Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal dalam Rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) di Daerah Tingkat I jawa Barat (Laporan Praktek Lapang)

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL
DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
DAN PENANAMAN MODA.L DALAM NEGERI (PMDN)
DI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

(Laporan Praktek Lapaug)

oleh
FEBRI EDWARD BOESTAMAM

A.19.0807

.JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG 0

1.845

R


PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA LAPORAN PRAKTEK LAPANG INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG

BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN JUGA.
-Bogor,

r 1986

(

)

NRP.

A. 19.0807


EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL
DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN)
DI DAERAH TINGKAT I

JAWA BARAT

(Laporan Praktek Lapang)

oleh:

FEBRI EDWARD BOESTAMAM

A. 19.0807

Laporan Praktek Lapang Ini Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG 0 R
1

9 8 6

J U D U L

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

PENANAMAN

MODAL DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING
( PMA ) DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
( PMDN ) DI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT.
NAMA MAHASISWA

FEBRI EDWARD BOESTAMAM.


NOMOR POKOK

A. 19.0807.

BIDANG STU DI

PERUSAHAAN PERTANIAN.

MENYETUJUI :
1. DOSEN

PEMBIMBING

( DR. IR. A. M. SAEFUDDIN )
130 197 918
NIP.

2.

""_",_,, ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


NIP.

TANG GAL LULUS

130 168 635

RINGKASAN
EDWARD BOESTAMAM.
febrセ@

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pe-

nanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing (P}ffi) Dan
Penanaman Nodal Dalam Negeri (PMDN) Di Daerah Tingkat I J§,.
wa Barat (Di bawah bimbingan Dr. Ir.

A. M. Saefuddin).

Tujuan praktek lapang ini adalah mempelajari kegiatan

penanaman modal dalam rangka PHA dan PHDN di daerah
kat I Jawa Barat dengan segala faktor yang

ting-

ュ・ーョァ。イオィゥケセ@

dampak kegiatan Pl"lA dan PMDN terhadap pembangunan ekonomi
dan kesempatan penanaman modal dimasa yang akan datang.
Sejak dikeluarkannya UU PHA dan UU PMDN, kepercayaan
investor terhadap iklim penanaman modal di daerah Jawa Barat.

Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya nilai

investasi PlItJ\ dan PHDN, meskipun pada tahun-tahun tertentu
mengalami penurunan.

Dalam periode 1967-1984, laju pertuill

buhan rata-rata per tahun kegiatan investasi PMA dan PMDN

adalah masing-masing sebesar 19,1 persen dan 40,1 persen.
Lebih besarnya pertumbuhan PMDN dari PHA menunjukan

bahwa

kemampuan swasta nasional dalam menginvestasikan modal semakin meningkat.
Pemerataan pembangunan antar sektor usaha dan daerah
melalui pemerataan kegiatan PHA dan PHDN belum berhasil °di
laksanakan.

Hampir 89 persen dan 97 persen dari investasi

PHDN dan PHA bergerak di sektor industri,dan 78 persen dari PMDN berlokasi di Botabek dan Bandung Raya serta 83 pe£
sen dari PHA berlokasi di Botabek dan WP Banten.

Pemerat§,.

an PNA dan PNDN antar sektor dan daerah ini sangat sulit

ii

di1akukan, karena faktor lokasi dan sektor usaha akan menen
tukan tingkat keuntungan, sehingga sektor usaha dan lokasi
yang mempunyai keuntungan komparatif (Comparative a、カ。ョエァセ@
tertinggi akan menjadi pi1ihan utama bagi PMA dan PMDN
ウ・「セ@

gai tempat menginvestasikan moda1nya.
Peranan PI1A dan PHDN terhadap pertumbuhan ekonomi/GDRP
daerah Jawa Barat cukup besar.

Peranan PHA dan PHDN terbe-

sar tejadi pada tahun 1978-1979, dimana pada tahun tersebut
setiap kenaikan investasi PMA dan P]"lDN sebesar 1 (satu) satuan menyebabkan kenaikan GDRP daerah Jawa Barat sebesar
17,5 satuan.

Besarnya peranan PMA dan PMDN terhadap pertuill

buhan GDRP tergantung pada besarnya sumbangan invesatsi pemerintah dan sl'lasta nan PMA dan non PMDN terhadap GDRP


dan

situasi ekonomi dunia dan Indonesia, apakah PHA dan PHDN
、セ@

pat berproduksi pada tingkat kapasitas produksi maksimum.
Secara kuantitatif, kegiatan PHDN te1ah memberi per1uasan kesempatan kerja, tetapi PMA be1um.

Laju pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja di PMDN ada1ah sebesar 9,6% per tahun, sedangkan pada PMA penyerapan tenaga kerja menga1ami
penurunan dengan 1aju penurunan 1,6% per tahun.

Penyerapan

TKI dan TKA da1am PMDN meningkat dengan 1aju pertumbuhan
イセ@

ra-rata per tahun yang hampir berimbang, yaitu sebesar 9,7%
untuk TKI dan 9,6% untuk TKA.


Sedangkan da1am PMA, 1aju

penyerapan TKI menga1ami penurunan dengan 1aju penurunan
2,2% per tahun, tetapi penyerapan TKA meningkatk sebesar
14,5% per tahun.

Keadaan ini menandakan kegiatan usaha

pセヲゥ@

dan PMDN menggunakan tekno1ogi canggih yang be1um dikuasai

iii
oleh TKI, sehingga penggunaan TKA selalu meningkat.

Hal ini

juga terlihat dari Etk _m untuk TKA lebih besar dari Etk _m un
tuk TKI, baik pada PMA maupun PMDN. Dalam PMDN, Etk _ untuk

m
TKI sebesar 0,302, sedangkan untuk TKA sebesar 0,435. Dalam
PHA, Etk - m untuk TKA sebesar 0,347, sedangkan Etk _muntuk TKI
belum dapat dinyatakan perbedaannya dengan nol, karena 「・イ、セ@
sarkan uji t tidak nyata pada tingkat kepercayaan 90%.

Ini

berarti, setiap kenaikan investasi PMDN sebesar 1%, menyebaQ
kan kenaikan penggunaan TKI dan TKA masing-masing 0,302% dan
0,435%.

Sedangkan setiap kenaikan investasi PMA 1% menyebaQ

kan kenaikan penggunaan TKA sebesar 0,347%.

Keadaan ini me-

nandakan bahwa kegiatan PMA dan PMDN di daerah Jawa Barat
ャセ@

bih banyak menguntungkan terhadap penyerapan TKA.
Dari hasil analisa rasio TK/M terlihat bahwa sifat usaha PMA rela ti.f pada t modal dari PMDN, dimana rasio TK/N pada
PMA lebih kecil dari PMDN.

Motivasi PMA untuk meningkatkan

intensitas sifat usahanya juga lebih besar dari PMDN, danini
terlihat dari laju penurunan rasio TK/M yang lebih besar,
yaitu sebesar 22,7% per tahun pada PMA dan 21,8% per tahun
pada PMDN.
Alih teknologi dalam arti pengurangan penggunaan TKA
lah dapat dilakukan, tetapi prosesnya berjalan

エセ@

ウ。ョァエャュ「セ@

Alih teknologi pada PHDN berlangsung lebih cepat daripada
PMA.

Hal ini terlihat dari laju penurunan rasio TKA/TKI/H

pad a PMDN yang lebih besar dari PMA.

Laju penurunan

TKA/TKI/M pada PHDN adalah 28,6% per tahun, sedangkan
PMA hanya sebesar 8,0% per tahun.

rasio
pada

iv
Proses Indonesianisasi saham PMA juga berjalan sangat
lambat sekali.

Dalam periode 1967-0ktober 1985, jumlah p&

rusahaan PHA yang telah beralih status menjadi PI'IDN berjum
lah 14 perusahaan dengan nilai investasi keseluruhannya S&
besar US S 175.692.833 atau lebih kurang 3,5% dari
investasi PMA sampai saat itu,

nilai

sedangkan yang mengalihkan

sahamnya secara bertahap ke pihak swasta nasional berjumlah 21 perusahaan, tetapi jumlah saham yang telah dialihkan (dimiliki pihak swasta nasional) belum dapat diketahui
secara pasti.

Rendahnya hasil yang dicapai dalam proses

Indonesianisasi ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
pihak swasta nasional dalam hal modal, ketidak-sesuaian an
tara pihak PMA dan swasta nasional mengenai nilai saham,
keadaan ekonomi yang belum mendukung dan masih adanya

pi-

hak PMA yang masih segan untuk menjual sahamnya.
Prospek kegiatan penanaman modal dalam rangka PHA dan
PMDN cukup cerah, terutama sekali di sektor-sektor diluar
sektor industri.

Sektor-sektor yang memberi kesempatan

yang sangat baik untuk dikembangkan adalah sektor pertanian dalam arti luas, industri pengolahan hasil pertanian,
pariwisata dan sektor jasa.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt,
karena berkat rakhmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Tidak lepas dari has rat untuk menyumbangkan pikiran
ォセ@

pada dunia ilmu pengetahuan melalui suatu karya tulis, lapQ
ran ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pertanian pada Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial

Eko-

nomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Laporan ini merupakan hasil praktek lapang di berbagai
instansi-instansi pemerintah yang terlibat dalam kegiatan
penanaman modal di daerah tingkat I Jawa Barat, seperti :
BKPM Jakarta, BKPMD Jawa Barat, Kantor Gubernur Jawa Barat,
Bank Indonesia cabang Bandung, Departemen Perdagangan serta
kantor statistik Jawa Barat.

Praktek lapang berlangsung
、セ@

lam bulan Mei, Juni dan Juli 1986.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1.

Kedua orang lua (H. Boestamam Yoesoe f (alm) dan H. Ranjani) dan kakak serta adik-adikku yang telah mendidik,
membimbing dan membiayai sampai mencapai tingkat pendidikan sekarang ini;

2.

Bapak Dr. Ir.

A. M. Saefuddin, yang telah banyak

mem-

beri bimbingan, saran dan petunjuk, mulai dari awal pe-

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL
DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
DAN PENANAMAN MODA.L DALAM NEGERI (PMDN)
DI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

(Laporan Praktek Lapaug)

oleh
FEBRI EDWARD BOESTAMAM

A.19.0807

.JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG 0

1.845

R

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA LAPORAN PRAKTEK LAPANG INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG

BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN JUGA.
-Bogor,

r 1986

(

)

NRP.

A. 19.0807

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL
DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN)
DI DAERAH TINGKAT I

JAWA BARAT

(Laporan Praktek Lapang)

oleh:

FEBRI EDWARD BOESTAMAM

A. 19.0807

Laporan Praktek Lapang Ini Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG 0 R
1

9 8 6

J U D U L

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

PENANAMAN

MODAL DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING
( PMA ) DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
( PMDN ) DI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT.
NAMA MAHASISWA

FEBRI EDWARD BOESTAMAM.

NOMOR POKOK

A. 19.0807.

BIDANG STU DI

PERUSAHAAN PERTANIAN.

MENYETUJUI :
1. DOSEN

PEMBIMBING

( DR. IR. A. M. SAEFUDDIN )
130 197 918
NIP.

2.

""_",_,, ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

NIP.

TANG GAL LULUS

130 168 635

RINGKASAN
EDWARD BOESTAMAM.
febrセ@

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pe-

nanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing (P}ffi) Dan
Penanaman Nodal Dalam Negeri (PMDN) Di Daerah Tingkat I J§,.
wa Barat (Di bawah bimbingan Dr. Ir.

A. M. Saefuddin).

Tujuan praktek lapang ini adalah mempelajari kegiatan
penanaman modal dalam rangka PHA dan PHDN di daerah
kat I Jawa Barat dengan segala faktor yang

ting-

ュ・ーョァ。イオィゥケセ@

dampak kegiatan Pl"lA dan PMDN terhadap pembangunan ekonomi
dan kesempatan penanaman modal dimasa yang akan datang.
Sejak dikeluarkannya UU PHA dan UU PMDN, kepercayaan
investor terhadap iklim penanaman modal di daerah Jawa Barat.

Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya nilai

investasi PlItJ\ dan PHDN, meskipun pada tahun-tahun tertentu
mengalami penurunan.

Dalam periode 1967-1984, laju pertuill

buhan rata-rata per tahun kegiatan investasi PMA dan PMDN
adalah masing-masing sebesar 19,1 persen dan 40,1 persen.
Lebih besarnya pertumbuhan PMDN dari PHA menunjukan

bahwa

kemampuan swasta nasional dalam menginvestasikan modal semakin meningkat.
Pemerataan pembangunan antar sektor usaha dan daerah
melalui pemerataan kegiatan PHA dan PHDN belum berhasil °di
laksanakan.

Hampir 89 persen dan 97 persen dari investasi

PHDN dan PHA bergerak di sektor industri,dan 78 persen dari PMDN berlokasi di Botabek dan Bandung Raya serta 83 pe£
sen dari PHA berlokasi di Botabek dan WP Banten.

Pemerat§,.

an PNA dan PNDN antar sektor dan daerah ini sangat sulit

ii
di1akukan, karena faktor lokasi dan sektor usaha akan menen
tukan tingkat keuntungan, sehingga sektor usaha dan lokasi
yang mempunyai keuntungan komparatif (Comparative a、カ。ョエァセ@
tertinggi akan menjadi pi1ihan utama bagi PMA dan PMDN
ウ・「セ@

gai tempat menginvestasikan moda1nya.
Peranan PI1A dan PHDN terhadap pertumbuhan ekonomi/GDRP
daerah Jawa Barat cukup besar.

Peranan PHA dan PHDN terbe-

sar tejadi pada tahun 1978-1979, dimana pada tahun tersebut
setiap kenaikan investasi PMA dan P]"lDN sebesar 1 (satu) satuan menyebabkan kenaikan GDRP daerah Jawa Barat sebesar
17,5 satuan.

Besarnya peranan PMA dan PMDN terhadap pertuill

buhan GDRP tergantung pada besarnya sumbangan invesatsi pemerintah dan sl'lasta nan PMA dan non PMDN terhadap GDRP

dan

situasi ekonomi dunia dan Indonesia, apakah PHA dan PHDN
、セ@

pat berproduksi pada tingkat kapasitas produksi maksimum.
Secara kuantitatif, kegiatan PHDN te1ah memberi per1uasan kesempatan kerja, tetapi PMA be1um.

Laju pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja di PMDN ada1ah sebesar 9,6% per tahun, sedangkan pada PMA penyerapan tenaga kerja menga1ami
penurunan dengan 1aju penurunan 1,6% per tahun.

Penyerapan

TKI dan TKA da1am PMDN meningkat dengan 1aju pertumbuhan
イセ@

ra-rata per tahun yang hampir berimbang, yaitu sebesar 9,7%
untuk TKI dan 9,6% untuk TKA.

Sedangkan da1am PMA, 1aju

penyerapan TKI menga1ami penurunan dengan 1aju penurunan
2,2% per tahun, tetapi penyerapan TKA meningkatk sebesar
14,5% per tahun.

Keadaan ini menandakan kegiatan usaha

pセヲゥ@

dan PMDN menggunakan tekno1ogi canggih yang be1um dikuasai

iii
oleh TKI, sehingga penggunaan TKA selalu meningkat.

Hal ini

juga terlihat dari Etk _m untuk TKA lebih besar dari Etk _m un
tuk TKI, baik pada PMA maupun PMDN. Dalam PMDN, Etk _ untuk
m
TKI sebesar 0,302, sedangkan untuk TKA sebesar 0,435. Dalam
PHA, Etk - m untuk TKA sebesar 0,347, sedangkan Etk _muntuk TKI
belum dapat dinyatakan perbedaannya dengan nol, karena 「・イ、セ@
sarkan uji t tidak nyata pada tingkat kepercayaan 90%.

Ini

berarti, setiap kenaikan investasi PMDN sebesar 1%, menyebaQ
kan kenaikan penggunaan TKI dan TKA masing-masing 0,302% dan
0,435%.

Sedangkan setiap kenaikan investasi PMA 1% menyebaQ

kan kenaikan penggunaan TKA sebesar 0,347%.

Keadaan ini me-

nandakan bahwa kegiatan PMA dan PMDN di daerah Jawa Barat
ャセ@

bih banyak menguntungkan terhadap penyerapan TKA.
Dari hasil analisa rasio TK/M terlihat bahwa sifat usaha PMA rela ti.f pada t modal dari PMDN, dimana rasio TK/N pada
PMA lebih kecil dari PMDN.

Motivasi PMA untuk meningkatkan

intensitas sifat usahanya juga lebih besar dari PMDN, danini
terlihat dari laju penurunan rasio TK/M yang lebih besar,
yaitu sebesar 22,7% per tahun pada PMA dan 21,8% per tahun
pada PMDN.
Alih teknologi dalam arti pengurangan penggunaan TKA
lah dapat dilakukan, tetapi prosesnya berjalan

エセ@

ウ。ョァエャュ「セ@

Alih teknologi pada PHDN berlangsung lebih cepat daripada
PMA.

Hal ini terlihat dari laju penurunan rasio TKA/TKI/H

pad a PMDN yang lebih besar dari PMA.

Laju penurunan

TKA/TKI/M pada PHDN adalah 28,6% per tahun, sedangkan
PMA hanya sebesar 8,0% per tahun.

rasio
pada

iv
Proses Indonesianisasi saham PMA juga berjalan sangat
lambat sekali.

Dalam periode 1967-0ktober 1985, jumlah p&

rusahaan PHA yang telah beralih status menjadi PI'IDN berjum
lah 14 perusahaan dengan nilai investasi keseluruhannya S&
besar US S 175.692.833 atau lebih kurang 3,5% dari
investasi PMA sampai saat itu,

nilai

sedangkan yang mengalihkan

sahamnya secara bertahap ke pihak swasta nasional berjumlah 21 perusahaan, tetapi jumlah saham yang telah dialihkan (dimiliki pihak swasta nasional) belum dapat diketahui
secara pasti.

Rendahnya hasil yang dicapai dalam proses

Indonesianisasi ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
pihak swasta nasional dalam hal modal, ketidak-sesuaian an
tara pihak PMA dan swasta nasional mengenai nilai saham,
keadaan ekonomi yang belum mendukung dan masih adanya

pi-

hak PMA yang masih segan untuk menjual sahamnya.
Prospek kegiatan penanaman modal dalam rangka PHA dan
PMDN cukup cerah, terutama sekali di sektor-sektor diluar
sektor industri.

Sektor-sektor yang memberi kesempatan

yang sangat baik untuk dikembangkan adalah sektor pertanian dalam arti luas, industri pengolahan hasil pertanian,
pariwisata dan sektor jasa.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt,
karena berkat rakhmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Tidak lepas dari has rat untuk menyumbangkan pikiran
ォセ@

pada dunia ilmu pengetahuan melalui suatu karya tulis, lapQ
ran ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pertanian pada Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial

Eko-

nomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Laporan ini merupakan hasil praktek lapang di berbagai
instansi-instansi pemerintah yang terlibat dalam kegiatan
penanaman modal di daerah tingkat I Jawa Barat, seperti :
BKPM Jakarta, BKPMD Jawa Barat, Kantor Gubernur Jawa Barat,
Bank Indonesia cabang Bandung, Departemen Perdagangan serta
kantor statistik Jawa Barat.

Praktek lapang berlangsung
、セ@

lam bulan Mei, Juni dan Juli 1986.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1.

Kedua orang lua (H. Boestamam Yoesoe f (alm) dan H. Ranjani) dan kakak serta adik-adikku yang telah mendidik,
membimbing dan membiayai sampai mencapai tingkat pendidikan sekarang ini;

2.

Bapak Dr. Ir.

A. M. Saefuddin, yang telah banyak

mem-

beri bimbingan, saran dan petunjuk, mulai dari awal pe-