Sedangkan penduduk desa lainnya beragama Islam (35%).
Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana Desa
Sarana umum yang terdapat di Desa Doulu meliputi sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana komunikasi dan sarana umum.
• Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana yang paling penting atau pokok yang harus selalu diperhatikan oleh setiap masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia yang handal terutama bagi warga Desa Doulu. Tingkat pendidikan akan menentukan masa depan bagi generasi penerus untuk mengelola sumber daya alam
(25)
(SDA) yang ada. Sarana pendidikan yang ada di Desa Doulu ada dua sekolah dasar yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Impres.
Pada umumnya para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka disekolah dasar ini. Ini dikarenakan kedua Sekolah Dasar ini berada di kawasan Desa Doulu dan sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk yang hanya berjarak 300 meter. Bagi orang tua yang berada di Doulu Pasar juga menyekolahkan anak mereka di Doulu Kuta. Para orang tua ini mengantar anak mereka ke sekolah dengan mengendarai kendaraan roda dua atau dengan ojek. Jarak yang ditempuh kurang lebih 1 Km dengan waktu tempuk kurang lebih 10 menit. Kondisi bangunan sekolah sudah sangat memadai dengan gedung sekolah yang permanen yang dibangun diatas lahan seluas satu hektar.
Bagi warga yang menyekolahkan anak mereka di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) dan Perguruan Tinggi,harus memilih melanjutkan sekolah ke Kecamatan Berastagi dan ke Kabanjahe. Biasanya mereka akan menaiki bus, diantar oleh orang tua mereka atau dengan menggunakan tenaga ojek. Waktu tempuh sekitar 20-30 menit dengan jarak 11-12 Km dari desa.
• Sarana Kesehatan
Beberapa sarana kesehatan yang ada di Desa Doulu yaitu satu Puskesmas dan satu Balai Kesahan Ibu dan Anak (BKIA). Sarana kesehatan ini berada di Doulu Kuta (Doulu Dalam) dan bersebelahan dengan kantor kepala desa. Bidan atau perawat berasal dari Desa Doulu praktek bidan desa sudah mendapat izin praktek dari pemerintah dengan jumlah bidan ada 2 yaitu 1 di Doulu Dalam dan 1 di Doulu Pasar.
(26)
Kondisi bangunan sarana kesehatan ini sudah permanen. Di puskesmas ini juga terdapat ruang rawat inap bagi pasien. Tetapi ada juga beberapa warga Desa Doulu yang jika sakit berobat ke Berastagi atau ke Kabanjahe.
• Sarana Komunikasi
Untuk sarana komunikasi masyarakat Desa Doulu, warga sudah menggunakan sarana telepon genggam atau handphone. Untuk memperoleh informasi masyarakat sudah menggunakan sarana media elektronik yaitu televisi dan radio dalam mengakses informasi yang sedang berkembang. Masyarakat juga sudah memperoleh sarana media cetak yaitu Koran. Beberapa masyarakat ada yang membeli Koran ke Berastagi dan ada juga petugas pengantar Koran yang mengantar Koran ke Desa Doulu.
• Sarana Umum
Sarana umum yang terdapat di Desa Doulu yaitu terdapatnya tapin (pemandian umum) yang terletak berdekatan dengan kantor kepala desa. Terdapat dua tapin untuk menyuci pakaian dan satu tapin untuk pemandian umum. Biasanya warga Desa Doulu untuk menggunakan kebutuhan sehari-hari untuk memasak dan menyuci pakaian, warga pergi ke tapin ini. Di Desa Doulu juga terdapat sebuah Losd yang berada berdekatan dengan kantor kepala desa. Losd ini digunakan untuk acara pesta perkawinan ataupun Upacara kematian. Jumlah orang yang dapat ditampung di losd ini diperkirakan kurang lebih 800 orang. Fasilitas juga sudah terdapat di losd seperti alat-alat memasak, tikar dan kamar mandi.
(27)
• Sarana Ibadah
Sarana ibadah yang terdapat di Desa Doulu Pasar yaitu 1 sarana Gereja dan 1 sarana Mesjid. Sarana ibadah yang ada di Doulu Kuta (Doulu Dalam) yaitu 3 Gereja dan 1 Mesjid. Sarana ibadah ini juga sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk. Jarak antara sarana ibadah ini sangat berdekatan hanya 100 meter. Bangunan Gereja GBKP dan Katolik sudah permanen, begitu juga bangunan Mesjid sudah permanen.. Sebahagian sarana umum seperti bangunan sekolah, puskesmas dan sarana umum merupakan milik pemerintah.
Desa Jaranguda Kondisi Geografis
Desa penelitian memiliki luas wilayah sebesar 440 ha. Jarak desa penelitian ke ibukota kecamatan sekitar 2 km, sementara jarak desa ke ibukota kabupaten sekitar 13 km, dan jarak desa ke ibukota propinsi sekitar 67 km. Waktu tempuh ke ibukota kecamatan sekitar 0,10 jam, sementara waktu tempuh ke ibukota kabupaten sekitar 1,5 jam, dan waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat (ekonomi, kesehatan, pemerintahan) sekitar 0,5 jam.
Adapun batas-batas wilayah desa penelitian adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Negara
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gongsol - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Merdeka - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lau Gumba
Jarak antara Desa Jaranguda dengan ibukota kecamatan ± 2 km/10 menit dan ± 13 km/65 menit dari ibukota kabupaten. Sedangkan jarak ke ibukota propinsi ± 67
(28)
km/90 menit. Waktu yang diperlukan dari desa untuk menempuh ke pusat fasilitas umum terdekat ± 30 menit. Ketersediaan alat angkutan umum setiap saat ada dari desa menuju kecamatan /desa lainnya (Pemerintah Kabupaten Karo, 2007).
Sejarah • Asal -usul
Menurut cerita masyarakat Desa Jaranguda, Desa Jaranguda sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Bila dilihat dari segi artinya Jarang artinya jarang, Uda artinya yang muda adapun maksudnya adalah awalnya simanteki kuta (pendiri desa) adalah bermarga Surbakti yang kebetulan anak paling bungsu. Sedangkan pada masa itu jarang ada atau hampir tidak ada orang yang pertama kali membuka desa itu adalah anak yang paling muda.
Desa Jaranguda sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Bila dilihat dari segi artinya Jarang artinya jarang, Uda artinya yang muda adapun maksudnya adalah awalnya simanteki kuta (pendiri desa) adalah bermarga Surbakti yang kebetulan anak paling bungsu. Sedangkan pada masa itu jarang ada atau hampir tidak ada orang yang pertama kali membuka desa itu adalah anak yang paling muda.. Marga Surbakti tersebut membuka lahan di Desa Jaranguda. Lahan-lahan tersebut masih berupa kerangen (hutan) yang ditumbuhi dengan pohon-pohon besar. Kemudian marga Surbakti tersebut mulai ngerabi (menebangi pohon). Seberapa banyak pohon yang dirabi oleh si marga Surbakti maka luas tanah yang dia miliki sampai batas pohon yang ditebangi marga Surbakti tersebut. Oleh karena itu tanah yang dimiliki oleh Surbakti sangat luas karena jumlah pohon yang ditebangi oleh masing-masing marga
(29)
maka tanah yang ia miliki sangat luas dan siapa yang lebih luas memiliki lahan tersebut ialah yang paling kuat.
Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Penduduk asli Desa Jaranguda adalah Suku Karo. Masyarakat pendatang cukup paham dan mengerti adat istiadat penduduk desa karena mereka sudah lama mendiami desa ini. Bahkan sudah banyak yang diangkat menjadi Suku Karo. Secara umum, mata pencaharian penduduk pada awalnya adalah bertani. Namun sekarang sudah banyak juga yang menjadi Pegawai Negeri dan ABRI bahkan yang menjadi pengusaha sehingga tingkat keragaman di Desa Jaranguda ini pun semakin tinggi. (Pemerintah Kabupaten Karo, 2007).
Tabel 2. Etnik dan Marga yang Dominan
Etnik Marga Keterangan
Karo Surbakti -
Karo-karo purba -
Sembiring -
Ginting -
Tarigan -
Jawa -
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2013
Mata pencaharian masyarakat petani ada juga yang berprofesi sebagi buruh, , pedagang, dan PNS.
Tabel. 3 Profesi Masyarakat
No Jenis Mata Pencaharian Persentase (%) 1. PNS dan Pegawai Swasta 40,05
2. Petani 50,59
3. Jasa dan Industri 9,36
Total 100,00
(30)
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa penelitian terdapat (40,05 %), yang dominan sebagai petani yaitu sebanyak (50,59 %), dan sebagai pekerja di sektor jasa dan industri yaitu sebanyak (9,36%).
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Sarana dan prasarana di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 4. Sarana dan Prasana di Desa Jaranguda, Tahun 2013
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Kesehatan - Puskesmas
- Puskesmas Pembantu
1 2 2. Peribadatan
- Mesjid - Gereja
2 4 3. Angkutan
- Kendaraan Umum Roda Empat - Kendaraan Umum Roda Dua
- Alat Tansportasi Tradisional (Delman dan Kuda)
10 72 22 . Transportasi
- Jalan Aspal (Km) - Jalan batu (Km) - Jalan Tanah (Km)
8 8 16 5. Pendidikan
- SD - SLTP - SLTA/SMK - Perguruan Tinggi
- - - 1 - Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2013
(31)
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi
Penelitian ini di laksanakan di Desa Doulu Kecamatan Brastagi dan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo, Tentang Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-tipe Penggunaan Lahan. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April sampai Mei 2013.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital untuk dokumentasi, kacang untuk menghitung skor, GPS dan komputer untuk mengolah data.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner sebagai bahan wawancara, kartu label-label bergambar sebagai media yang akan dinilai dan karton putih untuk pembuatan peta partisipatif bersama masyarakat.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Distribusi Kerikil (Pebble Distribution Methods = PDM). Masyarakat, melalui penggunaan PDM (pebble distribution method), diminta untuk menentukan tingkat kepentingan pemanfaatan lahan terhadap dirinya. PDM dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan tokoh masyarakat dan informan kunci.
(32)
Populasi dan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan yaitu Desa Semangat Gunung dan Desa Merdeka Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, diambil 30 sampel kepala keluarga (KK) untuk survei rumah tangga, 5-8 orang untuk FGD, satu orang ketua adat/kepala desa serta informan kunci dari masing- masing desa tersebut. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara Purposive Sampling, yaitu cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi dilakukan dengan adanya tujuan tertentu. Teknik dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2006).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan melalui kegiatan skoring dengan tekhnik diskusi kelompok terfokus (Sheil et al, 2004). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah dan studi literatur yang digunakan. Selanjutnya data-data tersebut ditabulasi dan dianalisis berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok terfokus. Setiap kegiatan skoring selalu mengikuti prosedur yang pasti, maksudnya sebelum kegiatan dimulai, fasilitator memperkenalkan setiap kartu berlabel dan bergambar yang mewakili tipe- tipe lahan, dan ditaruh dilantai sehingga dapat dilihat dan dijangkau oleh semua informan. Setelah diberikan penjelasan dan contoh, para informan kemudian diminta untuk menyebarkan seratus alat penghitung (kacang tanah) diatas kartu- kartu tersebut menurut kepentingan
(33)
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Pengamatan (Observasi) 4. Studi Pustaka
Wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan daftar isian/pertanyaan dengan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, pejabat instansi terkait, pejabat desa/kelurahan. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar isian/pertanyaan (kuisioner) terhadap semua informasi dari responden. Observasi dilakukan guna melihat kondisi sebenarnya dari masyarakat dan kawasan yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.
Penentuan Responden
Informan lokal dan informan kunci diperoleh saat koordinasi dan diskusi dengan kepala dusun atau kepala kelurahan. Dalam proses survei dan diskusi, informan lokal biasanya menjadi penghubung antara Tim dengan Tokoh/Informan kunci, penghubung dengan responden rumah tangga, dan sebagai penerjemah bahasa (Indonesia ke lokal atau sebaliknya) terutama dalam kegiatan PDM.
Dalam penentuan responden dibagi menjadi dua yaitu responden kunci dan responden contoh. Responden kunci terdiri dari kepala kampung, kepala suku, tokoh agama dan aparat kampung (masing-masing satu orang). Sedangkan responden contoh ditentukan secara acak sederhana sebanyak (10 %) dari jumlah warga.
(34)
Analsisi Data
Analisis data kualitatif
Penelitian ini merupakan suatu kajian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Kegiatan memberi skor dengan Metode Distribusi Kerikil (Pebble Distribution Methode atau PDM) menunjukkan bagaimana masyarakat lokal memberikan skor untuk mengehui seberapa penting hutan dibandingkan dengan jenis lahan yang lain baik secara umum maupun untuk nilai-nilai dan kepentingan khusus.
Sebelum mulai memberikan skor, fasilitator akan memberikan contoh bagaimana biji-bijian dapat disebarkan dan apa artinya. Jika 10 biji diletakkan di kartu ‘kampung’ dan 5 biji diletakkan di kartu ‘hutan’ maka dapat dijelaskan bahwa ini berarti desa dua kali lebih penting dibandingkan hutan jika ada 5 biji di ‘ladang’ dan 5 biji di ‘kebun’ maka keduanya sama pentingnya. Seratus biji tersebut ditumpuk di tengah, sehingga mudah dijangkau oleh semua orang.
Tabel 5. Analisis Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Lahan Kategori
Penggunaan Lahan
Tipe Lahan Se
m u a Ma ka na n O b at -oba ta n B ah an ba n g una n P er al at an / P er k ak as K ayu ba ka r A n ya m an k er aj an g H ia sa n /a d a t/ r it u al B enda ya n g bi sa R ek reas i M as a de pa n Kampung Kebun Ladang Sungai Hutan Total
(35)
banyak menggunakan kacang garing atau permen. Alasan praktis dipakai, supaya setelah selesai kegiatan kacang atau permen tersebut bisa dimakan bersama-sama. Dengan metode seperti ini akan menarik perhatian peserta sehingga memberikan antusias yang tinggi di setiap kegiatan PDM.
Secara berkelompok para informan kemudian diminta untuk menyebarkan 100 kacang di antara kartu-kartu yang sudah ada namanya sesuai dengan nilai ‘kepentingan’ mereka. Cara melakukannya sebagian besar tergantung pada mereka sendiri. Kadang mereka mengambilnya secara bergiliran, masing-masing dengan segenggam penuh biji-bijian, dalam kesempatan lain seorang peserta meletakkan semua biji tetapi dipandu oleh yang lainnya. Kadang mereka tidak sepakat dan mereka harus berdiskusi. Fasilitator tidak campur tangan dalam diskusi tersebut, kecuali jika judul kartu atau arti pemberian skor perlu dijelaskan lagi. Fasilitator akan terlibat untuk menanyakan dan memperoleh tanggapan-tanggapan dari peserta kegiatan PDM tentang alasan yang bisa disampaikan mengenai besar kecilnya skor yang diberikan.
Pemetaan Partisipatif Terhadap Tipe Lanskap Desa Bersama Masyarakat
Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, non alami atau kedua-duanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk-makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera kita dapat menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkannya ( Zain Rachman, 1981 dalam Zoer´aini, 2003).
(36)
Pada saat survei dan kegiatan PDM, fasilitator memfasilitasi pembuatan sebuah peta partisipatif dari masing-masing dusun yang disurvei. Peta digambar di atas kertas karton. Kegiatan pemetaan biasanya dimulai dengan menggambarkan lokasi (tempat) yang secara umum mudah dikenali dan diidentifikasi masyarakat atau tipe lanskap dan wilayah yang penting seperti jalan desa/dusun, sungai, rumah ibadah, sekolah, rumah kepala dusun, hutan dan pegunungan utama, sawah, ladang, dan lain-lain. Pada saat penggambaran peta juga disepakati tentang simbol-simbol yang akan digunakan untuk lokasi (tempat) dan tipe lanskap yang digambarkan di peta.
Tabel 6. Matrik metodologi penelitian
No Tujuan Penelitian Data Kunci Sumber dan Metode
Hasil yang diharapkan
1 Mengetahui
persepsi masyarakat
terhadap berbagai penggunaan lahan dan sumber daya alam
Keikutsertaan
Masyarakat sekitar hutan Tahura Bukit Barisan dalam menilai tipe penggunaan lahan
- Wawancara - Kuisioner - Diskusi - Observasi - Dokumentasi Diperoleh peran masyarakat dalam penggunaan tipe lahan
2 Mengidentifikasi tipe-tipe penggunaan lahan dan Sumber Daya Alam di lokasi penelitian.
Masyarakat
perempuan dan laki-laki -Wawancara -Diskusi -Dokumentasi Diperoleh skoring tipe lahan berdasarkan penggunaannya berdasarkan kelompok laki-laki dan perempuan
3 Pembuatan peta
partisipatif
Lokasi desa - Wawancara
- Diskusi - Observasi - Dokumentasi - Pustaka Diperoleh peta desa yang digambar di atas kertas sesuai dengan keadaan desa secara aktual
(37)
HASIL DAN PEMBAHASAN
DESA DOULU
Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan
Melalui penggunaan PDM (Pebble Distribution Method), masyarakat diminta untuk menentukan tingkat kepentingan pemanfaatan lahan. PDM dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan tokoh masyarakat dan informan kunci. Berdasarkan hasil FGD terdapat 5 (lima) tipe lahan yang diperbandingkan kepentingannya terhadap 11 (sebelas) kategori kegunaan.
Penentuan tingkat kepentingan dengan PDM dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin, yaitu pendapat dari laki-laki dan perempuan. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengetahui peran masing-masing jenis kelamin terhadap pemanfaatan lahan.
a. Kelompok laki-laki
Tingkat kepentingan tipe lahan sangat ditentukan oleh tingkat pemanfaatan lahan tersebut. Tipe-tipe pemanfaatan lahan di Desa Doulu masih tergantung pada kampung, hutan, ladang, kebun dan sungai. Hasil FGD melalui metode survei skoring ‘PDM’ kelompok laki-laki menunjukan bahwa tipe lahan yang paling penting dari semua kategori guna adalah kampung dan ladang.
(38)
Tabel 7. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu
Kategori Penggunaan Lahan
Tipe lahan Se
m u a Ma ka na n O b at -oba ta n B ah an ba n g una n P er al at an / P er k ak as K ayu ba ka r A n ya m an k er an jan g H ia sa n /a d a
t Benda yan
g bi sa R ek reas i M as a de pa n T o ta l k ri k il
Kampung 30 25 30 40 60 35 20 5 20 10 20 295 Ladang 30 50 10 0 0 15 10 20 60 5 20 220 Kebun 10 10 10 15 0 15 40 15 10 5 20 150 Sungai 5 15 10 25 0 0 10 15 10 20 10 120 Hutan
(Tahura) 20 0 20 20 10 35 20 30 0 20 40 215 Lau
debuk-debuk 5 0 20 0 0 0 0 15 0 40 20 100
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1100
Bagi kelompok laki-laki, kampung memiliki nilai kategori guna paling tinggi, dapat kita lihat dari total kerikil yang diberikan itu ada 295 kerikil, karena di kampung secara keseluruhan masyarakat mendapatkan semua keperluan, kampung juga merupakan tempat lahir, dibesarkan, dikuburkan (saat meninggal), serta tempat bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Masyarakat dapat berkumpul di kampung baik itu di balai, di jambur maupun di kedai kopi, sehingga masyarakat bisa membicarakan hal-hal penting yang menurut mereka harus dimusyawarahkan. Di kampung juga dapat diperoleh tempat untuk berobat, misalkan puskesmas merupakan pusat pengobatan yang berdasarkan ilmu kedokteran. Karena meskipun masih ada pengobatan-pengobatan tradisional, namun tidak sedikit masyarakat yang berobat ke puskesmas. Masyarakat juga dapat memperoleh kebutuhan mereka untuk memperoleh alat perkakas, baik itu kebutuhan untuk dapur, rumah, dan alat untuk bekerja.
Kemudian ladang dianggap penting dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 220 kerikil, ini dikarenakan ladang memiliki nilai masa depan baik secara sosial,
(39)
ekonomi, maupun lingkungan. Bahkan dari ladang banyak diperoleh sumber-sumber kehidupan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari ladang diperoleh sumber makanan baik itu jenis biji-bijian seperti padi maupun sayur-sayuran yang merupakan sumber mata pencarian bagi masyarakat. Karena sebagian besar komoditas tanaman masyarakat adalah sayur-sayuran seperti daun brokoli, daun sop, daun selada, bawang prei, wortel, kacang buncis, kacang panjang, tomat dan cabe. Dari hasil ladang dimabil keperluan sehari-hari secukupnya saja selebihnya dapat dijual secara langsung maupun ditolak ke pengecer.
Hutan, secara umum termasuk tipe lahan yang penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 215 kerikil. Masyarakat desa pergi ke hutan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-harinya dengan berburu dan mengkoleksi tumbuhan liar. Sebagian besar hasil hutan yang mereka peroleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri (subsisten). Hutan sangat penting bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terlebih lagi yang berprofesi sebagai pembuat keranjang dan tepas, karena terkadang mereka kekurangan bahan baku untuk membuat keranjang sementara satu-satunya solusi yang paling mudah adalah langsung mengambil dari hutan.
Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan dari kelompok laki-laki :
a) Makanan, kebutuhan bahan makanan lebih banyak diperoleh di sawah, kampung, dan sungai. Ladang dijadikan tempat menanam padi, palawija, dan berkebun bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sementara kampung menjadi
(40)
tempat bagi masyarakat dalam memenuhi dan atau membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak diperoleh di ladang. Adapun sungai sebagai tempat mencari dan mendapatkan ikan. Sedangkan dari hutan masyarakat masih takut karena adanya larangan keras dari pihak kehutanan tentang pemanfaatan hutan
b) Obat-obatan, kebutuhan dan bahan obat-obatan masyarakat banyak berasal dari kampung. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan kampung sebagai tempat guna mendapatkan obat-obatan karena tinggal membeli ke warung atau pergi ke puskesmas pembantu. Lau debuk-debuk juga dianggap dapat membantu masyarakat sebagai alternatif dari pengobatan terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti gatal-gatal, pegal-pegal, asam urat dan sebagainya. Sementara dari ladang, kebun dan hutan masih diperoleh tumbuhan untuk bahan obat
c) Bahan bangunan, kampung merupakan tempat membeli bahan bangunan seperti semen, paku, seng/genteng, dan lain-lain. Namun semua bahan bangunan didatangkan dari pasar secara keseluruhan. Sedangkan sungai menjadi sumber bahan baku berupa pasir dan batu ketika akan membuat rumah permanen (tembok) atau setengah permanen. Bahan bangunan secara dominan banyak didapatkan dari hutan terutama kebutuhan kayu untuk kayu tiang, kusen, maupun papan dinding rumah. Tetapi sekarang tidak bisa lagi diperoleh secara langsung dari hutan, sehingga semuanya dibeli ke pasar. Bila dilihat dari kebun dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan bila akan membangun gubuk-gubuk
(41)
d) Peralatan atau perkakas, bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari kampung dan hutan. Di kampung peralatan atau perkakas sudah mudah diperoleh yaitu cukup membeli ke toko-toko yang ada.
e) Kayu Bakar, kayu bakar sebagian besar diperoleh masyarakat dari ladang, kebun , dan hutan. Dari ladang dan hutan dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar, dengan memanfaatkan ranting pohon. Namun sekarang ini masyarakat lebih memilih minyak atau gas, karena tidak boleh sembarangan mengambil kayu di hutan, bila dibeli harganya akan lebih ekonomis dengan menggunakan minyak atau gas
f) Anyaman atau Tali-talian, bahan anyaman untuk keranjang berupa rotan dan bambu atau tali-talian banyak diperoleh dari hutan. Kampun, kebun dan ladang g) Hiasan Adat atau Ritual, banyak diperoleh dari hutan, kampung, kebun dan
ladang. Lokasi yang sering menjadi tempat ritual bagi sebagian masyarakat adalah lau debuk-debuk yang dianggap keramat dan mengandung mistis. Bahkan orang pendatangpun banyak yang datang untuk melakukan ritual-ritual yang mereka yakini dapat memberikan manfaat bagi mereka.
h) Benda yang bisa dijual, biasanya berasal dari ladang. Jenis sayur-sayuran merupakan produk utama yang bersifat komersil dengan potensi yang cukup besar. Sementara hasil lainnya yang bisa dijual berupa tanah dan rumah bila dalam keadaan mendesak. Sedangkan yang dari kebun dan sungai tidak selalu dapat diperoleh hasilnya. Namun bila memang dapat musim panen seperti kebun kopi hasilnya lumayan besar, sayangnya tidak banyak yang berkebun kopi.
(42)
i) Rekreasi. Tempat rekreasi yang paling utama bagi masayarakat adalah lau debuk-debuk karena merupakan sumber mata air yang berasal dari panas bumi sehingga air yang dikeluarkan-pun panas, karena itu masyarakat suka berkumpul-kumpul di sekitar lau debuk-debuk. Kemudian rekreasi ke Hutan (Gunung Sibayak) biasanya meningkat saat liburan. Sambil rekreasi masyarakat bisa juga mengambil keuntungan bila berjumpa dengan foreign (turis) dengan membawanya jalan-jalan ke ladang bila dipanggil. Sementara sungai dijadikan tempat rekreasi karena di sungai dapat melihat ikan dan memancingnya. Adapun kampung menjadi tempat hiburan ketika masyarakat berkumpul di kedai-kedai sambil minum kopi dan menonton televise secara bersama-sama.
j) Masa Depan, bagi laki-laki memandang bahwa ladang memiliki nilai tertinggi dalam peranan mendukung kehidupan di masa depan. Adapun kampung, penting bagi masa depan karena di kampung banyak terdapat fasilitas umum masyarakat dan merupakan tempat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Hutan juga memiliki fungsi masa depan karena fungsi dalam menjaga lingkungan dari bahaya banjir dan longsor.
b. Kelompok perempuan
Hasil skoring (PDM) dari kelompok perempuan menunjukan bahwa tipe lahan yang paling penting dari semua kategori guna adalah kampung, hutan, ladang, sungai dan kebun.
(43)
Tabel 8. Matrik Tipe Lahan Berdasarkan Kategori Penggunaan Kelompok Perempuan di Desa Doulu
Bagi kelompok perempuan, kampung memiliki nilai kategori guna paling tinggi, dengan jumlah kerikil sebanyak 280 biji. Masyarakat dapat berkumpul di kampung untuk bersosialisasi baik itu di balai, maupun jambur, sehingga masyarakat bisa membicarakan hal-hal penting yang menurut mereka harus dimusyawarahkan. Di kampung juga dapat diperoleh tempat untuk berobat, misalkan puskesmas merupakan pusat pengobatan yang berdasarkan ilmu kedokteran. Karena meskipun masih ada pengobatan-pengobatan tradisional, namun tidak sedikit masyarakat yang berobat ke puskesmas. Masyarakat juga dapat memperoleh kebutuhan mereka untuk memperoleh alat perkakas, baik itu kebutuhan untuk dapur, rumah, dan alat untuk bekerja.
Hutan, secara umum termasuk tipe lahan yang penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 240 biji. Masyarakat desa pergi ke hutan untuk mengkoleksi tumbuhan liar. Sebagian besar hasil hutan yang mereka peroleh digunakan untuk
Kategori Penggunaan Lahan
Tipe Lahan Se
m u a Ma ka na n O b at -o b at an B ah an b ang una n P er al at an /P er k ak as K ay u ba ka r A n ya m an k er an jan g H ias an /a d at /r it u al B enda ya n g bi sa d ij u al R ek reas i M as a d ep an T o ta l k ri k il
Kampung 20 30 30 30 50 20 10 35 25 10 20 280 Ladang 35 20 20 5 10 10 20 20 40 10 20 210 Kebun 20 10 10 5 10 10 20 10 25 10 20 150 Sungai 10 30 10 30 0 10 0 10 5 15 10 130 Hutan
(Tahura)
10 10 10 30 30 50 50 10 5 15 20
240 Lau
Debuk-debuk
5 0 20 0 0 0 0 15 0 40 10
90 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1100
(44)
memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri (subsisten). Hutan sangat penting bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terlebih lagi yang berprofesi sebagai pembuat keranjang dan tepas, karena terkadang mereka kekurangan bahan baku untuk membuat keranjang sementara satu-satunya solusi yang paling mudah adalah langsung mengambil dari hutan.
Kemudian ladang dianggap penting dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 210 biji, ini dikarenakan ladang memiliki nilai masa depan baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Bahkan dari ladang banyak diperoleh sumber-sumber kehidupan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari ladang diperoleh sumber makanan baik itu jenis biji-bijian seperti padi maupun sayur-sayuran yang merupakan sumber mata pencarian bagi masyarakat. Karena sebagian besar komoditas tanaman masyarakat adalah sayur-sayuran seperti daun brokoli, daun sop, daun selada, bawang prei, wortel, kacang buncis, kacang panjang, tomat dan cabe. Dari hasil ladang dimabil keperluan sehari-hari secukupnya saja selebihnya dapat dijual secara langsung maupun ditolak ke pengecer.
Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan dari kelompok perempuan:
a) Makanan, bagi kaum perempuan sumber makanan lebih banyak diperoleh di ladang, dan sungai. Sungai dianggap penting karena dapat memperoleh ikan dan sejenisnya dengan gratis tanpa harus mengeluarkan biaya. Sementara kampung menjadi tempat bagi masyarakat dalam memenuhi dan atau membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak diperoleh ladang dengan cara membeli di warung.
(45)
b) Obat-obatan, kebutuhan dan bahan obat-obatan menurut kelompok perempuan banyak berasal dari kampung. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan kampung sebagai tempat guna mendapatkan obat-obatan karena tinggal membeli ke warung atau pergi ke puskesmas pembantu.
c) Bahan bangunan, bahan bangunan secara dominan banyak didapatkan dari hutan, kampung, dan sungai. Dari hutan terutama kebutuan kayu untuk kayu tiang, kusen, maupun papan dinding rumah. Sedangkan sungai menjadi sumber bahan baku berupa pasir dan batu ketika akan membuat rumah permanen (tembok) atau setengah permanen. Adapun kampung merupakan tempat membeli bahan bangunan seperti semen, paku, seng/genting, dan lain-lain.
d) Peralatan atau perkakas, bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari kampong dan hutan. Di kampung peralatan atau perkakas sudah mudah diperoleh yaitu cukup membeli ke toko-toko yang ada.
e) Kayu Bakar, kayu bakar sebagian besar diperoleh masyarakat dari hutan dan kampung. Dari hutan dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar dengan memanfaatkan ranting pohon. Sedangkan dari kampung mudah diperoleh minyak dan gas.
f) Anyaman atau Tali-talian, bahan anyaman untuk keranjang berupa rotan dan bambu atau tali-talian banyak diperoleh dari ladang, hutan, dan kebun
g) Hiasan Adat atau Ritual, banyak diperoleh dari kampung dan ladang. Bahan hiasan seperti sirih, kapur, gambir, rokok, jeruk purut, ayam dan kambing banyak diperoleh di kampung sementara.
(46)
h) Benda yang bisa dijual, bagi kelompok perempuan banyak berasal dari ladang / sawah. Hasil-hasil pertanian yang ditanam di ladang dan sawah merupakan hasil utama yang mudah dijual oleh kaum perempuan.
i) Rekreasi, tempat rekreasi yang paling utama bagi masayarakat adalah kampung. Bagi kelompok perempuan kampung bisa menyatukan mereka, karena kebersamaan bagi mereka adalah kesenangan yang tak bisa diukur.
j) Masa Depan, Kampung, ladang, kebun, sungai dan hutan memiliki nilai yang sama bagi kelompok perempuan. Semua dianggap penting karena kategori lahan yang ditawarkan bagi kelompok perempuan harus tetap terjaga kelestariannya demi masa depan anak cucu mereka.
Untuk memperjelas hasil dari kegiatan skoring dari tipe-tipe penggunaan lahan, maka akan ditampilkan pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan nilai rata-rata kepentingan dari setiap tipe lahan berdasarkan responden yang terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Mereka diminta untuk menilai semua kategori kegunaan tipe-tipe lahan tersebut secara keseluruhan.
Gambar 1. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan (nilai rata-rata dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan) di Desa Doulu.
26,8
20
13,6
10,9
19,5
9,0 25,4
19,0
13,6
11,8
21,8
8,1
0 5 10 15 20 25 30
Kampung Ladang Kebun Sungai Hutan (Tahura)
Lau Debuk-debuk laki-laki perempuan
(47)
Kampung secara umum merupakan tipe lahan terpenting untuk masyarakat di desa Doulu yang memiliki skor tertinggi sebesar 26,8 % serta lanskap terpenting untuk enam tipe lahan dari sebelas kategori kegunaan yang diteliti (Gambar 1). Masyarakat desa bisa mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, komunikasi, dan sosialisasi dari kampung. Bahkan tempat mereka untuk mendapat penyuluhan kehutanan dan pertanian juga di kampung, karena dengan adanya penyuluhan sedikit banyaknya masyarakat akan terbantu untuk menangani berbagai masalah yang mereka hadapi di ladangnya.
Setelah kampung, berikutnya adalah hutan seperti yang dikemukakan dalam Primack (1993) Sumberdaya hayati yang diperoleh masyarakat dari dalam hutan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori sesuai: (a) produktif, yaitu yang diperjual belikan di pasar, dan (b) konsumtif, yaitu yang dikonsumsi sendiri atau tidak dijual. Sebagaimana pada gambar 1 menunjukkan pada kita bahwa hutan memiliki nilai kepentingan (21.8%) bagi perempuan dibandingkan dengan nilai kepentingan hutan untuk laki-laki (19.5%). Seterusnya menyusul ladang, kebun, sungai dan lau debuk-debuk.
Sumber Daya Alam Pendukung Perekonomi Masyarakat • Sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat
Secara topografis, Desa Doulu merupakan daerah dataran tinggi dan dikelilingi oleh deleng (bukit atau gunung). Desa Doulu dikelilingi oleh Deleng Macik berada di sebelah Utara, Deleng Singkut berada di sebelah Selatan, sebelah Barat Daya terdapat Deleng Pertektekken dan bagian Barat Laut desa terdapat Deleng
(48)
Sibayak (Gunung Sibayak). Dengan dikelilingi oleh deleng, menyebabkan Desa Doulu memiliki jenis tanah bewarna hitam dan coklat kehitaman. Jenis warna tanah hitam terdapat di wilayah persawahan, perladangan dan di sekitar hutan (kerangen). Tanah bewarna hitam kecoklatan berada di areal pemukiman penduduk dan terdapat di lahan bambu yang berada di sekitar areal sungai. Jenis tanah hitam kecoklatan yang berada di areal pemukiman penduduk sudah bercampur dengan pasir.
Jenis tanah di Desa Doulu, terutama di lahan pertanian, sangat gembur. Ini dikarenakan desa dikelilingi oleh deleng dan curah hujan di desa ini sangat cukup. Jenis tanah ini sangat cocok dengan lahan pertanian terutama bagi tanaman muda (tanaman berumur pendek) seperti padi, cabe, tomat, wortel, kol, daun prei, daun sop dan sayur-sayuran. Untuk menanam tanaman pertanian tersebut, masyarakat juga menggunakan pupuk kandang, sehingga tanah di desa ini cukup subur dan hasil pertanian di desa ini cukup melimpah. Masyarakat Desa Doulu juga membuka lahan pertanian di kaki Deleng Singkut. Ini dikarenakan jenis tanah yang terdapat di Deleng Singkut cukup subur karena pada tanah-tanah tersebut terdapat tanah humus yang berasal dari batang-batang atau pohon kayu yang sudah tumbang dan juga sisa daun-daunan pohon yang berjatuhan. Beberapa penduduk yang membuka lahan pertanian di areal kaki Deleng Singkut menanam jenis tanaman jagung, kopi, strawbery dan jambu sari.
(49)
Tabel 9. Jenis Sumber Daya Alam yang Bersifat Komersil yang Dikembangkan Masyarakat Menurut Gabungan Kelompok Laki-laki dan Perempuan di Desa Doulu.
No Jenis Komersil Satuan Harga/Satuan Keterangan Tumbuhan
1 Daun prei Kg 18.000 Padi kering
2 Daun sop Kg 6.000
3 Selada Kg 4.000 TBS (Tandan basah segar)
4 Kol Kg 4.000
5 Lobak Kg 4.000
6 Sayur putih Kg 5.000
7 Wortel Kg 5.000
8 Kentang merah Kg 7.000
9 Kentang kuning Kg 7.000
10 Daun peleng Kg 8.000
11 Sawi Kg 5.000
12 Jipang Biji 500
13 Kangkung Ikat 1.000
14 Cabe Kg 35.000
15 Kacang panjang Ikat 2.500
16 Kopi Kg 16.500
Binatang
1 Ayam kampung Ekor Rp.60.000 sd Rp.70.000
Pada umumnya ayam jantan
2 Ikan Kg Rp.22.000 sd
30.000
Harga rataan untuk semua jenis ikan, termasuk ikan mas dan ikan nila
3 Bebek Ekor Rp.35.000
4 Kambing Ekor Rp.750.000 sd
Rp.1.000.000
5 Lembu Ekor Rp15.000.000 sd
Rp 25.000.000
• Jenis tumbuhan dan hewan terpenting
Untuk mengetahui jenis tumbuhan dan hewan terpenting dilakukan kegiatan PDM dengan masyarakat, baik kelompok laki-laki maupun kelompok perempuan. Hasil PDM untuk jenis tumbuhan dan hewan terpenting yang mempunyai nilai ekonomi dari kelompok laki-laki dapat dilihat pada Tabel 10.
(50)
Tabel 10. Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Laki-Laki di Desa Doulu. No Tumbuhan
Tingkat Kepentingan
Relatif
Binatang Tingkat Kepentingan Relatif
1 Daun sop 15 Ayam kampung 30
2 Wortel 10 Kambing 10
3 Daun prei 10 Lembu 10
4 Bunga kol/daun kol 10 Anjing 20
5 Cabe 10 Ikan 25
6 Tomat 10 Bebek 5
7 Padi 10
8 Kopi 5
9 Bambu 5
10 Pisang 5
11 Jeruk 5
12 Strawbery 5
Jumlah 100 Jumlah 100
Berdasarkan Table 10, deskripsi jenis tumbuhan dan binatang terpenting yang mempunyai nilai ekonomis menurut kelompok laki-laki adalah:
a. Tumbuhan yang memiliki nilai paling tinggi adalah daun sop. Banyak dari masyarakat yang menanam daun sop, karena dinggap paling diminati pelanggan di pasaran. Dan bisa juga dicampur dengan jenis tanaman lain agar tetap memproduksi lebih dari satu jenis tanaman. Kemudian disusul oleh wortel, daun pre, kol, cabe, tomat, padi, kopi, bambu, pisang, jeruk dan strawbery. Sayuran merupakan tumbuhan paling penting karena merupakan hasil utama dari pertanian masyarakat.
b. Sementara binatang yang dianggap masyarakat memiliki nilai ekonomis tertinggi adalah ayam kampung. Ayam kampung merupakan binatang yang penting sebagai jenis hewan yang diternakan, mudah memeliharanya, dan mudah dijual.
(51)
Tabel 11. Tumbuhan dan Binatang Terpenting Menurut Kelompok Perempuan di Desa Doulu.
No Tumbuhan
Tingkat Kepentingan
Relatif
Binatang Tingkat Kepentingan Relatif
1 Daun sop 15 Ayam kampung 30
2 Wortel 10 Kambing 10
3 Daun prei 10 Lembu 10
4 Bunga kol/daun kol 10 Anjing 20
5 Cabe 10 Ikan 25
6 Tomat 10 Bebek 5
7 Padi 10
8 Kopi 5
9 Bambu 5
10 Pisang 5
11 Jeruk 5
12 Strawbery 5
Jumlah 100 Jumlah 100
Berdasarkan Table 11, deskripsi jenis tumbuhan dan binatang terpenting yang mempunyai nilai ekonomis menurut kelompok perempuan adalah:
a. Persis sama dengan penilaian yang diberikan oleh kelompok laki-laki karena kaum perempuan juga mengerjakan apa yang dikerjakan oleh kelompok laki-laki. Tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis tertinggi adalah daun sop, kemudian disusul oleh wortel, daun pre, daun kol, tomat, padi, kopi, pisang, jeruk dan strawbery. Sayuran merupakan tumbuhan paling penting karena merupakan hasil utama dari pertanian masyarakat. Sementara yang lainnya dibuat sebagai tanaman campuran karena dianggap juga memiliki nilai ekonomi. Pertanian masyarakat sudah sangat bagus, karena mereka bisa mencampurkan jenis-jenis tanaman yang tidak saling mengganggu antara yang dengan yang lain.
b. Sementara binatang yang dianggap masyarakat memiliki nilai ekonomis tertinggi adalah ayam kampung. Ayam kampung merupakan binatang yang penting sebagai jenis hewan yang diternakan, mudah memeliharanya, dan mudah dijual.
(52)
Kemudian anjing juga memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi, karena dapat mengawasi semuanya baik dari serangan binatang maupun manusia, sehingga dianggap sebagai binatang penjaga.
Peristiwa penting
Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat, peristiwa penting yang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat adalah bencana banjir yang sering terjadi dan sering menimbulkan korban. Penyebabnya berupa adanya hujan deras. Secara lengkap, peristiwa penting yang terjadi di Desa doulu terlihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Peristiwa Penting di Desa Doulu
No. Tahun Kejadian Penting/ Bencana Penyebab Dampak 1. 1950 Pembangunan jalan Program pembangunan
jalan oleh pemerintah
− Membuka dan memperlancar akses 2. 1970 Pembangunan jambur Perlunya sarana untuk
pertemuan masyarakat
− Dapat menggunakan jambur untuk berbagai kegiatan
3. 1980 Masuk listrik Dibutuhkannya penerangan
− Membantu penerangan 4. 2009 Masuk air Perlu air bersih − Demi butuhan
sehari-hari Sumber: FGD kepala desa, tokoh adat, dan tokoh masyarakat (2013)
Pemetaan Partisipatif
Pada saat survei dan kegiatan PDM, berhasil difasilitasi sebuah pembuatan peta partisipatif dari tokoh dan anggota masyarakat. Peta digambar diatas kertas karton. Dalam Peta partisipatif yang dibuat ini memuat beragam hal penting yang ada seperti kampung, batas kampng (lingkungan), tempat keramat, jalan desa, jalan setapak, sungai,ladang, hutan, kebun, tempat-tempat fasilitas umum, , dan lain sebagainya.
(53)
Setelah semua tipe lanskap dan wilayah penting tergambarkan di peta, dilakukan groundcheck ke beberapa tempat yang dapat dijangkau. Groundcheck dilakukan untuk mengambil poin koordinat, dengan menggunakan GPS. Setiap tempat yang dikunjungi direkam koordinatnya.
Tabel 13. Data Deskripsi Lokasi Khusus di Desa Doulu
No. Nama Lokasi
Khusus
Way points
(GPS) Deskripsi Lokasi
1 Balai Desa N 03013’24.2”
E 098031’48.8”
Tempat pertemuan dengan pemerintah dan acara rapat dengan masyarakat berada tepat di tengah-tengah desa/kampung
2 Sungai N 03013’27.5”
E 098031’48.3”
Posisinya melintas di ujung desa dan langsung bisa
dimanfaatkan masyarat untuk kegiatan MCK. Airnya juga langsung digunakan masyarakat untuk keperluan pertanian karena alirannya dekat dengan kebun masyrakat.
3 Sekolah Dasar
(SDN)
N 03013’27.5” E 098031’48.3”
Terletak di pinggir Sungai. Sekitar sekolah berupa ladang dan kebun yang masih banyak ditumbuhi pohon-pohonan
4. Sekolah Dasar
Impres
N 03013’27.5” E 098031’48.3”
Bersebelahan dengan SDN. Terletak di pinggir Sungai. Sekitar sekolah berupa ladang dan kebun yang masih banyak
ditumbuhi pohon-pohonan
(54)
5 Losd/jambur N 03013’21.3” E 098031’50”
Merupakan sarana yang bisa
dimanfaatkan masyarakat secara umum, baik untuk acara adat maupun pemerintahan. Namun dalam kesehariannya digunakan sebagai tempat parkir.
6 Air panas N 03013’62.8”
S 098032’31.5”
Mata air yang menjadi tempat pemandian air panas, berada di sekitar sawah kenjahe/ladang kenjahe tempat bercocok tanam masyarakat. Salah satu tempat wisata yang menjadi andalan desa Doulu dan merupakan tempat keramat yang masih dijaga oleh masyarakat.
7 Mata air N 03013’23.9”
S 098031’83.5”
Mata air yang juga menjadi tempat keramat bagi masyarakat yang berada dekat dengan kebun bambu milik masyarakat yang berbatasan dengan hutan.
8 Ladang N03013’37.39”
S 098031’90.5”
Ladang tempat masyarakat untuk bertani hampir mengelilingi semua kampung sehingga hampir setiap sudut ada lahan pertanian, baik dari kenjahe, lepar dan kenjulu
(55)
9 Kebun N03013’37.40” S 098031’91.5”
Kebun merupakan lahan masyarakat yang ditanami dengan tanaman keras seperti kopi, pemanfaatan lahannya bisa dicampursarikan dengan tanaman semusim yang tidak mengganggu tanaman pokok
10 Kampung N 03013’24.2”
E 098031’48.8”
Kampung merupakan lahan yang dijadikan masyarakat sebagai tempat tinggal dan bersosialisasi. Lebih dari itu, kampung juga sebagai tanah tempat kelahiran mulai dari masa kecil hingga masa tua
11 Hutan (Tahura) N03013’37.40” S 098031’91.5”
Hutan yang berada di desa doulu merupakan bagian dari Tahura yang berfungsi sebagai hutan lindung.
Sehingga pemanfaatan secara fisik sangat dibatasi oleh pemerintah
Sistem Adat-Istiadat dan Kepercayaan di Desa Doulu
Di Lau Debuk-debuk terdapat 5 buah kolam pemandian air air panas yang temperatur airnya 35° Celcius dan suhu udara mencapai sekitar 27° Celcius. Sumber air panas tersebut berasal dari Deleng Sibayak yang dihuni oleh Nini Keramat Batu Ernala atau sering juga disebut dengan Nini Beru Karo. Menurut penuturan warga yang bermukim di sekitar kolam air panas ini mengatakan bahwa sewaktu Nini Beru Karo masih hidup, Nini tersebut sering berjalan kesana-kemari di kampung Desa
(56)
Doulu. Tetapi suatu ketika nini tersebut tidak pernah lagi muncul di Desa Doulu dan masyarakat yang ada di Desa Doulu mempercayai bahwa nini tersebut telah meninggal di Deleng Sibayak dan menjadi penguasa disana, sehingga banyak orang yang sering datang untuk berdoa dan meminta rejeki kepada Nini Keramat Batu Ernala diatas Deleng Sibayak. Sebagian besar orang suku Karo beranggapan Lau Debuk-debuk merupakan tempat keramat.
Pada saat sekarang banyak orang yang mengadakan upacara Erpangir Ku Lau di Lau Debuk-debuk terdapat 4 buah mata air panas di luar kolam utama, yaitu : (1) Telaga Beru Karo Sada Nioga, (2) Telaga Beru Sembiring, (3) Telaga Panglima dan (4) Telaga Guru Penawar. Setiap mata air sudah dipugar atas swadaya dari pengunjung yang merasa mendapat berkah dari Nini keramat mata air tersebut. Keluarga yang hendak erpangir terlebih dahulu mengadakan ercibal dan erlebuh di salah satu mata air. Orang-orang yang erpangir biasanya datang berombongan yang terdiri dari anggota keluarga. Ada yang datang karena disarankan oleh guru (dukun Karo) atau datang erpangir karena kebutuhan rutinnya sendiri. Para guru perjinujung misalnya paling tidak setahun sekali harus mengadakan Erpangir Ku Lau . Kelompok yang datang ke Lau Debuk-debuk selain penduduk Desa Doulu tetapi juga datang dari desa lain. Upacara Ercibal di Lau Debuk-debuk dimulai sejak tahun 1952.
Perubahan Yang Terjadi pada Pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA) di Desa Doulu
Melalui survei rumah tangga dan diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan tokoh masyarakat, perubahan-perubahan yang terjadi tidak begitu banyak di masa
(1)
Kuisioner 1. Deskripsi Desa Dan Perspektif Penggunaan Lahan Wawacara Kepala Desa
No Pertanyaan Jawaban
I.Deskripsi Desa
1 Sejak kapan desa ini berdiri dan kapan disahkan pemerintah (definitif)?
2 Berapakah luas wilayah desa? Sebutkan batas-batas wilayahnya! a. Luas b. Batas-batas -Utara -Timur -Selatan -Barat 3 Berapa luas lahan hutan, kebun, ladang, rawa,
pemukiman dan lain-lain?
a. Luas hutan : … b. Luas ladang : … c. Luas kebun :… d. Luas pemukiman :… e. Luas lain-lain :… 4 Berapakah jumlah penduduk desa? …Jiwa
…. KK 5 Sebutkan suku-suku yang terdapat di desa ini dan
urutkan mulai dari yang banyak penduduknya. II. Kegunaan lahan
1 Sebutkan tempat-tempat yang biasa didatangi penduduk desa untuk berladang, mencari hasil hutan,
berkebun, berekreasi (tempat-tempat yang menarik).
a. Berladang:
b. Mencari hasil hutan/ berburu: c. Berkebun:
d. Mencari ikan: e. Rekreasi: 2 Apakah ada rencana-rencana untuk pengalihan
fungsi lahan di desa? Misalnya untuk
transmigrasi pertambangan, perkebunan, dan lain-lain?
Bila ya, di mana lokasinya?
a. Kalau tidak ada, apa alasannya? b. Ada, lahan untuk?
1. Pertambangan; di mana? 2. Perkebunan; di mana? 3. Pertanian; di mana? 4. Pemukiman/transmigrasi; di mana?
5. Lainnya (sebutkan di mana?) 3 Apakah ada perubahan luasan hutan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat desa dari tahun ke tahun?
a. Bertambah digunakan; untuk? b. Berkurang digunakan; untuk? c. Tidak berubah
4 Apakah ada perubahan aturan desa tentang pemanfaatan hutan?
a. Tidak berubah, untuk…?: b. Menjadi lebih ketat, untuk…?: c. Menjadi lebih longgar, untuk…? 5 Apakah saat ini mulai/sudah sulit
menggunakan/mendapatkan areal hutan yang baru?
a. Menjadi lebih sulit: b. Lebih mudah: c. Tidak berubah:
(2)
Kuesioner 2. Latar Belakang Budaya dari Penggunaan Lahan Wawancara - Ketua adat
No Pertanyaan Jawaban
I. Gambaran umum masyarakat adat
1 Uraikan dengan singkat sejarah masyarakat adat yang ada di desa ini? (Uraikan!)
2 Apakah peraturan dan kelembagaan adat masih berfungsi di sini?
Tidak, alasan:
Ya, sebutkan contohnya: 3 Sampai kapan aturan adat ini akan diberlakukan dan apa
alasannya ?
4 Kepada siapa aturan adat berlaku dan bagaimana upaya melestarikan aturan adat tersebut?
a. Orang dalam: b. Orang luar: c. Upaya: II. Norma dan peraturan adat
1 Apakah ada tempat-tempat yang secara adat dilindungi atau tidak boleh diganggu (misalnya tempat keramat atau tanah/hutan adat)?
Bila ya, sebutkan!
2 Mengapa tempat-tempat tersebut dilindungi? 3 Apakah ada peraturan adat yang dipakai
untuk melindungi hutan?
4 Sanksi-sanksi adat apa yang dikenakan kepada orang yang merusak hutan? 5 Apakah ada perubahan luasan hutan yang
digunakan?
a. Bertambah; digunakan untuk...?:
b. Berkurang; digunakan untuk...?:
c. Tidak berubah; digunakan untuk…?:
6 Apakah ada perubahan aturan adat sehubungan dengan penggunaan lahan
hutan?
a. Tidak berubah, untuk...?: b. Menjadi lebih ketat, untuk...?:
c. Menjadi lebih sulit, karena... ?:
7 Apakah sulit untuk menggunakan/ mendapatkan areal hutan yang baru?
a. Menjadi lebih sulit, karena... ?:
b. Lebih mudah, karena...? c. Menjadi lebih longgar, untuk...?
(3)
Kuisioner 3. Survei Rumah Tangga
Survei rumah tangga-minimum 30 KK/Desa
Nama :
Jenis kelamin : Pendidikan :
Umur :
Agama :
Suku :
A. Bahaya/ancaman kegiatan manusia terhadap hutan
1. Menurut Bapak/Ibu kegiatan manusia apa saja yang dapat mengganggu kelestarian dari fungsi dan manfaat hutan bagi masyarakat lokal? Mengapa?
Jawaban :
2. Tolong Bapak/Ibu urutkan berdasarkan tingkat bahayanya. Jawaban :
3. Disamping bahaya/ancaman apakah ada pula keuntungan/manfaat dari aktivitas manusia tersebut? Jelaskan!
Jawaban :
B. Persepsi masyarakat tentang bahaya
1. Ancaman apa saja yang menurut Bapak/Ibu sangat membahayakan kehidupan di desa ini? (Misalnya bencana alam, kelaparan, banjir, penyakit menular, peraturan pemerintah yang selalu berubah, dll.)
Jawaban :
2. Tolong urutkan ancaman yang disebutkan di atas dari yang paling berbahaya menurut Bapak/Ibu.
Jawaban :
3. Apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mencegah atau mengurangi bahaya tersebut? Jawaban :
4. Jika Bapak/Ibu diberitahu bahwa bencana tersebut akan datang segera, apa yang Bapak/Ibu lakukan?
(4)
B. Sumber pendapatan
1. Dari mana saja sumber penghasilan Bapak/Ibu selain dari hutan dan ladang? Jawaban :
2. Berapa besar jumlahnya? (catatan: Sesuai nilai lokal kemudian dikonversikan nantinya ke Rp/bulan)
Jawaban :
3. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja dan menghasilkan uang? Bila ya, siapa dan apa pekerjaannya, dan berapa besar penghasilannya sebulan?
Jawaban :
.
C. Tabu dan pantangan
1. Apakah di kalangan masyarakat di sini masih ada pantangan, kepercayaan, atau norma adat yang berlaku, khususnya dalam menggunakan tumbuhan, binatang dan memanfaatkan hasil/hutan lainnya? Jika ya, jelaskan!
Jawaban :
2. Apakah ada pantangan, kepercayaan, atau aturan adat khusus yang diberlakukan sehubungan dengan pembukaan lahan dan hutan?
Jawaban :
D. Aspirasi masyarakat lokal
1. Apakah kehidupan Bapak/Ibu sekarang lebih baik dari pada lima/sepuluh tahun yang lalu? Mengapa?
Jawaban :
2. Apa yang Bapak/Ibu harapkan terhadap anak-anak/ generasi muda di masa depan? Jawaban :
3. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dan perkirakan akan terjadi pada desa ini beberapa bulan/tahun mendatang?
Jawaban :
4. Seandainya hutan ini berkurang atau hilang, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan? (Bagaimana caranya agar hutan ini tidak musnah?)
(5)
Jawaban :
5. Apakah ada jenis tanaman atau binatang yang dianggap penting untuk perlindungan dan pemeliharaan fungsi dan manfaat hutan? Jika ada, apa saja dan mengapa?
Jawaban :
6. Jika ingin belajar atau mengetahui ‘tentang hutan’ (tumbuhan, binatang dan lokasi-lokasi tertentu) siapa orang-orang di desa ini yang banyak memiliki pengetahuan tersebut? (catatan: minimal 5 orang)
Jawaban :
Kuisioner 4. Pengetahuan Tradisional Tentang Penggunaan Lahan Wawancara - Informan kunci (3-5 orang)
Penggunaan/ pengelolaan lahan
1. Apa sebutan yang Bapak/Ibu berikan untuk macam-macam tanah/lahan di sawah/kebun/ ladang di sekitar desa ini? Berdasarkan apa penyebutan dan pengelompokan tersebut? (Lokasi /tekstur tanah/ warna/ bentuk/ lainnya)
Jawaban : a. b. c. d.
2. Menurut Bapak/Ibu penggunaan sebagai apakah yang paling cocok untuk masing-masing lokasi tersebut? (Bercocok tanam, berternak, memelihara ikan, lainnya …)
Jawaban :
3. Bagaimana cara mengolah lahan tersebut? (Dibakar, ditebas, ditebang, dibajak, dipupuk, lainnya …)
Jawaban : a. Dibakar: b. Ditebas: c. Ditebang: d. Dibajak: e. Dipupuk:
4. Menurut Bapak/Ibu berat atau ringankah pengolahan lahan yang harus dilakukan? Jika berat bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban a. Dipupuk: b. Diberakan : c. Lainnya :
(6)
5. a. Seberapa suburkah lahan Bapak/Ibu?
b. Berdasarkan apakah pernyataan tersebut? (Warna, struktur tanah, lereng, vegetasi, kepadatan,
lainnya …).
c. Jika tidak subur, bagaimana mengatasinya?
Jawaban :
a. Sangat subur Subur Sedang Tidak subur
b. Warna Struktur tanah Lereng Vegetasi Kepadatan Lainnya:...
6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui di mana lokasi tanah yang subur di wilayah desa ini? Jika ya, sebutkan lokasinya?
Jawaban : a. b. c. d
Kuisioner 5. Pengumpulan Dan Penjualan Hasil dari Sumber Daya Alam Wawancara - Informan Kunci (3-5 Orang )
1. Hasil apa yang paling sering/biasa Bapak/Ibu ambil dari hutan/ladang/kebun? 2. Kapan Bapak/Ibu biasanya mendapatkan hasil hutan/ladang/kebun yang terbaik? 3. Di mana Bapak/Ibu biasanya mendapatkan hasil hutan/ladang/kebun tersebut?
4. Apakah ada perubahan lokasi dan jumlah hasil hutan/ladang/kebun yang biasa Bapak/Ibu peroleh? a) Tempat/lokasi berubah, dulu di daerah: …...……….………
Sekarang di daerah... Tempat/lokasi tetap, di daerah:... ... b) Jumlah bertambah: ...………… Jumlah berkurang:... Tidak berubah:... 5. Ladang/kebun/hutan berikut ini? Satuan Harga (Rp) Keterangan 6. Tolong diurutkan sepuluh barang/produk yang paling mudah dijual
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)