Pengaruh Kondisi Lingkungan Optimum dan Suboptimum terhadap Vigor Benih Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Periode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN OPTIMUM
DAN SUBOPTIMUM TERHADAP VIGOR BENIH
PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA PERIODE I KONSEPSI
STEINBAUER-SADJAD

Oleh

AA FACHRURROZI
A 29.0493

JURUSAN Bum DAYA PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

RINGKASAN

AA

Pengaruh Kondisi Lingkungan Optimum


FACHRURROZI.

Suboptimum Terhadap Vigor Benih Padi Gogo
L.)

Pada Periode

I

Konsepsi

(Oryza

Steinbauer-Sadjad

dan

sativa

(di bawah


bimbingan FAIZA C. SUWARNO).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
pengaruh kondisi
dan suboptimum

lingkungan optimum

(kondisi kekeringan)

(kondisi

cukup air)

terhadap vigor benih

padi gogo (Oryza sativa L.) pada Periode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad serta mempelajari penentuan saat

masak fi-


siologis.
Hipotesis pertama adalah kondisi lingkungan optimum
(cukup air) dan sUboptimum (kekeringan) berpengaruh terhadap vigor benih padi gogo (Oryza sativa L.) pada Periode I
Konsepsi Steinbauer-Sadjad.

Hipotesis kedua adalah garis

nilai delta yang didapat dari kondisi optimum dan suboptimum

dapat

kekeringan.

mengindikasikan

ketahanan

tanaman

terhadap


Hipotesis ketiga adalah saat masak fisiologis

terjadi pada saat nilai delta dari viabilitas (selisih Vp
dan Vg) mencapai titik minimum.
Penelitian
menggunakan

merupakan

percobaan

rancangan petak terbagi

faktorial
(Spli t

dengan

plot design)


terdiri dari dua faktor yaitu varietas dan taraf kadar air
tanah.

Faktor pertama

varietas Gajah Mungkur,

terdiri
Kalimutu,

dari

empat

taraf

yaitu

Dodokan dan Jatiluhur,


sedangkan faktor kedua terdiri dari dua taraf yaitu kondisi

optimum

(28.82%
regresi

(47.73%

53.90%)

35.00%).
dan

dan

kondisi

Data diolah dengan uji


kecenderungan

garis

delta

dan

suboptimum
F,

analisis

dilanjutkan

dengan uji Duncan.
Perlakuan taraf kadar air tanah memberikan pengaruh
terhadap akumulasi fosfat


benih dan berat kering benih,

tetapi tidak berpengaruh terhadap bobot gabah per rumpun.
Akumulasi

P yang lebih tinggi

kadar air tanah suboptimum,
akibat

perlakuan

diperoleh pada perlakuan

sedangkan berat kering benih
memberikan

optimum

hasil


yang

lebih

tinggi dibandingkan perlakuan suboptimum.
Setiap

varietas

menunjukkan

respon

yang

berbeda

terhadap pemberian perlakuan taraf kekeringan media tanam
berdasarkan pengamatan akumulasi P dan berat kering benih.

Akumulasi

P benih varietas Gaj ah Mungkur,

Kalimutu

dan D.odokan pada kondisi optimum lebih tinggi dibandingkan
dengan pada kondisi

suboptimum,

Jatiluhur memberikan hasil

sedangkan pada varietas

sebaliknya.

Perlakuan kadar

air tanah memberikan pengaruh nyata terhadap akumulasi P

benih, kecuali pada varietas Gajah Mungkur tidak memberikan pengaruh nyata pada seluruh momen periode viabilitas.
Berdasarkan kecenderungan nilai delta, varietas Gajah
Mungkur

memiliki

toleransi

yang paling

kondisi kekeringan media tanam.
tas

Gajah

Mungkur

pada

kondisi

tinggi

terhadap

Luas Bidang Vigor variesUboptimum

menunjukkan

hasil paling kecil dibandingkan dengan varietas lainnya,
yaitu sebesar 66.214.
Berdasarkan panjang kecambah normal dan be rat kering
kecambah

normal

didapatkan

bahwa

MPV

masak

fisiologi

dicapai pada 27 HSA (Hari Setelah Antesis) untuk varietas
Gajah Mungkur (Umur tanaman sekitar 89 Hari Setelah Tanam
(HST)), Dodokan (Umur tanaman sekitar 102 HST) dan Jatiluhur (Umur tanaman sekitar 112 HST) , sedangkan untuk varietas Kalimutu pada 22 HSA

(Umur tanaman sekitar 89 HST).

Walaupun berat kering benih tidak berbeda nyata,
pada varietas Gaj ah Mungkur,
kering benih
masak

Kalimutu dan Dodokan berat

cenderung mencapai

fisiologi,

sedangkan

tetapi

pada

maksimum pada
Jatiluhur

saat

be rat

MPV

kering

benih maksimum cenderung dicapai pada 22 HSA (Umur tanaman
sekitar 107).

Fosfat benih mencapai maksimum pada 22 HSA

untuk varietas Dodokan
Jatiluhur

(Umur

(Umur tanaman sekitar 97 HST)

tanaman. sekitar

107

HST) ,

tetapi

dan

tidak

berbeda nyata dengan P pada 27 HSA (Umur varietas Dodokan
sekitar 102 HST, umur varietas Jatiluhur sekitar 112 HST).
Pada Kalimutu P maksimum dicapai pada 27 HSA (Umur tanaman
sekitar 112 HST).
Kadar

air

benih yang

teramati

sepanjang periode pengamatan.

Kadar

mengalami

fluktuasi

air benih sedikit

naik turun/berfluktuasi sesuai dengan keadaan lingkungan
di lapangan.

Vigor awal masing-masing varietas berdasarkan tolok
ukur kecepatan tumbuh benih pada saat MPV Masak Fisiologi
adalah

Gajah

Mungkur

2.98

%/etmal,

Kalimutu

5,75

%/etmal, Dodokan 4,65 %/etmal dan Jatiluhur 1,457 %/etrr.al.
Pada penelitian ini satuan etmal dihitung setiap 24 jam.

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN OPTIMUM DAN SUBOPTIMUM
TERHADAP VIGOR BENIH PADI GOGO (Oryza sativa L.)
PADA PERIODE I KONSEPSI STEINBAUER-SADJAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

AA FACHRURROZI
A 29.0493

JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

Judul

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN OPTIMUM DAN SUBOPTIMUM TERHADAP VIGOR BENIH PADI GOGO (Oryza

sativa L.l PADA PERIODE I KONSEPSI STEINBAUERSADJAD
Nama

Aa Fachrurrozi

Nrp

A 29.0493

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr Ir Faiza C. Suwarno, MS
NIP. 130 937 898

Mengetahui,
Budidaya Pertanian

Tanggal lulus

01 MAY 1997

RIWAYAT HIDUP
s・ーエイセ@

Penulis dilahirkan pada tanggal 12

Kadipaten,

Kabupaten

Majalengka,

Jawa

1973

Penulis

Barat.

adalah anak kedua dari tujuh bersaudara,

-',

eLL

keluarga Bapak

K.H.A. Sarkosi Subki dan Hj. Wardatul Jannah.
Penulis
Negeri

memulai

III Heuleut,

Selanjutnya

antara

jenjang
dari

pendidikan

tahun 1980

tahun

1986-1989,

formal

di

SD

sampai

tahun 1986.

penulis

melanjutkan

pendidikan ke SMP Negeri I Kadipaten.

Antara tahun 1989-

1992, penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri I Kabupaten Majalengka.
Pada tahun 1992 penulis diterima menjadi mahasiswa di
Tingkat Persiapan Bersama (TPB) , Institut Pertanian Bogor,
melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

tahun 1993,
nian,

(USMI).

Mulai

penulis diterima di Jurusan Budidaya Perta-

Fakultas Pertanian,

dan memilih Program Studi Ilmu

dan Teknologi Benih.
Selama belajar di IPB, penulis menjadi Asisten Praktikum Kimia Dasar
Praktikum

I

dan

Fisiologi

II

(tahun 1994

Tumbuhan

(1996),

1996),
Asisten

Asisten

Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi (1996), Asisten Praktikum Penyimpanan
Benih (1996) dan Asisten Praktikum Produksi Benih Program
So Ilmu dan Teknologi Benih (1997).

Pengalaman organisasi

penulis

Himagron

meliputi

(1993-1995),
Faperta-IPB

Seksi

Sekretaris

Infokom

Badan

Civa

Muslim

Faperta-IPB
Jurusan

BDP,

(1993-1994), Ketua Bidang Kerohanian Himpunan

Mahasiswa Majalengka
naan BKIM-IPB

(1993-1994),

(1993-1995),

Staf Departemen Pembi-

Dewan Pengkaji

dan Penimbang

BKIM-IPB Wilayah Bogor (1996-1997) dan Ketua Bidang Dakwah
Masjid Alumni-IPB (1996-1997).

KATA PENGANTAR

Puji
Hadirat

syukur

Allah

hidayah-Nya

Al-hamdulillah

SWT,

karena

penulis

dapat

penulis

berkat

panjatkan

limpahan

menyelesaikan

rahmat

Skripsi

ke
dan
yang

berjudul "pengaruh Kondisi Lingkungan Optimum dan Suboptimum terhadap Vigor Benih Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Pada

Peri ode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad".
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pert ani an pada Jurusan Budi Daya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak,

Ibu,

Nailatul
Millah

Kak Nani St. Nadhiroh,

Khoer,

St.

Uswatun

Ii

Malihah,

Hasanah,

Cucu

Ela

Syamsul

dan seluruh keluarga di Majalengka atas bantuan

dan do'anya.
2. Dr Ir Faiza C. Suwarno, MS.
yang

telah banyak

selaku

Dosen

Pembimbing

memberikan bimbingan, sejak sebeluITl

penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
3. Dr Ir Endang Murniati, MS. dan Ir Eny Widajati, MS. selaku Dosen Penguj i yang telah banyak memberikan saran
dan masukan kepada penulis.
4. Ir Agus Purwito, MSc. yang telah memberikan izin
serta Bapak Didi yang telah membantu penulis
menggunakan

fasilitas-fasilitas

Budidaya Pertanian, Faperta, IPB.

rumah kaca

serta
dalam
Jurusan

5. Ir Surjana S. selaku Koordinator Lab. GMSK

yang

memberikan kesempatan kepada penulis untuk
fasilitas dari Lab.

telah

menggunakan

Kimia Gizi Jurusan GMSK,

Faperta,

Institut Pertanian Bogor.
6. Ibu Suryati, Mas Heri dan para laboran Lab. Kimia
GMSK, yang telah banyak membantu penulis selama

Gizi
pelak-

sanaan penelitian.
7. Maria Advianti

dan

Poppy Lestiana, atas

kerjasamanya

sejak sebelum penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
8. Anda Suwanda,

Dendi Ristiandi,

teman-teman semua yang

Muhamad

tidak dapat

Ikhwan

serta

disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan bantuan kepada penulis,
baik

sebelum maupun selama pelaksanaan penelitian.

9. Keluarga

dan

warga Kebon Kelapa 23 atas dukungan

dan

dO'anya.
Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor,

Mei

1997

Penulis

ix

DAFTAR lSI
Halaman
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xii

DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

xi v

PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.

Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1

Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4

Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

4

TINJAUAN PUS TAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

6

Fisiologi Benih Padi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......

6

Padi Tanah Kering . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

7

Kebutuhan Air Tanaman .... . . . . . . . . . . . . . . . .......

8

Periode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad .... .......

13

BAHAN DAN METODE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

16

Tempat dan Waktu Pelaksanaan .. , .......... ......

16

Bahan dan Alat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

16

Pelaksanaan Percobaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....

17

Percobaan Pendahuluan ............. ........

17

Percobaan Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

20

Rancangan Percobaan . . . . . . . . . . . ......... ........

21

Pengama tan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

22

HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

27

Periode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad .... .......

27

Garis Nilai Delta .......... ....... ......... ....

36

Penentuan Saat Masak Fisiologi .... ......... ....

39

KES IMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

45

Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

45

Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

46

DAFTAR PUS TAKA . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . • • . . . . . . . . . . . • . . .

47

LAMPlRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

52

xi

DAFTAR TABEL
Halaman

Nomor

Teks
1.

Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Varietas dan
Kadar Air Tanah serta Interaksinya
terhadap Kandungan P (mgP 2 0 S /1000 benih)
dan Berat Kering Benih (g/SO benih)
pada Lima Periode Pengamatan serta
Bobot Gabah per Rumpun (g) . . . . . . . . . . . . . . . . 27

2.

Akumulasi Fosfat Benih (mgp 2 os /1000 benih)
pada Varietas dan Kadar Air Tanah
yang Berbeda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

3.

Kandungan Fosfat Benih (mgP 2 0 S /1000 benih)
dan Berat Kering Benih (g/SO benih) pada
Interaksi antara Varietas dan Taraf Kadar
Air Tanah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

4.

Berat Kering Benih (g/SO benih) dan Bobot
Basah Gabah per Rumpun (g) . . . . . . . . . . . . . . . . 32

5.

Persamaan Regresi antara Kandungan P Benih
(mgP o s /1000 benih) (y) dengan Waktu
2
(harl setelah antes is) (X) dan Persamaan
Regresi antara Berat Kering Benih
(g/SO benih) (Y) dengan Waktu (hari
setelah antesis) (X) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35

6.

Nilai Delta (DB - KCT) (%) pada Kondisi
Suboptimum (data transformasi HyKoNsIセ@

... 37

7.

Persamaan Regresi antara Nilai Delta (DB - KCT) (%)
pada Kondisi Suboptimum (Y) dengan
Waktu (hari setelah antesis) (X) .......... 38

8.

Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Periode
Viabilitas terhadap Berat Kering Benih
(BKB) , Kandungan Fosfat (PF) , Panjang
Keeambah Normal (PK) dan Berat Kering
Keeambah Normal (BKKN) untuk Menentukan
Momen Periode Viabilitas Masak Fisiologi .. 40

9.

Penentuan MPV Masak Fisiologi Benih Padi
Berdasarkan Berat Kering Benih (gram/50
benih), Kandungan Fosfat (mgP 2 0 S /1000 benih),
Panjang Keeambah Normal (lxlO em) dan
Berat Kering Keeambah Normal (gram) ....... 41

10.

Kadar Air Benih Padi (%) dari Umur 12 HSA
Sampai Masak Fisiologi .................... 42

11.

Kecepatan Tumbuh Benih (%/etmal) dari Umur
12 HSA Sampai Masak Fisiologi ............. 43
Lampiran

1.

Hasil Analisis Kimia Tanah ..................... 52

2.

Deskripsi Varietas Padi ........................ 53

3.

Pengamatan Komponen Tanaman Padi Gogo
Selama Pertumbuhan di Lapang .............. 58

4.

Analisis Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan
Kadar Air Tanah serta Interaksinya
terhadap Kandungan P Benih ................ 60

5.

Analisis Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan
Kadar Air Tanah serta Interaksinya
terhadap Berat Kering Benih ............... 61

6.

Analisis sidik Ragam Pengaruh Varietas dan
Kadar Air Tanah serta Interaksinya
terhadap Bobot Basah Benih per Rumpun ..... 62

7.

Analisis Sidik Ragam Nilai Delta Perlakuan
Kadar Air Tanah Suboptimum
(data transformasi HyKPNUIセ@
.............. 62

8.

Analisis Sidik Ragam Penentuan Masak Fisiologi
Berdasarkan Berat Kering Benih ............ 53

9.

Analisis Sidik Ragam Penentuan Masak Fisiologi
Berdasarkan Kandungan Fosfat Benih ........ 63

10.

Analisis Sidik Ragam Penentuan Masak Fisiologi
Berdasarkan Panjang Kecambah Normal
(data transformasi (Y+O. UIセ@
.............. 64

11.

Analisis sidik Ragam Penentuan Masak Fisiologi
Berdasarkan Berat Kering Kecambah Normal
(data transformasi HyKPNUIセ@
.............. 65

12.

Analisis Sidik Ragam Pengaruh Umur Benih
Terhadap Kadar Air Benih .................. 66

13.

Analisis Sidik Ragam Pengaruh Umur Benih
Terhadap Kecepatan Tumbuh Benih ........... 67

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

Teks
1.

Konsepsi Steinbauer-Sadjad ..................... 13

2.

Kurva Hubungan antara Umur Benih dengan
Kandungan P Benih ......................... 34

3.

Kurva Hubungan antara Umur Benih dengan
Berat Kering Benih ........................ 34

4.

Kurva Nilai Delta pada Kondisi Suboptimum ...... 38

xiv

PENDAHULUAN
Latar Be1akang

Puncak

keberhasilan

peningkatan

produksi

beras

di

Indonesia telah diraih pada tahun 1984 dengan dicapainya
Swasembada Pangan.

Namun demikian, upaya peningkatan pro-

duksi beras masih harus terus ditingkatkan sejalan dengan
peningkatan
lahan

jumlah

pertanian

penduduk,

ke

non

industri dan pemukiman.

serta

terjadinya

pertanian

akibat

Dengan demikian,

konversi

perkembangan

lahan pertanian

akan semakin terdesak ke lahan marginal.
Dalam usaha melestarikan swasembada beras, peningkatan

produksi

subur,

padi

dihadapkan

kepada

terbatasnya

sumber air dan sarana pengairan.

Hal

ini

lahan
telah

mendorong pemerintah untuk mengembangkan pertanaman padi
gogo pada lahan kering yang terdapat sangat luas di Indonesia

yaitu

1995).

sekitar

34.6

juta

dゥイセォエッ。@

Dewasa ini,

ha

(Suwarno

dan

Lubis,

Jenderal Tanaman Pang an dan

Hortikultura telah mencanangkan pemanfaatan potensi lahan
kering yang jumlahnya sekitar 9.4 juta hektar untuk ditanami padi gogo, dimana pada tahap pertama dikonsentrasikan
pada wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan luas
tanam direncanakan 1 juta ha yang akan dilakukan dalam 4
tahun (Kahar, 1995).
Menghadapi

kendala

menghadapi

kondisi

penggunaan

benih

tersebut,

kita

lahan yang kekurangan
vigor mutlak

dilakukan,

dituntut
air,

untuk

sehingga

karena

hanya

2

benih bervigor yang mampu tumbuh normal pada kondisi lahan
sub optimum (Sadjad dan Pian, 1980).

Apabila upaya terse-

but berhasil dilakukan maka hasil rata-rata padi gogo yang
dewasa

ini

baru

sekitar

1.7

ton/ha

dapat

ditingkatkan

(Partohardjono dan Makmur, 1989).
Faktor hereditas dan lingkungan dapat mengatur proses
fisiologi

di

perkembangan
akan

dalam tumbuhan,
tumbuhan

memperlihatkan

faktor

lingkungan

(stress)

air

yang

menentukan pertumbuhan dan

tersebut.
sifat

Sifat genetik tersebut

yang

dibawanya

yang

sesuai.

dapat

mempengaruhi

dengan

Misalnya

adanya

kekurangan

komponen

produksi

dari suatu tanaman (Prawiranata, Haran dan Tjondronegoro,
1981) .
Vigor dapat dipelajari pada galur genetik yang sarna
atau

pada

galur

genetik

yang

berbeda.

Apabila

vigor

tersebut hanya dapat membedakan lot benih pada galur yang
sarna

disebut

vigor

fisiologi,

sedangkan

yang

dengan un sur genetik disebut vigor genetik

berkaitan

(Pollock dan

Ross, 1972).
Vigor genetik
suatu

varietas,

berkaitan dengan potensi genetik dari

karena

setiap

varietas

akan

mempunyai

genotipe yang spesifik yang membedakannya dengan varietas
lain.

Vigor genetik menurut Sadjad (1994) dapat dikaitkan

dengan viabilitas benih dalam dimensi waktu karena pada
hakikatnya

vigor

genetik

yang

mencerminkan

keunggulan

suatu varietas dari varietas lain harus dapat dijabarkan

3

oleh vigor absolut pada segenap fragmen periode viabilitas
yang pada akhirnya ditunjukkan oleh keunggulan prositar.
Periodisasi

dalam

kurun

periode

viabilitas

benih

dalam konsepsi Steinbauer-Sadjad diawali dari saat antesis.

Periode

viabilitas disebut

dengan Periode

I

atau

Periode Pembangunan Benih, Periode II atau Periode Simpan
dan

Periode

Sadjad

III

(1994)

atau

Periode

menyatakan

Kritikal

bahwa

(Sadjad,

bagaimana

1989).

benih

dapat

mengumpulkan energi dalam membangun dirinya dapat diikuti
prosesnya

pada

fragmen

periode

yang disebut Periode I.

viabili tas

yang

Dalam fragmen ini,

pertama

menurut kon-

sepsi Steinbauer-Sadjad digambarkan garis-garis viabilitas
yang

berbentuk

Potensial)

sigmoid

mendahului

Metabolisme Benih,

positif

Vg

dimana

(Vigor).

Vp

Dalam

(Viabilitas
Kuantifikasi

dugaan garis itu dimulai dari antesis

dan berakhir pada Momen Periode Viabilitas Masak Fisiologi
(MPV MF).

Garis-garis yang menjabarkan kemampuan hi.dup

benih pada dimensi waktu itu bisa diinformasikan dengan
fenomena tumbuh atau gejala metabolisme benih.
Pada periode
berada

pada

fisiologi,
logis.

I

juga terdapat

titik minimum

pada

garis

saat

Delta

antesis

(D)
dan

yang
masak

dan mencapai maksimum pada saat matang morfo-

Masak fisiologi dicirikan dengan berat kering dan

vigor maksimum.

Antesis merupakan saat

j atuh dan menem-

pelnya serbuk sari ke kepala putik (Sadjad, 1993).

Garis

viabilitas yang menjadi tempat kedudukan nilai-nilai Delta

4

disebut Bidang Vigor (BV).

BV yang yang mengecil mengin-

dikasikan vigor benih yang lebih besar,

sebab garis Vg

mendekati garis Vp (Sadjad, 1994).
Selanjutnya, vigor benih bukan saja dapat mencirikan
viabilitas benih,

tetapi

benih sampai produksi,

juga pertanamannya dari menebar

karena vigor suatu tanaman dapat

dinyatakan dengan tingkat

produksi

tanaman

itu

(Sadjad,

1974) .
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
kondisi lingkungan optimum (kondisi cukup air)
timum (kondisi kekeringan)
(Oryza

sa ti va

L.)

pada

dan subop-

terhadap vigor benih padi gogo
periode

I

Konsepsi

Steinbauer-

Sadjad, serta mempelajari penentuan saat masak fisiologi.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian
,
1. Kondisi lingkungan optimum (cukup air)

adalah :
ゥョセ@

dan

suboptimum

(kekeringan) berpengaruh terhadap vigor benih padi gogo
(Oryza sativa L.)

pada

periode I

Konsepsi

Steinbau-

er-Sadjad.
2. Garis nilai delta yang didapat dari kondisi optimum dan
sUboptimum

dapat

mengindikasikan

terhadap kekeringan.

ketahanan

tanaman

5

3. Saat masak fisiologi terjadi pada saat nilai delta
ri viabilitas
mum.

(selisih Vp dan Vg)

da-

mencapai titik mini-

TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi Benih Padi
Padi (Oryza sativa L.) dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan termasuk dalam famili Graminae.
si baru,
suku

Berdasarkan klasifika-

padi dikelompokkan ke dalam subfamili Oryzaidae,

Oryzae

dan

genus

oryza (Gold

dalam

Manurung dan

Ismunadji, 1988).
Benih padi

terdiri dari

bungkus oleh sekam.
(lemma)

j ali

(caryopsis)

yang ter-

Sekam terdiri dari

"sekam kelopak"

yang ukurannya lebih besar dari

"sekam mahkota"

(palea) yang menutup hampir 2/3 permukaan benih, sedangkan
sisi palea tepat bertemu pada
dalam Manurung dan

bagian sisi lemma

Ismunadji,

1988).

Oleh karena

lemma dan palea menutup jali dengan kuat,
benih

tidak

dapat

berubah

bila

mencapai pertumbuhan maksimal

(Yoshida

lemma

itu,

sehingga besar

dan

palea

telah

(Murata dan Matsusima dalam

Manurung dan Ismunadji, 1988).
Bagian beras
90.4-90.6%,
testa

dan

1988).

(selain

sekam)

embrio 0.8-1.1%,
aleuron

6.5%

terdiri

dari

endosperm

skutelum 2.0-2.1%,

perikarp,

(Saenong,

Murniati

dan

Bahar,

Aleuron dapat terdiri dari satu sampai tujuh lapis

tergantung varietas.

Demikian pula lapisan aleuron akan

lebih banyak bila suhu lingkungan lebih panas pada saat
pemasakan benih (Juliano dalam Saenong et al., 1988).
Komposisi
lemak

2.20%,

kimia

jali adalah:

serat kasar 1.1%, abu

karbohidrat

84.83%,

2.09%,

protein

dan

7

9.78%.
dan

Disamping itu,

berfungsi

sekam menempati 18.28% dari benih

sebagai

pelindung

jali.

Meskipun

benih

mempunyai sekam, namun deteriorasi dalam penyimpanan dapat
terjadi,

salah satunya karena benih padi mengandung asam

lemak tidak jenuh yaitu oleat dan linoleat yang menempati
jumlah

terbesar

menyebabkan

dari

asam

deteriorasi

lemak

dengan

dalam benih
adanya

dan

dapat

aktivitas

enzim

lipoksigenase (Juliano dalam Saenong et al., 1988).
Padi Tanah Kering
Pertanaman padi tanah kering/padi gogo adalah suatu
cara bercocok tanam padi yang sejak permulaan masa pertumbuhan

tanaman sampai

area pertanian.

panen tidak dilakukan penggenangan

Hal ini merupakan perbedaan yang j elas

dengan pertanaman padi sawah (Taslim, 1977).
Pertanaman padi gogo merupakan alternatif pertanaman
padi di daerah-daerah yang tidak cukup air.
ini

mendapat

sumber air dari

huj an,

Pertanaman

sehingga padi gogo

dibudidayakan pada musim penghujan.
Menurut Badan Pengendali Bimas
baiknya

diusahakan pada

tanah

alami cukup dan drainase baik,

(1977)

gembur,

padi gogo se-

dengan

kesuburan

misalnya pada tanah Lato-

sol, Grumusol atau Aluvial.
Selama pertanaman padi gogo, ketersediaan air tergantung dari presipitasi.

Untuk daerah tropika yang terpen-

ting adalah curah hujan, baik jumlah maupun penyebarannya.

8

Keadaan hujan ini akan menentukan produksi gabah yang akan
diperoleh (De Datta dan Vergara, 1975).
Menurut

De

Datta

dan

Beachell

(l972)

semua

faktor

pembatas pada pertanaman padi sawah juga merupakan pembatas

pada

pertanaman

pembatas

lebih

padi

kritis

gogo,

dalam

tetapi

beberapa

mempengaruhi

faktor

produksi

padi

gogo, antara lain :
(l)

Penyebaran hujan; jumlah dan perubahan keadaan

hujan

adalah dua komponen yang sangat mempengaruhi produktivitas padi gogo.
(2)

Perubahan-perubahan hara dalam tanah; bentuk
ion

dan

ketersediaan

kelembaban tanah.
baban
bagi

rendah

hara

erat

senyawa/

hubungannya

dengan

Perubahan status hara pada kelem-

sangat

mempengaruhi

pertumbuhan padi

gogo.

penyediaan

makanan

Faktor- faktor pembatas

suasana aerobik adalah kekurangan P dan Fe terutama
pada tanah netral dan alkalin,

sedangkan pada tanah

masam adalah keracunan Mn dan AI.
(3) Persaingan dengan gulma sangat serius pada
padi gogo,
bila
(4)

Akibat

gulma

pertanaman

bahkan sering menimbulkan kegagalan total
tersebut

penyakit

blast

tidak

terkontrol.

yang lebih merusak pertanaman

padi gogo daripada pertanaman padi sawah.
Kebutuhan Air Tanaman

Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil dari

8

9

proses fisiologi yang terjadi selama periode pertumbuhan.
Proses tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung

dipengaruhi oleh faktor luar seperti
haya,

suhu,

air tersedia,

kelembaban dan pengolahan tanah

ca-

(Suhartono,

1992) .
Air merupakan salah satu aspek lingkungan yang paling
menentukan dalam pertumbuhan tanaman.
wa yang dibutuhkan tanaman,
dibutuhkan

dalam

jumlah

Dari seluruh senya-

air merupakan

terbesar

(Black

senyawa yang
dalam

Hikmat,

1992) .
Pada

dasarnya,

tiap

memerlukan sedikit air.

tanaman

pada

awal

pertumbuhan

Kebutuhan itu meningkat dengan

cepat dan mencapai maksimum pada saat pertengahan periode
pertumbuhan tanaman tersebut yaitu pada saat luas permukaan daun mencapai maksimum (Suhartono, 1992).
percobaan Go

Dari hasil

(1975) didapatkan bahwa pemakaian air terbe-

sar adalah di waktu muda dan berkurang dengan bertambahnya
umur, dan tanaman-tanaman di waktu muda paling peka terhadap kekurangan air.
Tidak

semua air

tersedia

bagi

tanaman.

Ada

tiga

pembagian air sementara, yaitu air berlebih, air tersedia
yang

diinginkan dan air tidak tersedia (Soepardi,

1983).

Untuk setiap jenis tanah tertentu mempunyai batas ketersediaan air tertinggi dan terendah bagi tanaman.

Batas

tertinggi dan terendah ini diterangkan dalam konsep kapasitas

lapang

(Field

Capaci ty)

(Permanen Wilting Point) .

dan

titik

layu

permanen

10

Air

berlebih

kurang

begitu

berguna

bagi

tanaman

karena akan memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan
bagi tanaman dikarenakan aerasi yang buruk.
tanaman kekurangan oksigen,
seperti nitrifikasi.
terganggu.

banyak

tetapi

Tidak saj a

juga kegiatan bakteri

penambatan nitrogen dan amonifikasi
Selanjutnya

perubahan

biokimia

yang

tidak menguntungkan akan dirangsang (Hikmat, 1992).
Air

tersedia

merupakan

air

yang

terdapat

kapasitas lapang dan koefisien layu permanen.
air

yang

tidak

tersedia

meliputi

air

antara

Sedangkan

higroskopik,

dan

sebagian air masih dapat diambil dari dalam tanah,

tapi

terlalu sedikit untuk menghindari kelayuan.
Banyaknya air yang diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh tersedianya air tanah.

Jumlah air yang diserap

tanaman kira-kira 75 % dari total air tersedia

(Tisdale

dan Nelson, 1975).
Air
proses

sangat. berperan

kehidupan

protoplasma,

dalam

tanaman.

menentukan

kelangsungan

Air merupakan senyawa

utama

sebagai pelarut dan media pengangkutan hara-

hara mineral dari tanah ke tanaman, medium berlangsungnya
reaksi-reaksi metabolisme,

sebagai bahan baku fotosintesa

dan menentukan turgiditas sel dan jaringan tanaman,
mempunyai

peranan

proses pertumbuhan.
suplai

air

tidak

penting

dalam

fase

serta

pemanjangan

dan

Tanaman akan mengalami stress apabila
mencukupi

kebutuhannya.

Kondisi

ini

menyebabkan tertekannya pertumbuhan akibat gangguan dalam

11

sistem tanaman.
Intersepsi,

aliran masa,

dan difusi merupakan meka-

nisme-mekanisme yang bertanggung jawab terhadap besarnya
suplai

hara

ke

permukaan

akar

Berlangsungnya

tanaman.

ketiga mekanisme tadi sangat dipengaruhi oleh tersedianya
air dalam tanah.
Dalam hubungannya dengan serapan P tanaman,
et al. dalam Hikmat

(1992)

Sabiham

menyatakan bahwa difusi meme-

gang peranan penting dalam pergerakan P ke permukaan akar.
Menurut

Prawiranata

et al.

(1981)

sebagian dari

fosfat

yang diabsorbsi oleh akar tumbuhan dialirkan ke atas dalam
aliran transpirasi ke daun,
fosfat

selain

diasimilasi

maka dapat diharapkan bahwa
dalam

daun

juga

diasimilasi

dalam akar.
Penurunan produksi dalam keadaan kekeringan disebabkan rendahnya laju fotosintesis.
al.

Menurut Prawiranata et

(1981) pada keadaan laju transpirasi tinggi, daun akan

mengalami layu sementara serta stomata tertutup.

Dalam

keadaan tersebut, difusi CO 2 ke dalam daun akan terhambat
dan laju fotosintesis menurun.
Stress
jumlah

air pada pertanaman padi . dapat

anakan

produktif,

jumlah

gabah

mempengaruhi

permalai,

gabah hampa permalai dan bobot 1000 butir gabah.

persen
Kondisi

kekurangan air pada umur 60 - 70 hari dapat mengakibatkan
tanaman

lebih

rendah,

indeks luas

daun

berkurang

dan

12

pertumbuhan tunas produktif tertekan.

Jumlah gabah perma-

lai lebih banyak dipengaruhi aktivitas tanaman selama fase
reproduktif

yaitu

dari

primordia

sampai

penyerbukan.

Tinggi rendah persen gabah hampa permalai disebabkan oleh
perbedaan tanggapan dan ketahanan tiap varietas terhadap
kondisi

lingkungan

pada fase
1981).

yang

reproduktif

kurang

menguntungkan,

terutama

dan pemasakan (Prawiranata et al.,

Defisit air yang disebabkan oleh kadar air tanah

yang

rendah

atau

keadaan

atmosfer

yang

kering

dapat

menghambat beberapa proses fisiologi dalam tanaman sehingga

laju prosesnya berlangsung di

penelitian Basoeki
gogo

yang

(1986)

ditumbuhkan

bawah normal.

menunjukkan

pada

media

bahwa

pasir

benih

dengan

kadar air mendekati titik layu sementara,

Hasil
padi

tingkat

viabilitas dan

vigornya menu run secara nyata dibandingkan dengan kadar
air optimum.

Hasil penelitian Basoeki tersebut menggam-

barkan

tingkat

bahwa

kadar

air

media

titik layu sementara merupakan kondisi

tumbuh

mendekati

suboptimum untuk

pertumbuhan padi gogo.
Ketahanan terhadap kekeringan tergantung pada beberapa

faktor

yang

saling bertautan,

yaitu

Jumlah

luas

permukaan sistem perakaran, potensi pertumbuhan akar, ada
tidaknya cendawan mikoriza, modifikasi daun serta membuka
dan menutupnya stomata (Harjadi, 1979).

13

Periode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad
Viabilitas
melampaui
(PV).

benih

dalam

Konsepsi

suatu periode yang disebut

Periode Viabilitas

Periode viabilitas dalam konsepsi ini berawal dari

saat antesis sampai benih mati.
at as

Steinbauer-Sadjad

tiga

periode yaitu

periode

periode pembangunan benih,
simpan

dan

periode

III

Periode viabilitas dibagi
I

peri ode

atau

yang

disebut

dengan

II merupakan periode

periode

kritikal

(Sadjad,

1990) .

.pKs

......
"

'i'

II

Peri ode Viabilitas

Peri ode I : Peri ode Pembangunan Benih: Peri ode II : Peri ode Simpan:
periode III : Periode Kritikal: Vp : Viabilitas Potensial: Vg : Vigor: Vss : Viabilitas Sesungguhnya: PKS : Periode konservasi sebelum
simpan: PKT : Peri ode konservasi sebelum tanam: D : Nilai Delta:
MM : Matang Morfologi: MF: Masak Fisiologi.
Gambar 1. Konsepsi Steinbauer-Sadjad
(Sadjad, 1994)
Menurut
buah

garis

Sadjad

(1989)

viabilitas,

optimum atau potensial
keduanya

pada periode

masing-masing
(Vp)

dan

garis

I

terdapat

garis
vigor

merupakan garis yang terbentuk oleh

dua

viabilitas
(Vg)

yang

titik-titik

14

nilai

viabilitas

yang

Garis

terukur.

parametrik

itu

berakhir di suatu titik puncak yang mengakhiri periode I
yang

disebut

terdapat

titik

garis

masak

delta

(D).

fisiologi.
Garis

Dalam

D ini

periode

akan

I

mengecil

mencapai minimal pada titik masak fisiologi dan mencapai
maksimum pada saat matang morfologi.
Garis viabilitas yang menjadi tempat kedudukan nilainilai delta disebut Bidang Vigor

(BV).

BV yang mengecil

mengindikasikan vigor benih yang lebih besar,

sebab garis

Vg mendekati garis Vp, BV atau luas bidang nilai D merupakan selisih antara luas bidang bidang yang dibatasi sumbu
x dan garis

(xl)
vーセヲ@

sumbu x dan garis

dan luas bidang yang dibatasi oleh

カァセヲHクRIN@

Kaidah ketiga sebagai impli-

kasi Konsepsi Steinbauer-Sadj ad yang mengungkapkan bahwa
apabila nilai D mengecil,
1993) .

Nilai

vigor benih membesar

D dikembangkan

sebagai

tolok

(Sadjad,

ukur

suatu

parameter viabilitas lot ber)ih identik dengan nilai deteriorasi atau devigorasi.
Periode I berkaitan dengan penentuan masak fisiologi
yang diindikasikan oleh vigor yang maksimum.

Untuk itu

perlu ditentukan tolok ukur vigor awal benih untuk menentukan masak fisiologi yang tepat.

Vigor awal menjabarkan

resultante segala faktor yang berpengaruh pada periode I
(Sadjad, 1993).

Salah satu tolok ukur yang dapat diguna-

kan adalah mengukur indikator cadangan energi dalam benih
untuk mengetahui berapa tinggi

vigor awal

benih.

Pada

15

kandungan energi yang maksimum benih mempunyai vigor awal
yang maksimum dan pada saat itulah masak fisiologi benih
dicapai

(Sadjad, 1993).

Menurut Sadjad (1993) benih dari

anthesis sampai matang morfologi pada periode I Konsepsi
Steinbauer-Sadjad secara teknologis belum dapat dikatakan
sebagai benih.
Pendekatan yang paling lazim digunakan adalah pendekatan fisiologi yang metodenya dibagi atas met ode langsung
seperti

pengamatan

terhadap

keadaan

perkecambahan,

dan

metode tidak langsung seperti pengamatan terhadap aktivitas

pernapasan.

Pertumbuhan

kecambah pada pendeteksian

viabilitas disebut indikasi viabilitas langsung, sedangkan
aktivitas
sung.

Oleh karena

bermetode
langsung

enzim disebut

langsung
indikasi

itu,

indikasi viabilitas

tidak

pengujian viabilitas

indikasi
langsung,

langsung,
bermetode

lang-

ini

dapat

bermetode

tidak

langsung

indikasi

tidak langsung dan bermetode tidak langsung indikasi tidak
langsung (Sadjad, 1993).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Ilmu dan
Teknologi
contoh,

Benih

IPB

Leuwikopo

Laboratorium

Jurusan

anal isis kimia tanah,

untuk
Tanah,

penanaman
Faperta

tanaman

IPB

untuk

rumah kaca Jurusan Budidaya Perta-

nian IPB Baranangsiang untuk penanaman tanaman percobaan,
Laboratorium Kimia Gizi Jurusan GMSK IPB untuk anal isis
posfat benih,

dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih

IPB Baranangsiang untuk uj i
dilaksanakan

mulai

viabilitas benih.

30 Nopember

1995

sampai

Percobaan
25

Nopember

1996 .
Bahan dan Alat
Bahan yang

digunakan

dalam percobaan ini

Benih padi gogo varietas Kalimutu, Gajah Mungkur,

adalah
Dodokan

dan Jatiluhur, tanah Latosol Leuwikopo, Darmaga yang telah
diayak,
kertas

pupuk Urea,
merang,

TSP,

plastik

KCl,

insektisida dan fungisida,

pelapis,

serta

bahan-bahan

yang

digunakan dalam anal isis kandungan P benih.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
timbangan kasar,
ting,

timbangan

oven 105°C,

oven 60°C,

halus, spidol,
botol film,

alat pengecambah benih IPB 72-1,
untuk analisis

kandungan P benih.

pinset,

gun-

alat penyiram,

dan alat yang digunakan

17

Pelaksanaan Percobaan
Percobaan Pendahuluan
Untuk

memperlancar

percobaan

utama

maka

dilakukan

percobaan pendahuluan yang meliputi
Penentuan berat tanaman contoh
Untuk penentuan berat tanaman contoh dilakukan penanarnan padi gogo di kebun percobaan Leuwikopo.

Benih dari

rnasing-rnasing varietas ditanarn pada petak percobaan seluas
6.48 rn 2 dengan jarak tanarn 30 x 15 crn.
dilakukan pengolahan tanah.
lubang.

Sebelum penanaman

Benih ditanarn tiga butir per

Untuk rnencegah serangan lalat bibit,

diberikan

Furadan 3G dengan dosis 17 kg/ha bersarna-sarna benih yang
ditanarn.

Kedalarnan lubang tanarn ± 3 crn.

Pupuk TSP 135

kg/ha serta KCl 100 kg/ha yang diberikan seluruhnya pada
saat

tanarn.

Pupuk Urea

150

yaitu 1/3 dosis pada 10 HST,

kg/ha

diberikan

tiga

kali

1/3 dosis pada umur 30 HST

dan 1/3 dosis pada urnur 50 HST.
Pengarnatan selarna perturnbuhan tanarnan rneliputi
1. Fase vegetatif cepat - vegetatif lambat
Pengarnatan dilakukan satu kali serninggu.

Pengarnatan

dilakukan terhadap berat basah tanarnan utuh dengan klasifikasi

data berdasarkan tinggi

perrnukaan

tanarnan

sarnpai

ujung

tanarnan yang diukur dari
daun

anakan, lingkar batang, dan jurnlah daun.

tertinggi,

jurnlah

18

2. Fase Reproduksi
Pengamatan dilakukan satu kali seminggu.

Pengamatan

dilakukan terhadap berat basah tanaman utuh dengan klasifikasi

data berdasarkan tinggi tanaman yang diukur dari

permukaan

tanah

sampai

ujung

malai

tertinggi,

panjang

malai, jumlah anakan dan jumlah eabang malai.
Setiap

satu

satuan

pengamatan

dari

masing-masing

varietas terdiri dari satu rumpun dengan tiga ulangan.
Penentuan Kadar Air Tanah pada Kapasitas Lapang
Untuk penentuan kadar air tanah pada kapasitas lapang
digunakan met ode Alhrieks dengan tahapan pekerjaan sebagai
berikut

gelas piala 500 ml diisi

setinggi 1 sampai 2 em,

dengan pasir kuarsa

kemudian sebuah pipa gelas dile-

takkan tegak 1 urus dengan permukaan pasir.
gelas piala diisi dengan

tanah

kering

Selanj utnya

udara

berdiame-

ter ± 2 mm dengan permukaan tanah sekitar 3.5 em dari tepi
atas gelas.
2.5

sampai

Tanah bagian atas dibasahi dengan air sedalam
4.0

em sehingga

air

tidak

sampai

membasahi

pasir.

Gelas piala ditutup dan disimpan selama 24

Setelah

24

jam,

eontoh

tanah

sedalam ± 2.5 em dari permukaan.

diambil

dari

gelas

jam.
piala

Penetapan kadar air pada

keadaan kapasitas lapang dilakukan berdasarkan bobot tanah
kering oven 105°C dengan menggunakan rumus
Bobot air
% kadar air tanah

x 100 %
セ@

Bobot tanah kering udara 105°C

19
dimana

Bobot air

=

bobot botol berisi tanah lembab
bobot botol berisi tanah

1...0 ..... ;..-. ......
..... GMNliLセ@

1 AC::Orc
Nカセ@

セ@

Bobot tanah kering 105°C = bobot botol berisi
tanah kering 105°C - bobot botol
Penentuan Kondisi Lingkungan Suboptimum
Penentuan
kekeringan)

kondisi

lingkungan

suboptimum

didasarkan pada tingkat kadar air tanah pada

saat titik layu sementara bibit padi.
titik

layu

(kondisi

bibit

padi,

digunakan

Untuk menentukan

box pengecambah

untuk

ditanami sejumlah 25 butir benih untuk satu ulangan pengujian.

Kadar air media dipertahankan tetap optimum selama

dua minggu.

Selanjutnya pemberian air dihentikan.

Pengu-

kuran kadar air media dilakukan setiap hari sampai didapatkan titik layu sementara bibit padi.
tara ditandai

dengan kondisi

Titik layu semen-

tanaman yang segar kembali

setelah dilakukan penyiraman air dalam jumlah yang mencukupi.
Pengambilan contoh media untuk pengukuran kadar air
dilakukan

setiap

hari

pada

setiap

satuan

masing-masing seberat ± 10 g dengan 3 ulangan.

percobaan,
Penentuan

titik layu tersebut dibakukan berdasarkan nilai ± 50% dari
populasi yang ditanam telah mengalami kelayuan.

Kadar air

media diukur berdasarkan standard berat keringnya.

20
Pereobaan Utama
Pada

percobaan utarna

ini

benih

dari

masing-masing

varietas ditanam di polybag dengan perlakuan

taraf

kadar

air tanah.

Perlakuan terdiri dari dua taraf yaitu kondisi

kadar

tanah

air

lapang

(47.73%

optimum

yaitu

53.90%)

dan

pada

pada

tingkat

kondisi

kapasitas

sub

optimum

yaitu pada tingkat kadar air tanah dimana tanaman telah
menunjukkan

layu

sementara

berdasarkan

hasil

pereobaan

pendahuluan (28.82% - 35.00%).
Benih padi

dari

masing-masing

varietas

ditanam

di

polybag yang berisi tanah halus dengan be rat kering udara
7000

gram.

Setiap

polybag

terdiri

at as

5

benih yang

ditanam melingkar untuk 4 benih dengan 1 benih di tengah.
Kedalaman tanam 2-3 em.

Untuk melindungi pertanaman dari

serangan hama diberikan Furadan 3G dengan dosis 17 kg/ha
(0.0765 g/lubang tanam).
(0.6075

g/polybag)

diberikan
kg/ha

dan

Pupuk TSP dengan dosis 135 kg/ha
KCl

seluruhnya pada

(0.675

g/polybag)

100

saat

Kg/ha
tanam.

diberikan

tiga

(0.45

g/polybag)

Pupuk Urea

150

kali

1/3

yaitu

dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada umur 30 HST dan 1/3
dosis pada umur 50 HST.

Selanjutnya, untuk setiap lubang

tanam disisakan tiga batang utama (main tiller).
Untuk

mengontrol

tingkat

kadar

air

tanah

untuk

masing-masing perlakuan, dilakukan penimbangan setiap dua
hari sekali untuk masing-masing polybag (beserta tanaman) .
Jumlah air yang harus ditambahkan untuk mendapatkan kadar

21

air

tanah

kering

sesuai

mutlak

perlakuan

media

tanah

dilakukan
dan

data

berdasarkan
dari

bobot

berat

tanaman

contoh.
Rancangan Percobaan

Percobaan merupakan percobaan faktorial dan rancangan
yang digunakan adalah rancangan petak terbagi
design)

dengan

(split plot

rancangan dasar rancangan acak kelompok,

terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan.
Faktor

I

adalah varietas

padi

gogo,

sebagai

petak

utama, terdiri dari empat taraf yaitu
VI

= Varietas Gajah Mungkur

V2

= Varietas Kalimutu

V3

Varietas Dodokan

V4

= Varietas Jatiluhur

Faktor II adalah taraf kadar air tanah, terdiri dari
dua taraf yaitu :
KI

= Kondisi optimum (47.73% - 53.90%)

K2

= Kondisi sUboptimum (28.82% - 35.00%)

Model rancangan percobaan ini adalah :

dimana
Yijk

=

nilai pengamatan pada ulangan ke-k, varietas
ke-i dan taraf kadar air tanah ke-j
tambahan karena pengaruh rataan umum

u
Uk

=

tambahan karena pengaruh ulangan ke-k

22

V·l

=

tambahan karena pengaruh varietas ke-i
galat petak utama

b ik

= tambahan karena



J

pengaruh

taraf kadar air tanah

ke-j
(VK)ij

=

tambahan karena pengaruh interaksi antara

varie-

tas ke-i dengan taraf kadar air tanah ke-j

= galat anak petak
i

= 1,2,3,4 (varietas)

j

=

k

1,2 (taraf kadar air tanah)
1,2,3 (ulangan)

Data diolah dengan analisis ragam

(uj i

regresi serta kecenderungan garis delta,

F),

analisis

kemudian dilan-

jutkan dengan uji Duncan.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara periodik terhadap kelompok benih dalam malai yang mempunyai
yang sama.

masa

awal

heading

Pengamatan produksi tanaman dilakukan terhadap

tiga rumpun (polybag) untuk setiap ulangan percobaan pada
saat panen.
Pengamatan dilakukan terhadap
1. Produksi tanaman
2. Kandungan P dalam benih

Pengamatan terhadap kandungan P dalam benih dilakukan
pada umur 7 HSA
siologi.

(Hari Setelah Antesis)

sampai masak fi-

Metode yang digunakan adalah prinsip destruksi

23

basah sebagai berikut (Muhtadi dalam Dewi, 1994)
A. Pembuatan Pereaksi Vanadat-Molibdat
Amonium molibdat sebanyak 20
air hangat

gram dilarutkan dalarn

kemudian didinginkan dan dicampurkan

(50°C),

dengan 1.0 gram amonium vanadat yang dilarutkan dalam 300
ml air destilata mendidih yang kemudian didinginkan dan
ditambahkan 140 ml asam nitrat pekat.

Larutan tersebut

diaduk dan diencerkan sampai volume 1 1 dengan air destilata.
B. Pembuatan Larutan Fosfat Standar
Kalium dihidrogenfosfat
dilarutkan

dalam

volume 1 1.

air

kering

destilata

sebanyak

dan

3.834

diencerkan

gram

sampai

Sebanyak 25 ml larutan tersebut dimasukkan ke

dalam labu takar 250 ml dan diencerkan sampai tanda tera
(1 ml
セ@

0.2 mg P 2 0 5 ) .

C. Pembuatan Kurva Standar
Ke dalam satu seri labu takar J.OO ml dimasukkan 0;
2.5;

5

10;

standar.

20

;

30

Masing-masing

40;

dan 50 ml larutan fosfat

alikuot

diencerkan

dengan

air

destilata sampai mencapai volume 50 ml, kemudian ditambahkan 25 ml pereaksi vanadat molibdat dan diencerkan sampai
tanda tera.

Larutan dikocok sampai

rata dan didiamkan

selama 10 menit agar pembentukan warna sempurna, kemudian
dibaca

absorbannya dengan

gelombang 400 nm.

spektrofotometer pada

panj ang

24

D. Persiapan Sampel
Sejumlah 5 gram sampel benih padi dalam bentuk tepung
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 20 ml
asam nitrat pekat dan dididihkan selama 5 menit, kemudian
didinginkan

dan

ditambahkan

Larutan tersebut

5

ml

asam

suI fat

dipanaskan dan digestion

pekat.

disempurnakan

dengan penambahan HN0 3 setetes demi setetes sampai larutan
tidak

berwarna,

kemudian

dipanaskan

sampai

timbul

asap

putih (uap sulfat) dan didinginkan, tambahkan dengan 15 ml
air destilata dan dididihkan lagi selama 10 menit.
lah dingin,

larutan tersebut

dipindahkan ke

Sete-

dalam

labu

takar 250 ml dan diencerkan sampai tanda tera dengan air
destilata.
E. Penetapan Sampel
Dari larutan sampel diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan

ke

dalam

labu

takar

100

mI.

Ke

dalam

larutan

tersebut ditambahkan 40 ml air destilata dan 25 ml pereaksi

vanadat-molibdat,

Larutan

tersebut

lalu diencerkan

didiamkan

selama

sampai
10

tanda tera.

menit,

kemudian

diukur absorbannya pada panjang gelombang 400 nm.
Persentase

P

dalam

sampel

(P 20 5 )

dihitung

berikut :
FP x FH x A x 10.000

BK

sebagai

25

dimana

FP = faktor pengencer
FH = faktor hitung Ex2 !Ex.y
konsentrasi larutan standar (ppm)
x
y = absorban larutan standar
A
BK

absorban larutan sampel
=

berat contoh (mg)

3. Daya Berkecambah
Pengamatan daya berkecambah dilakukan dari umur 7 HSA
sampai MF (masak fisiologi).
metode
UKDdp

uji
(Uji

viabilitas
Kertas

secara

digulung

ulangan 25 butir benih.
3 ulangan.

Metode yang digunakan adalah

di

langsung dengan metode
atas

plastik).

Setiap

Untuk tiap varietas terdiri dari

Daya berkecambah dihitung berdasarkan persen-

tase kecambah normal pada hari ke-5 dan hari ke-7.
Jumlah Total Kecambah Normal

=

Daya Berkecambah

x 100 %
Jumlah Benih yang ditanam

4. Uji Kecepatan Tumbuh Benih
ォ・」セー。エョ@

tumbuh benih dilakukan dari umur

7 HSA sampai MF.

Pengujian dilakukan sarna halnya dengan

Pengamatan

pengujian daya berkecambah, tetapi pengamatannya dilakukan
setiap hari.
Kecepatan Tumbuh
dimana : xi

=

E(Xi - xi_l)!T i

= persentase kecambah normal pada
etmal ke-i

Ti

=

etmal ke-i

5. Berat Kering Benih
Pengamatan

dilakukan

dari

umur 7

HSA

sampai

MF.

26

Berat kering dihitung dari 50 butir

benih yang

dikering± 18 - 24

kan dalam oven 105°C sampai beratnya konstan
jam) .
6. Kadar Air Benih
Pengamatan
Benih

sebanyak

dilakukan

pada

50

dikeringkan

butir

selama 18 - 24 jam.

7

HSA

sampai

dalam

oven

MF.
105°C

Kadar air dihitung dengan rumus
BB

Kadar Air (%)

umur

BK
x 100

=

.
0

BB
dimana

BB

=

BK

berat benih sebelum dikeringkan
berat benih sesudah dikeringkan

7. Bobot Kering Kecambah Normal
Semua

benih

yang

dikecambahkan

dipisahkan

menjadi

kecambah normal, abnormal, benih segar tidak tumbuh, mati.
Untuk kecambah normal pada pengamatan terakhir dihilangkan
organ

cadangan

makanannya,

kemudian

dikeringkan

dengan

oven 60°C selama 3 x 24 jam, selanjutnya ditimbang setelah
didinginkan.
8. Panjang Struktur Kecambah
Masing-masing
metode UKDdp.
primer,

25

butir

Komponen

akar seminal,

benih

dikecambahkan

dengan

kecambah yang terdiri dari akar

koleoptil dan plumula diukur pan-

jangnya dengan penggaris pada pengamatan kedua (terakhir).

HASIL DAN PEMBARASAN

Periode I Konsepsi Steinbauer-Sadjad

Pengamatan

dilakukan

terhadap

varietas yang dicoba pada umur 7,
(Hari Setelah Antesis).

benih

12,

17,

dari

keempat

22 dan 27 HSA

Masa antesis dari masing-masing

varietas yang diamati adalah

varietas Gajah Mungkur 59 -

64 HST (Hari Setelah Tanam), Kalimutu 64 - 69 HST, Dodokan
72 - 77 HST dan varietas Jatiluhur 82 - 87 HST.
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Varietas dan
Kadar Air Tanah serta Interaksinya terhadap
Kandungan P (mgP 2 0 5 /1000 benih)
dan Berat
Kering Benih (g/50 benih) pada Lima Periode
Pengamatan serta Bobot Gabah per Rumpun
(g)
Fosfat/Berat Kering Benih

Sumber
Keragaman
Var
Ka
VarxKa
Keterangan

7HSA

12 HSA

17 HSA

22 HSA

27 HSA

*/**
**/**
**/tn

*/**
**/**
*/tn

*/**
**/**
**/tn

**/**
**/*
**/tn

**/**
**/**
**/*

:

HSA
**
*
tn

. Bobot
Gabah
tn
tn
tn

= Hari Setelah Antesis
sangat nyata pada taraf Ci = 1 %
nyata pada taraf Ci = 5 %
tidak nyata

Berdasarkan rekapitulasi nilai F pada Tabel 1 terlihat

bahwa perbedaan varietas

berpengaruh nyata

terhadap

kandungan P benih pada 7, 12 dan 17 HSA, dan sangat nyata
pada 22 dan 27 HSA, sedangkan terhadap berat kering benih
sangat nyata untuk semua periode pengamatan.

Perlakuan

taraf kadar air tanah berpengaruh sangat nyata terhadap

28

kandungan P dan berat kering benih, kecuali terhadap berat
kering

benih pada

interaksi

22

HSA berpengaruh

nyata.

Terdapat

varietas dan taraf kadar air tanah yang

ruhnya sangat nyata terhadap kandungan P benih,
pada 12 HSA dimana pengaruhnya nyata,

pengakecuali

serta berpengaruh

nyata terhadap berat kering benih pada 27 HSA.

Perbedaan

varietas dan taraf kadar air tanah serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah per rumpun.
Tabel 2.

Akumulasi Fosfat Benih (mg P 2 0 5 /1000 benih)
pada Varietas dan Kadar Air Tanah yang
Berbeda

7 HSA

Periode Pengamatan
12 HSA 17 HSA
22 HSA

27 HSA

25.17 a
24.70 a
27.05 a
20.00b

28.21 a
19.02 b
21. 80 b
24. 26 ab

34.49 a
28.03 b
27.87 b
' 29 .13 ab

20.25 c
34.38 a
32.42 a
28.69 b

Perlakuan
Varietas
Gajah Mungkur
Kalimutu
Dodokan
Jatiluhur
Kadar Air Tanah
Optimum
SUboptimum
Keterangan

HSA = Hari
Angka yang
pada lajur
pada taraf

Akumulasi
tertinggi

RWNVTセ@

20.82

pada

P

benih

RPNWセ@

26.58

RUNTPセ@
34.36

23.61 c
28.31 b
33.04 a
28.81 b
RUNPセ@

31. 89

RVNXセ@

31.19

Setelah Antesis
diikuti dengan huruf yang sama
yang sama tidak berbeda nyata
uji Duncan 5 %
Gajah

Mungkur

12 dan 17 HSA dan

menunjukkan

berbeda

nyata

nilai
dengan

29

Tabel 3.

Kandungan Fosfat Benih (mgP 2 0 S /1000 benih)
dan Berat Kering Benih (g/SO benih) pada
Interaksi Antara Varietas dan Taraf Kadar
Air Tanah
Kandungan Posfat Benih

7 HSA

12 HSA

17 HSA

22 HSA

27 HSA

BKB*)
27 HSA

28.09 bc
22.26 cde
30.69 ab
18.72 def
37.I0 a
16.9g ef
14.69 f
2S.32 bcd

26.76 abc
29.6S ab
IS.69 d
22.3S bcd
22.77 bcd
20.84 cd
IS.0Sd
33.47 a

34.39 a
34.S8 a
3S.80 a
20.2S b
IS.93 b
39.81 a
lS.46 b
42.79 a

21.8S de
2S.38 cd
26.78 c
29.8S bc
33.71 b
32.36 b
I7.67 e
39.9S a

20.82 d
19.68 de
3S.39 b
33.3S bc
32.30 c
32.S3 c
18.21 e
39.I7 a

l.S3 a
1.4S b
I.S0 ab
1.17 c
0.76 de
O.SOde
0.8S d
0.72 e

Perl

V1 K1
VI K2
V2 K1
V2 K2
V3 KI
V3 K2
V4 KI
V4 K2

Keterangan

*) Berat Kering Benih
Perl = Perlakuan
HSA = Hari Setelah Antesis
Angka yang diikuti denga