Analisis pengaruh penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan ekspor total terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING (PMA), PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN), DAN EKSPOR

TOTAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Oleh

Tio Adianto

107084003300

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Jum’at, 5 Agustus 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :

1. Nama : Tio Adianto

2. NIM : 107084003300

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Agustus 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS (______________________)

Ketua

2. Utami Baroroh, M.Si (______________________)

Sekretaris

3. Dr. Lukman, M.Si (______________________)

Penguji Ahli I

4. Pheni Chalid, SF, MA, Ph. D (______________________)

Pembimbing I

5. Zuhairan Y.Yunan, SE, M.Sc (______________________)


(3)

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tio Adianto

No. Induk Mahasiswa : 107084003300

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya;

1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin dari pemilik karya.

4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Agustus 2011 Yang Menyatakan,


(4)

iii ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of Foreign Direct Investment, the Domestic Direct Investment and total exports to Indonesian Economic Growth. The data used was Time Series data periods of 1990-2009, from Investment Coordinating Board and the Statistic of Indonesia. For analyzing Multiple Regression in SPSS 17 was used.

The results of this research indicate that the variable FDI, domestic direct investment, and total exports all together influenced Indonesia Economic Growth. This is showed by the value of Adjusted R Square of 91.7%, while the remaining 8.3% influenced by other factors. In this research note that the Domestic Direct Investment and Total Exports have a significantly and positive effect on the Economic Growth. Meanwhile, Foreign Direct Investment has a significantly negative effect on Economic Growth.

Keywords: Foreign Direct Investment, Domestic Direct Investment, Total Exports, and Economic Growth


(5)

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Data yang digunakan adalah data Time Series yaitu peride 1990-2009, yang bersumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Badan Pusat Statistik. Untuk menganalisis, penulis menggunakan metode Regresi Berganda pada program SPSS 17.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel PMA, PMDN, dan Ekspor Total berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan nilai Adjusted R Square sebesar 91,7 %, sedangkan sisanya 8,3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam penelitian ini diketahui bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri dan Ekspor Total berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan, Penanaman Modal Asing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modala Dalam Negeri, dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW beserta kepada para sahabat dan seluruh pengikut Beliau yang Insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Yanto dan Ibu Muryati yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, sumber inspirasi, motivasi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dorongan semangat yang tiada henti-hentinya. Semoga suatu saat, semua keringat, darah dan air mata bapa dan mamah tio dapat membalasnya dan dapat menjadi kebanggan bagi bapak dan mamah. Amiin.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Lukman, M.Si. selaku Ketua Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan motivasinya.

5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga kepada penulis.

6. Ibu Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vi

7. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Muhammad Azis, MM. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya.

8. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Adikku tersayang Rian-Rianto dan Tias Oktavyanti, terimakasih buat semangatnya, semoga Aa bisa menjadi teladan buat kalian berdua, semangat terus sekolahnya, semoga kita bertiga bisa menjadi kebanggaan buat mamah & bapa.

10. Elis Fatonah, yang selalu setia membantu dan mendengarkan keluh kesah penulis selama ini, makasih buat semangat, do’a dan cintamu selama ini. 11. Keluarga besar Bapak Sardju, Ibu Tarwini, Bi Yuli & Mang Totong, buat

Neng Lia makasih uda dengerin curhatan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, de Erdi, Om Yosep & Bi Yayah selamat atas kelahiran baby nya, makasih atas dorongan baik moril maupun materiilnya.

12. Keluarga Besar Abah Muhidin, Bi Mila & Om Guting, makasih banyak atas do’a dan dukungannya, buat Mayang & Gading teruslah berkarya dan menjadi kebanggan orangtua, buat Bi Linda & Bi Yani makasih juga ya…. 13. Keluarga Bapak Ehon & Ibu Iis, yang telah memberikan motivasi dan do’a

kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

14. Buat Arip makasih kang tebengannya selama ini, buat Bang Haji Widhi makasih bang semangatnya, buat Mawaddah semangat terus ya bun…. 15. Makasih juga buat Mario, Endang, Ocha, Dyta, Elva, yang uda ngebantu

penulis, kepada semua teman-teman sepermainan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

16. Semua teman seperjuangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan angkatan 2007. Gaul ama kalian selama ini adalah pengalaman yang sangat berharga banget. Makasih banyak!!

17. Teman-teman kosan yang menjadi tempat bermarkas, buat Irfan terimakasih uda, Budiman makasih buat tontonan tv nya, buat Hasyim


(8)

vii

semangat terus cim kuliahnya, Pa Mansyur & Ibu Dewi, makasih banyak ya uda nampung saya selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, Agustus 2011

Tio Adianto


(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi ... 14

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 14

1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar ... 14

2. Teori Hollis Chenery ... 17

C. Investasi ... 18

1. Pengertian Investasi ... 18

2. Penanaman Modal Asing ... 20

3. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 23

D. Perdagangan Internasional ... 27

1. Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Adam Smith) ... 28

2. Teori Biaya Relatif (David Ricardo) ... 29

3. Teori Modern Keunggulan Komparatif (Hechsher dan Ohlin) ... 30

E. Ekspor ... 31


(10)

ix

F. Penelitian Sebelumnya ... 36

G.Kerangka Berfikir ... 47

H.Hipotesis ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51

B. Metode Pengumpulan Data ... 51

C. Metode Analisis ... 52

1. Uji Asumsi Klasik ... 52

a Uji Normalitas Data ... 52

b Multikolinieritas ... 53

c Heteroskedastisitas ... 53

d Autokorelasi ... 53

2. Uji Hipotesis ... 54

a Koefisien Determinasi ... 55

b Uji Statistik t ... 56

c Uji Statistik F ... 57

D. Operasional Variabel Penelitian ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 61

1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 61

2. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) ... 66

3. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 68

4. Perkembangan Ekspor ... 70

B. Analisis dan Pembahasan ... 74

1. Uji Asumsi Klasik ... 74

a. Uji Normalitas ... 74

b. Uji Multikolinieritas ... 76

c. Autokorelasi ... 77

d. Heteroskedastisitas ... 77

2. Pengujian Hipotesis ... 78


(11)

x

b. Uji Statistik t ... 80

c. Uji Statistik F ... 81

d. Pengujian Regresi Berganda ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 87

B. Implikasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Realisasi Investasi dalam Negeri 5 (PMDN)

1.2 Perkembangan Realisasi Investasi Asing (PMA) 6 1.3 Jumlah PDB Riil Indonesia atas Dasar Harga 7

Konstan 2000 Tahun 1990-2009

2.1 Penelitian Sebelumnya 44

4.1 Uji Normalitas 75

4.2 Uji Multikolinieritas 76

4.3 Uji Atokorelasi 77

4.4 Uji Koefisien Determinasi 79

4.5 Uji t 80


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Hubungan PMA, PMDN dan Ekspor Total 11

2.1 Kerangka Berfikir 49

4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 62 4.2 Perkembangan Penanaman Modal Asing 67 4.3 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri 70

4.4 Perkembangan Ekspor 72

4.5 Uji Normalitas Analisis Grafik 74


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Variabel Penelitian 94

2 Uji Normalitas Analisis Grafik 95

3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 95

4 Uji Multikolinieritas 95

5 Uji Autokorelasi 96

6 Heteroskedastisitas 96

7 Koefisien Determinasi 96

8 Uji t 97


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan seluruh rakyat. Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan trend yang meningkat dan mantap dari tahun ke tahun, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka di butuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan ini. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang, kesejahtraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak


(16)

2

alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat.

Salah satu indikator yang sering digunakan suatu negara dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonominya yaitu pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur keberhasilan suatu negara. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, pada awalnya pernah mencoba untuk berdikari dalam bidang ekonomi. Namun hal ini tidak dapat berlangsung lama. Banyak faktor terutama derasnya laju globalisasi yang mengharuskan pembangunan ekonomi secara cepat. Sehingga pada akhirnya Indonesia pun mulai membuka hubungan yang baik dengan bangsa – bangsa lain demi menunjang pembangunan ekonominya.

Proses pembangunan yang berlangsung di Indonesia selama ini dikonsentrasikan pada upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dimaksud berarti adanya suatu peningkatan dalam pendapatan nasional pada suatu periode dibandingkan pada periode sebelumya. Peningkatan dalam pendapatan nasional ini bila dijelaskan lebih jauh akan meliputi peningkatan dalam berbagai kegiatan ekonomi.

Banyak sekali ahli-ahli ekonomi pembangunan menganggap modal sebagai sumber yang merupakan titik perhatian dalam teori pembangunan ekonomi. Namun demikian harus kita sadari bahwa pembangunan ekonomi yang mempunyai implikasi pertumbuhan ekonomi juga memerlukan berbagai


(17)

3

faktor lainnya, seperti tersedianya tenaga ahli dalam berbagai bidang, terdapatnya sistem pemerintahan yang baik, tingkat teknologi yang memungkinkan penggunaannya, sikap kehidupan masyarakat, tersediannya sumber alam dan sebagainya. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak mungkin dapat digerakkan tanpa adanya modal baik dari pemerintah maupun swasta.

Langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah terus berupaya mencari sumber-sumber pembiayaan baru bagi pembangunan baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri. Pembiayaan yang berasal dari luar negeri ini dapat berupa investasi. Pada dasarnya investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod-Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Untuk negara-negara yang belum maju seperti Indonesia, penanaman modal asing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkait sifat khususnya berupa paket modal, teknologi dan keahlian manajemen yang selektif serta pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan pembangunan negara yang bersangkutan.

Penanaman modal asing ini dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang (Indonesia) sebagai dana tambahan disamping tabungan


(18)

4

domestik. Rendahnya tingkat pendapatan di negara berkembang menyebabkan Indonesia mengalami kekurangan kapital guna pembiayaan pembangunan. Akumulasi tabungan domestik yang ada saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan biaya yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi. Dan disisi lain adalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan devisa untuk membiayai kebutuhhan impor barang-barang modal (capital goods) dan impor barang-barang intermediasi (intermediate goods). Dengan demikian untuk menutupi kedua kekurangan tersebut, indonesia mengusahakan sumber dana eksternal berupa investasi asing.

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) termasuk dalam golongan penanaman modal swasta. Apabila kemampuan penanaman modal pemerintah sangat terbatas, maka penanaman modal menjadi penting. Bersama-sama modal dalam negeri, penanaman modal asing yang memadai diharapkan mampu mengangkat kegiatan ekonomi dari kelesuan.

Semenjak diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967. No.11 Tahun 1970 tentang PMA dan Undang-undang No.6 Tahun 1968. No.12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walau demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta, baik PMDN


(19)

5

maupun PMA, namun juga penanaman modal oleh pemerintah. Ini berarti pembentukan modal domestik bruto meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel. 1.1.

Perkembangan Realisasi Investasi dalam Negeri (PMDN)

Tahun Nilai

1997 18.628,80 1998 16.512,50 1999 16.286,70 2000 22.038,00

2001 9.890,80

2002 12.500,00 2003 12.247,00 2004 15.409,40 2005 30.724,20 Sumber: BKPM 2007

Gambaran realisasi investasi dalam negeri (PMDN) menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM,2007) menunjukan penurunan dimana tahun 1997 investasi hanya mencapai Rp. 18,6 triliun dan terus menurun (-11,29 % dan -1,21%) hingga tahun 1999 yang tinggal Rp. 16,3 triliun. Investasi ini kemudian meningkat kembali (34,97%) di tahun 2000 mencapai Rp. 22 triliun dan kembali menurun (-55,00%) di tahun 2001 menjadi Rp. 9,9 triliun (sekaligus merupakan nilai terrendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir). Fluktuasi ini terus berulang hingga tahun 2007, meski sempat mencapai investasi tertinggi yang terjadi pada tahun 2005 dengan nilai Rp. 30,7 triliun.


(20)

6

Tabel. 1.2.

Perkembangan Realisasi Investasi Asing (PMA)

Tahun Nilai

1997 3.437,4

1998 4.865,7

1999 8.229,9

2000 9.877,4

2001 3.509,4

2002 3.082,6

2003 5.445.7

2004 4.572,7

2005 8,911,0

Sumber: BKPM 2007

Seperti yang terjadi dalam PMDN, investasi yang bersumber dari luar negri (PMA) memiliki trend yang cukup fluktuatif seperti yang ditunjukan di taun 1997, realisasi investasi mencapai US$ 3,5 miliar dan terus meningkat hingga tahun 2000 yang mencapai 9,9 (meningkat 40%, 67,35 % dan 20,73%). Kondisi ini berbalik menurun ditagun 2001 yang menurun -64,65% menjadi US$ 3,5 miliar dan terus terjadi hingga tahun 2002 dengan nilai US$ 3,1 miliar (menurun -11,43%). Fluktuasi ini terjadi hingga tahun 2007, bahkan sekaligus menjadi investasi terendah dengan nilai US$ 2,9 miliar meski sempat meningkat (93,48%) di tahun 2005 menjadi US$ 8,9 miliar.


(21)

7

Tabel. 1.3.

Jumlah PDB Riil Indonesia atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (dalam milyar rupiah) Tahun 1990-2009

Tahun PDB (Milyar Rupiah)

Pertumbuhan (%)

1990 948.213,50 -

1991 1.014.760,50 6,91 1992 1.083.350,60 6,43 1993 1.156.505,30 6,56 1994 1.244.467,60 7,61 1995 1.347.040,90 8,24 1996 1.451.727,90 7,77 1997 1.518.293,60 4,59 1998 1.317.245,10 -13,24 1999 1.325.352,10 0,62 2000 1.389.770,20 4,86 2001 1.443.014,60 3,83 2002 1.504.380,60 4,25 2003 1.572.159,30 4,51 2004 1.656.757,54 5,38 2005 1.750.656,10 5,67 2006 1.846.654,90 5,48 2007 1.901.147,50 2,95 2008 2.082.103,70 6,46 2009 2.176.975,50 4,93 Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 (diolah)

Dari tabel diatas perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukan perkembangan yang positif dari tahun 1990 – 2009. Pada tahun 1998 menunjukan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu minus 13,24 % , hal ini disebabkan karena krisis moneter dan ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998. Memasuki tahun 2000 perekonomian di Indonesia mengalami perubahan yang sangat


(22)

8

signifikan dari 0,62 % menjadi 4,86%. Hal ini ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga pada sektor riil.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan internasional khususnya ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu negara tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Seiring dengan program perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah, maka sejak tahun 2000, volume ekspor mulai menunjukan peningkatan walaupun masih bergerak dengan sangat lambat hingga tahun 2003. Bahkan pada tahun 2002, volume ekspor menunjukan penurunan sebesar 1,22%. Namun sejak tahun 2004, dimana kondisi perekonomian Indonesia sudah semakin membaik dan stabil, volume ekspor mengalami


(23)

9

peningkatan yang cukup cepat hingga tahun 2007 (Badan Pusat Statistik, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba untuk mengetahui beberapa faktor makro ekonomi diantaranya penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri dan ekspor apakah mempunyai pengaruh secara simultan ataupun secara parsial terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan pembiayaan pembangunan khususnya yang berasal dari penanaman modal dalam negeri maupun penenaman modal asing dan ekspor menjadi pokok permasalahan yang mendapat perhatian dari pemerintah, terkait dengan hambatan-hambatan yang ada di dalamnya. Hambatan-hambatan yang dimaksud antara lain, prosedur yang panjang dan berbelit, tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah di bidang investasi serta kebijakan antar sektor, kurangnya kepastian hukum dan kegiatan investasi Indonesia masih sangat sensitif terhadap gangguan keamanan.

Permasalahan lain yang dialami Indonesia adalah ekspor yang berbasis sumberdaya alam. Padahal selain harga ekspor hasil alam sangat fluktuatif di pasar dunia, juga adanya fluktuasi dalam nilai tukar mata uang


(24)

10

rupiah terhadap dollar. Sehingga fluktuasi hasil ekspor juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Hubungan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan ekonomi adalah penanaman modal asing dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi Menurut Mudrajad Kuncoro (2000:215) PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri.

Penanaman modal baik PMA maupun PMDN digunakan sebagai usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan. Jadi PMDN memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa pembiayaan pembangunan baik dari pemerintah maupun swasta yang berupa investasi atau penanaman modal sangatlah penting artinya bagi pembangunan ekonomi pada khususnya dan pembangunan yang dialokasikan ke dalam proyek pembangunan, berarti akan menambah kapital yang ada dalam suatu perekonomian, selanjutnya tambahan kapital tersebut akan berakibat peningkatan taraf hidup masyarakat, yang mana salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi pada masyarakat tersebut.


(25)

11

Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki kesalingterkaitan antara satu sama lain dalam perekonomian suatu negara. Peranan ekspor di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai motor penggerak negara tersebut. Ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (export led growth).

Gambar 1.1

Hubungan PMA, PMDN, dan Ekspor Total

Pertumbuhan Ekonomi PMA

PMDN


(26)

12

Untuk lebih memfokuskan pokok bahasan, berikut pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk menjelaskan fenomena faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia

1. Sejauhmana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

2. Sejauhmana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

3. Sejauhmana pengaruh Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

4. Sejauhmana pengaruh PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2. Untuk mendapatkan pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

3. Untuk mendatkan pengaruh Ekspor Total terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

4. Untuk mendapatkan pengaruh PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.


(27)

13

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah dan Investor

Dapat memberikan informasi tambahan dalam menentukan kebijakan yang dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Serta dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan investasi. 2. Bagi Akademisi

Sebagai sumbangan informasi pengetahuan secara teoritis dan praktis bagi dunia akademik.

3. Bagi Penulis

Untuk memperluas informasi dan wawasan mengenai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia serta mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang telah diperoleh dalam perkuliahan di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(28)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (2004:423), pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai peran ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stock modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak permintaan dan yang kedua disebut dampak penawaran investasi. Karena selama itu netto tetap berlangsung, pendapatan riil dan output akan membesar. Untuk mempertahankan tingkat ekuilbriium pendapatan dari tahun ke tahun, baik pendapatan riil maupun output keduanya harus meningkat dalam laju yang sama saat kapasitas produksi modal meningkat.


(29)

15

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stock modal (capital stock). Sisi permintaan dalam teori ini dijelaskan dengan pengganda (multiplier) Keynesian. Misalkan kenaikan rata-rata pendapatan dinyatakan dengan ∆Y dan kenaikan dalam investasi dengan

∆I dan kecenderungan menabung dengan S maka dapat dibentuk sebuah

model pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

a. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu atau s dari pendapatan nasional (Y). oleh karena itu, kita dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang sederhana :

S = sY (1)

b. Investasi netto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok (K) yang dapat diwakili oleh ∆K, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut :

I = ∆K (2)

Akan tetapi karena jumlah stok modal mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output maka :

k

Y K

Atau k

 

Y K

Atau, akhirnya


(30)

16

c. Terakhir mengingat tabungan nasional netto (S) harus sama dengan investasi netto (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut :

S = I (4)

Dari persamaan (1) telah diketahui bahwa S = sY dari persamaan (2) dan (3) telah diketahui bahwa I =∆K = k∆Y dengan demikian tabungan sama dengan investasi dapat dituliskan sebagai berikut :

sY = k∆Y (5)

Selanjutnya apabila kedua sisi persamaan (5) dibagi mula-mula dengan Y dan dengan k, maka didapat :

k s Y

Y

Persamaan (6) secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (∆Y/Y) ditentukan bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s), serta rasio modal output nasional (k). Secara lebih spesifik model ini menjelaskan tanpa ada intervensi dari pemerintah, tingkat pertumbuhan ekonomi akan secara langsung atau positif berbanding lurus dengan tabungan yakni semakin banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP dan secara negatif akan berbanding terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian. (M.P. Todaro, 2003).


(31)

17

2. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of development)

Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di negara sedang berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery, menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:

a. Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa

b. Akumulasi capital secara fisik dan SDM c. Perkambangan kota dan industri

d. Penurunan laju pertumbuhan penduduk e. Ukuran keluarga yang kecil

f. Sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama industri

Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan domesti k earah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.

Yi = Di + (Xi-Mi) + ij Dimana

Yi = Output bruto industri manufaktur Di = Permintaan domestik untuk konsumsi X-M = Perdagangan neto (ekspor-impor)


(32)

18

Yij = Penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input Berdasarkan model ini kenaikan produks sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari empat faktor berikut:

a. Kenaikan permintaan dometik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufakturplus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor industri manufaktur.

b. Perluasan ekspor atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor terhadap industri manufaktur.

c. Substitusi impor, atau efek total dari kenaikan promosi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.

d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.

C. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi adalah pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 2004:121). Dalam investasi tercakup dua tujuan utama yaitu untuk mengganti bagian


(33)

19

dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi) dan tambahan penyediaan modal yang ada (investasi netto). Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang belum diproses, dan barang jadi.

Kegiatan investasi dapat dibedakan atas investasi yang otonom dan investasi yang terdorong (Harjanti 2005, dalam Novita Linda Sitompul,2007)

Investasi otonom adalah investasi yang bebas dilakukan tanpa terpengaruh atau dorongan oleh faktor lainnya. Umumnya jenis investasi ini dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan pertumbuhan ekonomi berikutnya, misalnya investasi untuk pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan dan infrastruktur lainnya. Sedangkan investasi yang terdorong adalah investasi yang dilakukan sebagai akibat kenaikan permintaan atau dorongan pemerintah.

Jenis investasi juga dapat dibedakan atas public investment dan private investment, domestic dan forigen investment, gross investment dan net investment. Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan sifatnya resmi. Sedangkan private investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan forign


(34)

20

investment adalah penanaman modal asing. Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilaksanakan pada suatu waktu, baik itu autonomos maupun induced atau private maupun public. Sedangkan net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.

Tujuan pengeluaran untuk investasi pembelian barang-barang yang member harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak barang dan jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungann yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama dalam investasi.

2. Penanaman Modal Asing (PMA)

United Nations Coference on Trade and Development (UNCTAD) mendefinisikan PMA sebagai investasi yang dilakukan suatu perusahaan di suatu negara kepada perusahaan di negara lain dengan tujuan mengendalikan operasi perusahaan di negara lain tersebut. Selain itu, menurut Krugman dan Obstfeld (2003) PMA adalah arus modal internasional di mana suatu perusahaan di satu negara menciptakan atau memperluas usaha dengan mendirikan cabang di negara lain.

PMA dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan: arah aliran modal, target dan motif. Jika dilihat berdasarkan arah aliran modal, terdapat dua tipe PMA (R. Winantyo, dkk, 2008:175-176), yaitu:


(35)

21

a. PMA masuk (Inward FDI), Investasi ini adalah modal asing yang diinvestasikan kepada kegiatan ekonomi domestik. PMA masuk dapat didorong oleh adanya penghapusan pajak, subsidi, pinjaman lunak dan penghapusan berbagai hambatan lainnya. Kemudahan tersebut diberikan dengan pertimbangan bahwa keuntungan jangka panjang masuknya PMA memiliki nilai dan manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengurangan pendapatan negara dalam jangka pendek karena memberikan fasilitas tersebut. Di lain pihak, PMA masuk ini dapat dihambat melalui pembatasan kepemilikan saham dan persyaratan yang berbeda antara investasi asing dan investasi domestik. b. PMA keluar (Outward FDI), investasi kategori ini adalah modal

domestik yang diinvestasikan di luar negeri. Investasi ini dapat dilakukan dalam rangka ekspor impor komoditas negara asing.

Berdasarkan target, PMA dapat diklasifikasikan sebagai: Greenfield investment, dan mergers and acquisitions, atau PMA horizontal dan PMA vertikal.

a. Greenfield Investment merupakan investasi langsung untuk melakukan kegiatan bisnis yang sudah berjalan. Investasi jenis ini merupakan target utama dari negara penerima PMA (host country) karena investasi ini dapat menciptakan kapasitas produksi baru dan lapangan kerja, transfer teknologi, dan membuka hubungan dengan pasar global.

b. Merger and Acquisitions terjadi apabila adanya perpindahan kepemilikan asset dari perusahaan domestik kepada perusahaan asing.


(36)

22

Tidak seperti Greenfield Investment, Merger and Acquisitions tidak memberikan manfaat jangka panjang kepada perekonomian domestik. c. PMA Horizontal dan Vertikal, PMA horizontal terjadi ketika jenis

investasi yang dilakukan luar negeri sama dengan jenis investasi yang dilakukan di dalam negeri. PMA Vertikal terdiri dari dua tipe. Pertama, Backward Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi menyediakan input bagi perusahaan di dalam negeri. Kedua, Forward Vertical PMA terjadi ketika investasi di luar negeri berfungsi melakukan penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan di dalam negeri.

PMA juga dapat diklasifikasikan berdasarkan motif atau alasan melakukan investasi, yaitu:

a. Resource-seeking, investasi yang dilakukan untuk memperoleh faktor produksi yang lebih efisien di luar negeri dibandingkan bila diperolah dari domestik.

b. Market-seeking, investasi ini dilakukan dalam rangka membuka pasar baru atau menjaga pasar yang telah ada.

c. Efficiency-seeking, investasi ini didorong keinginan untuk meningkatkan keuntungan melalui skala ekonomi. Jadi, setelah dilakukan investasi berdasarkan pertimbangan resource-seeking atau market-seeking terealisasi, dilakukan investasi yang lebih besar dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.


(37)

23

d. Strategic asset-seeking, investasi ini merupakan investasi taktis untuk mencegah penguasaan atas sumber alam oleh perusahaan pesaing.

PMA mempunyai karakteristik yang lebih baik dibandingkan jenis aliran modal portofolio, yaitu relatif lebih stabil dan berkontribusi dalam proses produksi. Selain itu, potensi manfaat bagi negara penerima untuk mendorong aliran masuk PMA adalah (R. Winantyo, dkk, 2008:178):

a. Perusahaan asing membawa teknologi yang lebih tinggi. Tingkat pemanfaatan teknologi oleh negara penerima bergantung pada derajat spill-over teknologi terhadap perusahaan domestik dan perusahaan asing lainnya.

b. Investasi asing meningkatkan kompetisi dalam perekonomian negara penerima. Kehadiran perusahaan baru di luar sektor perdagangan dapat meningkatkan output dan menurunkan tingkat harga domestik, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Investasi asing mendorong peningkatan investasi domestik.

d. Investasi asing memberikan keuntungan dalam akses pasar ekspor. Hal ini dilakukan melalui peningkatan skala ekonomi perusahaan asing atau kemampuan perusahaan PMA asing untuk mengakses pasar luar negeri. e. Investasi asing dapat membantu menjembatani kesenjangan kebutuhan

valuta asing di negara penerima.

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Semenjak diberlakukannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang PMA, No.6 Tahun 1968 tentang PMDN. Dan revisi No. 11 Tahun


(38)

24

1970 tentang PMA dan UU No.12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walau demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta, baik PMDN maupun PMA, namun juga penanaman modal oleh pemerintah.

Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan undang-undang mengenai penanaman modal yang tertuang dalam UU nomor 25 tahun 2007.

a. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

b. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Usaha pengerahan modal untu pembangunan yang berasal dari dalam negeri berasal dari tiga sumber: tabungan sukarela masyarakat, tabungan pemerintah dan tabungan paksa (Sadono Sukirno, 2006:304).

a. Tabungan Sukarela Masyarakat

Yang dimaksud tabungan sukarela masyarakat adalah bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang secara sukarela


(39)

25

tidak digunakan untuk konsumsi. Masyarakat menggunakan bagian pendapatan tersebut untuk beberapa tujuan: disimpan saja tanpa digunakan, ditabung di badan-badan keuangan, dipinjamkan kepada anggota masyarakat lainnya, digunakan untuk penanaman modal yang tidak produktif, atau digunakan untuk penanaman modal produktif. Berbagai macam penggunaan ini memberikan efek yang berbeda kepada usaha menciptakan pembangunan ekonomi.

b. Tabungan Pemerintah

Tabungan pemerintah merupakan kelebihan pendapatan pemerintah dari pajak dan sumber-sumber lainnya, setelah pendapatan itu digunakan untuk pengeluaran rutin. Dalam merumuskan kebijakan perpajakan yang sesuai demi mempercepat pembangunan ekonomi, disamping merumuskan kebijakan yang dapat menaikan tabungan pemerintah, kebijakan tersebut harus pula berusaha agar kebijakan yang dijalankan tidak akan mengurangi animo untuk menabung dan menanamkan modal. Kebijakan pemungutan pajak tidaklah harus ditujukan khusus untuk menaikan pendapatan pemerintah. Di setiap negara pemungutan pajak mempunyai banyak tujuan lain, yaitu untuk lebih memeratakan distribusi pendapatan, mengurangi tingkat konsumsi masyarakat atau beberapa jenis barang tertentu,


(40)

26

meningkatkan tabungan yang dapat digunakan untuk menanamkan modal dan mempengaruhi corak penanaman modal.

c. Tabungan Paksa

Apabila suatu negara mengambil langkah kebijakan anggaran belanja defisit, maka defisit itu dapat dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan berikut: meminjam dari masyarakat, lembaga-lembaga keuangan di luar bank komersil (bank tabungan, perusahaan asuransi, pasar modal dan sebagainya), bank-bank komersil dan Bank sentral, dan mencetak uang. Memperbesar dana untuk pembangunan dengan meminjam dari bank-bank komersil dan bank sentral atau mencetak uang dapat menimbulkan inflasi. Oleh karena itu, pengerahan dana pembangunan dinamakan sebagai tabungan paksa. Meminjam dari masyarakat dan badan-badan keuangan di luar bank komersil tidak akan menimbulkan inflasi karena pinjaman tersebut diperoleh dari tabungan masyarakat. Pinjaman itu sendiri merupakan suatu proses pemindahan daya beli dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah. Dengan demikian peminjaman tersebut tidak akan menimbulkan daya beli baru dalam masyarakat. Sedangkan pinjaman dari bank-bank komersial dan bank sentral, dan mencetak uang, merupaka suatu penciptaan daya beli baru yang akan menaikan keseluruhan permintaan masyarakat. Apabila tambahan permintaan yang disebabkan oleh penciptaaan daya beli baru ini


(41)

27

tidak dapat dipenuhi oleh kenaikan dalam penawaran barang-barang, kenaikan harga akan terjadi.

Cara yang dilakukan pemerintah untuk meminjam dari berbagai sumber pinjaman tersebut di atas yaitu dari masyarakat dan badan-badan keuangan adalah dengan menjual surat-surat berharga pemerintah yang berupa pinjaman jangka panjang dalam bentuk obligasi atau bond. Apabila tidak terdapat paksaan dari pemerintah, ssampai dimana keberhasilan pemerintah meminjam dari berbagai sumber tersebut tergantung kepada akseptasi masyarakat terhadap surat-surat berharga tersebut sebagai suatu bentuk penabungan dan menanam modal (Sadono Sukirno, 2006:316).

D. Perdagangan Internasional

Negara sebetulnya tidak bedagang dengan negara lain. Yang melakukan perdagangan atau pertukaran adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Perdagangan luar negeri hanyalah istilah kependekan bagi kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk di negara lain. Jadi, penjelasan mengenai mengapa dan bagaimana pertukaran antar perorangan timbul merupakan kunci dalam menjelaskan mengapa perdagangan internasional timbul (Boediono, 1981:19).

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional (Apridar, 2009:74), diantaranya sebagai berikut:


(42)

28

2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara. 3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.

5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

7. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.

8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

Dalam bukunya, Apridar (2009:87) menjelaskan beberapa teori mengenai perdagangan internasional, diantaranya sebagai berikut:

1. Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Absolute Adventage / absolute cost : Adam Smith)

Pandangan teori klasik berkembang pada abad ke-18. Pelopor teori ini diantaranya adalah Adam Smith. Pandangan ini berpendapat bahwa logam mulia tidak mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor karena logam mulia akan mengalir dengan sendirinya melalui perdagangan internasional (price specie flow mechanism). Adam Smith menginginkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas, karena perdagangan


(43)

29

bebas akan membuat orang bekerja keras untuk kepentingan nagaranya sendiri dan sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi. Dengan terciptanya spesialisasi maka negara kan menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan mutlak (absolute adventage). Dalam pandangan kritisnya, Adam Smith mengemukakan teori absolute adventage (keunggulan mutlak) tersebut, di mana negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara ini memiliki ketidakunggulan mutlak.

2. Teori Biaya Relatif (Comparative Cost ; David Ricardo), (Apridar, 2009:94)

Konsep perdagangan yang semakin disukai masyarakat internasional, pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo (1772-1823) ini dikenal juga denga teori “ comparative cost” atau “ comparative adventage” . dalam teori ini, setiapa negara mengkhususkan teorinya dalam bidang-bidang yang diunggulinya secara komparatif dan semua negara melakukan perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia secara keseluruhannya akan mencapai maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya.

Teori David Ricardo ini didasarkan pada nilai kerja atau teory of labor value, yang menyatakan nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.


(44)

30

Menurut teori cost comparative adventage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisiensi serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efektif.

3. Teori Modern Keunggulan Komparatif (Comparative adventage : dari Model Hechsher dan Ohlin), (Apridar, 2009:100)

a. Teori Habeler

Ada beberapa perbedaan penting antara teori klasik dengan Habeler. Kalau klasik melihat perbedaan cost of production untuk barang yang sama di dua negara hanya disebabkan oleh pemakaian tennaga kerja, maka akan semakin banyak upah yang diberikan, sehingga ongkos produksi (cost production) meningkat dan seterusnya harga barang di pasar akan meningkat pula, tetapi Hebeler mengatakan bahwa harga barang di pasar bukan hanya disebabkan pemakaian tenaga kerja, tetapi merupakan kombinasi pemakaian faktor produksi (tanah, labor dan capital).

b. Teori Hecksher – Ohlin

Menurut teori Hecksher – Ohlin atau teori H – O, perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau propossi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya


(45)

31

perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatiif langka/mahal dalam memproduksinya.

E. Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dapat memperbesar kapasitas produksi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta


(46)

32

penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan kooperatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah atau keunggulan effisien alias produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro&Smith, 2004:28).

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan – kebijakan internasional yang berorientasi keluar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya dari pada partisipasi kedalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun.

Ekspor akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian, karena pengeluaran dari negara lain atas barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan menimbulkan efek sebaliknya. Faktor utama yang menentukan kemampuan mengekspor ke luar negeri (1) daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan menentukan tingkat ekspor yang dicapai suatu negara, (2) Proteksi di negara-negara lain, karena kebijakan proteksi di negara-negara-negara-negara maju akan memperlambat perkembangan ekspor di negara-negara sedang berkembang, (3) kurs valuta asing, seorang pengusaha akan menentukan untuk mengekspor barang setelah melihat pertimbangan kurs valuta asing. Fungsi penting


(47)

33

komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan ekspor suatu negara. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam negeri maupun keadaan di luar negeri. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut (http://lailamaharani.blogspot.com/) :

1. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri Apabila pemerintah memberikan kemudahan kepada para eksportir, eksportir terdorong untuk meningkatkan ekspor. Kemudahan-kemudahan tersebut antara lain penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan berbagai biaya ekspor, pemberian fasilitas produksi barang-barang ekspor, dan penyediaan sarana ekspor.

2. Keadaan pasar di luar negeri Kekuatan permintaan dan penawaran dari berbagai negara dapat memengaruhi harga di pasar dunia. Apabila jumlah barang yang diminta di pasar dunia lebih banyak daripada jumlah barang yang ditawarkan, maka harga cenderung naik. Keadaan ini akan mendorong para ekportir untuk meningkatkan ekspornya.

3. Kelincahan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar Eksportir harus pandai mencari dan memanfaatkan peluang pasar.

Dengan kepandaian tersebut, mereka dapat memperoleh wilayah pemasaran yang luas. Oleh karena itu, para eksportir harus ahli di bidang


(48)

34

strategi pemasaran. Untuk mengembangkan ekspor, pemerintah dapat menerapkan kebijakankebijakan sebagai berikut:

1. Menambah macam barang ekspor

Misalnya, semula mengekspor kelapa sawit, sekarang mengekspor kelapa sawit dan minyak kelapa sawit. Adapun penganekaragaman horisontal berarti menambah macam barang yang diekspor dengan barang yang tidak merupakan produk lanjutan dari barang lama.

2. Memberi fasilitas kepada produsen barang ekspor

Agar ekspor meningkat, pemerintah perlu memberikan fasilitas kepada produsen barang ekspor. Misalnya, memperbanyak bahan produksi dengan harga murah. Jika harga bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi barang ekspor murah, harga barang ekspor tersebut di dalam negeri juga murah.

3. Mengendalikan harga produk ekspor di dalam negeri

Pemerintah meningkatkan ekspor dengan mengusahakan harga di dalam negeri lebih murah. Cara yang ditempuh antara lain menekan laju inflasi dan menciptakan tingkat bunga pinjaman yang rendah.

4. Menciptakan iklim usaha yang kondusif

Pemerintah mendorong peningkatan ekspor dengan memberikan kemudahan-kemudahan misalnya penyederhanaan tata cara atau prosedur ekspor dan penurunan bea ekspor.

5. Menjaga kestabilan kurs valuta asing


(49)

35

dalam meramal nilai rupiah dari hasil ekspornya. Dengan kepastian nilai rupiah ini, para eksportir menjadi lebih mudah dalam menentukan harga tawar menawar di pasar internasional. Keadaan ini menghilangkan keraguan eksportir untuk melakukan perdagangan internasional.

6. Pembuatan perjanjian dagang internasional

Beberapa negara sering melakukan perjanjian dagang untuk memperoleh kepastian. Perjanjian tersebut mencakup kesediaan masing-masing negara untuk menjadi pembeli atau penjual suatu barang. Dengan perjanjian ini, masing-masing negara memperoleh keuntungan yaitu: penjual dapat mempunyai pasar yang pasti, dan pembeli dapat mempunyai penjual yang pasti.

7. Peningkatan promosi dagang di luar negeri

Untuk mengenalkan produk dalam negeri di pasaran internasional, sering dilakukan promosi dagang. Pelaksanaan promosi dapat berupa kegiatan pameran dagang, festival olah raga, seni, maupun kegiatan lainnya yang dapat berfungsi promosi. Promosi dagang tersebut dilakukan oleh individu, lembaga swasta, maupun pemerintah. Selain itu, pemerintah maupun Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dapat membentuk lembaga yang menangani promosi dan pusat informasi dagang di luar negeri. Misalnya kantor-kantor pusat promosi dagang Indonesia atau Indonesian Trade Promotion Centre ( ITPC ) yang mengusahakan agar produk-produk Indonesia dikenal di luar negeri.


(50)

36

8. Penyuluhan kepada pelaku ekonomi

Untuk meningkatkan ekspor, pemerintah memberikan penyuluhan kepada pengusaha kecil dan menengah tentang tata cara melakukan ekspor. Banyak produk masyarakat yang diminati pembeli mancanegara, namun karena banyak pengusaha kecil dan menengah tidak mengetahui bagaimana cara mengekspornya maka tidak diekspor produk tersebut.

F. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya yang bersangkutan dengan penelitian yang penulis teliti adalah sebagai berikut:

Pada penelitian yang dilakukan Marzuki (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi di suatu negara ( studi kasus ekonomi Indonesia ) menunjukan bahwa kajian yang menganalisis mengenai pengaruh faktor-faktor penentu terhadap jumlah investasi setempat di Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi ini secara keseluruhan telah mencapai objektif yang diingini. Hasil regresi menunjukan bahwa semua hipotesis yang dijangkakan terpenuhi, sama ada hipotesis tentang parameter tingkat inflasi kadar bunga, kadar pertukaran atau nilai eksport.

Hasil kajian juga didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan


(51)

37

mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran dan nilai eksport.

Namun ketergantungan dari pada faktor-faktor penentu (tingkat inflasi, kadar bunga, kadar pertukaran dan nilai eksport) yang dianggarkan dalam model hanya menerangkan 53,16 persen terhadap jumlah investasi setempat. Ini berarti bahwa 46,84 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianggarkan, seumpama kadar cukai, gunatenaga, upah dan aspek psikologis investor.

Selanjutnya penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sebelum dan sesudah krisis ekonomi di Indonesia oleh Wahyuddin dan Muhammad Nasir (2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak krisis ekonomi yang terus berlanjut berakibat kepada penurunan jumlah investasi baik PMDN maupun PMA. Penurunan investasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran. Dari hasil perhitungan diperoleh suatu persamaan hubungan jumlah investasi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran.

Variabel pendapatan nasional (NI) mempunyai nilai yang elastis yaitu sebesar 1,246230, yang berarti apabila terjadi kenaikan 1 dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya kenaikan investasi sebesar 1,246230. Dalam hal ini didapatkan hubungan yang positif antara pendapatan nasional dan investasi, dimana jumlah investasi akan meningkat apabila meningkatnya


(52)

38

pendapatan nasional, sebaliknya investasi akan turun apabila pendapatan nasional turun. Untuk mengukur keabsahan parameter NI yang mempunyai thitung 3,045 dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh nilai kritis ttabel sebesar 2,228. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel , dengan demikian pendapatan nasional memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi. Besarnya parameter N minus 1,203154 pada persamaan regresi di atas mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah pengangguran sebesar 1 akan menyebabkan turunnya investasi sebesar 1,203154. Untuk mengukur keabsahan parameter variabel pengangguran yang mempunyai thitung sebesar 1,398, dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh ttabel sebesar 2,228. Dengan demikian ttabel lebih besar daripada thitung sehingga jumlah pengangguran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi.

Dari pengujian di atas terhadap variabel N adanya pengaruh negative jumlah pengangguran terhadap jumlah investasi yang dihitung dari tahun 1989 sampai dengan 2004, artinya bila jumlah pengangguran naik jumlah investasi akan turun dan bila jumlah pengangguran turun maka jumlah investasi akan naik.

Pada penelitian yang lain, Rahmad Wibisono (2003) meneliti tentang identifikasi peran ekspor, investasi dan liberalisasi keuangan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merupakan studi kasus setelah tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik). Hasil menunjukan tampaknya terdapat perbedaan pengaruh tingkat suku bunga dalam jangka pendek dan


(53)

39

jangka panjang. Walaupun dalam jangka pendek tingkat bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan, namun tingkat bunga memiliki tanda yang negatif. Sehingga apabila berpengaruh, tingkat bunga akan memberikan dampak yang berlawanan pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes. Dimana dalam jangka pendek ekonomi Indonesia akan menurun pertumbuhannya apabila ada kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga terkadang identik dengan liberalisasi keuangan. Namun dalam jangka panjang tingkat bunga memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh McKinnon-Shaw, bahwa kenaikan tingkat bunga riil secara berkala akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan.

Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan ekspor memiliki sumbangan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional juga pernah diteliti oleh Jamzani Sodik & Didi Nuryadin (2005) pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi. Dengan menggunakan uji hausman test diperoleh hasil yang menunjukan selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel


(54)

40

penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, sehingga bagaimanapun investasi (baik PMA maupun PMDN) sangat diperlukan oleh suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri.

Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative kecil. Sekaligus menunjukan bahwa tingkat keterbukaan perekonomian suatu daerah belum begitu besar berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.

Variabel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang negatif.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Moussa Njoupouognigni (2010) tentang Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa dengan menggunakan regresi linier berganda dan regresi Birdsall & Rhee dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, penelitian sebelumnya telah membahas keefektifan dari bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi hasilnya kurang reliabel, mungkin karena datanya hanya jangka pendek atau masalah yang kurang spesifik. Pada penelitian ini kita menggunakan data yang caranya paling efektif untuk menguji hubungan antara bantuan luar


(55)

41

negri, investasi langsung luar negri, tenaga kerja, simpanan dalam negri dan pertumbuhan ekonomi di 36 negara-negara di Sub-Sahara Afrika pada periode 1980-2007. Selanjutnya, kita menggunakan Mean Group (MG), panel mean group (PMG) dan dynamic fixed effect (DFE) untuk memperoleh keterangan yang sangat pasti/akurat antara pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor internal (simpanan dan tenaga kerja) dan faktor-faktor-faktor-faktor eksternal (bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri). Hasil-hasil ini memunculkan kembali perdebatan disekitar perjalanan panjang faktor-faktor ekonomi di Sebagian-Sahara Afrika. Seperti faktor-faktor berasal dari teori pertumbuhan neoklasikal yang mana bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri dianggap sebagai faktor kapital tambahan. Akan tetapi, faktor-faktor eksternal dapat sesuai dengan faktor-faktor internal hanya jika negara tuan rumah memuaskan beberapa kondisi awalnya yang baru kita ungkapkan. Seperti yang dinyatakan di awal, beberapa kondisi seperti kebijakan fiskal, pemerintah yang baik, yang lebih sering didengar infrastruktur finansial, semuanya diperlukan untuk menyalurkan secara efektif pengaruh-pengaruh positif pada kapital eksternal dalam proses pertumbuhan di daerah, tetapi faktor-faktor internal sebaiknya tidak ditempatkan disamping kebijakan global pada strategi-strategi pembangunan ekonomi selama hal ini nampak di daerah.

Walaupun bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik, tapi tenaga kerja tetap menjadi faktor utama yang dapat


(56)

42

membantu perkembangan ekonomi di SSA. Hasil penelitian ini mungkin bermanfaat bagi perkembangan kebijakan negara-negara SSA. Akan jauh lebih baik untuk fokus pada faktor-faktor internal daripada faktor-faktor eksternal yang kebanyakan menjadi ragu-ragu ketika negara donor menghadapi sebuah resesi panjang. Beberapa strategi sebaiknya dibangun sekitar tenaga kerja dan simpanan dalam negri. Mengenai simpanan dalam negri, situasinya lebih rumit dengan menurunnya penghasilan tenaga kerja di daerah. Demikian, pemasukan kapital eksternal hanya dapat menyelesaikan masalah kelangkaan kapital, tetapi tidak dapat dipertimbangkan sebagai sebuah jurus ampuh untuk membantu perkembangan di Sub-Sahara Afrika.

Abdul Ghafar Ismail dan Agus Harjito (2003) meneliti tentang Exports and Economi Growth : The causality test for ASEAN Countries. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) dalam kasus negara-negara ASEAN selama periode 1966-2000. Keberadaan hubungan ini Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura


(57)

43

hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan negara-negara Thailand langsung. Implikasi kebijakan pada penelitian ini tidak optimistc untuk hipotesis pertumbuhan ekspor di kawasan ASEAN. Sebagai hasil untuk Indonesia, Singapura, dan Filipina ada bukti dari pola pertumbuhan yang dihasilkan mekanisme internal dan pertumbuhan ekspor berinteraksi dengan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah negara-negara ini akan berbeda dari Malaysia dan Thailand yang tidak ada hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi secara langsung.


(58)

44

Tabel.2.1. Penelitian Sebelumnya

No Judul Variabel Metode Hasil

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi di Suatu Negara (Studi Kasus Ekonomi Indonesia )

( Marzuki, 2006 )

 Jumlah Investasi

 Tingkat Inflasi

 Kadar Bunga

 Kadar Pertukaran

 Nilai eksport

 Analisis Regresi Berbilang

Hasil kajian didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran dan nilai eksport.

2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Di Indonesia. (Wahyuddin dan Muhammad Nasir, 2006)

 Investasi

 Inflasi

 Tingkat suku bunga

 Pendapatan nasional

 Tingkat kurs

 Pengangguran

Model regresi linear

berganda

Sebesar 99,63 % proporsi perubahan dalam investasi dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model, sedangkan sisanya 0,37 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.


(59)

45

3. Identifikasi Peran Ekspor, Investasi dan Liberalisasi Keuangan dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Studi Setelah Tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik)

(Rahmad Wibisono, 2003)

 Ekspor  Investasi  Liberalisasi keuangan  Pertumbuhan ekonomi Error correction model

Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan ekspor memiliki sumbangan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi)

(Jamzani Sodik & Didi Nuryadin, 2005)  PMA  PMDN  Laju angkatan kerja

 Laju inflasi

 Ekspor netto

Uji Hausman test

Selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative kecil.

Varibel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang negatif.


(60)

46

5. Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa

(Moussa Njoupouognigni, 2010)

Foreign Aid

Foreign Direct Investment Economic Growth Pooled Mean Group Estimator (PMG)

Efektifitas bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri pada pertumbuhan ekonomi agak kurang terpercaya karena data yang dipakai hanya data jangka pendek dan masalah yang tidak terperinci.Walaupun pengaruh dari bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri menunjukan pengaruh positif pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik.

6. Exports and Economi Growth : The causality test for

ASEAN Countries

( Abdul Ghafar Ismail and Agus Harjito, 2003)

 Eksport

 Pertumbuhan ekonomi

kointegrasi dan kausalitas

Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia


(61)

G. Kerangka Berfikir

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Terdapat tiga aspek yang ditekankan dalam pertumbuhan ekonomi, antara lain : proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertama, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu, melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Kedua, pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan income perkapita. Terdapat dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output total (Produk Domestik Bruto/PDB) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Ketiga, pertumbuhan ekonomi adalah perspektif jangka panjang. Kenaikan perkapita dalam satu atau dua tahun yan kemudian diikuti oleh penurunan output perkapita bukanlah pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama mengalami kenaikan output per kapita. Tetapi apabila dalam jangka panjang, output perkapita menunjukan kecenderungan yang jelas untuk menaik maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi telah terjadi.

Hampir semua kalangan menganggap bahwa pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi, seperti tercermin dalam tujuan pembangunan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan


(62)

48

dikembangkan dalam masyarakat. Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional.

Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang belum diproses, dan barang jadi.

Investasi terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output / pendapatan di kemudian hari. Investasi yang berasal dari dalam negeri disebut Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sedang investasi yang diperoleh dari pihak asing disebut Penanaman Modal Asing ( PMA).

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor dapat memperbesar kapasitas produksi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi.


(63)

49

Gambar. 2.1 Kerangka Berfikir

Regresi Berganda

 Koefisien Determinasi

 Uji Statistik t

 Uji Statistik F

Hasil dan Interpretasi Model Ekonometrika

Uji Asumsi Klasik

 Normalitas Data

 Multikolinearitas

 Heteroskedastisitas

 Autokorelasi Sektor Ekonomi

Variabel Independen :

 Penanaman Modal Asing (PMA)

 Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN)

 Ekspor Total

Variabel Dependen :

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


(64)

50

H. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan variabel – variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik. (Mudrajad, 2009:59). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga Penanaman Modal Asing berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

3. Diduga Ekspor Total berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

4. Diduga PMA, PMDN, dan Ekspor Total secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.


(65)

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Sedangkan variabel independennya (X) adalah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Ekspor Total. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series tahun 1990 sampai tahun 2009.

B. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara atau pihak lain. Penelitian kepustakaan meliputi kegiatan pencarian, pengumpulan dan pengkajian data dari sumber yang relevan dan dapat mendukung dalam penulisan skripsi ini. Seperti literatur beberapa buku, artikel, jurnal ekonomi, dan bahan lain seperti surat kabar, internet, dan media massa lain yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dibahas khususnya berkaitan dengan penelitian skripsi ini. Data sekunder yang


(1)

92

Wibisono, Rahmad, “Identifikasi Peran Ekspor, Investasi dan Liberalisasi Keuangan dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Studi Setelah Tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik)”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 1, No. 1, Yogyakarta, 2003.

Winantyo, R,dkk, “Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008.

http://lailamaharani.blogspot.com/

http://www.bkpm.go.id/contents/p16/PUBLIKASI++STATISTIK/17

http://www.Slidshare.net/Share/59297/checkoutthisslidsharePresentation:teori-teori pembangunan/theory hoolis.htm


(2)

93


(3)

94

Lampiran 1

Tabel

Data Variabel Penelitian

Tahun Pertumbuhan Ekonomi (M ilyar) PM A (Jut a) PM DN (M ilyar) Ekspor Total (M ilyar)

1990 948.213,50 1.344.930,0 2.398,6 48.911.256

1991 1.014.760,50 2.116.220,9 3.666,1 58.196.574

1992 1.083.350,60 4.025.426,6 5.067,4 70.447.350

1993 1.156.505,30 11.973.265,8 8.286,0 77.991.114

1994 1.244.467,60 8.315.496,0 12.786,9 88.317.747

1995 1.347.040,90 15.439.812,0 11.312,5 104.688.490

1996 1.451.727,90 11.038.257,0 18.609,7 118.808.536

1997 1.518.293,60 19.798.380,0 18.628,8 304.628.520 1998 1.317.245,10 39.412.170,0 16.512,5 395.665.560

1999 1.325.352,10 58.934.313,9 16.286,7 348.492.929

2000 1.389.770,20 92.699.399,0 22.038,0 583.033.740

2001 1.443.014,60 36.673.230,0 9.890,8 588.553.405

2002 1.504.380,60 27.524.535,4 12.500,0 510.370.925

2003 1.572.159,30 46.437.518,4 12.247,0 520.705.182

2004 1.656.757,54 42.805.044,7 15.409,4 670.103.440

2005 1.750.656,10 87.773.350,0 30.724,2 843.751.000 2006 1.846.654,90 55.105.664,9 20.649,0 927.044.724 2007 1.901.147,50 96.960.966,4 34.878,7 1.069.810.038

2008 2.082.103,70 164.953.568,8 20.363,4 1.519.830.276


(4)

95

Lampiran 3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pertumbuhan Ekonomi .113 20 .200 .970 20 .761

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 4 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1000614.769 44870.429 22.300 .000

PMA -.003 .001 -.423 -2.361 .031 .136 7.329

PMDN 14.035 3.493 .398 4.018 .001 .446 2.243


(5)

96

Lampiran 5 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

.964a .930 .917 97502.4092 1.333

Lampiran 6 Heteroskedastisitas

Lampiran 7 Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson


(6)

97

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1000614.769 44870.429 22.300 .000

PMA -.003 .001 -.423 -2.361 .031

PMDN 14.035 3.493 .398 4.018 .001

Ekspor .001 .000 1.021 5.649 .000

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Lampiran 9 Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.017E12 3 6.724E11 70.732 .000a

Residual 1.521E11 16 9.507E9

Total 2.169E12 19

a. Predictors: (Constant), Ekspor, PMDN, PMA b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi