Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.V. Keswan-06

(1)

BAB V

SUB DINAS BINA KESEHATAN HEWAN

A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

Seksi Pencegahan Pemberantasan Penyakit Hewan sesuai dengan tupoksi mempunyai tugas yang prinsipil antara lain sebagi berikut :

1. Mengevaluasi data penyakit hewan yang berkaitan dengan upaya pencegahan pemberantasan penyakit hewan.

2. Menyiapkan bahan yang terkait dengan upaya Pencegahan Pemberantasan Penyakit Hewan.

3. Menyiapkan program dan bahan kegiatan operasional dalam rangka penanggulangan penyakit hewan.

4. Melakukan pengawasan dan pengendalian penyakit hewan.

5. Menyiapkan arsip surat-surat yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.

Beberapa jenis Penyakit Hewan yang pada tahun 2006 yang dilakukan pengendalian adalah :

1. Rabies, 18 Kabupaten/kota di Sumatera Barat sudah endemis penyakit Rabies kecuali Kep. Mentawai masih sebagai daerah bebas.

Ditinjau dari kejadian Rabies yang terjadi menurut Kecamatan pada tahun 2006 hanya terjadi pada 86 kecamatan dari 153 Kecamatan yang berada pada 18 kabupaten/Kota daerah endemis Rabies.

2. SE (Ngorok) terjadi kasus sporadis terutama pada daerah kantong penyakit dan pada lokasi ternak kerbau pada tahun 2006 terjadi out break di Kab. Kep. Mentawai, Kab. Solok Selatan dan Kota Pariaman.

3. Jembrana yang biasanya menyerang sapi bali pada tahun 2006 berada dalam situasi aman, dan sebagian besar ternak sapi bali yang berada


(2)

didaerah kasus seperti Kecamatan Pancung Soal dan Indra Pura Kabupaten Pesisir selatan sudah dilakukan vaksinasi terhadap Jembrana. 4. Brucellosis untuk Sumatera Barat setelah dilakukan Surveilance selama 6

tahun berturut-turut baik oleh Dinas Peternakan Propinsi maupun BPPV Regional II melalui test RBT terhadap ternak sapi betina dan hasilnya adalah Nol tidak ada reaktor yang positif, perlu dilanjutkan oleh Kabupaten/Kota terutama terhadap ternak yang berasal dari luar Sumatera Barat.

5. Hog Colera, pernah terjadi kasus Hog Colera pada tahu 1995 di Kota Padang, sampai tahun 2006 penyakit Hog Colera tidak pernah muncul lagi dan sebagian Babi di kembangkan di Kep. Mentawai serta telah dilakukan vaksinasi terhadap Hog Colera.

6. Avian Influenza (Flu Burung ) pada tahun 2006 daerah yang terjadi kasus Flu burung adalah sebanyak 8 Kabupaten/Kota, Kota Padang, Kota Pdg. Panjang, Kota Bukittinggi, Kab. Pdg. Pariaman, kab. Dharmasraya, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kb. Agam dan Kabupaten Tanah datar ( daerah yang baru adalah Kota Pdg. Panjang, Kota Padang, Kabupaten Dharmasraya dan Kab. Swl Sijunjung )

Untuk melakukan Penanggulangan beberapa penyakit penting tersebut maka Kasi Pencegahan Pemberantasan Penyakit Hewan telah merencanakan Vaksin untuk penanggulangan penyakt antara lain :

1. Vaksin SE, Ngorok pelaksanaan vaksinasi SE dilakukan oleh Kabupaten/Kota yang berada pada daerah kantong penyakit SE ( Ngorok ) terutama pada ternak kerbau, pada tahun 2006 Propinsi Sumatera Barat mendapat vaksin SE yang berasal dari subsidi pusat sebanyak 25.000 dosis dan pengadaan dari DIPA ( dana dekonsentrasi ) Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat sebanyak 30.000 dosis dan alokasi vaksin SE dapat dilihat pada Tabel 5.1.


(3)

Tabel 5.1. Alokasi dan Realisasi Vaksin SE Tahun 2006

No Kab/Kota Vaksin SE

Subsidi Pusat DIPA 2006Vaksin SE Realisasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kab. Agam Kab. Pasaman Kab. Pasaman Barat Kab. 50 Kota Kab. Tanah Datar Kab. Pdg. Pariaman Kab. Pss selatan Kab. Solok

Kab. Solok Selatan Kab. Swl Sijunjung Kab. Dharmasraya Kab. Kep. Mentawai Kota Padang

Kota Pdg. Panjang Kota Payakumbuh Kota Bukittinggi Kota Pariaman Kota Solok Kota sawahlunto -2.200 1.200 2.000 3.500 1.000 3.000 -3.200 -2.200 1.000 2.000 -500 250 500 -8.850 1.000 2.200 2.200 -2.200 4.700 2.200 -500 300 -2.200 1.200 10.850 4.500 3.200 5.200 -5.400 4.700 4.400 1.000 2.500 300 -500 250 500

Jumlah 22.550 24.150 46.700

2. Vaksin Rabies dan Racun Strychnine, pemberantasan rabies diutamakan vaksinasi terhadap anjing yang dipelihara sedangkan eliminasi terhadap anjing yang berkeliaran dijalan umum, untuk pemberantasan anjing liar ini juga berkerja sama dengan pihak swasta yang menampung anjing liar untuk disalurkan ke konsumen ( Sumatera Utara ).


(4)

Tabel.5.2. Alokasi dan Realisasi Penangggulangan Penyakit Rabies

Pada tahun 2006 pengadaan vaksinasi oleh Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat melalui dana dekonentrasi sebanyak 10.000 dosis dan sisa subsidi pusat tahun 2005 sebanyak 9.900 dosis dan Subsidi dari Pusat 10.000 dosis.

Sedangkan untuk eliminasi disediakan racun Strichnine sebanyak 14 kg yang berasal dari dana dekonsentrasi sebanyak 8 Kg dan dari DASK Dinas Peternakan Propinsi sebanyak 6 Kg Alokasi dan realisasi seperti Tabel 5.2. diatas No Kab/Kota Rabies Subsidi Pusat Rabies DIPA 2006 Racun DIPA Racun DASK Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kab. Agam Kab. Pasaman Kab. Pasaman Barat Kab. 50 Kota Kab. Tanah Datar Kab. Pdg. Pariaman Kab. Pss selatan Kab. Solok Kab. Solok Selatan Kab. Swl Sijunjung Kab. Dharmasraya Kab. Kep. Mentawai Kota Padang Kota Pdg. Panjang Kota Payakumbuh Kota Bukittinggi Kota Pariaman Kota Solok Kota sawahlunto 1.050 -1.050 700 1.700 1.700 1.500 -750 -2.900 -5.500 1.200 800 700 350 350 700 -1.000 500 150 1.000 -2.000 -700 500 700 1050 350 150 -0,5 kg -0,5 kg 1 kg 0,5 kg 0,5 kg -0,5 kg -1 kg -0,5 kg -0,5 kg -1 kg 0,5 kg 0,5 kg 0,5 Kg 0,5 kg 0,5 kg 0,5 kg 1000 700 1.050 1.700 2.000 1.850 2.500 -750 2.000 -3.600 500 4.000 2.256 1.000 850 350


(5)

20 21

Klinik Hewan Lap. SP. IV

700 350

-700 350

Jumlah 19.900 10.000 5,5 Kg 4 kg 27.155

3. Vaksin Jembrana

Vaksin jembrana di diperlukan untuk ternak sapi Bali terutama di Kab. Pesisir Selatan yang pernah terjadi kasus penyakit Jembrana pada tahun 1999

Vaksinasi dilakukan selama 3 ( tiga ) tahun berturut-turut. Untuk tahun 2006 vaksin Jembrana dianggarkan sebanyak 1.000 dosis melalui DASK Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat tahun 2006, dan telah dialokasikan ke Kab. Pesisir Selatan.

4. Vaksin AI ( Flu Burung ) dan Desinfektan untuk pengendalian Flu burung Sumatera Barat telah melakukan vaksinasi terhadap unggas yang berada pada daerah yang telah dinyatakan positif terhadap Flu Burung.

Tahun 2006 vaksin AI disediakan sebanyak 4.040.200 dosis terdiri dari subsidi pusat 1.750.000 dosis H5N2, 1.290.200 dosis H5N1) dan 1.000.000 dosis dari anggaran tambahan DASK 2005, kemudian sebanyak 650.000 dosis berasal dari dana tidak tersangka APBD tahun 2006 merupakan cadangan vaksin untuk tahun 2007.

Realisasi vaksinasi Ai sampai Desember 2006 sebanyak 2.903.091 dosis, dan untuk tahun 2007 masih terdapat sisa vaksin sebanyak 1.325.000 dosis ( 665.000 dosis subsidi pusat dan 650.000 dosis dari dana tidak tersangka APBD )

Untuk pelaksanaan desinfeksi disediakan desinfektan sebanyak 3.375 liter terdiri dari 2.375 liter dari subsidi pusat dan 1.000 liter dari dana ABT


(6)

DASK Propinsi tahun 2005. Akhir tahun 2006 mendapat tambahan desinfektan sebanyak 1.000 liter digunakan untuk persiapan 2007 dari dana tidak tersangka APBD Propinsi. Realisasi desinfektan sampai Desember 2006 sebanyak 3.444 liter.

Tabel. 5.3. Alokasi dan Realisasi Vaksinasi AI dan Desinfektan

No Kab/Kota Vaksin AISubsisdi Pusat (dosis) Vaksin AI APBD I (dosis) Realisasi (dosis) Desinfektan Subsidi Pusat (ltr) Desinfektan APBD (ltr) Realisasi (Ltr) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Kab. Agam Kab. Pasaman Kab. Pasaman Barat Kab. 50 Kota Kab. Tanah Datar Kab. Pdg. Pariaman Kab. Pss Selatan Kab. Solok Kab. Solok selatan Kab. Swl Sijunjung Kab. Dharmasraya Kab. Kep. Mentawai Kota Padang Kota Pdg. Panjang Kota Payakumbuh Kota Bukittinggi Kota Pariaman Kota Solok Kota Sawalunto Propinsi 185.000 -957.000 120.000 189.000 -78.000 -55.000 40.000 -280.000 -240.000 45.000 25.000 -160.000 1200 50.000 -630.000 -50.000 -10.000 20.000 -50.000 40.000 -45.000 25.000 60.000 20.000 -195.710 -1.517.084 139.000 177.378 -67.507 -49.376 19.975 -275.866 30.633 263.440 47.460 21.052 28.084 79.769 108 20 -220 160 140 180 120 72 378 298 -160 -120 80 120 20 84 102 48 30 10 188 76 59 48 48 -31 24 -235 55 43 12 -63 36 56 156 50 10 408 236 199 228 168 72 409 322 -395 55 163 92 120 83 120 158

Jumlah 2.375.200 1.000.000 2.903.091 2.382 1.062 3.444

Pelaksanaan pemberantasan penyakit hewan, berkaitan dengan evaluasi data penyakit dan upaya menekan kerugian ekonomi bagi masyarakat


(7)

seminimal mungkin, berdasarkan tinjauan laporan dari Kabupaten/Kota, kasus penyakit hewan menular (kasus out break) sebagai berikut :

Terjadi di beberapa daerah seperti :

1. Penyakit Septicemia Epizootica (SE)

a. Pada awal Pebruari 2006 terjadi kematian babi di Kecamatan

Siberut Utara Desa Mongan Poula, Setboyak dan cimpungan yang menimbulkan kematian pada ternak babi sebanyak 1662 ekor, Sapi 14 ekor dan Kerbau 2 ekor, Dinas peternakan Propinsi Sumatera Barat telah menurunkan Tim Kesehatan Hewan untuk menanggulangi wabah tersebut untuk melakukan pengobatan dan Vaksinasi terhadap babi dan ternak sapi . Pada bulan Mei 2006 terjadi lagi kematian pada ternak Babi di bagian pantai barat Kec. Siberut Utara di desa Simatalu, kematian ternak babi mencapai 400 ekor.

Setelah diambil spesimen dan dikonfirmasikan dengan PBBV Regional II penyebab penyakit positif kuman Pasteurella Muntocida penyebab penyakit SE ( Ngorok )

b. Kabupaten Solok Selatan, kasus SE ( ngorok ) terjadi pada bulan Juli 2006 di Kecamatan Sangir Batang Hari, kenagarian Abai dan kenagarian Dusun tengah Kematian ternak kerbau di kenagarian Abai sebanyak 42 ekor dan kasus terakhir terjadi pada 21 Agustus 2006, awal kasus pada tanggal 4 Agustus 2006. Di kenagarian Dusun Tangah kematian ternak kerbau sebanyak 23 ekor mulai dari pertengahan Juli sampai awal Agustus 2006. Hasil BPPV Regional II disebabkan oleh SE (Ngorok) ternak Kerbau dipelihara dengan cara ekstensif dilepas di hutan, ternak yang mati bangkainya di buang ke Sungai Batang Sangir yang bermuara ke Sungai Batang Hari Kabupaten Dharmasraya, Daerah Dharmasraya telah


(8)

diinformasikan untuk waspada dan mengaktifkan pelaksanaan vaksinasi pada ternak Kerbau yang berada dengan aliran sungai Batang Hari, berdasrkan laporan dari Kab. Dharmasraya sampai akhir tahun tidak terjadi kasus SE.

c. Kota Pariaman

Berdasarkan laporan dari Kota Pariaman pada bulan Oktober s/d awal Nopember 2006 di Kecamatan Pariaman Selatan, Desa Taluak terjadi kematian 3 ekor Kerbau dan 1 ekor Sapi. Tindakan gerak cepat dilakukan dengan jalan pengobatan ternak yang sakit dan melakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat yang berda diluar garis kasus penyakit, sehingga kerugian ekonomi masyarakat dapat ditekan.

2. Penyakit Avian Influneza (Flu burung)

Selama tahun 2006 tercatat kasus Flu burung terjadi pada daerah yang baru

a. Kota Padang Panjang, Kecamatan Padang Panjang Timur terjadi pada bulan Januari sebanyak 49 ekor mati bangkai dan 9 ekor (pemusnahan selektif), populasi satu kandang 58 ekor.

b. Kota Bukittinggi

Terjadi kematian ternak ayam buras pada bulan Pebruari sebanyak 15 ekor dan pada bulan Maret sebanyak 456 ekor (pemusnahan selektif) dari populasi 500 ekor, kemudian kasus kematian yang muncul kembali pada bulan Desember di kecamatan Mandiangin Koto Selayan sebanyak 27 ekor dan berlanjut sampai Januari 2007. Hasil Positif H5N1 dari BPPV regional II dan telah dilakukan penanggulangan oleh petugas Kesehatan Hewan Kota Bukitinggi.

c. Kota Padang terjadi kematian di Kecamatan Padang Barat pada bulan Pebruari sebanyak 10 ekor, pada bulan Maret di


(9)

Kec. Kuranji 30 ekor, Kec. Pauh 45 ekor, Padang selatan 26 ekor dan pada bulan April di Kec. Padang Timur 10 ekor .

d. Kab. Padang Pariaman, di Kec. Pauh Kamba terjadi kematian pada bulan Maret sebanyak 24 ekor, hasil konfirmasi dengan BPPV positif Flu burung.

e. Kab. Dharmasraya, pada bulan maret terjadi kematian ternah unggas di kec. Sungai Rumbai 10 ekor dan pada bulan Nopember terjadi kematian unggas di kec. Sitiung sebanyak 53 ekor dan Kec. Pulau Punjung sebanyak 442 ekor.

f. Kab. Sawahlunto/Sijunjung, terjadi kasus kematian unggas pada bulan Nopember di Kec. Kamang Baru sebanyak 500 ekor, Kec. Tanjung Gadang 448 ekor, Kec. IV Nagari 400 ekor serta Kec. Sijunjung pada bulan Desember sebanyak 800 ekor

g. Kab. Tanah Datar, kasus kematian unggas (ayam buras) pada pertengahan Desember di Kec. Lintau Buo Nagari Taluak sebanyak 609 ekor, Nagari Tigo Jangko 145 ekor dan Nagari Paniai 120 ekor.

h. Kab. Agam, kasus kematian (ayam buras) pada pertengahan Desember di Kec. Kamang sebanyak 20 ekor dan Kec. IV Angkek 18 ekor.

Tindakan penanggulangan penyakit Flu burung di setiap Kabupaten/Kota telah dilakukan baik melalui vaksiansi , maupun disinfeksi bahkan pemusnahan selektif sebagian daerah dilakukan pada tahun 2006. untuk penanggulangan Flu burung telah dibentuk suatu Komite Penanggulangan Flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza mulai dari tingkat Propinsi sampai tingkat kabupaten dan peraturan gubernur tentang pengendalian pemeliharaan dan peredaran unggas serta pedoman penatalaksanaan peternakan unggas di pemukiman


(10)

3. Penyakit Jembrana

Selama tahun 2006 tidak ada kejadian namun untuk pengendalian secara rutin dilakukan vaksinasi terutama pada ternak Sapi Bali yang berada disekitar wilayah 3 tahun berturut-turut tahun 2006 melakukan vaksin terakhir, dan akan dilanjutkan kalau populasi ternak yang belum tervaksinasi meningkat.

4. Rabies

Penyakit Rabies di Sumatera Barat tahun 2006 cendrung menurun daritahun 2005 tercatat sebanyak 168 kasus positif dan tahun 2006 sebanyak 151 kasus terjadi penurunan sekitar 9 % dengan perincian sebagai berikut :

Dari 329 sampel yang dikirim ke BPPV Regional II hasilnya 151 positif, 87 negatif dan 11 lisis ( SKB ). Daerah penyebaran kasus seprti tabel Kasus sedangkan jumlah kecamatan yang tertular sebanyak 86 kecamatan dan jumlah desa yang tertular sebanya 192 desa

Untuk pengendalian penyakit Rabies secara rutinitas melakukan Sosislaisasi kepada Masyarakat. Pelaksanaan vaksinasi pada HPR yang berpemilik dan Eliminasi hewan pembawa Rabies yang berkeliaran di jalan umum.

Kemudian juga melakukan rapat koordinasi dengan Kabupate/Kota untuk penanggulangan Rabies, disamping itu komitmen Pemerintah daerah untuk Pemberantasan Penyakit Rabies sangat penting, dengan adanya penyediaan anggaran dari Pemerintah Kab/Kota menunju suatu keseriusan dari Pemerintah untuk pemberantasan penyakit rabies.


(11)

Penanggulangan Penyakit reproduksi merupakan kelanjutan tahun 2005 yang mana Propinsi hanya melakukan monitoring pelaksanaan penanggulangan yang dilakukan oleh kabupaten/Kota Monitoring dilakukan di kab. 50 Kota, Kota Payakumbuh, Dharmasraya, Pasaman Barat dan Kota Pdg. Panjang.

Pelaksanaan tugas koordinasi dengan unit kerja lapangan dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan Balai Embrio Trasnfer Cipelang dalam pelaksanaan Transfer Embrio di kab. 50 Kota, Payakumbuh dan Agam serta Padang Panjang.

Pelaksanaan tugas kooordinasi dilaksanakan antara lain :

Koordinasi dengan BPPV regional II dalam penangulangan Wabah seperti penyakit SE di Kep. Mentawai dan kab. Solok Selatan serta pelaksanaan penanggulangan penyakit Flu burung terutama untuk pemeriksaan Laboratorium untuk pengukuhan diagnosa penyakit.

B. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan (P2H)

Tugas pokok seksi Pengamatan Penyakit Hewan adalah :

1. Mengumpulkan data dan bahan tentang pengamatan dan pencegahan pengendalian penyakit.

2. Melakukan evaluasi dan analisa tentang penyakit strategis pada hewan. 3. Penyidikan epidemiologi penyakit hewan

4. Memberikan bimbingan laporan kesehatan hewan

Pada tahun 2006 Seksi Pengamatan Penyakit Hewan telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

I. Pengamatan Penyakit Hewan.

Pelaksanaan pengamatan penyakit hewan yang utama berada dibagian petugas lapangan seperti tenaga kesehatan hewan di kecamatan. yang


(12)

berada di bawah bimbingan Dokter Hewan berwenang di wilayah tersebut dan Dokter Hewan Pos Kesehatan Hewan. Hasil pengamatan penyakit tersebut dilaporkan ke Dinas Peternakan Propinsi.

Selama tahun 2006 kejadian penyakit hewan menular yang dapat dipantau di Sumatera Barat adalah :

- Avian Influenza/Flu Burung - Anaplasmosis

- Babesiosis - Cocsidiosis

- Chronic respiratory diasease - Fascioliasis

- Rabies

- Salmonellosis - Scabies

- Septichaemia epizooticae - Theileriosis

Sedangkan penyakit-penyakit yang memerlukan perhatian khusus untuk

pengendalian adalah :

 Avian Influenza/Flu Burung

 Rabies

 Septichaemia Epizootica/SE

 Fasiola/cacing hati

Situasi umum penyakit hewan selama tahun 2006 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar dibawah ini. Dari hasil pemeriksaan BPPH Wilayah II Bukittinggi penyakit hewan yang dapat termonitor sebagai berikut:

Kejadian penyakit Anaplasmosis sebanyak ... 45 kasus. Kejadian penyakit Babesiosis sebanyak ... 2 kasus. Kejadian penyakit Bovine Ephemeral Fever sebanyak... 3 kasus. Kejadian penyakit CRD sebanyak ... 4 kasus. Kejadian penyakit Facioliosis sebanyak... 4 kasus.


(13)

Kejadian penyakit Scabies sebanyak... 13 kasus. Kejadian penyakit SE sebanyak ... 90 kasus. Kejadian penyakit Theleriosis ... 7 kasus. Kejadian penyakit Rabies sebanyak... 151 kasus. Kejadian penyakit Avian Influenza/AI ... 484 kasus Kejadian penyakit Salmonella, ... 12 kasus. Selain oleh Petugas Kecamatan, pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) Wilayah II Bukittinggi dan Laboratorium Kesehatan Hewan Simpang Empat Pasaman. Disamping itu Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat dan petugas Kab/Kota serta Pos Pos Keswan melalui dana APBN tahun 2006 ini, melakukan kegiatan Surveilance Antibodi AI dan Surveilance Epidemiolagi AI sebanyak 7200 ekor.

Surveilance Epiodemiologi AI pada daerah yang dinyatakan belum tertular, target pengambilan sample sebanyak 3200 sample, pelaksanaan dilapangan hanya berjumlah 1.775 sample .

Kegiatan Surveilance Antibodi AI pada daerah yang telah tertular. Kegiatan Surveilance Antibodi AI pada daerah tertular dilaksanakan 3 – 4 minggu setelah post vaksinasi AI. Pengambilan samplenya sebanyak 4000 sample. Jumlah sample Surveilance Epidemiologi AI yang diperiksa sebanyak 1.775 sample dengan hasil seperti tabel 5.4.

Tabel.5.4. Jumlah Sample Surveilance Epidemiologi AI

No Kab/Kota

Titer Antibodi pemeriksaan BPPV sample rusak

Jumlah

sample Ket

Titr AB ( 0 ) AB  16 AB  16 1. 2 3 4 5 Kab.Tn Datar Kab.Solok Selatan Kab. Solok Kab. Pasaman Kab. Pes.Selatan 374 388 390 165 337 6 9 3 17 22 20 0 4 6 26 0 0 3 0 5 400 397 400 188 390


(14)

6 7 8 Kab. Swl/Sjj Pasaman Barat Kota Payakumbuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 1.654 57 56 8 1.775

Prosentase 93,18 3,21 3,15 0,45 100

Jumlah sample Surveilance Antibodi AI yang diperiksa sebanyak 3.847 sample dengan hasil seperti tabel 5.5.

Tabel. 5.5. Jumlah sample Surveilance Antibodi AI

No Kab/Kota

Titer Antibodi pemeriksaan BPPV sample rusak

Jumlah

sample Ket

Titr AB ( 0 ) AB  16 AB  16 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kota Pariaman Kab. 50 Kota Kota Bukittinggi Kota Solok Kab. Agam

Kab. Pdg Pariaman Kota Padang Kota Pdg Panjang Kab. Dharmasraya Kota sawahlunto 132 113 98 80 162 211 126 208 120 30 69 107 58 144 66 114 122 50 139 116 189 180 236 167 170 137 162 25 30 203 8 0 8 11 2 0 0 0 3 51 398 400 400 402 400 462 410 283 292 400

Jumlah 1.280 985 1.499 83 3.847

Prosentase 33,27 25,60 38,97 2,16 100

II. Pemetaan Penyakit Hewan Untuk Menentukan Status Wilayah Penyakit Hewan

Hasil pengamatan penyakit hewan di Propinsi Sumatera Barat selama tahun 2006 dan daerah kantong penyakit adalah sebagai berikut :

1. Kasus penyakit Avian Influenza/AI selama tahun 2006 terjadi di beberapa daerah di Sumatera Barat diantaranya Kota Padang Panjang di Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Bukittinggi Kecamatan


(15)

Mandiangin Koto Selayan, Kota Padang di Kec Padang Timur, kec.Kuranji, Kec. Pauh, Kec. Padang Selatan. Untuk Kab. Padang Pariaman kejadian kasus AI terjangkit di Kec. Pauh Kamba, Kab. Dharmasraya terjadi kasus AI di Kec. Sei Rumbai , di Kec. Sitiung dan Kec. Pulau Punjung, Kab. Sawahlunto/Sijunjung kasus terjadi pada Kec. IV. Nagari , Kec. Sijunjung dan Kec. Kiumang Baru.

2. Kasus penyakit Rabies hampir merata terjadi disetiap Kab./Kota di Sumatera Barat. Kab./Kota yang tertinggi kasus Rabies diantaranya Kab. Agam 30 kasus, Kota Padang 27 kasus dan Kab. Solok 21 kasus dan menyusul pada urutan keempat tertinggi pada Kab. tanah Datar, terjadi 19 kasus.

3. Kasus penyakit Thelleriosis pada umumnya terjadi di Kab. Padang Pariaman hanya terjadi 7 kasus.

4. Kasus penyakit SE di Kab. Kep.Mentawai, di Kec. Siberut Utara pada desa Moungon Poula, Setboyak dan desa Cimpungan, Kab. Pesisir Selatan ditemukan 11 kasus di Kec. PAP Tapan, Kab. Solok Selatan sebanyak 42 kasus di Kec. Sangir Batang Hari kanagarian Abai dusun Tangah.

5. Kasus penyakit Anaplasmosis terjadi di Kota Sawahlunto dan Kab. Dharmasraya ternak sapi, kerbau dan kuda, kasus tertinggi sebanyak 40 kasus.

6. Kasus penyakit CRD tidak banyak terjadi pada tahun 2006 ini, terjadi pada Kab. Sawahlunto Sijunjung sebanyak 4 kasus.

7. Kasus penyakit Fascioliasis terjadi di Kab. Padang Pariaman, sebanyak 4 kasus.

8. Kasus Babesiosis pada ternak sapi di Kab. Sawahlunto/Sijunjung dan Kota Sawahlunto.

9. Kasus Cocsidiosis pada ternak sapi dan kerbau di Kab. Pesisir Selatan dan Kab. Agam.


(16)

11. Kasus Scabies pada hewan kesayangan (anjing) di Kota Padang dan Bukittinggi.

Selama tahun 2006 Sub Dinas Kesehatan Hewan telah melaksanakan pengamatan dini dengan memprioritaskan beberapa penyakit yang bersifat strategis dan ekonomis yakni penyakit Avian Influenza, SE dan Penyakit Rabies di seluruh kab./kota terutama daerah “Lokal Area Specifik”.

Kasus kejadian penyakit Avian Influenza/AI, yang merebak kembali, terjadi hampir semua daerah Kab/Kota di Sumatera Barat, dan tindakan pada daerah yang tertular melaksanakan vaksinasi dan bio securiti yang ketat, sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan Pada daerah yang dinyatakan belum tertular, tindakan yang dilakukan adalah pelaksanaan Bio securiti yang ketat dan pengawasan lalu lintas ternak yang ketat dari daerah tertular.

Pengamatan penyakit SE, dilakukan ke Kab. Kep. Mentawai, Solok Selatan dengan pengambilan serum dan preparat ulas darah dan dikirim ke BPPV Reg. II Bukittinggi, untuk peneguhan diagnosa.

III. Standarisasi Laboratorium Kesehatan Hewan.

Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat mempunyai Laboratorium Kesehatan Hewan Tipe C Simpang Empat Kab. Pasaman yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Laboratorium ini berfungsi melayani daerah Pasaman dan sekitarnya. Kegiatan Laboratorium Tipe C Simpang Empat diantaranya pemeriksaan spesimen dan pelayanan kesehatan hewan. Adapun hewan yang diperiksa antara lain sapi, kerbau, kambing dan anjing. Jumlah spesimen yang diperiksa selama tahun 2006 sebanyak 1.365 spesimen dengan rincian preparat ulas darah sebanyak 650 spesimen dan faeces sebanyak 650 spesimen. Dan organ 66 sample Untuk


(17)

lebih jelasnya pemeriksaan spesimen di Laboratorium Tipe C Simpang Empat dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel. 5.6. Jumlah Spesimen Hewan yang Diperiksa di Laboratorium Tipe C Simpang Empat Kab Pasaman.

HasiHasil pemeriksaan faeces pada Laboratorium Tipe C Simpang Empat dapat terdeteksi penyakit Fascioliasis pada ternak sapi sebanyak 9 ekor, ternak kambing 1 ekor dan Paramphistomiasis pada ternak sapi sebanyak 101 ekor dan kerbau sebanyak 20 ekor 17 ekor

Disamping itu laboratorium Simp. Empat juga telah melakukan pemeriksaan sample Rabies yang dilakukan secara Seller, dimana ditemui kasus positif Rabies sebanyakn sebanyak 54 kasus.

Pada awal tahun 2006, sudah mulai beroperasi UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat, yang merupakan pelayanan masyarakat dalam hal sebagai berikut :

Pengaman bahan pangan asal hewan yang dikonsumsi masyarakat, dalam hal ini Lab. Kesmavet telah memeriksa sample sebanyak 150 sample. Dari hasil pemeriksaan terhadap sample bahan pangan asal hewan tersebut terdapat hasil yang yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.

IV. Meningkatkan Kewaspadaan terhadap Penyakit Eksotik dalam Rangka Perlindungan Wilayah.

No Jenis

Spesimen

Jenis Hewan

Sapi Kerbau Kambing Anjing Kucing Kera

1. 2. 3.

Darah Faeses Organ

600

-52 63

-28 32

-62

-2

-2


(18)

Dalam menghadapi globalisasi dan regional dengan diberlakukannya perdagangan bebas dan semakin terbukanya hubungan lalu lintas antar negara, maka akan menimbulkan dampak kemungkinan yang lebih besar lolosnya penyakit hewan menular dari luar negeri (Penyakit Eksotik) masuk ke Indonesia, termasuk ke Sumatera Barat.

Kewaspadaan terhadap masuknya penyakit eksotik ini perlu lebih ditingkatkan karena banyaknya ditemukan kasus daging impor ilegal di beberapa propinsi lain di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya kemungkinan tersebut, maka Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melakukan peningkatan kewaspadaan dengan semua jajaran peternakan di Sumatera Barat, diantaranya tindakan antisipasi melalui penolakan dan tindak karantina oleh pihak karantina hewan, pengamatan penyakit yang aktif di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah rawan lainnya secara reguler berkoordinasi dengan BPPH Wilayah II Bukittinggi dan Karantina Hewan.

V. Melaksanakan Koordinasi dengan Pihak Karantina Hewan.

Dalam rangka penolakan penyakit hewan maka karantina hewan yang terdapat di Sumatera Barat (Pos Karantina Bandar Udara BIM dan Pelabuhan Laut Teluk Bayur) memegang peranan penting dalam upaya mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina dari luar Sumatera Barat ke wilayah Sumatera Barat, mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari suatu area ke area lain di wilayah Sumatera Barat serta mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari wilayah Sumatera Barat.

Kegiatan yang dapat dipantau adalah pemasukan/pengeluaran hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan dari dan ke propinsi Sumatera Barat, baik melalui angkutan laut maupun udara. Sedangkan yang melalui jalan darat sudah mulai dapat dilaksanakan


(19)

namun belum secara optimal, karena terbatasnya sarana dan prasarana, jadwal angkut tidak menentu, jumlah petugas yang masih kurang dan banyaknya jalur lalu lintas darat di propinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan laporan pihak karantina ke pusat dan tembusannya antara lain disampaikan ke Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat diperoleh data lalu lintas hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan yang masuk ataupun keluar propinsi sumatera Barat seperti terlihat pada tabel 5.7, tabel. 5.8 dan tabel 5.9

Tabel.5.7.

Ekspor/Impor Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil

Bahan Asal Hewan Propinsi Sumatera Barat Tahun 2006.

No. Komoditi/Jenis Volume Asal/Tujuan Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15 16 Burung Kacer Cucak rowo hijau Chalcoesoma caucatus Brung Jalak

Tulang sapi Murai Batu

Burung Murai Kopi Prosopocoilus giraffa Darah Kambing

Daging Kodok (Frog Meat) Dendeng (Dry Meat) Kalong (Hidup) Kumbang Sapi Bakalan

Sarang Burung Layang-Layang Sarang Burung layang-layang

3 6 ekor 5 ekor 460 ekor 81 ekor 2.000 ekor 15 ekor 89 ekor 200 ekor 70 ekor 25 sampel 450 Kg. 427 Kg. 12 ekor 40 ekor 1.959 kg 160 Kg. Ke Jakarta Ke Jakarta Ke Jepang Ke Jakarta Ke Jakarta Ke Jakarta Ke Jakarta Ke Jepang Ke Jepang Ke Jepang Ke Malaysia Ke Singapore/Amerika Ke Singapore Ke Singapore Ke Singapore Ke Samarinda Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Diperdagangkan Penelitian Diperdagangkan Diperdagangkan


(20)

Tabel.5.8

Pemasukan Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan

dan Hasil Bahan Asal Hewan ke Propinsi Sumatera Barat

Tahun 2006.

No. Komoditi/Jenis Volume Asal Keterangan

1. 2. 3. 4 DOC (Petelur) DOC (Broiler)

Daging Sapi (Frozen Meat) Anjing (Lokal/Labrador/ Herder/Mastiff/Rotweiler) 29.000 ekor 4.000.000 ekor 2.000 Kg. 22 ekor Jakarta Palembang/Lampung Jakarta Jakarta Diperdagangkan Inti/Plasma Diperdagangkan Dipelihara

Tabel. 5.9

Pengeluaran Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan

dan Hasil Bahan Asal Hewan dari Propinsi Sumatera Barat

Tahun 2006, baik melalui Udara, Laut dan Darat.

No. Komoditi/Jenis Volume Tujuan Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Anjing Ayam Bangkok

Ayam kokok balenggek Burung beo biasa Burung murai batu Burung balam Burung Poksay Burung murai daun Burung murai biasa Burung perkutut Burung carocok Burung wayang Dorcus titanus Kera Kuda pacu Sapi Bali Simpai

Sarang burung layang-layang Tulang sapi Ungko Ayam Broiler Anjing 7 ekor 6 ekor 18 ekor 25 ekor 50 ekor 6 ekor 35 ekor 60 ekor 1 ekor 9 ekor 2 ekor 2 ekor 1 ekor 200 ekor 1 ekor 9 ekor 16 ekor 300 ekor 1.835 Kg. 1 ekor 490.000 ekr 1.108 ekor Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Samarinda Jakarta Bogor Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Mentawai Jakarta Pontianak Riau,Medan,Lampung Medan Dipelihara Dipelihara Dipelihara Dipelihara Dipelihara Dipelihara Diperdagangkan Diperdagangkan Dipelihara Dipelihara Dipelihara Dipelihara Dipelihara Diperdagangkan Dipelihara Dipelihara Diperdagangkan Dipelihara Diperdagangkan Dipelihara Diperdagangkan


(21)

-VI. Meningkatkan Keterampilan Petugas Teknis.

Dengan berjangkitnya penyakit Avian Influenza/AI di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, dalam hal ini untuk lebih meningkatkan lagi keterampilan petugas teknis dilapangan menanggulangi penyakit Avian Influenza/AI, dinas Peternakan Sumatera Barat melaksanakan Pelatihan Persiapan Surveilance Antobodi AI, dengan dukungan dana APBN Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat tahun 2006, terutama meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaan pengambilan sample untuk kegiatan Surveilance tersebut.

Pelatihan Persiapan Surveilance Antibodi AI ini dilaksanakan pada tiga wilayah , wilayah I,II dan wilayah II, jumlah pesertanya sebanyak 90 (sembilan puluh ) orang.

Pelatihan ini diikuti oleh petugas teknis lapangan yang mempunyai latar belakang pendidikan SNAKMA/Petugas teknis dilapangan, seperti tabel dibawah ini,

No. Wilayah Kab/Kota Jml Peserta Lokasi

Pelatihan 1.

2.

3.

Wilayah I (30 orang)

Wilayah II (30 orang)

Wilayah III (30 orang)

Kab. 50 Kota Kota Payakumbuh Kota Bukittinggi Kab. Tanah Datar Kab. Pasaman Kab.Pasaaman Barat Kota Padang Kab. Agam

Kota Padang Panjang Kota Pariaman Kab. Pdg Pariaman Kab. Pesisir Selatan

Kab. Solok Kota Solok

7 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5

5 5

Kab. 50 Kota

Kota Padang


(22)

Kab. Solok Selatan Kota Sawahlunto Kab. Swl/Sijunjung Kiab. Dharmasraya

5 5 5 5

Materi Pelatihan

Materi yang disampaikan dalam Pelatihan Persiapan Antibodi AI/Flu Burung ini antara lain :

1. Strategi Penanggulangan AI/Flu Burung di Sumatera Barat

2. Teknik Diagnosa Penyakit AI/Flu Burung dan Differensial Diagnosa

3. Tata cara pengambilan, pengolahan dan pengiriman sample AI/Flu

Burung (serum,swab, organ dan sebagainya)

4. Pratek pengambilan sample (dalam kelas dan dilapangan)

Dari 4 materi yang disampaikan pelajaran termasuk praktek dan teori di kelas.

Narasumber

Narasumber dalam Pelatihan Persiapan Surveilance Antibodi AI/Flu Burung ini berasal dari :

1. Sub Dinas Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera

Barat

2. Balai Penyidikan Pengujian Veteriner (BPPV) Reg. II Bukittinggi 3. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. 50 Kota, Dinas Peternakan Kab. Solok dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Padang

Hasil yang diharapkan dalam Latihan Persiapan Persiapan Surveilance Antibodi AI ini antara lain :

1. Agar peserta lebih terampil melaksanakan pengambilan sample untuk


(23)

2. Agar pesrta lebih terampil dalam penggunaan peralatan yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan virus penyakit Avian Influenza pada seuatu daerah.

3. Langkah dan tindakan yang akan diambil apabila ditemukan ternak

unggas sakit.

4. Tindakan atau langkah yang diambil apabila ditemukan kasus atau

wabah penyakit hewan menular pada ternak/unggas

5. Agar lebih mengetahui cara pengolahan dan persiapan sample yang

akan dikirim ke Laboratorium agar sample tersebut dapat diperiksa dengan baik.

6. Agar petugas semakin terampil dan cakap dalam menangani hal-hal

yang menyangkut kesehatan hewan, terutama dalam menangani kasus penyakit AI/Flu Burung.

VII. Informasi Kesehatan Hewan)

Selama tahun 2006 Sub Dinas Kesehatan Hewan telah telah menerbitkan Buleti Informasi Kesehatan Hewan yang diberi judul “ MEDIA VETERINER” Ranah Minang, yang terbit 2 X setahun. Yang memuat berita/media tentang Penanganan kesehatan hewan populer dan berita-berita lain yang berkaitan tentang perkembangan dan kemajuan perternakan di Indonesia.

Pada tahun 2006 ini, diterbitkan media veteriner Ranah Minang, Edisi VII sebanyak 450 exemplar dan Edisi VIII sebanyak 450 examplar.

Demikian Laporan Pengamatan Penyakit ini dibuat, agar dapat dipedomani pada tahun tahun yang akan datang. Kritik dan saran diharapkan demi tercapainya kemajuan untuk semua.

C. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner

Tugas pokok dari seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Seksi Kesmavet) antara lain adalah :


(24)

1. Mengumpulkan data dan bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

2. Menyiapkan bahan yang berkaitan dengan Kesehatan Masyarakat Veteriner. 3. Menyiapkan pedoman tentang pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan

Kesehatan Masyarakat Veteriner.

4. Membuat rencana dan Program seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner. 5. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam pelaksaan kegiatan. 6. Menyiapkan bahan pengaturan pelaksanaan pengawasan mutu produk

peternakan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan dan kegiatan yang berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

8. Melaksanakan pengawasan dan mengevaluasi program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan perlindungan konsumen dalam mengkonsumsi Bahan Asal Hewan dan Hasil Asal Hewan.

9. Menyiapkan bahan pedoman dan persyaratan pelaksanaan pemotongan Hewan.

10. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja data dan bahan menurut ketentuan yang berlaku.

11. Melaksanakan pengetikan surat seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner. 12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pemimpin.

Kegiatan Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner selama TA. 2006 adalah sebagai berikut :

I. Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Telur Dan Daging Ayam

Berdasarkan hasil pemeriksaan tahun 2004 dan 2005 maka pengambilan dan pemeriksaan sampel akan dilanjutkan pada lokasi dan data peternak yang sama untuk sampel telur sedangkan untuk sampel daging ayam pengambilan dan pemeriksaan 5 pasar tradisional dan 3 fast food di Kota Padang serta pasar tradisional di Kota Bukittinggi, Kota Solok dan Kota Payakumbuh.


(25)

Pengambilan dan pemeriksaan sampel telur dan daging unggas dilaksanakan mulai Bulan Maret 2006 dan selesai pada Bulan Juli 2006. Pengambilan dan pemeriksaan sampel telur sebanyak 210 sampel dan sampel daging unggas 162 sampel. Lokasi dan jumlah sampel telur dan daging ayam dapat dilihat pada tabel 5.10 dan 5.11.

Tabel 5.10. Lokasi dan Jumlah sampel Telur

No Kab./Kota Nama PemilikFarm Alamat Periode Pengambilan Sampel

I II III IV

1. 2. 3. 4. 5. 6. P.Pariaman Padang Tanah Datar 50 Kota Payakumbuh Agam 1. Mawardi 2. Basir 3. G. Nago 1. Hasan Basri 2. Firdaus 3. H. Lukman 4. Zulkifli 5. H. Firdaus 1. H. Darwis 2. H. M. Hakim 1. M. Hasan Basri 2. H. Man 3. H. Akmal 4. Zuldigen

1. King’s 2. Mabar 3. Mitra

1. Didison S. Ag

Sunur Lb. Alung Sintuk Toboh Ggd Koto Panjang Limau Manis Balai Gadung Limau Manis Kuranji Lintau Buo Lintau Buo Mungka Pyk Pyk Sei Kamuyang Aur Kuning Sebarang Batung Lampasi Sawah Dangka 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2

Jumlah 54 52 52 52

Tabel .5.11. Lokasi dan Jumlah sampel daging unggas

No Kab./Kota Sampel Daging Ayam

Alamat Jumlah sampel

1. Padang Pasar Lb. Buaya

Pasar Raya Pasar Siteba Pasar Bandar Buat Pasar Alai KFC 6 6 5 5 5 3


(26)

2. 3. 4. Kt. Solok Payakumbuh Bukittinggi CFC TEXAS T. Bingkuang Ibuh Pasar Bawah 3 3 6 6 6 54 x 3 periode = 162 sampel

Hasil.

Berdasarkan pengambilan dan pemeriksaan sampel daging ayam selama 3 tahun pada setiap pasar di Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kota Solok serta pada fast food (KFC, CFC dan Texas) didapat hasil sebagai berikut :

Tabel.5.12.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Lubuk Buaya Padang 3 tahun terakhir.

Jenis Pengujian Nilai

TAHUN

Jmlh

Total % SampelJumlah

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 2 5.0 3 3 1 8.0 0 0 0 18.0 9

76.3 38

> BMCM 3 60.0 2 2 4 53.3 6 6 6 100.0 29

Coliform < BMCM 5 5.0 1 0 4 10.0 2 6 6 4.0 24

36.8 38

> BMCM 0 0.0 4 5 1 66.7 4 0 0 22.2 14

E. Coli < BMCM 4 5.0 2 1 4 8.0 6 6 6 0.0 29

23.7 38

> BMCM 1 20.0 3 4 1 53.3 0 0 0 0.0 9

Staph. Aureus < BMCM 1 5.0 5 5 3 2.0 5 6 5 2.0 30

21.1 38

> BMCM 4 80.0 0 0 2 13.3 1 0 1 11.1 8

Salmonella sp ( + ) 0 5.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 38

( - ) 5 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 38

Residu Antibiotika

( + ) 0 5.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 38

( - ) 5 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 38

Tabel.5.12.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Raya Padang 3 tahun terakhir.

Jenis Pengujian Nilai TAHUN Jmlh Total % Jumlah Sampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 5 5.0 0 2 1 12.0 3 0 0 15.0 11

74.4 43

> BMCM 5 50.0 5 3 4 80.0 3 6 6 83.3 32

Coliform < BMCM 4 6.0 0 1 2 12.0 6 6 6 0.0 25

41.9 43

> BMCM 6 60.0 5 4 3 80.0 0 0 0 0.0 18


(27)

> BMCM 0 0.0 3 3 1 46.7 0 0 0 0.0 7

Staph. Aureus < BMCM 4 6.0 5 5 4 1.0 6 6 5 1.0 35

18.6 43

> BMCM 6 60.0 0 0 1 6.7 0 0 1 5.6 8

Salmonella sp ( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Residu Antibiotika

( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Tabel.5.13.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Siteba Padang 3 tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

TAHUN

Jmlh

Total % JumlahSampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 0 1 0 8.0 0 0 0 15.0 1

95.8 24

> BMCM 3 2 3 88.9 5 5 5 100.0 23

Coliform < BMCM 0 2 2 5.0 5 5 5 0.0 19

20.8 24

> BMCM 3 1 1 55.6 0 0 0 0.0 5

E. Coli < BMCM 1 1 3 4.0 5 5 5 0.0 20

16.7 24

> BMCM 2 2 0 44.4 0 0 0 0.0 4

Staph. Aureus < BMCM 3 2 1 3.0 4 4 5 2.0 19

20.8 24

> BMCM 0 1 2 33.3 1 1 0 13.3 5

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 9.0 0 0 0 15.0 0

100.0 24

( - ) 3 3 3 100.0 5 5 5 100.0 24

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 9.0 0 0 0 15.0 0

100.0 24

( - ) 3 3 3 100.0 5 5 5 100.0 24

Tabel.5.14.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Bandar Buat Padang 3 tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

TAHUN

Jmlh

Total % JumlahSampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 0 3 0 6.0 2 0 0 13.0 5

79.2 24

> BMCM 3 0 3 66.7 3 5 5 86.7 19

Coliform < BMCM 0 2 3 4.0 5 5 5 0.0 20

16.7 24

> BMCM 3 1 0 44.4 0 0 0 0.0 4

E. Coli < BMCM 0 2 3 4.0 5 5 5 0.0 20

16.7 24

> BMCM 3 1 0 44.4 0 0 0 0.0 4

Staph. Aureus < BMCM 3 3 2 1.0 5 5 5 0.0 23

4.2 24

> BMCM 0 0 1 11.1 0 0 0 0.0 1

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 9.0 0 0 0 15.0 0

100.0 24

( - ) 3 3 3 100.0 5 5 5 100.0 24

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 9.0 0 0 0 15.0 0

100.0 24


(28)

Tabel.5.15.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Alai Padang 3 tahun terakhir.

Jenis Pengujian Nilai TAHUN Jmlh Total % Jumlah Sampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 0 3 0 6.0 0 1 0 14.0 4

83.3 24

> BMCM 3 0 3 66.7 5 4 5 93.3 20

Coliform < BMCM 0 2 3 4.0 5 5 5 0.0 20

16.7 24

> BMCM 3 1 0 44.4 0 0 0 0.0 4

E. Coli < BMCM 1 3 3 2.0 5 5 5 0.0 22

8.3 24

> BMCM 2 0 0 22.2 0 0 0 0.0 2

Staph. Aureus < BMCM 3 3 3 0.0 4 5 5 1.0 23

4.2 24

> BMCM 0 0 0 0.0 1 0 0 6.7 1

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 9.0 0 0 0 15.0 0

100.0 24

( - ) 3 3 3 100.0 5 5 5 100.0 24

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 9.0 0 0 0 15.0 0

100.0 24

( - ) 3 3 3 100.0 5 5 5 100.0 24

Tabel.5.16. Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Fast Food KFC 3 tahun terakhir.

Jenis Pengujian Nilai TAHUN Jmlh Total % Jumlah Sampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 3 1.0 0 1 0 5.0 1 3 1 4.0 9

52.6 19

> BMCM 1 25.0 2 1 2 83.3 2 0 2 44.4 10

Coliform < BMCM 4 0.0 0 2 2 2.0 3 3 3 0.0 17

10.5 19

> BMCM 0 0.0 2 0 0 33.3 0 0 0 0.0 2

E. Coli < BMCM 4 0.0 1 2 2 1.0 3 3 3 0.0 18

5.3 19

> BMCM 0 0.0 1 0 0 16.7 0 0 0 0.0 1

Staph. Aureus < BMCM 2 2.0 2 2 2 0.0 3 3 3 0.0 17

10.5 19

> BMCM 2 50.0 0 0 0 0.0 0 0 0 0.0 2

Salmonella sp ( + ) 0 4.0 0 0 0 6.0 0 0 0 9.0 0

100.0 19

( - ) 4 100.0 2 2 2 100.0 3 3 3 100.0 19

Residu Antibiotika

( + ) 0 4.0 0 0 0 6.0 0 0 0 9.0 0

100.0 19


(29)

Tabel.5.17.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Fast Food CFC 3 tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

TAHUN

Jmlh

Total % JumlahSampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 6 0.0 0 1 0 5.0 1 3 1 4.0 12

42.9 21

> BMCM 0 0.0 2 1 2 83.3 2 0 2 44.4 9

Coliform < BMCM 6 0.0 0 2 2 2.0 3 3 3 0.0 19

9.5 21

> BMCM 0 0.0 2 0 0 33.3 0 0 0 0.0 2

E. Coli < BMCM 6 0.0 0 2 2 2.0 3 3 3 0.0 19

9.5 21

> BMCM 0 0.0 2 0 0 33.3 0 0 0 0.0 2

Staph. Aureus < BMCM 2 4.0 2 2 2 0.0 3 3 3 0.0 17

19.0 21

> BMCM 4 66.7 0 0 0 0.0 0 0 0 0.0 4

Salmonella sp ( + ) 0 6.0 0 0 0 6.0 0 0 0 9.0 0

100.0 21

( - ) 6 100.0 2 2 2 100.0 3 3 3 100.0 21

Residu Antibiotika

( + ) 0 6.0 0 0 0 6.0 0 0 0 9.0 0

100.0 21

( - ) 6 100.0 2 2 2 100.0 3 3 3 100.0 21

Tabel.5.18.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Fast Food TEXAS 3 tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

TAHUN

Jmlh

Total % JumlahSampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 4 1.0 0 2 0 4.0 1 3 0 5.0 10

50.0 20

> BMCM 1 20.0 2 0 2 66.7 2 0 3 55.6 10

Coliform < BMCM 5 0.0 1 2 2 1.0 1 3 3 2.0 17

15.0 20

> BMCM 0 0.0 1 0 0 16.7 2 0 0 22.2 3

E. Coli < BMCM 5 0.0 1 2 2 1.0 3 3 3 0.0 19

5.0 20

> BMCM 0 0.0 1 0 0 16.7 0 0 0 0.0 1

Staph. Aureus < BMCM 0 5.0 2 2 1 1.0 3 3 3 0.0 14

30.0 20

> BMCM 5 100.0 0 0 1 16.7 0 0 0 0.0 6

Salmonella sp ( + ) 0 5.0 0 0 0 6.0 0 0 0 9.0 0

100.0 20

( - ) 5 100.0 2 2 2 100.0 3 3 3 100.0 20

Residu Antibiotika

( + ) 0 5.0 0 0 0 6.0 0 0 0 9.0 0

100.0 20


(30)

Tabel.5.19.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Bukittinggi 3 tahun terakhir.

Jenis Pengujian Nilai TAHUN Jmlh Total % Jumlah Sampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 5 5.0 0 2 1 12.0 0 0 0 18.0 8

81.4 43

> BMCM 5 50.0 5 3 4 80.0 6 6 6 100.0 35

Coliform < BMCM 8 2.0 4 1 1 9.0 2 6 6 4.0 28

34.9 43

> BMCM 2 20.0 1 4 4 60.0 4 0 0 22.2 15

E. Coli < BMCM 8 2.0 1 2 1 11.0 1 6 6 5.0 25

41.9 43

> BMCM 2 20.0 4 3 4 73.3 5 0 0 27.8 18

Staph. Aureus < BMCM 4 6.0 3 5 5 2.0 4 5 4 5.0 30

30.2 43

> BMCM 6 60.0 2 0 0 13.3 2 1 2 27.8 13

Salmonella sp ( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Residu Antibiotika

( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Tabel.5.20.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Payakumbuh 3 tahun terakhir.

Coliform Nilai TAHUN Jmlh Total % Jumlah Sampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 2 8.0 0 0 5 10.0 0 3 0 15.0 10

76.7 43

> BMCM 8 80.0 5 5 0 66.7 6 3 6 83.3 33

Coliform < BMCM 10 0.0 0 1 5 9.0 3 6 6 3.0 31

27.9 43

> BMCM 0 0.0 5 4 0 60.0 3 0 0 16.7 12

E. Coli < BMCM 10 0.0 0 3 5 7.0 3 6 6 3.0 33

23.3 43

> BMCM 0 0.0 5 2 0 46.7 3 0 0 16.7 10

Staph. Aureus < BMCM 1 9.0 4 3 2 6.0 5 5 5 3.0 25

41.9 43

> BMCM 9 90.0 1 2 3 40.0 1 1 1 16.7 18

Salmonella sp ( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Residu Antibiotika

( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43


(31)

Tabel.5.21.Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Daging Ayam di Pasar Solok 3 tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

TAHUN

Jmlh

Total % JumlahSampel

2004 2005 2006

I % I II III % I II III %

TPC < BMCM 2 8.0 0 0 0 15.0 3 3 0 12.0 8

81.4 43

> BMCM 8 80.0 5 5 5 100.0 3 3 6 66.7 35

Coliform < BMCM 7 3.0 5 2 5 3.0 5 5 6 2.0 35

18.6 43

> BMCM 3 30.0 0 3 0 20.0 1 1 0 11.1 8

E. Coli < BMCM 8 2.0 1 2 5 7.0 0 5 6 7.0 27

37.2 43

> BMCM 2 20.0 4 3 0 46.7 6 1 0 38.9 16

Staph. Aureus < BMCM 1 9.0 4 5 0 6.0 4 6 6 2.0 26

39.5 43

> BMCM 9 90.0 1 0 5 40.0 2 0 0 11.1 17

Salmonella sp ( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Residu Antibiotika

( + ) 0 10.0 0 0 0 15.0 0 0 0 18.0 0

100.0 43

( - ) 10 100.0 5 5 5 100.0 6 6 6 100.0 43

Grafik Perkembangan Mikroba diatas Batas Maksimum Cemaran Mikroba (>BMCM) dan Negatif Salmonella sp serta Negatif Residu Antibiotik pada


(32)

Tabel..5.22. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Firdaus Kota Padang tiga tahun terakhir

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 4 1 3 1 9 16 2 3 1 6 12 3 2 2 0 7 12 22

> BMCM 0 3 1 3 7 43.8 2 1 3 6 50.0 0 1 1 3 5 41.7 18 45.0

Coliform < BMCM 4 4 4 4 16 16.0 4 4 4 12 12 3 3 3 3 12 12 40

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0 0.0 0 0.0

E. Coli < BMCM 4 2 2 0 8 16.0 4 4 4 12 12 3 3 3 3 12 12 32

> BMCM 0 2 2 4 8 50.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0 0.0 8 20.0

Staph. Aureus

< BMCM 2 4 3 2 11 16.0 4 2 3 9 12 3 1 3 3 10 12 30

> BMCM 2 0 1 2 5 31.3 0 2 1 3 25.0 0 2 0 0 2 16.7 10 25.0

Salmonella sp

( + ) 0 0 0 0 0 16.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 4 4 4 4 16 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 40 100.0

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 16.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 4 4 4 4 16 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 40 100.0

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 2 0 2 1 5 8 2 2 2 6 12 3 0 2 0 5 12 16

> BMCM 0 2 0 1 3 37.5 2 2 2 6 50.0 0 3 1 3 7 58.3 16 50.0

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 4 4 12 12 3 3 3 3 12 12 32

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0 0.0 0 0.0

E. Coli < BMCM 0 2 2 1 5 8.0 4 4 4 12 12 3 3 3 2 11 12 28

> BMCM 2 0 0 1 3 37.5 0 0 0 0 0.0 0 0 0 1 1 8.3 4 12.5

Staph. Aureus

< BMCM 2 2 2 0 6 8.0 4 4 3 11 12 3 2 3 3 11 12 28

> BMCM 0 0 0 2 2 25.0 0 0 1 1 8.3 0 1 0 0 1 8.3 4 12.5

Salmonella sp

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.23.Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam ZulkifliKota Padang tiga tahun terakhir


(33)

Tabel.5.24.Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam LukmanKota Padang tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 0 1 3 0 4 12 2 3 3 8 12 3 0 2 0 5 12 17

> BMCM 3 2 0 3 8 66.7 2 1 1 4 33.3 0 3 1 3 7 58.3 19 52.8

Coliform < BMCM 3 3 3 2 11 12.0 4 4 4 12 12 3 2 3 3 11 12 34

> BMCM 0 0 0 1 1 8.3 0 0 0 0 0.0 0 1 0 0 1 8.3 2 5.6

E. Coli < BMCM 3 1 3 2 9 12.0 4 4 4 12 12 3 2 3 3 11 12 32

> BMCM 0 2 0 1 3 25.0 0 0 0 0 0.0 0 1 0 0 1 8.3 4 11.1

Staph. Aureus

< BMCM 3 3 0 1 7 12.0 4 4 3 11 12 3 3 3 3 12 12 30

> BMCM 0 0 3 2 5 41.7 0 0 1 1 8.3 0 0 0 0 0 0.0 6 16.7

Salmonella sp

( + ) 0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 3 3 3 3 12 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 36 100.0

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 3 3 3 3 12 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 36 100.0

Tabel.5.25.Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Hasan Basri

Kota Padang

tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 1 1 1 1 4 4 3 2 2 7 12 3 1 1 1 6 12 17

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 1 2 2 5 41.7 0 2 2 2 6 50.0 11 39.3

Coliform < BMCM 1 1 1 1 4 4.0 4 2 4 10 12 3 3 3 3 12 12 26

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 2 0 2 16.7 0 0 0 0 0 0.0 2 7.1

E. Coli < BMCM 1 1 1 0 3 4.0 4 0 4 8 12 3 3 3 3 12 12 23

> BMCM 0 0 0 1 1 25.0 0 4 0 4 33.3 0 0 0 0 0 0.0 5 17.9

Staph. Aureus < BMCM 1 1 1 0 3 4.0 3 3 4 10 12 3 1 3 3 10 12 23

> BMCM 0 0 0 1 1 25.0 1 1 0 2 16.7 0 2 0 0 2 16.7 5 17.9

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 4.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 1 1 1 1 4 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 28 100.0

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 4.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0


(34)

Tabel.5.26. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam H. Firdaus Kota Padang tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 2 1 2 2 7 8 4 3 3 10 12 3 0 3 0 6 12 23

> BMCM 0 1 0 0 1 12.5 0 1 1 2 16.7 0 3 0 3 6 50.0 9 28.1

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 4 4 12 12 3 3 3 3 12 12 32

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0 0.0 0 0.0

E. Coli < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 4 4 12 12 3 3 3 1 10 13 30

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 3 3 23.1 3 9.1

Staph. Aureus < BMCM 0 2 2 1 5 8.0 4 4 4 12 12 3 1 3 3 10 12 27

> BMCM 2 0 0 1 3 37.5 0 0 0 0 0.0 0 2 0 0 2 16.7 5 15.6

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 12 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.27.Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Basir Kab.

Pdg. Pariaman tiga tahun terakhir

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 3 0 0 1 4 6 1 4 0 5 11 3 0 3 3 9 12 18

> BMCM 0 1 1 0 2 33.3 3 0 3 6 54.5 0 3 0 0 3 25.0 11 37.9

Coliform < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 4 3 3 10 11.0 3 3 3 3 12 12.0 28

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 1 0 1 9.1 0 0 0 0 0 0.0 1 3.4

E. Coli < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 3 2 3 8 11.0 2 3 3 3 11 12.0 25

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 1 2 0 3 27.3 1 0 0 0 1 8.3 4 13.8

Staph. Aureus < BMCM 3 0 1 1 5 6.0 4 3 3 10 11.0 3 3 3 3 12 12.0 27

> BMCM 0 1 0 0 1 16.7 0 1 0 1 9.1 0 0 0 0 0 0.0 2 6.9

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 6.0 0 0 0 0 11.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 3 1 1 1 6 100.0 4 4 3 11 100.0 3 3 3 3 12 100.0 29 100.0

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 6.0 0 0 0 0 11.0 0 0 0 0 0 12.0 0


(35)

Tabel.5.28. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Mawardi Kab. Pdg. Pariaman tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 3 1 0 1 5 6 2 4 2 8 11 3 0 3 3 9 12 22

> BMCM 0 0 1 0 1 16.7 2 0 1 3 27.3 0 3 0 0 3 25.0 7 24.1

Coliform < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 3 4 3 10 11.0 3 3 3 3 12 12.0 28

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 1 0 0 1 9.1 0 0 0 0 0 0.0 1 3.4

E. Coli < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 2 2 3 7 11.0 3 0 3 3 9 12.0 22

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 2 2 0 4 36.4 0 3 0 0 3 25.0 7 24.1

Staph. Aureus < BMCM 1 0 1 1 3 6.0 4 4 3 11 11.0 3 3 3 3 12 12.0 26

> BMCM 2 1 0 0 3 50.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0 0.0 3 10.3

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 6.0 0 0 0 0 11.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 3 1 1 1 6 100.0 4 4 3 11 100.0 3 3 3 3 12 100.0 29 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 6.0 0 0 0 0 11.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 3 1 1 1 6 100.0 4 4 3 11 100.0 3 3 3 3 12 100.0 29 100.0

Tabel.5.29. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Gunung Nago

Kab. Pdg. Pariaman tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 3 1 1 1 6 6 3 3 3 9 10 2 1 3 3 9 12 24

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 1 0 0 1 10.0 1 2 0 0 3 25.0 4 14.3

Coliform < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 4 2 3 9 10.0 3 3 3 3 12 12.0 27

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 1 0 1 10.0 0 0 0 0 0 0.0 1 3.6

E. Coli < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 4 0 3 7 10.0 2 3 3 3 11 12.0 24

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 3 0 3 30.0 1 0 0 0 1 8.3 4 14.3

Staph. Aureus < BMCM 3 1 1 1 6 6.0 4 1 3 8 10.0 3 3 3 3 12 12.0 26

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 2 0 2 20.0 0 0 0 0 0 0.0 2 7.1

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 6.0 0 0 0 0 10.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 3 1 1 1 6 100.0 4 3 3 10 100.0 3 3 3 3 12 100.0 29 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 6.0 0 0 0 0 10.0 0 0 0 0 0 12.0 0


(36)

Tabel.5.30. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Didison, S.Ag Kab. Agam tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 2 2 1 2 7 8 2 3 3 8 9 3 2 2 2 9 9 24

> BMCM 0 0 1 0 1 12.5 1 0 0 1 11.1 0 0 0 0 0 0.0 2 7.7

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 3 3 3 9 9.0 3 2 2 2 9 9.0 26

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0 0.0 0 0.0

E. Coli < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 2 3 3 8 9.0 3 2 2 2 9 9.0 25

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 1 0 0 1 11.1 0 0 0 0 0 0.0 1 3.8

Staph. Aureus < BMCM 2 1 2 2 7 8.0 3 3 2 8 9.0 3 2 2 2 9 9.0 24

> BMCM 0 1 0 0 1 12.5 0 0 1 1 11.1 0 0 0 0 0 0.0 2 7.7

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 9.0 0 0 0 0 0 9.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 3 3 3 9 100.0 3 2 2 2 9 100.0 26 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 9.0 0 0 0 0 0 9.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 3 3 3 9 100.0 3 2 2 2 9 100.0 26 100.0

Tabel.5.31. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Zuldigem Kab. 50

Kota tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 2 2 1 1 6 8 3 3 2 8 12 3 3 1 3 10 12 24

> BMCM 0 0 1 1 2 25.0 1 1 2 4 33.3 0 0 2 0 2 16.7 8 25.0

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 4 4 12 12.0 3 1 3 3 10 12.0 30

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 0 0 0.0 0 2 0 0 2 16.7 2 6.3

E. Coli < BMCM 2 2 2 0 6 8.0 4 4 4 12 12.0 3 1 3 3 10 12.0 28

> BMCM 0 0 0 2 2 25.0 0 0 0 0 0.0 0 2 0 0 2 16.7 4 12.5

Staph. Aureus < BMCM 2 2 1 0 5 8.0 4 4 3 11 12.0 3 3 3 3 12 12.0 28

> BMCM 0 0 1 2 3 37.5 0 0 1 1 8.3 0 0 0 0 0 0.0 4 12.5

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 ss 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0 ( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.32. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam H. Man Kab.


(37)

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 2 2 0 0 4 8 2 3 2 7 12 1 1 2 3 7 12 18

> BMCM 0 0 2 2 4 50.0 2 1 2 5 41.7 2 2 1 0 5 41.7 14 43.8

Coliform < BMCM 2 2 2 1 7 8.0 4 4 4 12 12.0 3 2 3 3 11 12.0 30

> BMCM 0 0 0 1 1 12.5 0 0 0 0 0.0 0 1 0 0 1 8.3 2 6.3

E. Coli < BMCM 2 2 2 0 6 8.0 3 4 4 11 12.0 3 1 3 3 10 12.0 27

> BMCM 0 0 0 2 2 25.0 1 0 0 1 8.3 0 2 0 0 2 16.7 5 15.6

Staph. Aureus < BMCM 2 2 0 1 5 8.0 3 4 4 11 12.0 3 3 3 3 12 12.0 28

> BMCM 0 0 2 1 3 37.5 1 0 0 1 8.3 0 0 0 0 0 0.0 4 12.5

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0 ( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.33. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Akmal Kab.

50 Kota tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 0 1 1 0 2 8 3 4 1 8 12 2 3 0 2 7 12 17

> BMCM 2 1 1 2 6 75.0 1 0 3 4 33.3 1 0 3 1 5 41.7 15 46.9

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 4 3 11 12.0 3 0 3 3 9 12.0 28

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 1 1 8.3 0 3 0 0 3 25.0 4 12.5

E. Coli < BMCM 2 1 1 0 4 8.0 3 4 2 9 12.0 3 0 3 2 8 12.0 21

> BMCM 0 1 1 2 4 50.0 1 0 2 3 25.0 0 3 0 1 4 33.3 11 34.4

Staph. Aureus < BMCM 2 2 2 1 7 8.0 2 4 4 10 12.0 3 3 3 3 12 12.0 29

> BMCM 0 0 0 1 1 12.5 2 0 0 2 16.7 0 0 0 0 0 0.0 3 9.4

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0 ( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.34. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Hasan Basri


(38)

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 0 0 0 1 1 8 4 4 1 9 12 2 0 0 3 5 12 15

> BMCM 2 2 2 1 7 87.5 0 0 3 3 25.0 1 3 3 0 7 58.3 17 53.1

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 3 4 3 10 12.0 3 3 3 3 12 12.0 30

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 1 0 1 2 16.7 0 0 0 0 0 0.0 2 6.3

E. Coli < BMCM 2 1 2 0 5 8.0 2 4 1 7 12.0 3 2 3 2 10 12.0 22

> BMCM 0 1 0 2 3 37.5 2 0 3 5 41.7 0 1 0 1 2 16.7 10 31.3

Staph. Aureus < BMCM 2 2 1 1 6 8.0 3 4 4 11 12.0 3 3 2 3 11 12.0 28

> BMCM 0 0 1 1 2 25.0 1 0 0 1 8.3 0 0 1 0 1 8.3 4 12.5

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0 ( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.35. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam King’s Kota Payakumbuh tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV

TPC < BMCM 2 0 2 2 6 8 4 4 0 8 12 3 3 0 3 9 12 23

> BMCM 0 2 0 0 2 25.0 0 0 4 4 33.3 0 0 3 0 3 25.0 9 28.1

Coliform < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 3 3 10 12.0 3 3 3 3 12 12.0 30

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 1 1 2 16.7 0 0 0 0 0 0.0 2 6.3

E. Coli < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 3 1 8 12.0 3 3 2 3 11 12.0 27

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 1 3 4 33.3 0 0 1 0 1 8.3 5 15.6

Staph. Aureus < BMCM 2 2 2 2 8 8.0 4 4 3 11 12.0 3 3 3 3 12 12.0 31

> BMCM 0 0 0 0 0 0.0 0 0 1 1 8.3 0 0 0 0 0 0.0 1 3.1

Salmonella sp ( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0 ( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 0 0 8.0 0 0 0 0 12.0 0 0 0 0 0 12.0 0

( - ) 2 2 2 2 8 100.0 4 4 4 12 100.0 3 3 3 3 12 100.0 32 100.0

Tabel.5.36. Hasil Pemeriksaan Sampel Telur dari Kandang Ayam Mabar Kota

Payakumbuh tiga tahun terakhir.

Jenis

Pengujian Nilai

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Jmlh Total % Periode

Jmlh % Periode Jmlh % Periode Jmlh %

I II III IV I II III I II III IV


(1)

Pada tahun 2006 telah dikeluarkan izin usaha Cabang Distributor obat hewan sebanyak 1 unit dan Depo obat hewan sebanyak 9 unit terdiri dari 7 Depo baru dan 2 Depo memperpanjang izin usahanya. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel.5.48. berikut.

Tabel.5.48. Daftar Cabang Distributor dan Depo yang Dikeluarkan Izin Usahanya Tahun 2006

No Nama Perusahaan Alamat Nama Pemilik Penanggung Jawab Dikeluar

kan Tgl

1.

Cabang Distributor

PT. Anugerah Pharmindo Lestari Cabang Padang

Jl. Tan Malaka No. 14 Padang Drs. Armen Hakim Drh. Nurhayati 14-06-2006

2.

Depo

CV. Skala Karya Tama Jl. Lintas Sumatera KM 2 Jorong Sei. Kambut, Pulau Punjung Kab. Dharmasraya

Armidas Abdullah Drh. Reni Reflesia 06-04-2006

3. CV. Prima Citra Jl. Rohana Kudus No. 4 Pariaman


(2)

Padang

5. CV. Gadih Tunggal Jl. DR Sutomo No. 21 Padang H. Syahruddin Ujang Drh. Syaharuddin Gafar, MM

30-06-2006 6. CV. Putri Muda *) Jl. Jayapura Blok M No. 14

Siteba Padang

Dra. Desy Haryani Drh. Syaharuddin Gafar, MM

21-07-2006 7. UD. Inti Tani *) Pasar Raya Barat Blok C No.

36 Padang

Kasim Alamsyah Drh. Sovia Hariani 21-07-2006 8. CV. Cherly Jorong Balai Tangah Sei.

Rumbai Kab. Dharmasraya

Jamasawir Drh. Hayanil 26-07-2006 9. CV. Addenin Jl. KH. Ahmad Dahlan 117

Solok

Syafriman Syah Nawawi Drh. Denny Susanti 24-08-2006 10. PT. Dynatama Sarana

Gemilang

Jl. Tan Malaka No. 88A Napar Payakumbuh

Novrinaldi Djoelioes, SE Drh. Harmen 05-09-2006

Keterangan : *) Memperpanjang izin usaha

Hasil pembinaan dan pengawasan terhadap Cabang Distributor dan Depo obat hewan ditemukan beberapa Depo tidak aktif dan penanggung jawab belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Beberapa Depo sudah harus memperpanjang izin usahanya.

II. Pengambilan dan Pengiriman Sampel Obat Hewan

Pengawasan obat hewan merupakan suatu upaya atau kegiatan yang harus dilaksanakan mengingat saat ini perkembangan pengadaan, penyimpanan, peredaran dan pemakaian obat hewan semakin meningkat. Dengan demikian kegiatan pengambilan dan pengiriman sampel obat hewan tujuannya adalah mengetahui kualitas obat hewan.

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei s.d. September 2006, dengan mengambil sampel pada Depo di Kab. 50 Kota dan Kota Padang. Sampel obat hewan yang diambil sebanyak 10 sampel terdiri dari : Koleridin, Coccilin, Pirivet, Vita Tetra Chlor, Vita Strong dan obat tembolok yang diambil dari Wiwi Poultry Shop (Kota Padang), Verm-O Kaplet dan Fasinex dari CV. Sarana Mandiri (Kota Padang) serta Vit. B Kompleks dan Anti Bloat dari CV. Manganti Kab. 50 Kota.


(3)

Sampel dikirim ke Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH) di Gunung Sindur – Bogor. Pengujian yang dilakukan meliputi uji fisik (warna), identitas dan uji potensi/kadar. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPMSOH seluruh sampel (10 sampel) yang diperiksa memenuhi syarat. Manfaat dari kegiatan ini adalah diketahuinya kwalitas obat hewan yang terdapat di Depo maupun toko di Kota Padang dan Kab. Limapuluh Kota.

III. Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Pelayanan Medik diantaranya :

1. Pembinaan Poskeswan

Poskeswan tahun 2006 tercatat 40 unit yang tersebar di Kabupaten/Kota se Sumatera Barat. Namun secara administratif maupun satuan ternak (animal unit) jumlah ini masih kurang. Ditinjau secara administratif (dimana setiap 3 Kecamatan harus ada 1 Pos Keswan), berarti di Sumatera Barat dibutuhkan 52 Pos Keswan dari 157 Kecamatan sehingga masih kurang 12 Pos Keswan. Setiap Poskeswan seharusnya mempunyai 1 (satu) orang tenaga Medis sekaligus sebagai penanggung jawab (Kepala Poskeswan) dan 2 (dua) orang Paramedis. Saat ini dari 40 Poskeswan yang ada, yang mempunyai tenaga Medis hanya 30 poskeswan. Tenaga Medis tersebut terdiri dari 21 orang PNS dan 9 orang honor dan paramedis 75 orang (66 orang PNS dan 9 orang honor).

Bantuan peralatan yang diterima Poskeswan tahun 2006 dari dana Pusat berupa sentrifuge listrik, alat bedah, mikroskop dan kendaraan roda dua serta kerjasama dengan PT Sanbe berupa kendaraan roda dua. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.


(4)

Tabel.5.49. Daftar Poskeswan yang Mendapat Peralatan dan Kendaraan Roda Dua Tahun 2006

No. Kabupaten/Kota Poskeswan

Peralatan dan Kendaraan Alat

Bedah

Mikroskop Listrik

Sentrifuge Listrik

Ice Box Kend.

Roda Dua

1. Kab. Agam Koto Hilalang - - X X X

2. Lubuk Basung X X - X

-3. Kab. 50 Kota Limbanang - X - - X

4. Pakan Sabtu - - X X XX

5. Situjuh - X - -

-6. Kab. Tanah Datar Lintau Buo - - - X X

7. Kab. Solok Selatan Muaro Labuh - - - - X


(5)

-9. Kab. Pesisir Selatan Padang Laban - - - - X

10. Kab. Pdg Pariaman Sei. Sarik X - X -

-11. Kab. Pasaman Lubuk Sikaping X X X X

-12. Kab. Pasaman Barat Kinali - - X -

-13. Kota Padang Air Pacah X X X X

-14. Kota solok Solok X - - - XX

15. Kota Pariaman Pariaman X - - X

-16. Kota Payakumbuh Payakumbuh - X - -

-17. Kab. Kep. Mentawai Sikabaluan X X X X

-18. Propinsi Klinik Hewan X X X X

-Jumlah 9 9 9 9 7

Keterangan : XX : kendaraan roda dua kerjasama dengan PT. Sanbe

Tahun 2006 Poskeswan Limbanang diusulkan menjadi Poskeswan Teladan dalam Lomba Agribisnis Peternakan Tingkat Nasional dan masuk 10 besar.

2. Insentif Paramedis (Petugas Poskeswan)

Pemberian insentif paramedis (petugas Poskeswan) merupakan operasional aktif servis petugas dengan tujuan :

a. Merangsang gairah kerja petugas.

b. Petugas di Poskeswan dapat melaksanakan pelayanan kesehatan hewan yang profesional kepada masyarakat.

Insentif paramedis diberikan kepada 1 (satu) orang tenaga Medis dan 1 (satu) orang Paramedis di 25 Poskeswan se Sumatera Barat. Pelaksanaan pemberian insentif aktif servis Paramedis terhitung mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2006. Hasil yang diperoleh :


(6)

b. Rencana pengobatan terhadap ternak masyarakat untuk kegiatan yang akan datang.

c. Proses pelayanan kesehatan hewan di Pos Keswan dapat berjalan lebih baik dengan terlaksananya aktif servis.

3. Pengambilan dan Pemeriksaan sampel

Tujuan kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel adalah Poskeswan dapat memantau kejadian penyakit secara terus menerus dan berkesinambungan.

Pelaksanaan pemberian operasional pengambilan dan pemeriksaan sampel oleh Pos Keswan mulai bulan Januari s/d bulan Desember 2006 sebanyak 25.000 sampel yang terdiri dari 19.566 sampel feses sapi dan 5.434 sampel darah ayam.

Hasil yang diperoleh ternyata dari 19.566 sampel feses sapi yang diperiksa pada umumnya ditemukan cacing dan 5.434 sampel darah yang berasal dari daerah non kasus dan daerah kasus. Dari daerah non kasus terdeteksi titer antibodi AI yang berarti daerah tersebut sudah pernah terpapar AI/Flu burung walaupun belum ada dilaporkan gejala klinis dan pada daerah kasus 58,87% menghasilkan titer antibodi yang rendah artinya harus dilakukan vaksinasi kembali.