Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing Dalam Pengaturan Penanaman Modal

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

AGUNG BUDI WIJAYA 110200105

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL

SKRIPSI

OLEH :

AGUNG BUDI WIJAYA 110200105

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

WINDHA, S.H., M.Hum NIP : 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. NIP : 195603291986011001 NIP : 197302202002121001


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim,

Alhamdulillahi Robbil a’lamiin, Segala puji hanya bagi ALLAH. Kita memuji-NYA, meminta pertolongan kepada-NYA, dan meminta ampunan-NYA. Dan kita berlindung kepada ALLAH dari keburukan diri-diri kita dan kejelekan amalan kita, barangsiapa yang ditunjuki oleh ALLAH maka tidak akan ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh ALLAH maka tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat beriring salam Penulis haturkan kepada junjungan umat, rahmat bagi sekalian alam, suri tauladan yang baik Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. “Ya ALLAH curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya ALLAH, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memproleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/I yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul yang

Penulis kemukakan “KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL


(4)

Besar harapan Penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Penulis sendiri. Walaupun Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ucapkan terima kasih yang sebaik-baiknya kepada:

Terkhusus kepada Ayahanda tercinta, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih atas do’a dan ridho ayah serta nasehat dan motivasi yang tak putus-putus diberikan kepada penulis. Dan kasih sayang ayah terhadap penulis yang sungguh tak terhingga dan tak akan pernah dapat terbalas, dalam kepenatan dan kesusahan tak henti-hentinya ayah berusaha menghantarkan penulis kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pengorbanan yang luar biasa dari seorang ayah. Sungguh penulis sangat menyayangi ayah serta ingin mengurangi beban ayah, itulah cita-cita penulis yang ingin sekali segera penulis wujudkan.

Untuk ibunda rahimahullahu tercinta, terima kasih banyak atas segala pengorbanan yang telah ibunda berikan ketika ibunda masih hidup, semoga pengorbanan tersebut berbuah pahala disisi ALLAH, dan ananda akan selalu mendoakan ibu agar kita bisa berkumpul lagi nanti di surga-NYA yang tinggi. Aamiin ya robbal ‘alamiin.

Kepada Kakanda-kakanda penulis tercinta dan adinda-adinda penulis yang tersayang, kalianlah rekan dan saudara terhebat, dimana canda, tawa, sedih dan susah adalah bumbu penyedap nikmatnya kekeluargaan, semoga kenikmatan ini tetap terjaga selamanya.


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah membantu, dan memberi petunjuk serta bimbingan sehingga skripsi ini akhirnya dapat selesai..

3. Bapak Syafruddin S. Hasibuan, S.H., M.H., DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Armansyah, S.H., M.Hum selaku Dosen Wali Penulis selama Penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu membantu dan membimbing Penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

7. Ibu Windha, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai pada Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen sebagai tenaga pendidik di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia memberi ilmu dan pandangan


(6)

hidup kepada Penulis selama Penulis menempuh ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11.Tak lupa pula kepada seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah turut membantu dan memberi kemudahan kepada Penulis. 12.Seluruh rekan-rekan penulis stambuk 2011, terutama kepada teman-teman di

BTM Aladdinsyah SH.

Juga kepada seluruh pihak-pihak yang turut membantu penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat, dan memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Medan, Mei 2015 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

1. Pengertian Kedaulatan Negara ... 9

2. Pengertian Penanaman Modal ... 11

3. Pengertian Negara Penerima Modal Asing ... 12

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II HUBUNGAN KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING ... 17 A. Tinjauan Umum Mengenai Kedaulatan Negara ... 17

1. Perkembangan pengertian kedaulatan Negara ... 17

2. Bentuk-bentuk Kedaulatan Negara ... 19

3. Teori-teori Tentang kedaulatan Negara ... 21

B. Tinjauan Umum Mengenai Penanaman Modal Asing ... 23


(8)

2. Dasar Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 28

3. Bentuk-bentuk Penanaman Modal Asing ... 32

4. Teori-teori Penanaman Modal Asing ... 37

C. Hubungan Kedaulatan Negara dan Penanaman Modal Asing 51 BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL ... 57

A. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 57

1. Pengaturan Penanaman Modal Asing Sebelum adanya UUPM ... 57

2. Pengaturan Penanaman Modal Asing dalam UUPM ... 61

B. Pengaturan Penanaman Modal dalam Perundingan Multilateral 79 1. Pengaturan Penanaman Modal dalam Kerangka TRIMs (Trade Related Investment Measures)... 79

2. Pengaturan Penanaman Modal dalam Kerangka GATS (General Agreement on Trade and Services) ... 88

BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL ... 92

A. Pengaturan Penanaman Modal Sebagai Bagian dari Kedaulatan Negara ... 92

B. Prinsip-prinsip Perdagangan Bebas yang Membatasi Pengaturan Penanaman Modal Negara Penerima Modal Asing ... 98

C. Pengaruh Perjanjian Internasional Terhadap Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing dalam Pengaturan Penanaman Modal ... 102

BAB V PENUTUP... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111


(9)

ABSTRAK

KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL

Agung Budi Wijaya25 Budiman Ginting **

Mahmul Siregar ***

Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 mengamanahkan bahwa segala sumber daya yang penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka Negara harus meguasai dan mengaturnya. Dalam era globalisasi saat ini dimana batas-batas fisik antar Negara semakin sulit untuk dibedakan bahkan tanpa batas menuntut Negara untuk lebih serius dalam melakukan pembangunan nasional dari berbagai sisi. Sumber pendanaan yang terbatas sedangkan pembangunan nasional yang terus berjalan, ditambah keadaan Negara berkembang yang sumber daya manusia dan pengetahuan serta teknologinya yang terbatas menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu alternatif penggerak pembangunan dan perekonomian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kedaulatan Negara atas wilayahnya. Kemudian munculah permasalahan, bagaimanakah sebenarnya hubungan antara kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bagaimana ketentuan nasional dan internasional mengaturnya serta apakah suatu perjanjian internasional dapat mempengaruhi kedaulatan suatu negara.

Metode yang digunakan dalam pembahasan rumusan masalah tersebut adalah metode penelitian hukum normatif dengan mengkaji dan menganalisis data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara normatif.

Kedaulatan negara dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang erat karena penanaman modal terkait dengan yurisdiksi wilayah suatu negara. Pengaturan penanaman modal Negara penerima modal asing menjadi kedaulatan penuh Negara tersebut. Pengaturan penanaman modal di indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Selain dalam peraturan nasional, pengaturan penanaman modal juga diatur dalam berbagai kesepakatan internasional diantaranya, dalam Trade Related Investment Measures (TRIMs) dan General Agreement on Trade and Services (GATS). Kedaulatan penuh Negara dalam pengaturan penanaman modal dipengaruhi prinsip-prinsip perdagangan yang terkait dengan penanaman modal juga dibatasi oleh kesepakatan-kesepakatan internasional yang terkait dengan penanaman modal yang ditandatanganinya. Keterkaitan suatu negara terhadap suatu kesepakatan internasional mensyaratkan negara untuk menyesuaikan peraturan hukum nasionalnya dengan kesepakatan internasional yang telah ditandatanganinya. Kaca kunci: Kedaulatan, Negara Penerima Modal Asing, Pengaturan

Penanaman Modal.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(10)

ABSTRAK

KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL

Agung Budi Wijaya25 Budiman Ginting **

Mahmul Siregar ***

Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 mengamanahkan bahwa segala sumber daya yang penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka Negara harus meguasai dan mengaturnya. Dalam era globalisasi saat ini dimana batas-batas fisik antar Negara semakin sulit untuk dibedakan bahkan tanpa batas menuntut Negara untuk lebih serius dalam melakukan pembangunan nasional dari berbagai sisi. Sumber pendanaan yang terbatas sedangkan pembangunan nasional yang terus berjalan, ditambah keadaan Negara berkembang yang sumber daya manusia dan pengetahuan serta teknologinya yang terbatas menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu alternatif penggerak pembangunan dan perekonomian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kedaulatan Negara atas wilayahnya. Kemudian munculah permasalahan, bagaimanakah sebenarnya hubungan antara kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bagaimana ketentuan nasional dan internasional mengaturnya serta apakah suatu perjanjian internasional dapat mempengaruhi kedaulatan suatu negara.

Metode yang digunakan dalam pembahasan rumusan masalah tersebut adalah metode penelitian hukum normatif dengan mengkaji dan menganalisis data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara normatif.

Kedaulatan negara dan penanaman modal asing memiliki hubungan yang erat karena penanaman modal terkait dengan yurisdiksi wilayah suatu negara. Pengaturan penanaman modal Negara penerima modal asing menjadi kedaulatan penuh Negara tersebut. Pengaturan penanaman modal di indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Selain dalam peraturan nasional, pengaturan penanaman modal juga diatur dalam berbagai kesepakatan internasional diantaranya, dalam Trade Related Investment Measures (TRIMs) dan General Agreement on Trade and Services (GATS). Kedaulatan penuh Negara dalam pengaturan penanaman modal dipengaruhi prinsip-prinsip perdagangan yang terkait dengan penanaman modal juga dibatasi oleh kesepakatan-kesepakatan internasional yang terkait dengan penanaman modal yang ditandatanganinya. Keterkaitan suatu negara terhadap suatu kesepakatan internasional mensyaratkan negara untuk menyesuaikan peraturan hukum nasionalnya dengan kesepakatan internasional yang telah ditandatanganinya. Kaca kunci: Kedaulatan, Negara Penerima Modal Asing, Pengaturan

Penanaman Modal.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala kebijakan di bidang pembangunan yang terkait dengan penanaman modal harus ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Didalam Pasal 33 ayat (2) dirumuskan bahwa, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara terencana, cermat, terukur dan proporsional. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut, tidak dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya mengandalkan modal dari sumber dana pemerintah, hampir dipastikan agak sulit untuk mencapai pembangunan yang dicita-citakan tersebut. Untuk itu perlu dicari sumber dana lain.26

Pembangunan itu tidak boleh menimbulkan keengganan apalagi menolak sama sekali untuk memanfaatkan potensi-potensi modal, teknologi, dan keahlian yang tersedia di luar negeri selama hal itu semua benar-benar diabdikan kepada kepentingan ekonomi rakyat tanpa mengakibatkan ketergantungan kepada luar negeri. Tegasnya harus dibuka pintu bagi Penanam Modal Asing (PMA) dengan

26

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Pemabahasan Dilengkapi dengan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), hlm.


(12)

pranata hukum investasi, sehingga diharapkan ada payung hukum yang jelas bagi pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Indonesia.27

Globalisasi ekonomi dewasa ini telah melahirkan berbagai kejadian baru dalam perkembangan ekonomi dunia, yaitu terjadinya era pasar bebas internasional, interdepedensi sistem yang baik dalam bidang politik maupun ekonomi, lahirnya berbagai lembaga ekonomi internasional, pengelompokan negara dalam kawasan ekonomi regional, maju pesatnya pelaku ekonomi transnational corporation, dan lahirnya military industrial complex. Hal ini tidak dapat dilaksanakan dalam kevakuman hukum dan kaidah-kaidah hukum sangat diperlukan untuk mengatur mekanisme hubungan agar tidak menjadi konflik kepentingan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa.28

Era globalisasi menjadikan batas non fisik antarnegara semakin sulit untuk dibedakan dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak yang sangat terasa terjadinya globalisasi yakni arus informasi yang begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai pihak khususnya kalangan pebisnis sangat memburu informasi, sebab siapa yang menguasai informasi dialah yang terdepan. Demikian juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain, begitu cepat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang digunakan dan dikembangkan oleh ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas satu negara dengan negara lain peluang untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka diri bagi investor asing, sangat terbuka luas.29

27

Ibid. hlm. 34.

28

Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi (Jakarta : Kencana, 2014), hlm.3-4.

29


(13)

Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat diandalkan oleh Negara-negara di dunia untuk menggerakan roda perekonomian negara. Penanaman modal asing dapat berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan kesempatan kerja, mengolah sumber-sumber potensi ekonomi dalam negeri. Penanaman modal asing diharapkan dapat pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup mayarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai bidang yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host country), karena dengan adanya penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat menjamin dan mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan bagi kepentingan publik.30

Penanaman modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya bersangkutan dengan tiga hal pokok yaitu, ekonomi, politik dan hukum. Tiga faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masuknya modal asing ke suatu negara. Dalam praktik masuknya penanaman modal asing ke suatu negara dengan perhitungan ekonomis saja kadang dapat mudah dilakukan, tetapi aspek politik dan hukum sebenarnya yang memegang peranan penting dalam efektivitas operasi modal asing tersebut. Bagi negara sedang berkembang termasuk dalam bagian dari pada rencana pembangunan ekonomi negara tersebut.31

Penanaman modal asing telah berkembang pesat pada akhir abad ke-20 melebihi perkembangan perdagangan internasioanal dan mempunyai keterkaitan secara prinsip dengan ekonomi nasional. Penanaman modal asing sejak tahun

30

M. Sornarajah, The Internasional Law Foreign Investment, (dalam) An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan

Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm 1.

31


(14)

1995 telah meningkat sebesar 40 %, mengalir dari negara maju ke negara berkembang.32

Bagi Indonesia sendiri penanaman modal asing di Indonesia menjadi sesuatu yang sifatnya tidak dapat dihindarkan (inevitable), bahkan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan pembangunan nasional Indonesia memerlukan pendanaan yang besar untuk dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebutuhan pendanaan tersebut tidak hanya dapat diperoleh dari sumber-sumber pendanaan dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.33

Hal itu yang menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang pada gilirannya diharapkan akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas.34 Seiring perkembangan waktu, negara-negara dewasa ini tengah menuju tahap integrasi ekonomi yang baru dengan kehadiran penanaman modal langsung ke bidang atau sektor yang semakin luas.35

Termasuk Indonesia sebagai negara dikawasan ASEAN, saat ini telah menyepakati integrasi pasar yaitu Asean Economic Community (AEC) 2015 bersama negara-negara anggota ASEAN lainnya, dimana dengan adanya AEC 2015 ini maka akan terjadi pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja

32

Ibid, hlm. 2.

33

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2013) , hlm. 2.

34

Ibid, hlm. 3.

35

Julius Deanne, Global Companies and Public Policy : The Growing Chlmlenge of foreign direct Investment, council on Foreign Relations Press for the royal Institute of


(15)

terampil dan juga arus modal yang lebih bebas, hal ini tentu akan mendorong peningkatan jumlah investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.

Selain kesepakatan integrasi pasar negara-negara ASEAN yang tahun ini mulai berlangsung, sebelumnya juga telah menjadi pokok perhatian yaitu kesepakatan-kesepakatan atau perjanjian-perjanjian baik bilateral maupun multilateral terkait dengan masuknya arus modal terutama melalui investasi, seperti General Agreement On Tariff and Trade (GATT), Asean China Free trade Area (ACFTA) dan kesepakatan-kesepakatan internasional lainnya dimana kesepakatan-kesepakatan internasional tersebut melahirkan suatu prinsip-prinsip yang kemudian harus dipedomani dan melekat kepada setiap negara-negara yag menyepakatinya, terutama dalam membuat suatu produk hukum nasional yang mengatur masalah-masalah yang menjadi objek dalam kesepakatan tersebut, yang dalam hal ini penanaman modal merupakan salah satunya. Prinsip-prinsip tersebut bertambah luas penerapannya sampai pada masalah-masalah yang terkait dengan pembangunan suatu negara melalui peraturan penanaman modal asing.36

Selain itu, terhadap negara-negara anggota World trade Organisation (WTO), yang telah meratifikasi kesepakatan perjanjian tentang pembentukan WTO yang mana merupakan produk hukum Putaran Uruguay terutama Indonesia, melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), berakibat kepada terikatnya negara tidak saja pada Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia tetapi juga terikat kepada

36

Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional, dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan

Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral, (Medan : Universitas Sumatera Utara, Sekolah


(16)

seluruh kesepakatan yang dihasilkan selama Putaran Uruguay, termasuk didalamnya Agreement on TRIM’s dan GATS.37

Penataan masalah-masalah investasi dalam kerangka WTO telah mengarah pada pembentukan sebuah rezim investasi multilateral,38 konsekuensi dari hadirnya rezim investasi multilateral adalah semakin terdesaknya kedaulatan negara untuk mengatur sendiri investasi asing yang berada diwilayah hukum negara tersebut.39

Berdasarkan uraian diatas, menarik kemudian untuk mengkaji masalah kedaulatan negara penerima penerima modal asing dalam membuat suatu peraturan penanaman modal kedalam skripsi penulis.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana hubungan kedaulatan negara dengan penanaman modal ?

2. Bagaimana pengaturan penanaman modal baik secara nasional maupun secara internasional?

3. Bagaimana pengaruh suatu perjanjian internasional terhadap kedaulatan negara penerima modal asing dalam membuat suatu regulasi penanaman modal?

37

Ibid, hlm. 13.

38

Ibid, hlm. 15.

39


(17)

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui hubungan antara kedaulatan negara dengan penanaman modal

b. Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal baik secara nasional maupun secara internasional

c. Untuk mengetahui pengaruh suatu perjanjian internasional yang dibuat oleh negara penerima modal asing terhadap kedaulatan negaranya didalam membuat suatu regulasi penanaman modal

2. Manfaat penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah : a. Secara teoritis

Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum ekonomi. b. Secara praktis

Dapat diajukan sebagai bahan pedoman dan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum, dan pemerintah agar lebih mengetahui dan memahami tentang batasan – batasan dalam membuat suatu regulasi dalam bidang penanaman modal, terutama penanaman modal asing dikaitkan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya yang terkait baik dalam skala nasional maupun internasional. Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja


(18)

memenuhi persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan atau ditegakkan dalam kenyataannya.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, skripsi ini berjudul “Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing dalam Pengaturan Penanaman Modal” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Beberapa skripsi yang sudah pernah ditulis terkait dengan penanaman modal antara lain, Beberapa Permasalahan Penanaman Modal Asing dalam Hubungannya dengan Hukum Ekonomi Internasional oleh Elvira Dewi Ginting, tahun 2003 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, kemudian Tinjauan Hukum Ekonomi Internasional Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Upaya Restrukturasi Perekonomian Indonesia tahun 2000, juga mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.

Perbedaan antara tulisan ini dengan berbagai tulisan yang sudah ada diatas terletak pada materi pembahasan tentang penanaman modal asing yang dikaitkan dengan kedaulatan negara. Dengan demikian ciri khas tulisan ini adalah pembahasan mengenai kedaulatan negara penerima modal asing, bagaimana pengaruh faktor eksternal seperti perjanjian internasional terhadap kedaulatan negara penerima modal asing, terutama dalam hal pengaturan penanaman modalnya, yang belum pernah dijumpai di tulisan-tulisan sebelumnya yang membahas tentang penanaman modal asing.

Penulisan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai


(19)

dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penanaman modal dan kedaulatan negara serta Peraturan Pemerintah dan kesepakatan – kesepakatan multilateral yang mengatur tentang penanaman modal, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik.

Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat dimintakan pertanggungjawabannya.

E. Tinjauan Pustaka 1. Kedaulatan negara

Kedaulatan negara diartikan sebagai suatu kekuasan tertinggi negara atas wilayahnya tanpa ada campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi suatu negara yang berlaku atas seluruh wilayah dan segenap rakyat dalam negara itu.40 Kedaulatan ini mempunyai empat sifat yaitu asli, permanen, tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas.

Schwarzenberger, secara singkat menjelaskan bahwa kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi (omnipotence) yang hanya dimiliki oleh negara. Kemudian Louis Henkin berpendapat bahwa kedaulatan digunakan untuk menggambarkan otonomi dan kekuasaan negara untuk membuat aturan-aturan hukum (hukum nasional) yang berlaku di wilayahnya dan membuat lembaga-lembaga negara. Dalam kedaulatan juga terefleksikan kekuasaan negara untuk mengadakan hubungan internasional dan tindakan-tindakan lain sebagai perwujudan

40

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Ilmu Negara (Umum dan Indonesia) (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hlm. 138.


(20)

kedaulatannya.41 Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja menyebutkan bahwa pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi yang mengandung dua pembatasan penting. Pertama, kekuasaan itu terbatas pada batas-batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu. Kedua, kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara dimulai.42

Yang dianggap orang pertama yang membahas persoalan kedaulatan adalah Jean Bodin (1530-1595), dimana dimasukan kedaulatan itu kedalam , ajaran politik (bahasa Belanda : souvereiniteit; bahasa Inggris : souvereignity; bahasa Perancis : souverainite; bahasa Italia : sovranus; bahasa Latin : superanus, yang artinya supremasi = di atas dan menguasai segala-galanya). Sehingga kedaulatan dapat diartikan kekuasaan yang tertinggi yaitu kekuasaan yang tidak berasal dan tidak di bawah kekuasaan lain. Bodin juga menggunakan kata kedaulatan ini dalam hubungannya dengan negara, yakni sebagai ciri negara, sebagai atribut negara yang membedakan negara dari persekutuan-persekutuan lainnya. 43

Definisi “kedaulatan” menurut Jean Bodin ini hanya meninjau souvereiniteit dalam hubungannya dengan masyarakat di dalam negeri itu saja. Jadi perumusannya bersifat intern, karena pada waktu itu hubungan antar negara belum intensif seperti sekarang ini. Tetapi keadaan sekarang , hubungan antara negara yang satu dengan yang lainnya sudah sedemikian luas, maka suatu negara pasti terkena pengaruh karena adanya hubungan antar negara tersebut.44

41

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo, 2003), hlm. 225-226.

42

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung : Alumni, 2003), hlm. 18.

43

Samidjo, Ilmu Negara (Bandung : Armico, 2002), hlm. 136. 44


(21)

2. Penanaman Modal

Beberapa pengertian investasi yang dapat dikemukakan diantaranya :45 a. Kamus Istilah Keuangan dan investasi

Digunakan istilah investment (investasi) yang mempunyai arti :

“Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula berarti menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana investor menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya.”

b. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Disebutkan, investasi berarti pertama, penanaman modal atau uang dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, dan kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.

c. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM). Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa :

“Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.”

Yang dimaksud penanaman modal disini adalah penanaman modal yang dilakukan secara langsung oleh investor lokal (domestic investment),

45


(22)

penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment) dengan kehadiran penanam modal tersebut di wilayah Republik Indonesia dengan cara membentuk badan hukum.

2. Negara penerima modal asing

Mengenai negara penerima modal asing, UUPM sendiri tidak memberikan pengertian mengenai negara penerima modal asing, pengertian negara penerima modal asing disebutkan didalam business dictionary yang menyebutkan bahwa negara penerima modal asing atau host country adalah :

“Nation in which individuals or organizations from other countries or states are visiting due to government invitation or meeting (suatu negara dimana seseorang atau badan hukum dari negara lain datang ke negara tersebut untuk melakukan suatu kegiatan penanaman modal).”46

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Nama lain dari Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Dikatakan sebagai penelitian perpustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.

46

http://www.businessdictionary.com/definition/host-country.html, diakses pada tanggal 22 Maret 2015.


(23)

Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan).47

Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subyektif (hak dan kewajiban). Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statuta approach) yaitu suatu metode penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Selain itu, dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.48

2. Data penelitian

Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan hukum primer

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)

47

Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 51.

48


(24)

yang didalamnya mencakup kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade Related Aspects of Investment Measures (TRIMs), dan the General Agreement on Trade in Services (GATS), Peraturan Pemerintah, Peraturan Kepala BKPM, dan Peraturan-Peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang pengaturan penanaman modal oleh negara penerima modal asing, seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan diatas.

c. Bahan hukum tersier

Yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis terhadap bahan-bahan yang digunakan seperti buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.


(25)

3. Analisis Data

Berdasarkan sifat penelitian yang digunakan yaitu mengunakan metode penelitian bersifat deskriptis analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data sekunder, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Metode penarikan kesimpulan yang digunakan adalah metode deduktif yaitu cara berfikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum kepada sesuatu yang sifatnya khusus.49

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL

ASING

Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum tentang kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bentuk-bentuk dan teori-teori kedaulatan negara, dasar hukun dan bentuk-bentuk

49


(26)

penanaman modal asing, serta hubungan kedaulatan negara dan penanaman modal asing.

BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA

NASIONAL DAN INTERNASIONAL

Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal asing dalam kerangka peraturan nasional dan kesepakatan-kesepakatan multilateral terutama General Agreement on Trade and Services atau GATS dan Trade Related Investment Measures atau TRIM’s.

BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL

Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal sebagai bagian dari kedaulatan negara, prinsip-prinsip perdagangan bebas yang membatasi penanaman modal, serta pengaruh perjanjian internasional terhadap pengaturan penanaman modal negara penerima modal asing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas dan saran terhadap pemasalahan tersebut.


(27)

BAB II

HUBUNGAN KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL ASING

A. Tinjauan Umum Mengenai Kedaulatan Negara 1. Perkembangan pengertian kedaulatan negara

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan perdagangan dan kegiatan investasi yang melintasi batas-batas negara, menurut para ahli menuntut untuk meninjau kembali konsep kedaulatan yang bersifat absolut dan kekal.50 Hubungan perdagangan yang menjurus kepada globalisasi yang bebas hambatan dan saling menguntungkan. Hubungan demikian mendobrak batas-batas teritorial Negara. Demi kepentingan dagang dan pertumbuhan ekonomi, negara-negara sepakat untuk ‘melonggarkan’ batas-batas wilayah negara guna memperlancar keluar-masuknya lalu lintas produk barang dan jasa serta investasi.51 Oleh karena itu, hubungan internasional yang kompleks ini membutuhkan pengaturan hukum internasional yang lebih kompleks dan adil, yang mengikat negara serta dapat dilaksanakan. Hal ini tidak akan pernah tercapai jika tetap berpegang teguh pada konteks kedaulatan yang absolut.

Para ahli hukum internasional banyak mengemukakan argumentasi bahwa konsep kedaulatan negara yang absolut jika diterapkan dewasa ini hanya akan menghasilkan kekacauan internasional, dimana tidak ada aturan main yang dapat membatasi tindakan negara-negara.52 Prinsip kedaulatan yang absolut dan

50

Mahmul Siregar., Op. Cit., hlm. 22. 51

Huala Adolf, Hukum ekonomi Internasional (Suatu Pengantar) (Jakarta : Rajawali Pers, 1997). Hlm. 225.

52Jonatan Charney, “

Universal International Law”, (dalam) Mahmul Siregar., Op. Cit.,


(28)

persamaan kedudukan tiap negara jika tidak dibatasi ruang lingkupnya melalui hukum internasional justru akan merugikan kepentingan negara-negara baru (negara berkembang dan terbelakang), karena secara faktual dalam hubungan internasional terdapat perbedaan kekuatan dan kemampuan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang.

Konsep kedaulatan negara yang absolut dan pembatasan kedaulatan melalui hukum internasonal bukanlah merupakan hal yang bertentangan satu sama lain, kedaulatan suatu negara diperoleh sebenarnya melalui penyerahan sebagian kewenangan dan hak dari rakyatnya untuk diatur pelaksanaannya secara baik oleh pemerintah tersebut. Rakyat yang membatasi kewenangannya melalui penyerahan sebagian kewenangan tersebut kepada negara adalah konsep yang dapat diterima secara universal. Oleh karena itu, jika negara pemegang kedaulatan tersebut kemudian menggunakannya dengan menyerahkan sebagian otonomi mereka membuat keputusan kepada organisasi-organisasi internasional untuk diatur secara lebih baik, maka hal ini juga semestinya dapat diterima. 53 Tentunya penyerahan tersebut harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.

Konsep negara absolut sebenarnya sulit untuk digunakan pada masa globalisasi seperti sekarang ini, konsep kedaulatan negara telah berkembang seiring perkembangan waktu, khususnya bagi negara-negara berkembang, dengan alasan-alasan kepentingan nasional mencoba untuk mengekang diri dari mesin pertumbuhan yang sangat kuat yang tidak bisa untuk dihindari. Yang terjadi malah fenomena “ilusi sumber daya” dimana mereka berfikir memiliki sumber

53


(29)

daya yang sangat besar untuk mensejahterakan rakyatnya padahal mereka sendiri tidak mampu untuk menggunakan sumber daya tersebut secara optimal tanpa keterlibatan para pelaku ekonomi global.54 Padahal jika diperhatikan bahwa penyerahan sebagian kedaulatan tersebut berdasarkan hukum internasional maupun melalui organisasi-organisasi internasional tidak menyebabkan kedaulatan tersebut hilang sama sekali, karena dalam sistim hukum internasional, begitu juga dalam organisasi-organisasi internasional, pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh negara-negara yang semula menyerahkan kedaulatan tersebut, bukan oleh pengurus-pengurus organisasi tersebut secara individu.55 2. Bentuk-bentuk kedaulatan negara

Pembentukan suatu negara ditentukan oleh kemerdekaan. Negara yang sudah merdeka atau berdaulat membutuhkan hukum untuk mengatur negaranya serta memperkuat kedaulatannya. Negara yang sudah merdeka atau berdaulat berhak mengatur negaranya sebagai bentuk dari kedaulatannya tersebut, bentuk kedaulatan tersebut dapat berupa kedaulatan kedalam maupun kedaulatan keluar, berikut pengertian dari kedua bentuk kedaulatan tersebut, yaitu :

a. Kedaulatan ke dalam (internal)

Ialah bahwa kekuasaan negara itu ditaati dan dapat dipaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya, dalam arti bahwa negara tersebut memiliki kekuasaan untuk mengorganisasi dirinya secara bebas dan memiliki otonomi untuk melaksanakan kekuasaan tersebut di dalam wilayahnya. Kedaulatan internal ini terbagi pula kedalam kedaulatan personal , teritorial dan fungsional.

54 Kennici Ohmae, Japan’s Administration for US Methods in an Open

Book, Wall Street Journal, (dalam) Mahmul Siregar., Ibid., hlm. 26.

55


(30)

Kedaulatan personal berkenaan dengan kekuasaan suatu negara terhadap warga negaranya dimanapun dia berada. Kedaulatan teritorial berkaitan dengan kekuasaan negara terhadap orang, kekayaan alam dan non-alam di dalam wilayahnya. Sedangkan kedaulatan fungsional adalah kedaulatan terbatas terhadap suatu wilayah (region) tertentu. Kedaulatan terbatas ini acap kali disebut pula dengan istilah “souvereign rights” atau hak-hak berdaulat. Misalnya hak berdaulat negara terhadap sumber kekayaan (perikanan) di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).56

b. Kedaulatan keluar

Ialah bahwa kedaulatn ini berkait dengan status dan kemampuan negara untuk mempertahankan diri terhadap serangan yang datang dari luar dan sanggup mengadakan hubungan-hubungan internasional. Pengertian status negara ini harus diartikan sebagai status negara tersebut dengan negara lain. Dalam hal ini menurut doktrin kedaulatan relatif (doctrine of relative souvereignty), semua negara berada dalam kedudukan yang sama menurut hukum internasional.57

Oleh karena itu, negara disatu sisi seharusnya dapat mengatur segala urusan negaranya membuat suatu aturan yang dapat dipaksakan kepada seluruh warga negaranya disisi lain juga dapat melakukan suatu kerjasama dengan negara lain dengan tetap mempertahankan kedaulatan negaranya agar kedaulatan tersebut dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat

56

Asif Qureshi, International Economic Law (dalam) Huala Adolf., Op Cit., hlm. 229. 57


(31)

3. Teori-teori tentang kedaulatan negara

Teori kedaulatan muncul untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul terkait dengan kedaulatan negara seperti darimana sebenarnya asal dari kedaulatan negara dan siapakah yang menguasai kedaulatan negara tersebut. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berikut akan dijabarkan mengenai beberapa teori mengenai kedaulatan negara, yakni ;

a. Teori Kedaulatan Tuhan

Teori ini mengajarkan bahwa pemerintah/negara memperoleh kekuasaan yang tertinggi itu dari Tuhan. Para penganut teori ini berpendapat, bahwa dunia beserta isinya adalah hasil ciptaan Tuhan. Penganut teori ini antara lain ; Augustinus, Thomas Aquinas, Marsilius dan lain-lain.58 Menurut Marsulius raja itu adalah wakil daripada Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan atau memegang kedaulatan di dunia.59 Oleh karena itu, kekuasaan raja tidak boleh dibantah oleh rakyatnya, karena membantah perintah raja berarti menentang tuhan.60

b. Teori Kedaulatan Rakyat

Menurut teori ini, negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya dan bukan dari Tuhan atau dari raja.61 Yaitu bahwa semula individu-individu itu dengan melalui perjanjian masyarakat membentuk masyarakat, dan kepada masyarakat inilah individu itu menyerahkan kekuasaannya, yang selanjutnya masyarakat inilah yang menyerahkan

58

Samidjo., Op. cit., hlm. 143

59

Soehino, Ilmu Negara (Yogyakarta: Liberty, 1986), hlm. 153.

60

Samidjo., Loc. Cit.

61


(32)

kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi sebenarnya raja itu mendapatkan kekuasaannya dari individu-individu tersebut.62

c. Teori Kedaulatan Negara

Menurut teori ini, negara dianggap sebagai suatu kesatuan idea yang paling sempurna, negara adalah satu hal yang tertinggi, yang merupakan sumber dari segala sumber kekuasaan. Jadi negaralah sumber kedaulatan dalam negara. Karena itu negara (dalam arti pemerintah) dianggap mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap life, liberty dan property dari warga negaranya. Warga negara bersama-sama hak miliknya itu, apabila perlu dapat dikerahkan untuk kepentingan kejayaan negara. Mereka taat kepada hukum, tidak disebabkan suatu perjanjian, tetapi karena hukum itu adalah kehendak negara.63

d. Teori Kedaulatan Hukum

Menurut teori kedaulatan hukum yang memiliki bahkan yang merupakan kekuasaan tertinggi didalam suatu negara adalah hukum itu sendiri. Karena baik raja atau penguasa maupun rakyat atau warga negara, bahkan negara itu sendiri semuanya tunduk kepada hukum. 64 hukum itu tidak tergantung pada kehendak manusia, yaitu hukum adalah sesuatu dengan kekuatan memerintah yang terdapat dalam perasaan hukum manusia, yang sering memaksa manusia bertindak juga bertentangan dengan kehendaknya sendiri atau bertentangan dengan suatu

62

SoehiNomor, loc, cit., hlm 160

63

Ibid, hlm. 146

64


(33)

kecenderungan tertentu padanya. Hukum berdaulat, yaitu diatas segala sesuatu, termasuk negara.65

B. Tinjauan Umum Mengenai Penanaman Modal Asing 1. Pengertian penanaman modal asing

M. Sornarajah dalam bukunya The International Law on Foreign Investment, memberikan definisi terhadap penanaman modal asing sebagai berikut :

“Foreign investment involves the transfer of tangible or intangible asets from one country into another for the purpose of their use in that country to generate wealth under the total or partial control of the owner of the asset.”66

Artinya penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain,tujuannya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan dibawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian. Dalam definisi ini, penanaman modal asing (PMA) dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang satu ke negara lain. Tujuan penggunaanya adalah mendapatkan keuntungan.67

Sedangkan sekretariat organisasi perdagangan dunia (sekretariat WTO) memberikan definisi atau pengertian apa yang dimaksud dengan penanaman modal asing yaitu :

65

Loc cit, hlm 151.

66

M. Sornarajah, The international law on foreign investment, (dalam) An An Chandrawunlan., Op. Cit., hlm. 37.

67

Salim., Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), hlm 149.


(34)

“When an investor based in one country (the home country) acquires an aset in another country (the host country) with the intent to manage the aset. The management dimension is what FDI distinguished from porto folio investment in foreign stock, bonds and other financial instruments.”68

Draft Text dari perjanjian Multilateral mengenai Penanaman Modal (Multilateral Investment Agreement) yang dibuat oleh OECD memberikan definisi yang sangat luas tentang penanaman modal asing termasuk didalamnya tidak hanya penanaman modal asing langsung, tetapi juga portofolio investment.

Penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment) yaitu kegiatan penanaman modal asing yang melibatkan pengalihan dana (transfer of funds), proyek yang memiliki jangka waktu yang panjang (long-term project), bertujuan memperoleh pendapatan regular (the purpose regular income), adanya partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana (the participation of the person transferring the funds), dan adanya risiko usaha (business risk).69 Selain itu, penanaman modal asing langsung juga berarti adanya kehadiran fisik penanam modal asing, ia hadir dan menjalankan usahanya dengan mendirikan suatu badan usaha yang berstatus sebagai badan usaha asing, sehingga ia harus tunduk dan mengikuti ketentuan hukum yang ada disuatu negara dimana dia melakukan penanaman modal asing.70 Sedangkan penanaman modal portofolio (portofolio invesment/foreign indirect ivestment) adalah penananaman modal asing yang dilakukan melalui pasar modal atau bursa dengan cara pembelian efek (securities), sehingga tidak melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang bersifat jangka

68

WTO Secretariat, Trade and Foreign Direct Investment, PRESS/57, (October 9, 1996), hlm. 6.

69

David Kairupan., Op. Cit., hlm. 19. 70


(35)

panjang dan karenanya pendapatan yang diharapkan juga bersifat jangka pendek dalam bentuk capital gain atau selisih harga antara jual dan beli saham di bursa efek.71 Penanam modal juga tidak perlu hadir secara fisik (dalam arti mendirikan badan usaha) juga tidak perlu terlibat dalam manajemen perusahaan secara langsung, karena tujuannya buakanlah untuk mendirikan perusahaan melainkan membeli saham dengan tujuan untuk menjual kembali.72

Draft Text OECD mengemukakan bahwa penanaman modal asing adalah : Every kind of aset owned or controlled, directly or indirectly, by an investor, including :

(i) An enterprice (being a legal person or any other entity constituted or organized under the applicable law of the contracting party, whether or not to profit, and whether private or government owned or controlled, and includes a corporation, trust, partnership, sole proprietorship, branch joint venture, association or organitation); (ii) Share, stocks or other forms of euity participation in an enterprice,

and right derived therefrom;

(iii) Bonds, debentures, loans and other form of debt and rights derived therefrom;

(iv) Right under contract, including turnkey, construction, management, production or revenue-sharing contract;

(v) Claims to money and claim to performance;

(vi) Rights conferred pursuant to law or contract such as concessions, licenses, authorization, and permits;

(vii) Intellectual property right;

(viii) And other tangible and intangible, movable and immovable property and any related property right, such as leases, morgages, liens and pledges;73

Dari definisi atau pengertian yang dikemukakan diatas terlihat bahwa terdapat definisi yang begitu luas terhadap penanaman modal asing yang dikemukakan oleh OECD dalam Draft Text Perjanjian Multilateral di bidang penanaman modal, di dalamnya termasuk portofolio investment, debt instrument, intellectual property rights (Hak Kekayaaan Intelektual) dan contractual rights.

71

David kairupan., Loc. Cit. hlm. 19.

72

Sentosa Sembiring., Loc. Cit., hlm. 41.

73


(36)

Definisi yang luas dapat mengakibatkan pertentangan dengan negara penerima modal asing (host country) tentang konsep penanaman modal asing. Penentuan definisi atau pengertian penanaman modal asing bukanlah didasarkan pada pendekatan secara akademis, tetapi berdasarkan pada aktivitas bisnis yang sama yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan multinasional.74

Kecenderungan dari beberapa perjanjian internasional dalam bidang penanaman modal asing mencakup definisi yang luas bagi penanaman modal asing. Tujuan dari definisi yang luas adalah untuk menjamin bahwa perlindungan melalui perjanjian dapat diberikan bagi aktivitas sehubungan dengan penanaman modal asing. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pihak dalam perjanjian, untuk menegosiasikan apa yang menjadi lingkup dari penanaman modal asing tersebut.75

Negara pemilik modal (capital-exporting countries) biasanya mempunyai kepentingan perlindungan penanaman modal asing yang dilakukan oleh warga negaranya konsekuensinya bagi mereka membuat definisi yang luas sedapat mungkin dipakai, karena lebih menguntungkan. Sedangkan bagi negara penerima modal (capital-importing countries) secara tradisional menginginkan tetap mempertahankan sebesar mungkin kekuasaannya untuk mengatur penanaman modal asing. Oleh karena itu, negara penerima modal mendukung definisi yang sempit dari penanaman modal asing atau agar supaya dapat meminimalisasi kewajiban-kewajiban liberalisasi mereka dalam suatu perjanjian internasional.76

74

Ibid, hlm. 43.

75

Ibid.

76

Daniel D. Bradlow and Alfred Escher (Eds), Legal Aspect of Foreign Direct


(37)

Sedangkan UUPM, dalam Pasal 1 angka 3, mendefinisikan “Penanaman Modal Asing” sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”. Berdasarkan uraian ini maka jelas yang dimaksud dengan penanaman modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), dimana terdapat penggabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) dan modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic capital).77

Modal didefinisikan sebagai aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis (Pasal 1 angka 7), sedangkan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing (Pasal 1 angka 8). Batasan penanam modal asing yaitu perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia (Pasal 1 angka 6).

Pasal 2 UUPM mengatur secara tegas bahwa ketentuan dalam undang-undang ini berlaku bagi penanaman modal disemua sektor di wilayah negara Republlik Indonesia. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal tersebut menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “penanaman modal disemua sektor di wilayah

77


(38)

Republik Indonesia” adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio. Namun demikian UUPM tidak memberikan definisi secara jelas apa yang dimaksud dengan “penanaman modal langsung (direct investment) dan “penanaman modal tidak langsung (indirect investment) atau “penanaman modal portofolio”.78 Definisi keduanya dapat dijumpai dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN) yang menyebutkan bahwa :

“...penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung, yakni oleh pemiliknya sendiri, atau tidak langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan Negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka waktu sekurang-kurangnya satu Tahun.”

Uraian diatas menjelaskan bahwa penanaman modal asing sebenarnya adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pihak asing (pemodal asing) atau pihak asing yang berpatungan dengan pihak lokal (penanam modal asing), dimana penanaman modal asing itu bersifat langsung dan tidak mencakup penanaman modal asing yang dilakukan secara tidak langsung melalui badan usaha Indonesia.79

2. Dasar hukum penanaman modal asing di Indonesia

Penanaman modal asing di Indonesia diatur dalam UUPMtentang Penanaman Modal yang merupakan pengganti dari undang-undang penanaman

78

David Kairupan., Op. Cit., hlm. 20.

79


(39)

modal yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang –Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN). Berbeda dengan UUPMA dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, maka dalam undang-undang penanaman modal yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur dalam satu kesatuan.

Pengaturan penanaman modal asing berdasarkan undang-undang penanaman modal selanjutnya diatur dalam berbagai instrumen peraturan perundang-undangan yang sifatnya cukup kompleks, karena mencakup pengaturan yang sifatnya multidimensi. Berikut adalah beberapa peraturan pelaksana dari UUPM yang perlu diperhatikan dalam pengaturan penanaman modal asing di Indonesia :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah;

b. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

c. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbukadengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

d. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal;


(40)

e. Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 Tahun 2011 tentang TataCara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal;

f. Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan tata Cara Permohonan Penanaman Modal;

g. Peraturan Kepala BKPM Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2010;

h. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik;

i. Peraturan Kepala BKPM Nomor 89/SK/2007 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan bagi Perusahaan Penanam Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu;

j. Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Selain peraturan perundang-undangan yang mengatur secara langsung masalah penanaman modal sebagaimana disebutkan diatas, peraturan perundang-undangan di bidang lainnya juga perlu diperhatikan, seperti peraturan yang mengatur masalah kewenangan pemberian izin sehubungan dengan penanaman modal, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, perpajakan, kepabeanan, pertanahan, alih teknologi (transfer of technology), persaingan usaha yang sehat, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, peraturan-peraturan yang bersifat


(41)

sektoral seperti telekomunikasi, perhubungan, industry, perdagangan, pertambangan, perkebunan, kehutanan, atau bahkan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.80

Secara konteks aspek internasional, perangkat peraturan yang meratifikasi konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional yang terkait dengan masalah penanaman modal juga perlu kiranya diperhatikan antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang didalamnya mencakup kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), Trade Related Aspects of Investment Measures (TRIMs), dan the General Agreement on Trade in Services (GATS);

b. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986 tentang Pengesahan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency; c. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan

Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbital Award;

d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1968 tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing mengenai Penanaman Modal (Convention on the Settlement oh Investment Disputes between States and Nationals of Other States); serta,

e. Perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan kerjasama investasi dan perdagangan internasional lainnya yang bersifat bilateral

80


(42)

(Bilateral Investment Treaty) maupun multilateral (Asia Pasific Economic Cooperation, Asean Free Trade Agreement, Asean China Free Trade Agreement, Asean Comprehensive Investment Agreement).

3. Bentuk-bentuk kerjasama penanaman modal asing

Apabila mengacu kepada pengertian Penanamanm Modal Asing dalam Pasal 1 angka 3 UUPM dan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dapat ditemukan dua bentuk penanaman modal asing, yaitu :

a. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Patungan adalah bersama-sama mengumpulkan uang untuk suatu maksud tertentu;

b. Langsung, dalam artian seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara dan atau badan hukum asing.81

Mengenai bentuk kerjasama penanaman modal asing, Ismail Sunny mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) macam bentuk kerja sama antara modal asing dan modal nasional, yakni : joint-venture, joint enterprise, dan kontrak karya. Selain ketiga bentuk kerja sama tersebut, masih terdapat juga bentuk lain yang dalam kenyataannya atau dalam praktik dilakukan oleh pemodal khususnya pemodal asing. Dengan kata lain, terdapat berbagai macam bentuk kerja sama yang dilakukan oleh para penanam modal khususnya penanam modal asing dengan pemodal nasional.

81


(43)

Berikut akan dijelaskan bentuk kerja sama tersebut masing-masing meskipun secara limitatif, yakni :82

a. Joint-venture

Suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara penanam modal asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka (kontraktuil), dimana tidak membentuk suatu badan hukum baru seperti halnya pada joint-enterprise.

Beberapa bentuk joint-venture :

1) Technical assistance (service) contract

Yaitu suatu bentuk kerja sama yang dilakukan antar pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method).

Misalnya, suatu perusahaan modal nasional sepanjang yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan technical assistance dari perusahaan modal asing diluar negeri dengan cara pemabayaran dalam bentuk royalti yakni pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan. 2) Franchise and brand-use agreement

Yakni suatu bentuk usaha kerja sama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti, Coca-Cola,

82

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 60.


(44)

Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’Donalds, Kentucky Fried Chicken, dan sebagainya.

3) Manajemen contract

Yaitu suatu bentuk usaha kerja sama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan sautu perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperti, Hilton Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan sebagainya.

4) Build, Opertaion and Transfer (B.O.T)

Yaitu suatu bentuk kerja sama yang relatif masih baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerja sama antara para pihak di mana suatu objek dibangun, dikelola atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli. Misalnya, pihak swasta nasional mempunyai gedung atau bangunan mengadakan kerja sama dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu Department Store ataupun Hotel dimana biaya pembangunan, perencanaan, pelaksnaan operasinya dilaksanakan oleh pihak asing dengan jangka waktu sesuai kerja sama lalu kemudian diserahkan kepada pihak nasional.

b. Joint-enterprise

Merupakan suatu kerja sama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu


(45)

perusahaan atau badan hukum baru yang bertujuan menjalankan usaha di daerah tujuan investasi. Joint-enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.

Pasal 5 ayat (3) UUPM tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa : “penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbata dilakukan dengan :

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; b. Membeli saham; dan

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”83

c. Kontrak karya (Contract of Work)

Merupakan suatu bentuk usaha kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum indonesia dan badan hukum ini megnadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yagn mempergunakan modal nasional. Bentuk kerja sama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti ; kontrak karya antara PT. Pertamina (persero) dengan PT. CaltecPasific Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Caltec International Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat. Besarnya imbalan tergantung pada kesepakatan kontrak karya tersebut.

Perjanjian kontrak karya pengawasan (controle), manajemen, marketing, dan lain tindakan yang berhubungan dengan pengambilan, pengolahan, distribusi, dan penjualan barang yang diproduksi di Indonesia sepenuhnya ada di tangan pihak saing, dan boleh memindahkan

83


(46)

haknya itu kepada seorang subkontraktor dengan berdasarkan ketentuan dan hukum yang berlaku di Indonesia.

d. Production sharing

Suatu bentuk kredit untuk memenuhi kebutuhan akan modal dan alat perlengkapan dari luar negeri. Dinamakan production sharing atau bagi hasil, oleh karena kredit yang diperoleh dari pihak asing beserta bunganya akan dikembalikan dalam bentuk hasil produksi perusahaan yang bersangkutan, yang biasanya dikaitkan dengan suatu ketentuan mengenai kewajiban perusahaan nasional untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. Dengan kata lain, production sharing adalah suatu perjanjian kerja sama kredit antara modal asing denga pihak nasional yang memberikan kewajiban kepada pihak nasional untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. Besarnya biaya dan investasi serta pemilikan teknologi untuk menjalankan usaha menjadi latar belakang diadakannya production sharing. Imbalan bagi hasil tergantung kepada kesepakatan kontrak (production sharing agreement).

e. Penanaman modal dengan DICS-Rupiah

Merupakan suatu bentuk campuran atau variasi antara kredit dann penanaman modal. Jika pada production sharing suatu perusahaan nasional memperoleh modala asing dalam bentuk kredit, maka dalam penanaman modal DISC-Rupiah ini kredit modal asing yang tidak dijamin pemerintah asing dan telah jatuh tempo dapat di ubah menjadi penanaman modal asing di Indonesia. Kebiijakan tersebut disebut Debt Investment Convertion Scheme (DISC).


(47)

Oleh sebab itu, pelunasan utang-utang tersebut di atas, yang semula diperhitungkan berdasarkan valuta asing tetapi dibayar dengan rupiah terjadi dengan DISC-Rupiah yang merupakan kertas perbendaharaan negara berbunga 3% seTahun.

f. Penanaman modal dengan kredit investasi

Kredit luar negeri via kredit investasi menjadi modal nasional yang setelah bergabung dengan modal asing dalam joint venture dapat digolongkan sebagai penanaman modal asing. Bentuk ini banyak dilakukan oleh pemodal dalam negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang ada di Indonesia.

g. Portofolio investment

Penanaman modal yang dilakukan melalui pembelian saham atau efek suatu perusahaan yang sudah berdiri, melalui bursa saham atau bursa efek.84 Pendapatan yang diharapkan lebih bersifat jangka pendek dalam bentuk capital gain yang diperoleh pada saat penjualan efek tersebut dan bukan pendapatan yang bersifat regular. Investor dalam portofolio investment tidak terlibat dalam manajemen perusahaan sehingga tidak terkait langsung denga risiko kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan target atau perusahaan dimana investasi tersebut dilakukan, melainkan lebih dikaitkan dengan risiko pasar dari efek yang di beli.85 4. Teori-teori penanaman modal asing

Hal yang penting dalam perkembangan penanaman modal asing adalah perkembangan dari banyaknya terori-teori yang mencoba menjelaskan mengapa

84

Budiman Ginting, Mahmul Siregar., Ibid.

85


(48)

perusahaan penanaman modal menjadi isu utama dalam penanaman modal asing, mengapa perusahaan multinasional atau penanam modal memilih satu dari beberapa negara yang dijadikan lokasi bagi aktivitas bisnis penanam modal dan mengapa mereka menggunakan suatu model khusus untuk masuk kedalam suatu negara penerima modal (host country).

Teori-teori ini juga menjelaskan mengapa beberapa negara lebih berhasil dibandingkan negara lain dalam menarik penanaman modal asing ke negaranya.86 Teori-teori ini telah memainkan peranan yang penting dalam pembentukan rezim hukum penanaman modal asing baik secara nasional maupun internasional.87

Pertentangan teori-teori penanaman modal asing telah memengaruhi pembentukan hukum penanaman modal. Semua teori memusatkan perhatiannya pada pembanguna ekonomi negara penerima modal (host country), khususnya Negara berkembang. Para ahli hukum yang membuat perlindungan bagi penanaman modal asing bersandar pada teori-teori ekonomi yang mengutamakan pengaruh pengaruh positif dari penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi.

Pembentukan prinsip-prinsip hukum penanaman modal asing tidak dapat terlepas dari pertimbangan-pertimbangan teori-teori ekonomi mengenai penanaman modal asing. 88

Sornarajah menyebutkan terdapat 3 teori dalam penanaman modal asing yaitu : 89

86

Imad A. Moosa, Foreign Direct Investment, Theory, Evidence and Practice, (dalam) An An Chandrawulan., Op. cit., hlm. 56.

87

Sheriff H. Seid, Global Regulation of Foreign Direct Investment, (dalam) An An Chandrawulan., Ibid.

88

Ibid.

89


(49)

a. Teori Klasik dan Neo Klasik (The Clasiccal and Neo Classical Theory on Foreign Investment)

Teori ekonomi klasik dalam penanaman modal asing menyatakan bahwa penanaman modal asing secara keseluruhan menguntungkan ekonomi negara penerima modal. Terdapat beberapa faktor yang mendukung pandangan teori klasik dan neo klasik ini, yaitu :90

Pertama, merupakan fakta bahwa modal asing yang dibawa ke negara pemilik modal menjamin bahwa modal nasional/domestik yang tersedia dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.91 Masuknya modal dan penanaman modal asing kembali oleh penanam modal asing yang bersala dari keuntungan yang tidak dikembalikan ke negaranya, akan meningkatkan tabungan dari negara penerima modal (host country). Penghasilan pemerintah melalui pajak meningkat dan pembayaran-pembayaran lain juga akan menigkat.92 Lebih jauh lagi, modal asing yang masuk ke negara penerima modal mengurangi pembatasan neraca pembayaran dari negara penerima modal. Secara umum, penanaman modal meningkatkan aktifitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kedua, penanam modal asing biasanya membawa serta teknologi yang terdapat dinegara pemilik modal dan menyebarkan teknologi tersebut di dalam negara penerima modal.

90

Kojima K, Japanese and American Direct Investment in Asia :A Comparative Analysis dalam An An Chandrawulan., Ibid.

91

M. Sornarajah (dalam) An An Chandrawulan., Ibid. hlm. 57.

92


(50)

Ketiga, dengan masuknya modal asing berarti terciptanya lapangan kerja baru. Tanpa penanaman modal asing kesempatan untuk bekerja tidak akan didapat.

Keempat, pekerja-pekerja yang dipekerjakan pada perusahaan penanaman modal asing akan mendapat keahlian sehubungan dengan teknologi yang dibawa dan diperkenalkan oleh penanam modal asing. Keahlian dalam bidang manajemen dari proyek-proyek besar akan beralih kepada tenaga ahli lokal.

Kelima, fasilitas-fasilitas infrastruktur akan dibangun baik oleh pemerintah maupum perusahaan penanaman modal asing dan semua fasilitas seperti transportasi, kesehatan, pendidikan yang diperuntukan bagi penanaman modal asing akan juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Sherif H. Seid menyebut teori klasik ini sebagai teori Neo-Klasik (Neo-Classical Economic Theory) yaitu suatu teori yang merupakan alat penggerak di belakang globalisasi bagi liberalisasi rezim perdagangan dan penanaman modal. Teori ini telah berperan penting dalam perdebatan tentang pengaturan penanaman modal secara global.

Tidaklah mudah mengemukakan secara pasti mengenai definisi dari teori ini, tetapi teori ini sebenarnya didasarkan kepada teori kegunaan atau utility dari Jeremy Bentham Tahun 1870-an, dan dari teori ekonomi Alfred Marshal Tahun 1879. Teori neo-klasik ini mengemukakan bahwa


(1)

136

menjadi hak dari negara penerima modal asing. Namun, kepenuhan kedaulatan tersebut terbatasi dengan adanya perjanjian international yang ditanda tangani oleh negara penerima modal asing, kesepakatan tersebut mengikat negara-negara yang menandatanganinya begitu juga dengan negara penerima modal asing, sehingga negara tersebut harus melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik (pacta sunt servanda). Keterkaitan suatu negara bukan berarti bahwa kekuasaan tertinggi (kedaulatan) negara tersebut menjadi hilang atau tergerogoti. Negara tersebut tetap berdaulat, hanya untuk tindakan-tindakan tertentunya saja yang terkait dengan kesepakatan yang diberikan, negara tersebut terikat untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan kesepakatannya. Kesepakatan internasional mensyaratkan negara untuk menyesuaikan peraturan hukum nasionalnya dengan kesepakatan internasional yang telah ditandatanganinya. Suatu negara yang telah menanda tangani suatu perjanjian internasional tidak bisa menjadikan kedaulatan sebagai alasan untuk tidak mematuhi isi perjanjian, karena pada hakekatnya penandatangan adalah suatu tindakan berdaulat suatu negara, manakala negara telah melakukan tindakan berdaulatnya, maka tidak ada alasan lagi bagi negara tersebut untuk menyatakan bahwa tindakannya tersebut telah melanggar kedaulatannya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan diantaranya adalah :

1. Untuk menarik penanam modal asing kedalam negeri harus dilakukan dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya


(2)

terutama dalam bidang perizinan, dalam mengurus perizinan penanaman modal harus dilakukan dengan cepat, mudah dan tidak berbelit-belit, bukan hanya wacana ditingkat pemerintah pusat namun juga prakteknya di daerah harus sesuai dengan apa yang diperintahkan pemerintah pusat. Kemudahan tersebut juga harus diiringi dengan pengawasan dan pengendalian dari pemerintah, karena penanaman modal ini sangat erat hubungannya dengan kedaulatan negara, kegiatan swastanisasi sektor-sektor penanaman modal diharapkan tidak melanggar dan tetap menjunjung tinggi apa yang di amanahkan oleh pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Liberalisasi penanaman modal juga harus diiringi dengan perbaikan sumber daya manusia dan juga perbaikan sektor industri lokal agar lebih kompetitif dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Sehinggga liberalisasi penanaman modal yang di negara berkembang banayak diidentikan dengan neoliberalisme tidak mendzolimi masyarakat kecil dan menengah serta menyebabkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin dan menderita. negara-negara paling tidak harus memperkuat keadaaan ekonomi mereka dahulu sebelum membuka peluang investasi seluas-luasnya, menghilangkan hambatan-hambatan dan swastanisasi sektor-sektor penting.

3. Saat ini indonesia telah terikat dengan berbagai kesepakatan internasional di bidang penanaman modal, yang berakibat pada tunduknya indonesia kepada perjanjian tersebut, dan menyebabkan berkurangnnya kedaulatan indonesia pada bidang-bidang yang disepakati dalam perjanjian. Hal ini


(3)

138

terntu harus sangat diperhatikan oleh pemerintah. Jangan sampai penandatangan perjanjian karena hanya proses tersebut sudah dianggarkan tanpa persis tahu kegunaan dan manfaat yang akan dihasilkan, karena selain memperlukan proses transformasi kedalam hukum nasional dan infrastruktur penunjang, efek yang ditimbulkan juga begitu signifikan terkait dengan kedaulatan negara, baik dalam menentukan kebijakan maupun didalam melakukan pengaturan.


(4)

A. BUKU

Adolf, Huala. Hukum Ekonomi Internasional (Suatu Pengantar). Jakarta : Rajawali Pers, 1997.

. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta : Rajawali Pers, 2005.

. Perjanjian Penanaman Modal dalam hukum Perdagangan Internasional (WTO). Jakarta : Rajawali Pres, 2004.

Ali, zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Sinar Grafika, 2009.

Chandrawulan, An An. Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal. Bandung : PT. Alumni, 2011.

Harjono, Dhaniswara K. Hukum Penanaman Modal : Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana, 2006.

Kairupan, David. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jakarta : Kencana, 2013.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Ilmu Negara (Umum dan Indonesia). Jakarta : Pradnya Paramita, 2004.

Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes. Pengantar Hukum Internasional. Bandung : Alumni, 2003.

Manan, Abdul. Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Kencana, 2014.

Nasution, Asmin. Transparansi dalam Penanaman Modal. Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008.

Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Jakarta : Sinar Grafika, 2010.

Salim dan Budi Sutrisno. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers, 2008.

Samidjo. Ilmu Negara. Bandung : CV. Armico, 1986.


(5)

115

Siregar, Mahmul. Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral. Medan : universitas Sumatera Utara, Sekolah Pasca Sarjana, 2008.

Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta : Liberty, 1980.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, 2007. Suratman dan Philips Dillah. Metode Penelitian Hukum. Bandung : Alfabeta,

2013.

Untung, Hendrik Budi. Hukum Investasi. Jakarta : Sinar Grafika, 2010.

B. UNDANG-UNDANG

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil, Menengah dan Koperasi

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar

Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

General Agreement on Trade and Tariff (GATT) Trade Related Investment Measures (TRIMs) General Agreement on Trade and Services (GATS)

C. BAHAN AJAR PERKULIAHAN

Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Hukum Investasi (Power Point)

D. JURNAL

Siregar, Mahmul. Perdagangan Internasional dalam Undang-Undang Penanaman Modal, Medan.

. . GATS dan Kedaulatan Hukum di Bidang Ekonomi, Medan.


(6)

. Siregar, mahmul. Peraturan Penanaman Modal dalam Undang-Undang Penanaman Modal di Indonesia, Medan.

Zaidun, Muchammad. Keterkaitan Prinsip-prinsip Hukum Antara Penanaman Modal Asing dengan Perdagangan Internasional, Malang : Yuridika, 2006.

E. LAPORAN PENELITIAN

Kompendium Bidang Hukum Investasi, Badan pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

F. WEBSITE

http://www.businessdictionary.com/definition/organization.html (diakses pada 02 Maret 2015).

http://trade-info.cec.eu.int/doclib/docs/2003/april/tradoc_111121.pdf h. 1 (diakses pada 4 Maret 2015).

https://www.wto.org/english/tratop_e/trims_e.htm (diakses pada 8 Maret 2015). https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm6_e.htm (diakses pada

8 Maret 2015).

http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/trade-related-investment-measures-trims.html (diakses pada 15 Mei 2015).