BAB V SUB DINAS BINA KESEHATAN HEWAN
A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Pencegahan penyakit bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit yang sudah ditemukan dan yang belum terjadi di Sumatera Barat. Pemberantasan
dilakukan terhadap penyakit-penyakit yang sudah terjadi dengan usaha agar tidak lebih meluas lagi atau terjadi wabah yang sangat merugikan masyarakat.
Kegiatan pencegahan penyakit yang dilaksanakan antara lain: I. Vaksinasi
Pencegahan Penyakit diutamakan pada ternak masyarakat yang berada didaerah kantong penyakit.
- Vaksin terhadap penyakit Septichaemia Epizootica SE Ngorok tahun
anggaran 20022003, pencegahan penyakit SE mendapat subsidi dari Direktorat Produksi Peternakan Jakarta sebanyak 50.000 dosis, target
dan realisasi vaksinasi SE dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel. 5.1. Target dan Realisasi Vaksinasi SENgorok
No. KabupatenKota
Target Realisasi
1 Kabupaten Agam
8.000 1793
2 Kabupaten Pasaman
2.300 700
3 Kabupaten 50 Kota
5.000 5.000
4 Kabupaten Solok
2.600 4720
5 Kabupaten Padang Pariaman
5.000 5000
6 Kabupaten Pesisir Selatan
5.000 4.051
7 Kabupaten Tanah Datar
6.000 7531
8 Kabupaten Sawahlunto Sjj.
5.000 3000
9 Kota Bukittinggi
500 352
10 Kota Padang
4.000 7.000
11 Kota Padang Panjang
1.000 -
12 Kota Sawahlunto
- 1788
13 Kota Solok
- 720
14 Kota Payakumbuh
2.000 4500
J u m l a h 46.400
46.155 -
Vaksinasi Rabies
35
Berdasarkan epidemiologi penyakit, Virus Rabies menyerang berbagai jenis hewan berdarah panas dan juga manusia serta tingkat
penyebarannya relatif cepat dan meluas. Dampak yang ditimbulkannya selain dari segi kesehatan, juga sosial ekonomi. Sehingga dalam
penanganan rabies diperlukan kerjasama melibatkan berbagai pihak dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian, sehingga dalam hal ini faktor
koordinasi memegang peranan penting. Vaksinasi Hewan Penular RabiesHPR diarahkan ke desa-desa yang terjadi kasus rabies dan desa
sekitarnya Local Area SpesifikLAS. Pada tahun 2002 vaksin rabies mendapat subsidi dari Direktorat Produksi Peternakan Jakarta sebanyak
40.000 dosis dan semuanya telah dialokasikan ke Kabupaten dan Kota sesuai dengan jumlah kasus dan populasi Hewan Penular Rabies HPR.
Target dan realisasi vaksin rabies sesuai dengan permintaan dari masing- masing KabupatenKota di Propinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada
tabel 5.2. Sedangkan racun Strichnine mendapat subsidi melalui Anggaran APBN sebanyak 7 Kg, bantuan APBD sebanyak 3 Kg tabel
5.3, dan telah dialokasikan seluruhnya ke Kabupaten dan Kota.
Tabel. 5.2. Target dan Realisasi Vaksinasi Rabies
No. KabupatenKota
Target Realisasi
1 Kabupaten Agam
5.000 4334
2 Kabupaten Pasaman
3.500 3565
3 Kabupaten 50 Kota
4.000 4.000
4 Kabupaten Solok
3.560 5385
5 Kabupaten Padang Pariaman
2.000 2500
6 Kabupaten Pesisir Selatan
3.500 3.331
7 Kabupaten Tanah Datar
4.500 2765
8 Kabupaten Sawahlunto Sjj.
- 1879
9 Kota Bukittinggi
2.000 1.534
10 Kota Padang
7.400 6.300
11 Kota Padang Panjang
500 812
12 Kota Sawahlunto
1.000 1414
13 Kota Solok
1.000 833
14 Kota Payakumbuh
2.000 2190
15 Klinik Hewan
500 -
J u m l a h 40.460
40.842
36
Tabel. 5.3. Alokasi Racun dan Eliminasi Hewan Penular Rabies
No. KabupatenKota
RacunGram Eliminasi ekor
1 Kabupaten Agam
1.000 1276
2 Kabupaten Pasaman
1.000 2000
3 Kabupaten 50 Kota
1.000 -
4 Kabupaten Solok
1.000 3615
5 Kabupaten Padang Pariaman
500 2500
6 Kabupaten Pesisir Selatan
500 2.871
7 Kabupaten Tanah Datar
1.000 1688
8 Kabupaten Sawahlunto Sjj.
500 430
9 Kota Bukittinggi
500 1.075
10 Kota Padang
1.000 2183
11 Kota Padang Panjang
500 403
12 Kota Sawahlunto
500 497
13 Kota Solok
500 276
14 Kota Payakumbuh
500 2000
J u m l a h 10.000
20.814
Vaksin Jembrana.
Vaksinasi Jembrana pada tahun 2002 tidak dilaksanakan karena tidak tersedianya Vaksin, baik dari pusat.
II. Pemberantasan Penyakit Hewan Pemberantasan penyakit hewan yang bersifat individu telah
dilaksanakan dengan swadaya masyarakat di masing-masing kecamatan seluruh KabKota di Sumatera Barat. Bila disuatu daerah timbul penyakit
yang bersifat wabah, pemberantasannya dilaksanakan secara terpadu oleh Dinas Peternakan KabKota dan Dinas Peternakan Propinsi. Pada bulan
Juni 2002 di Kabupaten Pesisir Selatan, di Desa Hilalang Panjang, Transad Kecamatan Pancung Soal telah terjadi kematian 1 ekor sapi, dipotong
paksa 1 ekor dan terinfeksi 7 ekor, diagnosa sementara adalah penyakit Jembrana. Untuk mengatasi kejadian ini Dinas Peternakan Kabupaten
Pesisir Selatan, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah turun ke lokasi kejadian dan memberikan pengarahan kepada peternak untuk
mencegah terjadinya infeksi penyakit Jembrana ini, antara lain melaksanakan penyemprotan dan dipping terhadap ternak dengan
insektisida Asuntol sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
37
III. Memantau Kejadian Wabah Penyakit Menular. Berdasarkan laporan dari Kabupaten Kota serta peninjauan
lapangan, kejadian luar biasa terjadi di Kecamatan Pesisir Selatan, Desa Koto Hilalang Transad Kecamatan Pancung Soal, 1 ekor sapi mati, 1 ekor
sapi dipotong paksa dan 7 ekor terinfeksi akibat penyakit Jembrana. Vaksinasi belum dapat diberikan karena tidak tersedianya Vaksin
Jembrana baik bantuan pusat atau bantuan dari daerah. Untuk penanggulangan wabah, tim Kesehatan Hewan Propinsi Sumatera Barat
bersama Tenaga Kesehatan Hewan Kabupaten Pesisir Selatan dan petugas Pos Keswan turun ke Desa Koto Hilalang untuk memberikan pengarahan
kepada peternak. Penyakit Rabies terjadi disetiap Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sumatera Barat, dibandingkan pada tahun 2001 positif 233 kasus dan 2002 positif 198 kasus terjadi penurunan kasus 15 .
Penyakit SE selama tahun 2002 tidak ada kasus luar biasa namun tetap dipantau melalui petugas di Kabupaten dan Kota serta melalui
petugas Pos Keswan di daerah.
IV. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang peternakan
Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melaksanakan pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner. Metoda pelatihan untuk Analisis Ekonomi
Veteriner terdiri dari tiga bagian yaitu: 1. Metoda Diskusi
2. Metoda PraktekKunjungan lapangan 3. Metoda Seminar kelompok
Materi pelatihan terdiri dari: 1. Kebijaksanaan Kesehatan Hewan
2. Sistem Informasi Kesehatan Hewan 3. Beberapa Definisi dalam Bidang Ekonomi
4. Hubungan Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner
38
5. Dasar-dasar perhitungan kerugian Ekonomi akibat Penyakit Hewan 6. Latihan Exercise
7. Kunjungan ke lapangan ke Peternak kecil
InstrukturNara Sumber dalam pelaksanaan Pelatihan Analisis Ekonomi adalah:
1. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Jakarta
2. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat
3. Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi
Tujuan dari Pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner ini antara lain adalah: 1.
Meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia di bidang Analisa Ekonomi Veteriner
2. Menciptakan tenaga Kesehatan Hewan yang dapat merancang
keputusan dalam bentuk Analisis biaya Benefit Cost, sehingga keputusan dan implementasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria
ekonomi.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner ini adalah:
1. Tersedianya aparat yang terampil dan mampu melakukan Analisis
Ekonomi Veteriner 2.
Semakin terarah dan mantapnya penyusunan perencanaan bidang Kesehatan Hewan
Hasil yang diharapkan dalam pelatihan Analisis Ekonomi Veteriner yang berasal dari Dokter Hewan yang bertugas di Kabupaten dan Kota Se
Sumatera Barat serta peserta yang berasal dari Propinsi Riau dan Jambi dilaksanakan dari tanggal 15-19 Juli 2002 dengan jumlah peserta 35 orang
antara lain:
39
1. Peserta mampu merancang keputusan ke dalam bentuk Analisis Biaya Benefit Cost
2. Peserta meningkat potensi Sumber Daya Manusianya dalam bidang Analisis Ekonomi Veteriner.
B. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan P2H