979 IPHI,  Himpunan  Advokat  dan  Pengacara  Indonesia  HAPI,  Serikat  Pengacara
Indonesia  SPI,  Asosiasi  Konsultan  Hukum  Indonesia  AKHI,  Himpunan  Konsultan Hukum Pasar Modal HKHPM dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia APSI.
4  Dalam  waktu  paling  lambat  2  dua  tahun  setelah  berlakunya  Undang-  Undang  ini, Organisasi Advokat telah terbentuk.
Pasal 33
Kode  etik  dan  ketentuan  tentang  Dewan  Kehormatan  Profesi  Advokat  yang  telah ditetapkan  oleh  Ikatan  Advokat  Indonesia  IKADIN,  Asosiasi  Advokat  Indonesia  AAI,
Ikatan  Penasihat  Hukum  Indonesia  IPHI,  Himpunan  Advokat  dan  Pengacara  Indonesia HAPI, Serikat Pengacara  Indonesia SPI, Asosiasi Konsultan  Hukum  Indonesia AKHI,
dan  Himpunan  Konsultan  Hukum  Pasar  Modal  HKHPM,  pada  tanggal  23  Mei  2002 dinyatakan  mempunyai  kekuatan  hukum  secara  mutatis  mutandis  menurut  Undang-
Undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh Organisasi Advokat.
BAB XIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan  pelaksanaan yang  mengatur  mengenai  Advokat,  tetap  berlaku sepanjang  tidak bertentangan  atau  belum  dibentuk  atau  diganti  dengan  peraturan  perundang-undangan
yang baru sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini.
Pasal 35
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, maka: 1.  Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie  in  Indonesie Stb.
1847 Nomor 23 jo. Stb. 1848 Nomor 57, Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan penambahannya;
2.  Bepalingen betreffende het kostuum der Rechterlijke  Ambtenaren dat der Advokaten, procureurs en Deuwaarders Stb. 1848 Nomor 8;
3.  Bevoegdheid  departement  hoofd  in  burgelijke  zaken  van  land  Stb.  1910  Nomor 446 jo. Stb. 1922 Nomor 523; dan
4.  Vertegenwoordiging van de land in rechten K.B.S 1922 Nomor 522; dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 36
980 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar  setiap  orang  mengetahuinya,  memerintahkan  pengundangan  Undang-Undang  ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Telah Sah pada  tanggal  5  April 2003 Diundangkan di Jakarta pada tanggal  5 April 2003
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 49
981
PENJELASAN AT AS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR  18  TAHUN 2003
TENTANG ADVOKAT I.    UMUM
Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  menentukan  secara tegas  bahwa  negara  Indonesia  adalah  negara  hukum.  Prinsip  negara  hukum  menuntut
antara lain adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum equality before the law. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar juga menentukan bahwa setiap
orang  berhak  atas  pengakuan,  jaminan,  perlindungan  dan  kepastian  hukum  yang  adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Dalam  usaha  mewujudkan  prinsip-prinsip  negara  hukum  dalam  kehidupan bermasyarakat  dan  bernegara,  peran  dan  fungsi  Advokat  sebagai  profesi  yang  bebas,
mandiri  dan  bertanggung  jawab  merupakan  hal  yang  penting,  di  samping  lembaga peradilan  dan  instansi  penegak  hukum  seperti  kepolisian  dan  kejaksaan.  Melalui  jasa
hukum  yang  diberikan,  Advokat  menjalankan  tugas  profesinya  demi  tegaknya  keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan  masyarakat  pencari  keadilan,  termasuk  usaha
memberdayakan  masyarakat  dalam  menyadari  hak-hak  fundamental  mereka  di  depan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan merupakan salah satu pilar
dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain  dalam  proses  peradilan,  peran  Advokat  juga  terlihat  di  jalur  profesi  di  luar
pengadilan. Kebutuhan jasa hukum Advokat di luar proses peradilan pada saat sekarang semakin  meningkat,  sejalan  dengan  semakin  berkembangnya  kebutuhan  hukum
masyarakat  terutama  dalam  memasuki  kehidupan  yang  semakin  terbuka  dalam pergaulan  antarbangsa.  Melalui  pemberian  jasa  konsultasi,  negosiasi  maupun  dalam
pembuatan  kontrak-kontrak  dagang,  profesi  Advokat  ikut  memberi  sumbangan  berarti bagi  pemberdayaan  masyarakat  serta  pembaharuan  hukum  nasional  khususnya  di
bidang  ekonomi  dan  perdagangan,  termasuk  dalam  penyelesaian  sengketa  di  luar pengadilan.
Kendati keberadaan dan fungsi Advokat sudah berkembang sebagaimana dikemukakan, peraturan  perundang-undangan  yang  mengatur  institusi  Advokat  sampai  saat
dibentuknya  Undang-undang  ini  masih  berdasarkan  pada  peraturan  perundang- undangan  peninggalan  zaman  kolonial,  seperti  ditemukan  dalam  Reglement  op  de
Rechterlijke  Organisatie  en  het  Beleid  der  Justitie  in  Indonesie  Stb.  1847  :  23  jo.  Stb.
982 1848 : 57, Pasal 185 sampai Pasal 192 dengan segala perubahan dan penambahannya
kemudian,  Bepalingen  betreffende  het  kostuum  der  Rechterlijke  Ambtenaren  dat  der Advokaten, procureurs en Deuwaarders Stb. 1848 : 8, Bevoegdheid departement hoofd
in  burgelijke  zaken  van  land  Stb.  1910  :  446  jo.  Stb.  1922  :  523,  dan Vertegenwoordiging van de land  in rechten K.B.S 1922 : 522.
Untuk menggantikan peraturan perundang-undangan yang diskriminatif dan  yang sudah tidak  sesuai  lagi  dengan  sistem  ketatanegaraan  yang  berlaku,  serta  sekaligus  untuk
memberi  landasan  yang  kokoh  pelaksanaan  tugas  pengabdian  Advokat  dalam kehidupan  masyarakat,  maka  dibentuk  Undang-Undang  ini  sebagaimana  diamanatkan
pula  dalam  Pasal  38  Undang-Undang  Nomor  14  Tahun  1970  tentang  Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 1999. Dalam Undang-undang ini diatur secara komprehensif berbagai  ketentuan penting yang
melingkupi  profesi  Advokat,  dengan  tetap  mempertahankan  prinsip  kebebasan  dan kemandirian  Advokat, seperti dalam pengangkatan, pengawasan, dan penindakan serta
ketentuan  bagi  pengembangan  organisasi  Advokat  yang  kuat  di  masa  mendatang.  Di samping  itu  diatur  pula  berbagai  prinsip  dalam  penyelenggaraan  tugas  profesi  Advokat
khususnya  dalam  peranannya  dalam  menegakkan  keadilan  serta  terwujudnya  prinsip- prinsip negara hukum pada umumnya.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Cukup jelas. Pasal 2
Ayat 1 Yang dimaksud den
gan “berlatar belakang pendidikan tinggi hukum” adalah lulusan fakultas  hukum,  fakultas  syariah,  perguruan  tinggi  hukum  militer,  dan  perguruan
tinggi ilmu kepolisian. Ayat 2
Cukup jelas. Ayat 3
Cukup jelas. Pasal 3
983 Ayat 1
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Yang dimaksud den
gan “bertempat tinggal di Indonesia” adalah bahwa pada waktu seseorang diangkat sebagai advokat, orang tersebut harus bertempat
tinggal  di  Indonesia.  Persyaratan  tersebut  tidak  mengurangi  kebebasan seseorang  setelah  diangkat  sebagai  advokat  untuk  bertempat  tinggal
dimanapun. Huruf c
Yang  dimaksud  den gan  “pegawai  negeri”  dan  “pejabat  negara”,  adalah
pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 da n “pejabat
nega ra”  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  11  ayat  1  Undang-Undang
Nomor  43  Tahun  1999  tentang  Perubahan  atas  Undang-Undang  Nomor  8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Dalam Pasal 2 ayat 1 ditentukan bahwa Pegawai Negeri terdiri dari: a.  Pegawai Negeri Sipil;
b.  Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan c.  Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dalam Pasal 11 ayat 1 ditentukan bahwa Pejabat Negara terdiri dari: a.  Presiden dan Wakil Presiden;
b.  Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat; c.  Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
d.  Ketua,  Wakil  Ketua,  Ketua  Muda,  dan  Hakim  Agung  pada  Mahkamah Agung,  serta  Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Hakim  pada  semua  Badan
Peradilan; e.  Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung;
f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g.  Menteri, dan jabatan yang setingkat Menteri; h.  Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; i.
Gubernur dan Wakil Gubernur; j.
BupatiWalikota dan Wakil BupatiWakil Walikota; dan
984 k.  Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang.
Ketua,  Wakil  Ketua,  dan  Anggota  Dewan  Perwakilan  Rakyat sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  c  mencakup  Dewan  Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Yang  dimaksud  den gan  “Organisasi  Advokat”  dalam  ayat  ini  adalah
Organisasi  Advokat  yang  dibentuk  sesuai  dengan  ketentuan  Pasal  32  ayat 4 Undang-undang ini.
Huruf g Magang  dimaksudkan  agar  calon  advokat  dapat  memiliki  pengalaman
praktis  yang  mendukung  kemampuan,  keterampilan,  dan  etika  dalam menjalankan profesinya.  Magang dilakukan sebelum calon Advokat diangkat
sebagai Advokat dan dilakukan di kantor advokat. Magang  tidak  harus  dilakukan  pada  satu  kantor  advokat,  namun  yang
penting  bahwa  magang  tersebut  dilakukan  secara  terus  menerus  dan sekurang-kurangnya selama 2 dua tahun.
Huruf h Cukup jelas.
Huruf i Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas.
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5 Ayat 1
Yang  dimaksud  den gan  “Advokat  berstatus  sebagai  penegak  hukum”  adalah
Advokat  sebagai  salah  satu  perangkat  dalam  proses  peradilan  yang  mempunyai kedudukan setara dengan  penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan
985 keadilan.
Yang dimaksud den gan “bebas” adalah sebagaimana dirumuskan dalam penjelasan
Pasal 14. Ayat 2
Dalam  hal  Advokat  membuka  atau  pindah  kantor  dalam  suatu  wilayah  negara Republik  Indonesia,  Advokat  wajib  memberitahukan  kepada  Pengadilan  Negeri,
Organisasi Advokat, dan Pemerintah Daerah setempat. Pasal 6
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c Ketentuan  dalam  huruf  c  ini,  berlaku  bagi  Advokat  baik  di  dalam  maupun  di  luar
Pengadilan.  Hal  ini,  sebagai  konsekuensi  status  advokat  sebagai  penegak  hukum, di  manapun  berada  harus  menunjukkan  sikap  hormat  terhadap  hukum,  peraturan
perundang-undangan, atau pengadilan. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Cukup jelas. Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 9
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2
986 Yang  dimaksud  den
gan “penegak hukum lainnya” adalah Pengadilan Tinggi untuk semua  lingkungan  peradilan,  Kejaksaan,  dan  Kepolisian  Negara  Republik
Indonesia, yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan Advokat. Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
Cukup jelas. Pasal 12
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Yang  dimaksud  den
gan  “peraturan  perundang-undangan”  adalah  peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Advokat.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14 Yang  dimaksud  den
gan  “bebas”  adalah tanpa  tekanan,  ancaman,  hambatan,  tanpa  rasa takut,  atau  perlakuan  yang  merendahkan  harkat  martabat  profesi.  Kebebasan  tersebut
dilaksanakan sesuai dengan kode etik profesi dan peraturan perundang- undangan. Pasal 15
Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan  Advokat dalam menjalankan tugas profesinya untuk  kepentingan  kliennya  di  luar  sidang  pengadilan  dan  dalam  mendampingi  kliennya
pada dengar pendapat di lembaga perwakilan rakyat. Pasal 16
Yang  dimaksud  den gan  “iktikad  baik”  adalah  menjalankan  tugas  profesi  demi  tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya. Yang dimaksud den
gan “sidang pengadilan” adalah sidang pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua lingkungan peradilan.
987 Pasal 17
Cukup jelas. Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas.
Ayat 3 Ketentuan  dalam  ayat  ini  tidak  mengurangi  hak  dan  hubungan  perdata  Advokat
tersebut dengan kantornya. Pasal 21
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Yang  dimaksud  den
gan  “secara  wajar”  adalah  dengan  memperhatikan  resiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan klien.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Ayat 1
Cukup jelas. Ayat 2
Yang dimaksud den gan “hukum asing” adalah hukum dari negara asalnya danatau
hukum internasional di bidang bisnis dan arbitrase. Ayat 3
Cukup jelas. Ayat 4
988 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.
Pasal 27 Ayat 1
Cukup jelas. Ayat 2
Cukup jelas. Ayat 3
Cukup jelas. Ayat 4
Yang  dimaksud  den gan  “tokoh  masyarakat”  antara  lain  ahli  agama  danatau  ahli
etika. Ayat 5
Cukup jelas. Pasal 28
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Cukup jelas.
Ayat 3 Yang dimaksud den
gan “pimpinan partai politik” adalah pengurus partai politik.
Pasal 29 Cukup jelas.
989 Pasal 30
Cukup jelas. Pasal 31
Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas. Pasal 35
Cukup jelas. Pasal 36
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4288
990
KET UA MAH KA MAH AG UNG Jakarta,  01  Mei  2009
REPU BLIK IND ON ESIA
Nomor : 052KMAV2009
Kepada: Lampiran
: - Para Ketua Pengadilan  Tinggi.
Perihal : Sikap Mahkamah Agung
di Terhadap Organisasi Advokat          Seluruh Indonesia
Sehubungan  dengan  banyaknya  pertanyaan  dari  para  Ketua Pengadilan  Tinggi  beberapa  daerah,  yang  pada  intinya  mempertanyakan
bagaimana  sikap  para  Ketua  Pengadilan  Tinggi  sehubungan  dengan adanya  permintaan  penympahan  Advokat.  Begitu  pula  Mahkamah  Agung
Republik  Indonesia  banyak  menerima  surat  dari  organisasi  Advokat,  baik dari  PERADI,  KAI  maupun  dari  PERADIN,  yang  kesemuanya  menyatakan
diri sebagai organisasi  Advokat  yang sah, sedangkan yang lainnya adalah tidak  sah.  Persoalan  yang  diajukan  para  Advokat  ke  Mahkamah  Agung
tersebut  sesungguhnya  urusan  Advokat  yang  merupakan  urusan  internal mereka.  Namun  karena  perbedaan-perbedaan  persepsi  di  antara  para
Advokat menimbulkan
ketidakpastian bagi
Pengadilan, sehingga
mewajibkan  Mahkamah  Agung  untuk  memberikan  petunjuk  kepada jajarannya  dalam  menyikapi  keadaan  tersebut.  Mahkamah  Agung  sudah
berusaha untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak, antara lain dari Ketua  Mahkamah  Konstitusi,  Menteri  Hukum  dan  HAM,  Kapolri,  Jaksa
Agung  dan  beberapa  ahli  hukum  senior,  namun  masukan-masukan tersebut masih bervariabel.
Petunjuk  Mahkamah  Agung  di  dalam  menyikapi  berbagai  sikap antara para Advokat tersebut adalah sebagai berikut :
1.  Urusan  perselisihan  antara  organisasi  Advokat  adalah  urusan  internal mereka.  Pengadilan  tidak  dalam  posisi  untuk  mengakui  atau  tidak
mengakui  suatu  organisasi.  Perselisihan  mereka  harus  diselesaikan sendiri oleh profesi  Advokat atau apabila mengalami jalan buntu maka
dapat diselesaikan melalui jalur hukum. 2.  Di  dalam  Undang-undang  Advokat  Undang-undang  Nomor  18  Tahun
991 2003  disebutkan  bahwa  organisasi  Advokat  merupakan  satu-satunya
wadah  profesi  Advokat  yang  bebas  dan  mandiri  yang  dibentuk  sesuai ketentuan  Undang-undang  ini.  Hal  ini  berarti  bahwa  hanya  boleh  ada
satu  organisasi  Advokat,  terlepas  dari  bagaimana  cara  terbentuknya organisasi  tersebut  yang  tidak  diatur  dalam  Undang-undang  yang
bersangkutan. Di dalam kenyataan sekarang ini, ada tiga organisasi yang menyatakan
diri  sebagai  satu-satunya  organisasi  advokat  yang  sah,  yagn  menurut Mahkamah  Agung  harus  diselesaikan  menurut  tata  cara  yagn  disebut
butir satu di atas. Selama  penyelesaian  masalah  tersebut  belum  ada,  Mahkamah  Agung
meminta  kepada  para  Ketua  Pengadilan  Tinggi  untuk  tidak  terlibat secara  langsung  atau  tidak  langsung  terhadap  adanya  perselisihan
tersebut yang berarti Ketua Pengadilan Tinggi tidak mengambil sumpah Advokat  baru  sebagaimana  yang  ditentukan  dalam  Pasal  4  Undang-
undang  Nomor  18  Tahun  2003,  karena  akan  melanggar  Pasal  28 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003.
3.  Walaupun  demikian,  Advokat  yang  telah  diambil  sumpahnya  sesuai dengan Pasal 4 tersebut di atas, tidak bisa dihalangi untuk beracara di
Pengadilan,  terlepas  dari  organisasi  manapun  ia  berasal.  Apabila  ada Advokat  yang diambil sumpahnya menyimpang dari  ketentuan Pasal 4
tersebut  bukan  oleh  Ketua  Pengadilan  Tinggi,  maka  sumpahnya dianggap  tidak  sah,  sehingga  yang  bersangkutan  tidak  dibenarkan
beracara di Pengadilan. 4.  Para  Ketua  Pengadilan  Tinggi  diminta  untuk  mendorong  para  Advokat
tersebut  untuk  bersatu,  karena  tidak  bersatunya  mereka  akan menyulitkan dirinya sendiri dan juga Pengadilan.
Demikianlah  petunjuk  yang  diberikan  oleh  Mahkamah  Agung,  untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Ketua Mahkamah Agung RI
DR. HARIFIN A. TUMPA, SH., MH
992 Tembusan :
1.  Para Wakil Ketua Mahkamah Agung RI 2.  Para Ketua Muda Mahkamah Agung RI
3.  Para Ketua Pengadilan Tinggi Agama 4.  Para Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
5.  Kadilmiltama 6.  Para Kepala Pengadilan Militer Tinggi
7.  Arsip.
993
MAH KA MAH AGU NG Jakarta,  25  Juni 2010
REPU BLIK IND ON ESIA
Nomor : 089KMAVI2010
Kepada yth : Lampiran
: - Para Ketua Pengadilan  Tinggi.
Perihal : Penyumpahan Advokat.
di Seluruh Indonesia
Dalam  surat  Mahkamah  Agung  tanggal  01  Mei  2009  No. 052KMAV2009, ditegaskan bahwa berhubung masih adanya perseteruan
di antara  para organisasi advokat, tentang siapa sesungguhnya organisasi yang sah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
maka  para  Ketua  Pengadilan  Tinggi  diminta  untuk  sementara  tidak mengambil  sumpah  para calon  advokat,  karena  akan  melanggar  Pasal  28
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003. Kenyataan  yang  ditemui,  perseteruan  yang  nyata  adalah  antara
Peradi  dan  KAI,  maka  dengan  adanya  kesepakatan  antara  Pengurus Peradi  yang  diwakili  oleh  Ketua  Umumnya  Dr.  Otto  Hasibuan  dengan
Pengurus  Pusat  KAI  yang  diwakili  oleh  Presidennya  Indra  Sahnun  Lubis, SH., MH., pada tanggal 24 Juni 2010 di hadapan Ketua  Mahkamah Agung,
telah  melakukan  kesepatakan  yang  pada  intinya  organisasi  advokat  yang disepakati  dan  merupakan  satu-satunya  wadah  profesi  advokat  adalah
Perhimpunan Advokat Indonesia PERADI. Berhubung  dengan  telah  adanya  kesepakatan  tersebut,  maka
Mahkamah Agung menyampaikan hal-hal sebagai berikut : 1.  Mahkamah  Agung  mencabut  kembali  surat  Ketua  Mahkamah  Agung
tertanggal 01 Mei 2009 No. 052KMAV2009; 2.  Para  Ketua  Pengadilan  Tinggi  dapat  mengambil  sumpah  para  calon
advokat  yang  telah  memenuhi  syarat,  dengan  ketentuan  bahwa  usul penyumpahan  tersebut  harus  diajukan  oleh  Pengurus  Peradi,  sesuai
dengan jiwa kesepakatan tanggal 24 Juni 2010. Demikian untuk dilaksanakan.
994 Ketua Mahkamah Agung RI
HARIFIN A. TUMPA Tembusan Yth :
1.  Para Wakil Ketua Mahkamah Agung RI 2.  Para Ketua Muda Mahkamah Agung RI
3.  Para Ketua Pengadilan Tinggi Agama 4.  Para Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
5.  Kadilmiltama 6.  Para Kepala Pengadilan Militer Tinggi
7.  DPN Peradi 8.  DPP KAI
995
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG
KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
a.  bahwa  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  adalah  negara  hukum  yang  menjamin kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menjalankan peradilan  guna menegakkan
hukum  dan  keadilan  berdasarkan  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia Tahun 1945;
b.  bahwa  Komisi  Yudisial  mempunyai  peranan  penting  dalam  usaha  mewujudkan kekuasaan  kehakiman  yang  merdeka  melalui  pencalonan  hakim  agung  serta
pengawasan  terhadap  hakim  yang  transparan  dan  partisipatif  guna  menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat, serta menjaga perilaku hakim;
c.  bahwa  berdasarkan  ketentuan  Pasal  24B  ayat  4  Undang-Undang  Dasar  Negara Republik  Indonesia  Tahun  1945,  susunan,  kedudukan,  dan  keanggotaan  Komisi
Yudisial diatur dengan undang-undang; d.  bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Komisi Yudisial; Mengingat:
1.  Pasal  20,  Pasal  21,  Pasal  24,  Pasal  24A,  Pasal  24B,  Pasal  24C,  dan  Pasal  25 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.  Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang  Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah  dengan  Undang-Undang  Nomor  5  Tahun  2004  tentang  Perubahan  atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang  Mahkamah Agung Lembaran Negara Republik  Indonesia  Tahun  2004  Nomor  9,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik
Indonesia Nomor 4359; 3.  Undang-Undang  Nomor  24  Tahun  2003  tentang  Mahkamah  Konstitusi  Lembaran
Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2003  Nomor  98,  Tambahan  Lembaran  Negara Republik Indonesia Nomor 4316;
4.  Undang-Undang  Nomor  4  Tahun  2004  tentang  Kekuasaan  Kehakiman  Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2004  Nomor  8,  Tambahan  Lembaran  Negara
996 Republik Indonesia Nomor 4358;
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI YUDISIAL BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.  Komisi  Yudisial  adalah  lembaga  negara  sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2.  Mahkamah  Agung  adalah  pelaku  kekuasaan  kehakiman  sebagaimana  dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3.  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Republik  Indonesia  yang  selanjutnya  disebut  DPR  adalah
Dewan  Perwakilan  Rakyat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-Undang  Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4.  Hakim Agung adalah hakim anggota pada Mahkamah Agung. 5.  Hakim  adalah  Hakim  Agung  dan  hakim  pada  badan  peradilan  di  semua  lingkungan
peradilan yang berada  di bawah  Mahkamah  Agung serta hakim  Mahkamah Konstitusi sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia
Tahun 1945. 6.  Lingkungan  Peradilan  adalah  badan  peradilan  yang  berada  di  bawah  Mahkamah
Agung  dalam  lingkungan  peradilan  umum,  peradilan  agama,  peradilan  militer,  dan peradilan tata  usaha negara, serta pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan
peradilan tersebut. 7.  Hari adalah hari kerja.
BAB II KEDUDUKAN DAN SUSUNAN