979 IPHI, Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia HAPI, Serikat Pengacara
Indonesia SPI, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia AKHI, Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal HKHPM dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia APSI.
4 Dalam waktu paling lambat 2 dua tahun setelah berlakunya Undang- Undang ini, Organisasi Advokat telah terbentuk.
Pasal 33
Kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Profesi Advokat yang telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat Indonesia IKADIN, Asosiasi Advokat Indonesia AAI,
Ikatan Penasihat Hukum Indonesia IPHI, Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia HAPI, Serikat Pengacara Indonesia SPI, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia AKHI,
dan Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal HKHPM, pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis menurut Undang-
Undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh Organisasi Advokat.
BAB XIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Advokat, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum dibentuk atau diganti dengan peraturan perundang-undangan
yang baru sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini.
Pasal 35
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, maka: 1. Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie Stb.
1847 Nomor 23 jo. Stb. 1848 Nomor 57, Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan penambahannya;
2. Bepalingen betreffende het kostuum der Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en Deuwaarders Stb. 1848 Nomor 8;
3. Bevoegdheid departement hoofd in burgelijke zaken van land Stb. 1910 Nomor 446 jo. Stb. 1922 Nomor 523; dan
4. Vertegenwoordiging van de land in rechten K.B.S 1922 Nomor 522; dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 36
980 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Telah Sah pada tanggal 5 April 2003 Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2003
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 49
981
PENJELASAN AT AS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2003
TENTANG ADVOKAT I. UMUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum menuntut
antara lain adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum equality before the law. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar juga menentukan bahwa setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas,
mandiri dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan. Melalui jasa
hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan merupakan salah satu pilar
dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain dalam proses peradilan, peran Advokat juga terlihat di jalur profesi di luar
pengadilan. Kebutuhan jasa hukum Advokat di luar proses peradilan pada saat sekarang semakin meningkat, sejalan dengan semakin berkembangnya kebutuhan hukum
masyarakat terutama dalam memasuki kehidupan yang semakin terbuka dalam pergaulan antarbangsa. Melalui pemberian jasa konsultasi, negosiasi maupun dalam
pembuatan kontrak-kontrak dagang, profesi Advokat ikut memberi sumbangan berarti bagi pemberdayaan masyarakat serta pembaharuan hukum nasional khususnya di
bidang ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Kendati keberadaan dan fungsi Advokat sudah berkembang sebagaimana dikemukakan, peraturan perundang-undangan yang mengatur institusi Advokat sampai saat
dibentuknya Undang-undang ini masih berdasarkan pada peraturan perundang- undangan peninggalan zaman kolonial, seperti ditemukan dalam Reglement op de
Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie Stb. 1847 : 23 jo. Stb.
982 1848 : 57, Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan penambahannya
kemudian, Bepalingen betreffende het kostuum der Rechterlijke Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en Deuwaarders Stb. 1848 : 8, Bevoegdheid departement hoofd
in burgelijke zaken van land Stb. 1910 : 446 jo. Stb. 1922 : 523, dan Vertegenwoordiging van de land in rechten K.B.S 1922 : 522.
Untuk menggantikan peraturan perundang-undangan yang diskriminatif dan yang sudah tidak sesuai lagi dengan sistem ketatanegaraan yang berlaku, serta sekaligus untuk
memberi landasan yang kokoh pelaksanaan tugas pengabdian Advokat dalam kehidupan masyarakat, maka dibentuk Undang-Undang ini sebagaimana diamanatkan
pula dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 1999. Dalam Undang-undang ini diatur secara komprehensif berbagai ketentuan penting yang
melingkupi profesi Advokat, dengan tetap mempertahankan prinsip kebebasan dan kemandirian Advokat, seperti dalam pengangkatan, pengawasan, dan penindakan serta
ketentuan bagi pengembangan organisasi Advokat yang kuat di masa mendatang. Di samping itu diatur pula berbagai prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat
khususnya dalam peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip- prinsip negara hukum pada umumnya.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Cukup jelas. Pasal 2
Ayat 1 Yang dimaksud den
gan “berlatar belakang pendidikan tinggi hukum” adalah lulusan fakultas hukum, fakultas syariah, perguruan tinggi hukum militer, dan perguruan
tinggi ilmu kepolisian. Ayat 2
Cukup jelas. Ayat 3
Cukup jelas. Pasal 3
983 Ayat 1
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Yang dimaksud den
gan “bertempat tinggal di Indonesia” adalah bahwa pada waktu seseorang diangkat sebagai advokat, orang tersebut harus bertempat
tinggal di Indonesia. Persyaratan tersebut tidak mengurangi kebebasan seseorang setelah diangkat sebagai advokat untuk bertempat tinggal
dimanapun. Huruf c
Yang dimaksud den gan “pegawai negeri” dan “pejabat negara”, adalah
pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 da n “pejabat
nega ra” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Dalam Pasal 2 ayat 1 ditentukan bahwa Pegawai Negeri terdiri dari: a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dalam Pasal 11 ayat 1 ditentukan bahwa Pejabat Negara terdiri dari: a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada semua Badan
Peradilan; e. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung;
f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Menteri, dan jabatan yang setingkat Menteri; h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; i.
Gubernur dan Wakil Gubernur; j.
BupatiWalikota dan Wakil BupatiWakil Walikota; dan
984 k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang.
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam huruf c mencakup Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Yang dimaksud den gan “Organisasi Advokat” dalam ayat ini adalah
Organisasi Advokat yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Pasal 32 ayat 4 Undang-undang ini.
Huruf g Magang dimaksudkan agar calon advokat dapat memiliki pengalaman
praktis yang mendukung kemampuan, keterampilan, dan etika dalam menjalankan profesinya. Magang dilakukan sebelum calon Advokat diangkat
sebagai Advokat dan dilakukan di kantor advokat. Magang tidak harus dilakukan pada satu kantor advokat, namun yang
penting bahwa magang tersebut dilakukan secara terus menerus dan sekurang-kurangnya selama 2 dua tahun.
Huruf h Cukup jelas.
Huruf i Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas.
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5 Ayat 1
Yang dimaksud den gan “Advokat berstatus sebagai penegak hukum” adalah
Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan
985 keadilan.
Yang dimaksud den gan “bebas” adalah sebagaimana dirumuskan dalam penjelasan
Pasal 14. Ayat 2
Dalam hal Advokat membuka atau pindah kantor dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia, Advokat wajib memberitahukan kepada Pengadilan Negeri,
Organisasi Advokat, dan Pemerintah Daerah setempat. Pasal 6
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c Ketentuan dalam huruf c ini, berlaku bagi Advokat baik di dalam maupun di luar
Pengadilan. Hal ini, sebagai konsekuensi status advokat sebagai penegak hukum, di manapun berada harus menunjukkan sikap hormat terhadap hukum, peraturan
perundang-undangan, atau pengadilan. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Cukup jelas. Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 9
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2
986 Yang dimaksud den
gan “penegak hukum lainnya” adalah Pengadilan Tinggi untuk semua lingkungan peradilan, Kejaksaan, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan Advokat. Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
Cukup jelas. Pasal 12
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Yang dimaksud den
gan “peraturan perundang-undangan” adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Advokat.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14 Yang dimaksud den
gan “bebas” adalah tanpa tekanan, ancaman, hambatan, tanpa rasa takut, atau perlakuan yang merendahkan harkat martabat profesi. Kebebasan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan kode etik profesi dan peraturan perundang- undangan. Pasal 15
Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan Advokat dalam menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan kliennya di luar sidang pengadilan dan dalam mendampingi kliennya
pada dengar pendapat di lembaga perwakilan rakyat. Pasal 16
Yang dimaksud den gan “iktikad baik” adalah menjalankan tugas profesi demi tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya. Yang dimaksud den
gan “sidang pengadilan” adalah sidang pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua lingkungan peradilan.
987 Pasal 17
Cukup jelas. Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas.
Ayat 3 Ketentuan dalam ayat ini tidak mengurangi hak dan hubungan perdata Advokat
tersebut dengan kantornya. Pasal 21
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Yang dimaksud den
gan “secara wajar” adalah dengan memperhatikan resiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan klien.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Ayat 1
Cukup jelas. Ayat 2
Yang dimaksud den gan “hukum asing” adalah hukum dari negara asalnya danatau
hukum internasional di bidang bisnis dan arbitrase. Ayat 3
Cukup jelas. Ayat 4
988 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.
Pasal 27 Ayat 1
Cukup jelas. Ayat 2
Cukup jelas. Ayat 3
Cukup jelas. Ayat 4
Yang dimaksud den gan “tokoh masyarakat” antara lain ahli agama danatau ahli
etika. Ayat 5
Cukup jelas. Pasal 28
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas.
Ayat 3 Yang dimaksud den
gan “pimpinan partai politik” adalah pengurus partai politik.
Pasal 29 Cukup jelas.
989 Pasal 30
Cukup jelas. Pasal 31
Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas. Pasal 35
Cukup jelas. Pasal 36
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4288
990
KET UA MAH KA MAH AG UNG Jakarta, 01 Mei 2009
REPU BLIK IND ON ESIA
Nomor : 052KMAV2009
Kepada: Lampiran
: - Para Ketua Pengadilan Tinggi.
Perihal : Sikap Mahkamah Agung
di Terhadap Organisasi Advokat Seluruh Indonesia
Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan dari para Ketua Pengadilan Tinggi beberapa daerah, yang pada intinya mempertanyakan
bagaimana sikap para Ketua Pengadilan Tinggi sehubungan dengan adanya permintaan penympahan Advokat. Begitu pula Mahkamah Agung
Republik Indonesia banyak menerima surat dari organisasi Advokat, baik dari PERADI, KAI maupun dari PERADIN, yang kesemuanya menyatakan
diri sebagai organisasi Advokat yang sah, sedangkan yang lainnya adalah tidak sah. Persoalan yang diajukan para Advokat ke Mahkamah Agung
tersebut sesungguhnya urusan Advokat yang merupakan urusan internal mereka. Namun karena perbedaan-perbedaan persepsi di antara para
Advokat menimbulkan
ketidakpastian bagi
Pengadilan, sehingga
mewajibkan Mahkamah Agung untuk memberikan petunjuk kepada jajarannya dalam menyikapi keadaan tersebut. Mahkamah Agung sudah
berusaha untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak, antara lain dari Ketua Mahkamah Konstitusi, Menteri Hukum dan HAM, Kapolri, Jaksa
Agung dan beberapa ahli hukum senior, namun masukan-masukan tersebut masih bervariabel.
Petunjuk Mahkamah Agung di dalam menyikapi berbagai sikap antara para Advokat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Urusan perselisihan antara organisasi Advokat adalah urusan internal mereka. Pengadilan tidak dalam posisi untuk mengakui atau tidak
mengakui suatu organisasi. Perselisihan mereka harus diselesaikan sendiri oleh profesi Advokat atau apabila mengalami jalan buntu maka
dapat diselesaikan melalui jalur hukum. 2. Di dalam Undang-undang Advokat Undang-undang Nomor 18 Tahun
991 2003 disebutkan bahwa organisasi Advokat merupakan satu-satunya
wadah profesi Advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai ketentuan Undang-undang ini. Hal ini berarti bahwa hanya boleh ada
satu organisasi Advokat, terlepas dari bagaimana cara terbentuknya organisasi tersebut yang tidak diatur dalam Undang-undang yang
bersangkutan. Di dalam kenyataan sekarang ini, ada tiga organisasi yang menyatakan
diri sebagai satu-satunya organisasi advokat yang sah, yagn menurut Mahkamah Agung harus diselesaikan menurut tata cara yagn disebut
butir satu di atas. Selama penyelesaian masalah tersebut belum ada, Mahkamah Agung
meminta kepada para Ketua Pengadilan Tinggi untuk tidak terlibat secara langsung atau tidak langsung terhadap adanya perselisihan
tersebut yang berarti Ketua Pengadilan Tinggi tidak mengambil sumpah Advokat baru sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 4 Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2003, karena akan melanggar Pasal 28 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003.
3. Walaupun demikian, Advokat yang telah diambil sumpahnya sesuai dengan Pasal 4 tersebut di atas, tidak bisa dihalangi untuk beracara di
Pengadilan, terlepas dari organisasi manapun ia berasal. Apabila ada Advokat yang diambil sumpahnya menyimpang dari ketentuan Pasal 4
tersebut bukan oleh Ketua Pengadilan Tinggi, maka sumpahnya dianggap tidak sah, sehingga yang bersangkutan tidak dibenarkan
beracara di Pengadilan. 4. Para Ketua Pengadilan Tinggi diminta untuk mendorong para Advokat
tersebut untuk bersatu, karena tidak bersatunya mereka akan menyulitkan dirinya sendiri dan juga Pengadilan.
Demikianlah petunjuk yang diberikan oleh Mahkamah Agung, untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Ketua Mahkamah Agung RI
DR. HARIFIN A. TUMPA, SH., MH
992 Tembusan :
1. Para Wakil Ketua Mahkamah Agung RI 2. Para Ketua Muda Mahkamah Agung RI
3. Para Ketua Pengadilan Tinggi Agama 4. Para Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
5. Kadilmiltama 6. Para Kepala Pengadilan Militer Tinggi
7. Arsip.
993
MAH KA MAH AGU NG Jakarta, 25 Juni 2010
REPU BLIK IND ON ESIA
Nomor : 089KMAVI2010
Kepada yth : Lampiran
: - Para Ketua Pengadilan Tinggi.
Perihal : Penyumpahan Advokat.
di Seluruh Indonesia
Dalam surat Mahkamah Agung tanggal 01 Mei 2009 No. 052KMAV2009, ditegaskan bahwa berhubung masih adanya perseteruan
di antara para organisasi advokat, tentang siapa sesungguhnya organisasi yang sah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
maka para Ketua Pengadilan Tinggi diminta untuk sementara tidak mengambil sumpah para calon advokat, karena akan melanggar Pasal 28
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003. Kenyataan yang ditemui, perseteruan yang nyata adalah antara
Peradi dan KAI, maka dengan adanya kesepakatan antara Pengurus Peradi yang diwakili oleh Ketua Umumnya Dr. Otto Hasibuan dengan
Pengurus Pusat KAI yang diwakili oleh Presidennya Indra Sahnun Lubis, SH., MH., pada tanggal 24 Juni 2010 di hadapan Ketua Mahkamah Agung,
telah melakukan kesepatakan yang pada intinya organisasi advokat yang disepakati dan merupakan satu-satunya wadah profesi advokat adalah
Perhimpunan Advokat Indonesia PERADI. Berhubung dengan telah adanya kesepakatan tersebut, maka
Mahkamah Agung menyampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Mahkamah Agung mencabut kembali surat Ketua Mahkamah Agung
tertanggal 01 Mei 2009 No. 052KMAV2009; 2. Para Ketua Pengadilan Tinggi dapat mengambil sumpah para calon
advokat yang telah memenuhi syarat, dengan ketentuan bahwa usul penyumpahan tersebut harus diajukan oleh Pengurus Peradi, sesuai
dengan jiwa kesepakatan tanggal 24 Juni 2010. Demikian untuk dilaksanakan.
994 Ketua Mahkamah Agung RI
HARIFIN A. TUMPA Tembusan Yth :
1. Para Wakil Ketua Mahkamah Agung RI 2. Para Ketua Muda Mahkamah Agung RI
3. Para Ketua Pengadilan Tinggi Agama 4. Para Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
5. Kadilmiltama 6. Para Kepala Pengadilan Militer Tinggi
7. DPN Peradi 8. DPP KAI
995
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG
KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang menjamin kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menjalankan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka melalui pencalonan hakim agung serta
pengawasan terhadap hakim yang transparan dan partisipatif guna menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat, serta menjaga perilaku hakim;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24B ayat 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi
Yudisial diatur dengan undang-undang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Komisi Yudisial; Mengingat:
1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal 24C, dan Pasal 25 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4359; 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316;
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
996 Republik Indonesia Nomor 4358;
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI YUDISIAL BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang selanjutnya disebut DPR adalah
Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Hakim Agung adalah hakim anggota pada Mahkamah Agung. 5. Hakim adalah Hakim Agung dan hakim pada badan peradilan di semua lingkungan
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung serta hakim Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. 6. Lingkungan Peradilan adalah badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara, serta pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan
peradilan tersebut. 7. Hari adalah hari kerja.
BAB II KEDUDUKAN DAN SUSUNAN