Manajemen Risiko Ekspor Ikan Hiasneon Tetra Pada Ptharlequin Aquatics, Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

i

MANAJEMEN RISIKO EKSPOR IKAN HIAS NEON
TETRA PADA PT HARLEQUIN AQUATICS, DI
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

HANDAYANI PUTRI
H34104106

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul manajemen risiko
ekspor ikan hias neon tetra pada PT Harlequin Aquatics, di Kabupaten

Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Handayani Putri
NIM H34104106

iii

ABSTRAK
HANDAYANI PUTRI. Manajemen Risiko Ekspor Ikan Hias Neon Tetra Pada
PT Harlequin Aquatics, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh
ANNA FARIYANTI.
Usaha ekspor ikan hias PT Harlequin Aquatics merupakan kegiatan usaha yang
sangat berkembang, disamping itu PT Harlequin Aquatics sering menghadapi

beberapa risiko yang berdampak merugikan untuk perusahaan. Berdasarkan
permasalahan yang terdapat dilokasi penelitian maka tujuan dari penelitian adalah
mengidentifikasi sumber risiko dalam ekspor ikan hias neon tetra, menganalisis
risiko yang dihadapi dalam ekspor ikan hias neon tetra dan menyusun strategi
yang dilakukan untuk menganalisis risiko yang dihadapi di PT. Harlequin
Aquatics. Sumber risiko kemudian dianalisis seberapa besar probabilitas dan
dampaknya dengan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yaitu metode
z-score dan VaR.Berdasarkan hasil analisis probabilitas atau kemungkinan
terjadinya risiko menggunakan metode Z-score,diperoleh nilai probabilitas dan
dampak yaitu 2,14 persen danRp.110.770.504. Strategi preventif yang diusulkan
adalah: pemilihan cargo, menerapkan SOP karyawan dan mengembangkan
sumber daya manusia, bimbingan teknis dan pelatihan. Strategi Mitigasi yang
diusulkan adalah: melakukan kerjasama dengan pembeli dan cargo, meningkatkan
tanggung jawab kerja dan keterampilan, mengganti sistem pembayaran dan
mengganti sistem order.
Kata Kunci : Metode Z-Score, Value at risk
ABSTRACT
HANDAYANI PUTRI. Export Risk Management of Ornamental Fish Neon Tetra
At PT Harlequin Aquatics, in Bogor, West Java. Supervised by ANNA
FARIYANTI.

Ornamental fish export business of PT Harlequin Aquatics is a highly developed
business activities, in addition to the PT Harlequin Aquatics often face some risk
that adverse impact to the company. Based on the problems found in the location
of the research, the purpose of the study is to identify the sources of risk in the
export of ornamental fish neon tetra, analyze the risks faced by the export of
ornamental fish neon tetra and develop strategies undertaken to analyze the risks
faced in PT. Harlequin Aquatics. Sources of risk are then analyzed how much the
probability and impact to the method of qualitative analysis and quantitative
analysis of the z-score method and the results of the analysis VaR.Berdasarkan
probability or likelihood of the risk of using the Z-score method, the value of the
probability and impact of 2.14 percent danRp. 110 770 504. Preventive strategy is
proposed: the selection of cargo, implement SOPs employees and develop human
resources, technical assistance and training. Mitigation strategies are proposed:
cooperation with buyers and cargo, increasing job responsibilities and skills,
change the payment system and change order system.
Keywords : Z-Score method, Value at Risk

iv

MANAJEMEN RISIKO EKSPOR IKAN HIAS NEON TETRA

PADA PT HARLEQUIN AQUATICS, DI KABUPATEN BOGOR,
JAWA BARAT

HANDAYANI PUTRI
H34104106

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

v

Judul Skripsi

Nama
NIM

:Manajemen Risiko Ekspor Ikan Hias Neon Tetra pada
PT. Harlequin Aquatics, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat
: Handayani Putri
: H34104106

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini tentang
manajemen risiko, dengan judul Manajemen Risiko Ekspor Ikan Hias Neon Tetra
pada PT.Harlequin Aquatics, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir Anna Fariyanti, M.Si dan
Ir.Harmini,M.Si selaku pembimbing serta ibu Dr.Ir. Netti Tinaprilia, MM dan ibu
Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Darmawan Siddiq dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bapak Hendra Iwan
Putra Direktur PT.Harlequin Aquatics, yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Handayani Putri


vii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitiaan
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Komoditas Ikan Hias
Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Definisi dan Konsep Risiko

Konsep Manajemen Risiko
Proses Pengelolaan Risiko
Lingkup Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Pemetaan Risiko
Penanganan Risiko
Penghindaran Risiko (Preventif)
Mitigasi Risiko
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Pengukuran Risiko
Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas)
Pengukuran Dampak Risiko
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
Visi, Misi dan Tujuan

Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Sumber Risiko Pada PT. Harlequin Aquatics
Unit Produksi
Unit Pemasaran (Penjualan)
Unit Pasar
Unit Sumber Daya Manusia
Unit Keuangan
Analisis Risiko Ekspor Ikan Neon Tetra

vii
ix
ix
ix
1
1
3
5
5
5

6
6
7
9
9
9
11
13
14
15
15
16
17
18
19
21
21
21
21
22

22
22
23
24
24
25
25
31
31
31
32
32
32
32
33

viii

Analisis Probabilitas Risiko Penjualan Ikan Hias Neon Tetra
Analisis Dampak Risiko Ekspor Ikan Hias Neon Tetra
Strategi Penanganan Risiko
Strategi Preventif (Strategi Penghindaran Risiko)
Strategi Mitigasi (Strategi Pengurangan Risiko)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

33
35
37
37
40
43
43
43
45
48
59

ix

DAFTAR TABEL
1.
2
3
4
5
6
7
8
9

Produk Domestik Bruto Nasional Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tahun 2004-2011 .................... 1
Perkembangan Produksi dan Ekspor Ikan Hias Indonesia
Tahun 2009 – 2011 ............................................................................... 2
Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun
2007-2011 ............................................................................................. 3
Daftar Penelitian Terdahulu .................................................................. 9
Daftar Sarana dan Prasarana Yang di Miliki PT. Harlequin
Aquatics .............................................................................................. 26
Nama Nama Karyawan PT. Harlequin Aquatics ................................ 29
Hasil Analisis Probabilitas Risiko Penjualan Ekspor Ikan Hias
Neon Tetra Pada Tahun 2013 ............................................................. 35
Dampak Risiko Penjualan Ikan Hias Neon Tetra pada PT
Harlequin Aquatics 2013 .................................................................. 36
Data negara tujuan, waktu tempuh dan cargo pengiriman ................. 39

DAFTAR GAMBAR
1

Tingkat Kematian Neon tetra berdasarkan negara tujuan
PT.Harlequin Aquatics Periode Januari – April 2013
2 Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan
3 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output Yang
Dihasilkan
4 Peta Risiko
5 Peta Preventif Risiko
6 Alternatif Strategi Menghadapi Risiko
7 Kerangka Pemikiran Operasional
8 Tahapan Monitoring Kondisi Ikan
9 Struktur Organisasi PT. Harlequin Aquatics
10 Ikan Neon Tetra
11 Kegiatan Operasional PT. Harlequin Aquatics
12 Peta Risiko

4
10
14
16
17
19
20
28
30
31
31
37

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Harga Rata-Rata Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2013
Daftar Harga PT.Harlequin Aquatics

46
49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan mencapai 1 922
570 km² dan luas perairannya 3 257 483 km². Luas perairan Indonesia yang
melebihi luas daratannya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim1.
Sektor perikanan memegang peranan penting dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Secara nasional sektor
perikanan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk
Domestik Bruto.
Potensi pengembangan ikan hias di Indonesia begitu besar karena Indonesia
pada saat ini menduduki peringkat kelima sebagai negara eksportir ikan hias
terbesar di dunia. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya,
termasuk jenis-jenis ikan hias asli yang dapat dieksploitasi atau dibudidayakan.
Jumlah spesies ikan hias air tawar Indonesia lebih dari 450 spesies dari total 1 100
spesies ikan hiar air tawar di dunia. Untuk ikan hias air laut memiliki lebih dari
700 jenis spesies yang sebagian besar hanya terdapat di Indonesia 2. Potensi ini
apabila ditangani secara serius antara pemerintah dan seluruh stakeholders ikan
hias Indonesia maka Indonesia akan mampu bersaing di pasar internasional dan
menjadi eksportir terbesar di dunia
Besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto
Nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tahun 2007 sampai tahun 2011 nilai
kontribusi sektor perikanan terus mengalami peningkatan. Peningkatan nilai PDB
tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang memiliki
prospek yang baik di masa mendatang, sehingga dapat menjadi andalan untuk
kemajuan perekonomian Indonesia.
Tabel 1. Nilai (Rupiah) Produk Domestik Bruto Nasional Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tahun 2007-2011
Lapangan Usaha

2007

2008

2009

2010

2011

Tanaman Bahan
Makanan
Tanaman
Perkebunan
Peternakan

265 090,9

349 795

419 194,8

482 377,1

52 9967,8

81 664

105 960,5

111 378,5

136 048,5

153 709,3

61 325,2

83 276,1

104 883,9

119 371,7

129 297,7

Kehutanan

36 154,1

40 375,1

45 119,6

48 289,8

51 781,3

Perikanan

97 697,3

137 249,5

176 620

199 383,4

226 691

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011
Perkembangan produksi budidaya ikan hias Indonesia selama tahun 20092011 cukup baik, hal ini terlihat dari target produksi ikan hias yang terus
meningkat naik setiap tahunnya. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa
ikan hias mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan memegang peranan
penting dalam sektor perikanan. Pada Tabel 2 juga dijelaskan mengenai
perkembangan ekspor ikan hias dari tahun 2009-2011 yang terus meningkat,
1
2

www.indonesia.go.id Luas daratan Indonesia (diakses 14 Maret 2013)
www.kkp.go.id Potensi Pengembangan Ikan Hias (di akses 14 Maret 2013)

2

meningkatnya perkembangan ekpor di Indonesia merupakan peluang bagi para
eksportir karena ikan hias merupakan salah satu komoditas ekspor yang
diunggulkan karena memiliki nilai ekonomis dan berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. Perkembangan produksi dan ekspor ikan hias Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Ekspor Ikan Hias Indonesia Tahun 2009 2011
No
1
2
3

Tahun
2009
2010
2011

Jumlah Produksi (Ekor) Nilai Ekspor (US$ Juta)
566 342 000
15,25
605 054 000
17,99
792 000 000
18,26

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas
perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat
dijadikan sumber pendapatan devisa bagi negara, ikan hias memiliki daya tarik
tersendiri untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini
banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih pada usaha ikan hias.
Kelebihan dari usaha ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar
maupun kecil ataupun skala rumah tangga, selain itu perputaran modal pada usaha
ini relatif cepat. Posisi Indonesia yang menduduki peringkat kedua sebagai
pemasok ikan hias ditingkat pasar dunia, masih menghadapi berbagai kendala,
terutama yang berkaitan dengan ketersediaan produk (stok), kontinuitas serta
transportasi, selain itu kontinuitas produksi yang masih sulit dikendalikan (karena
pengaruh iklim dan hama penyakit), keterbatasan penerbangan ke mancanegara,
mengakibatkan pengiriman produk tidak sesuai dengan permintaan
Iklim Indonesia yang tropis cocok untuk budidaya berbagai jenis ikan hias
dan kemungkinan dapat berproduksi sepanjang tahun. Sumberdaya alamnya juga
mendukung yaitu lahan masih luas, sumber air melimpah, dan pakan alami juga
masih banyak ketersediaannya di alam. Pembudidayaannya tidak terlalu sulit
karena didukung oleh iklim Indonesia yang sangat sesuai (Lesmana dan Iwan
2006). Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah sentra produksi ikan hias
yang ada di Provinsi Jawa Barat. Menurut data yang diperoleh produksi ikan hias
di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang positif yakni dengan adanya
peningkatan jumlah produksi ikan hias setiap tahunnya dan harga rata-rata ikan
hias di Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Berdasarkan data dari Dinas Perikanan
dan Peternakan (Dinaskan) Kabupaten Bogor tahun 2007-2010 perkembangan
produksi ikan hias terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010 dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 7,96 persen. Hal
tersebut berarti bahwa prospek budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor cukup
baik. Besarnya perkembangan produksi ikan hias di Bogor dapat dilihat pada
Tabel 3.

3

Tabel 3. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 20072010
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16

Jenis Ikan
Corydoras
Cupang
Discus
Gupi
Ikan Koi
Ikan Tetra
Manvis
Maskoki
Plati Padang
Rainbow
Boster
Black Ghost
Blue eye
Neon Tetra
Ikan Hias lainnya

2007
4 700 000
5 480 000
1 969 000
8 609 000
3 445 000
11 770 000
3 926 000
6 262 000
4 451 000
3 219 000
3 866 000
4 713 000
2 283 000
7 585 000
2 238 000

Produksi (Ekor)
2008
2009
5 070 000
8 051 000
5 910 000
6 693 000
2 120 000
8 875 000
9 299 000
38 000
3 714 000
4 377 65
13 385 000
8 706 000
4 230 000
2 383 000
6 754 000
5 043 000
4 810 000
7 726 000
3 540 000
2 441 000
4 142 000
4 958 000
5 070 000
4 458 000
2 438 000
5 054 000
8 956 000
10 820 000
2 193 000
2 830 000

2010*
8 592 000
7 130 000
9 050 000
1 256 000
4 640 000
9 369 000
3 789 000
5 681 000
8 190 000
2 712 000
5 256 000
4 725 000
5 328 000
11 469 000
3 269 000

Keterangan: *) Angka Sementara
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2014

Dilihat pada Tabel 3 perkembangan produksi ikan neon tetra di Kabupaten
Bogor pada tahun 2007 sampai dengan 2010 termasuk sangat tinggi dan terus
meningkat hal ini disebabkan oleh banyaknya permintaan akan ikan tersebut. Ikan
hias air tawar merupakan ikan hias yang memiliki beragam corak dan warna
sehingga setiap jenisnya berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini
menyebabkan ikan hias air tawar banyak diminati oleh masyarakat dan mulai
diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Neon tetra merupakan salah satu ikan
pajangan akuarium yang cukup menarik. Kehadirannya sebagai ikan hias air tawar
bukan hanya menarik perhatian para hobiis, melainkan para pengusaha. Ikan kecil
yang hanya dapat mencapai 4 cm ini, termasuk salah satu yang mempunyai nilai
ekspor.
Ikan yang pada sisi perutnya berwarna merah dengan strip biru muda
memanjang dibagian tengah dan berwarna gelap pada bagian punggung, cocok
untuk dipajang diakuarium. Artinya, ikan ini bisa hidup bersama dengan ikan hias
lain dalam satu akuarium. Neon Tetra betah hidup pada suhu antara 20 - 26 derajat
Celcius. Diantara ikan - ikan yang tergabung dalam kelompok tetra dari keluarga
Characidae, neon tetra termasuk ikan yang sulit untuk dikembangkan. Hal inilah
yang membuat neon tetra mampu bertahan dengan harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan hias lain yang sejenis. Meskipun secara fisik, jantan
dan betina mudah dibedakan. Ikan jantan umumnya lebih ramping dibandingkan
betina. Demikian juga garis yang terdapat pada badannya, pada yang jantan
berbentuk lurus, sedangkan pada yang betina melengkung.
Perumusan Masalah
PT. Harlequin Aquatics merupakan salah satu usaha kecil menengah yang
bergerak dalam bidang pemasaran ekspor khususnya ikan hias. Letak usaha
berada di Raiser Ikan Hias Cibinong, Jalan Raya Bogor KM 47 Cibinong-Bogor .
PT. Harlequin Aquatics memiliki sejumlah buyer di antaranya adalah Eropa,
Amerika dan negara-negara di Asia. Ikan yang selalu masuk dalam daftar
penjualan ekspor di PT. Harlequin Aquatics adalah ikan neon tetra.

4

Pasar ekspor ikan neon tetra ini terbuka di Singapura, Amerika Serikat dan
Eropa, peluang bisnis untuk ikan neon tetra ini semakin terbuka lebar karena baru
Indonesia dan China yang berhasil membenihkan neon tetra, budidaya ikan ini di
China tak bisa berlangsung sepanjang tahun karena ada perbedaan musim
sedangkan budidaya ikan ini di Indonesia berlangsung sepanjang tahun. Selain itu,
ikan ini tergolong kuat dan tidak gampang mati, disamping itu neon tetra termasuk
golongan ikan yang berumur pendek sehingga para penggemar ikan hias akan
lebih sering membeli ikan hias neon tetra sehingga menguntungkan para penjual.
Ikan neon tetra ini tergolong menarik karena memiliki warna dasar abu-abu
dengan garis biru hijau menyala yang biasa disebut garis neon memanjang dari
insang hingga pangkal ekor. Neon Tetra (Paraceirodon Innesi) merupakan ikan
hias yang mempunyai keunggulan yaitu permintaannya tidak pernah surut, sejak
awal budidaya sampai saat ini, permintaan dari pasar ekspor masih besar dan
pembudidayanya masih sedikit.
Usaha Ekspor ikan hias Neon Tetra yang dilakukan oleh PT. Harlequin
Aquatics tidak lepas dari risiko usaha dalam setiap aktivitas usahanya salah satu
risiko yang dihadapi adalah risiko pengiriman. Risiko yang dihadapi dalam
pengiriman oleh PT. Harlequin Aquatics adalah tingkat kematian ikan pada saat
pengiriman dimana ada batas toleransi kematian yang ditetapkan oleh pihak yang
mengajukan order sebesar maksimal 10 % , dengan pengertian bahwa kondisi ikan
yang diterima oleh pihak pengaju order harus dalam kondisi yang baik, baik dari
sisi jumlah ataupun kesehatan ikan. Apabila kematian ikan melebihi 10 % maka
pembeli tidak akan membayar ikan yang telah dikirim oleh perusahaan. Gambar I
memperlihatkan tingkat kematian pada periode pengiriman bulan Januari sampai
dengan April 2013.
700
600

kazakstan

500

yordan

400

lebanon
Arab

300
Turki

200

Mesir

100

Rusia

0
Januari

Februari

Maret

April

Gambar 1. Tingkat Kematian Neon tetra berdasarkan negara tujuan PT.Harlequin
Aquatics Periode Januari – April 2013

Sumber : PT. Harlequin Aquatics

Dari Gambar I terlihat bahwa dalam setiap pengiriman terdapat risiko
kematian, oleh sebab itu PT. Harlequin Aquatics sangat memperhatikan quality
kontrol terhadap produknya karena angka kematian yang tinggi akan

5

mengakibatkan kerugian yang cukup besar bahkan juga akan menghadapi pinalty
dari pihak pengaju order. Selain itu kesehatan ikan juga menjadi faktor kunci
untuk diterimanya produk di negara tujuan karena ada sistem biosecurity untuk
komoditi ikan hidup yang masuk ke negara tujuan yang ditetapkan oleh
pemerintah setempat. Tidak adanya sistem kontrak di perusahaan juga
menyebabkan pendapatan pada perusahaan menjadi berfluktuasi. Perusahaan
menggunakan sistem pembayaran 1-2 minggu pembayaran setelah ikan dikirim
hal ini mengakibatkan piutang tak tertagih yang sering terjadi sehingga
perusahaan menjadi rugi, penipuan yang menyebabkan perusahaa merugi kadang
terjadi karena sistem order yang hanya dilakukan melalui web tanpa bertemu
langsung dengan pembeli.
Dari uraian-uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
menjadi fokus penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja sumber- sumber risiko yang terjadi di PT.Harlequin Aquatics?
2. Bagaimanakah alternatif strategi usaha ekspor ikan hias Neon Tetra oleh
PT. Harlequin Aquatics dalam mengantisipasi risiko yang terjadi?
Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi sumber risiko dalam ekspor ikan hias neon tetra di PT.
Harlequin Aquatics
2. Menganalisis risiko yang dihadapi dalam ekspor ikan hias neon tetra di
PT. Harlequin Aquatics.
3. Menyusun strategi yang dilakukan untuk menganalisis risiko yang
dihadapi PT.Harlequin Aquatics
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan informasi
serta sebagai referensi bagi pihak-pihak berkepentingan sebagai berikut :
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitianpenelitian berikutnya dengan topik penelitian sejenis
b. Bagi Perusahaan
1. Pengambil keputusan di PT. Harlequin Aquatics sebagai bahan dalam
pengambilan kebijakan baik bersifat ekspansif ataupun preventif.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam Manajemen Risiko
3. Memberikan alternatif bagi perusahaan dalam melakukan Manajemen
Risiko
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitiaan
1.

Ruang Lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengukuran risiko hanya dilakukan untuk data penjualan yaitu tingkat
kematian ekspor ikan hias neon tetra di PT. Harlequin Aquatics Bulan Januari
– Desember 2013, untuk sumber risiko yang lain didapatkan berdasarkan
hasil wawancara langsung ke lapangan.

6

2.

3.

4.
5.

Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan Metode Nilai Standar (ZScore), pengukuran yang dilakukan merupakan hasil akumulasi dari beberapa
sumber risiko yang terdapat diperusahaan
Hasil pengukuran risiko akan dimasukkan kedalam peta risiko yang bertujuan
untuk membantu perusahaan merancang tindakan yang tepat menghadapi
risiko, untuk pemetaan merupakan hasil akumulasi dari tingkat kematian yang
terdapat diperusahaan, pemetaan dilakukan berdasarkan hasil dari pengukuran
risiko dan wawancara langsung ke lapangan.
Startegi yang digunakan untuk penanganan risiko pada penelitian ini adalah
strategi praventif dan strategi mitigasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Harlequin Aquatics dengan alamat Jl.
Raya Bogor Km 47 Cibinong-Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli 2012 – Desember 2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Komoditas Ikan Hias
Indonesia menjadi Negara produsen ikan hias yang menjadi incaran banyak
Negara lain. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki kekuatan dan
kelebihan dalam sumber daya alam dan potensi pengembangan budidayanya.
Kekayaan Hayati Indonesia sudah banyak dikenal, dalam bisnis ikan hias dunia,
produk Indonesia dikenal memiliki banyak spesies, baik ikan hias air tawar
maupun ikan hias air laut. Dari 1 100 spesies ikan hiar air tawar yang ada di
dunia, 400 spesies di antaranya berasal dari Indonesia, Indonesia memiliki 650
spesies ikan air laut3. Potensi ini membanggakan karena dengan begitu Indonesia
di kenal sebagai produksi ikan hias terbesar di dunia. Peningkatan industri
budidaya ikan hias air tawar di Indonesia dikuti dengan peningkatan permintaan
pasar ekspor maupun lokal. Hal ini menuntut pelaku bisnis untuk menjamin
ketersediaan jumlah benih yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pada umumnya bisnis ikan hias tidak jauh berbeda dengan bisnis tanaman hias
yang dalam pemasarannya sering terjadi trend yaitu tidak menjadi mutlak jika
ikan yang saat ini harganya mahal bisa jadi sangat murah dikemudian hari
tergantung dari peminat ikan hias atau hobiis.
Nilai estetika ikan hias yang menjadi daya tarik para hobiis juga turut
mengangkat peningkatan bisnis ikan hias ini. Beberapa parameter yang digunakan
oleh para pembudidaya dan hobiis yang menjadikan ikan hias mahal diukur dari
bentuk badan, fisik, warna, maupun tingkah lakunya. Sebagai manfaatnya ikan
hias yang dibudidayakan memiliki nilai tersendiri bagi para pemiliknya karena
ikan hias biasanya dipajang di tempat terbuka dalam aquarium besar. Usaha ini
disebut aquabisnis yaitu bisnis ikan hias yang menciptakan karya seni dengan
memadupadankan ikan dan tanaman hias dalam aquarium.
Menurut Darti (2009) karakteristik ikan hias dibagi menjadi empat bagian
yaitu:
1) Berdasarkan perilaku makan yaitu kelompok jenis ikan hias yang terdiri
dari ikan pemakan binatang lain (karnivora), pemakan tumbuhan
(herbivora), dan pemakan segalanya (omnivora).
3

www.kkp.go.id Ikan Hias Indonesia (di akses 18 Maret 2012)

7

2)

Berdasarkan sifat aktifnya saat mencari makanan, kelompok ini terdiri akan
ikan nocturnal (pencari makan pada malam hari) seperti Cobitidae serta
kelompok ikan diurnal (pencari makan pada siang hari) seperti Cyprinidae,
Poecilidae, dan Chichlidae.
3) Berdasarkan tempat hidup, kelompok jenis ikan hias yang loncat ke atas
permukaan air seperti Panchax dan Epiplatus, ditengah perairan, di dasar
perairan, dan di dekat dasar perairan, serta di dalam lubang (media
bebatuan dan tanaman)
4) Berdasarkan cara berkembang biak, jenis ikan dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian besar, yaitu ikan yang mengeluarkan telurnya dan
dibiarkan menetas sendiri tanpa dijaga induknya, jenis ikan yang menjaga
telurnya, dan jenis ikan yang telurnya langsung berhubungan dengan salah
satu induk. Selain tiga kelompok tersebut, ada kelompok lain yang
berkembang biak dengan bantuan pemijahan buatan atau stimulasi hormon.
Hal ini dilakukan karena ikan tersebut tidak bisa memijah sendiri atau sulit
memijah alami. Mayoritas ikan dalam kelompok ini merupakan ikan yang
baru dibudidayakan atau masih belum mampu beradaptasi dengan
lingkungan budidaya yang baru.
Neon Tetra (Paracheirodon Innesi) merupakan jenis ikan hias air yang
termasuk keluarga characin (family characidae, ordo characi formes). Jenis tetra
ini merupakan ikan asli perairan Amerika Selatan, warnanya yang cerah membuat
jenis ikan ini dapat terlihat pada perairan sungai pedalaman yang gelap dan hal ini
merupakan salah satu sebab populernya jenis ikan ini sebagai ikan hias. Neon
tetra memiliki warna yang cerah, terdapat garis horizontal berwarna biru-hijau
sepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya
oleh beberapa peneliti, penelitian ini merupakan analisis manajemen risiko
ekspor. Oleh karena itu, diperlukan beberapa hasil penelitian yang berhubungan
dengan topik tersebut. Penelitian terdahulu diantaranya adalah penelitian
Fransmudiyanto (2011) menjelaskan analisis risiko produksi ikan hias pada PT
Taufan Fish di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sumber-sumber risiko
produksi budidaya ikan hias pada PT Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca
atau iklim, serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang
tidak terampil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi diperoleh
nilai coefficient variation pada ikan discus, lobster dan manvis masing-masing
sebesar 0,413942; 0,441235. Makna angka tersebut adalah bahwa setiap satu
rupiah yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0,413942 untuk jenis ikan
hias discus. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai coeffiicient variation ikan
hias lobster lebih tingi dibandingkan discus dan maanvis, artinya bahwa usaha
budidaya ikan hias lobster memiliki risiko lebih tinggi dibanding ikan hias
maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena survival rate yang diperoleh
rendah akibat dari proses budidaya yang relatif sulit serta kondisi iklim atau cuaca
yang tidak dapat diprediksi.
Berdasarkan nilai coefficient variation pada portofolio dua jenis ikan hias
diperoleh hasil bahwa diversifikasi manvis dan lobster memiliki risiko paling

8

tinggi yaitu sebesar 0,460505 jika dibandingkan dengan diversifikasi discus dan
lobster serta maanvis dan discus masing-masing sebesar 0,448754 dan 0,425119.
Berdasarkan hasil analisis risiko portofolio untuk tiga jenis ikan hias yaitu discus,
lobster, serta maanvis diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,44703.
Strategi yang digunakan pada skripsi ini adalah diversifikasi komoditas yang
diproduksi, kegiatan diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk
meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi survival rate, Selain itu,
untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan penerapan teknologi terbaru untuk
menghasilkan benih ikan hias unggul, serta peningkatan manajemen pada PT
Taufan Fish Farm untuk melakukan fungsi manajemen yang tepat dan terarah.
Arfah (2009) menganalisis tentang risiko penjualan anggrek Phalaenopsis
pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan
realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh
risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114832332 yang artinya setiap satu
satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,114832332.
Sedangkan risiko terendah adalah pasar lokal sebesar 0.099549102 yang artinya
setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar
0.099549102. Hal ini dikarenakan penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar
ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian
dan pemusnahan tanaman serta kerusakan mekanis dibandingkan dengan pasar
lokal. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang tertinggi yaitu pasar
lokal sebesar 0,249112134 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka
risiko yang dihadapi sebesar 0,249112134. Sedangkan yang terendah adalah
pasar ekspor yaitu 0.170427671 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan
maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,170427671. Alternatif manajemen
risiko dalam mengatasi risiko penjualan anggrek Phalaenopsis yaitu dengan
melakukan peningkatan teknologi pengaturan cahaya green house, penerapan
teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan
manajemen mutu dan pasca panen, penerapan sistem SOP (standar operasional)
terhadap kebijakan mutu produk, serta menciptakan fungsi-fungsi manajemen
yang terarah dengan baik.
Markhamah (2010) menganalisis manajemen risiko bunga potong sebagai
bahan baku produk karangan bunga pada Florist X di pasar bunga Wastukencana,
Bandung. Metode yang digunakan adalah metode Nilai Standar (Z-score) dan
Value at Risk. Sedangkan pengukuran yang bersifat kualittatif dilakukan dengan
menggunakan Metode Aproksimasi, yaitu menggunakan Expert Opinion. Dari
hasil pengukuran risiko dengan menggunakan Z-score dan Value at Risk, nilai
probabilitas penggunaan bahan baku yang lebih kecil dari 80 ikat dan lebih besar
dari 120 ikat pada Florist X adalah 52,6 persen, sedangkan nilai Value at Risk
yang diperoleh sebesar Rp 200.220,515. Dalam peta risiko, risiko bahan baku
terdapat pada kuadran I.
Strategi penanganan risiko yang digunakan adalah preventif dan mitigasi.
Strategi preventif dilakukan untuk sumber risiko yang berada pada kuadran I dan
II. Strategi mitigasi dilakukan untuk sumber risiko yang berada pada kuadran I
dan III. Penanganan preventif yang dilakukan berupa memperbaiki sistem
pasokan bahan baku (abodemen). Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan peramalan terhadap penjualan periode berikutnya. Identifikasi

9

kebutuhan bahan baku pada periode-periode mendatang dapat diketahui dengan
menghubungkan data penjualan selama satu tahun yang lalu dengan data
penggunaan bahan bakunya, kemudian menganalisis penyebab dari naik turunnya
permintaan. Secara historis, Florist X dapat melakukan peramalan penjualan
untuk periode-periode berikutnya, sehingga pemesanan bahan baku dapat
diantisipasi. Strategi selanjutnya adalah melakukan penanganan yang baik dan
tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan baku.
Selain itu,
mengembangkan sumber daya manusia serta memasang dan memperbaiki fasilitas
fisik.
Daftar penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Daftar Penelitian Terdahulu
No

Penulis

Judul Penelitian

Metode Analisis

1

Fransmudiyanto (2011)

Analisis Risiko Produksi Ikan
Hias Pada PT Taufan Fish
Farm Di Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat

4

Arfah (2009)

Analisis Risiko Penjualan
Anggrek Phalaenopsis Pada
PT Ekakarya Graha Flora Di
Cikampek, Jawa Barat.

5

Markhamah (2010)

Manajemen Risiko Bunga
Potong Sebagai Bahan Baku
Produk Karangan Bunga Pada
Florist X Di Pasar Bunga
Wastukencana Bandung

Ragam (Variance),
Value at Risk (VaR),
Koefiisien
Variasi
(Coefficient
Variance)
Expected
Return,
Ragam (Variance),
Simpangan
Baku
(standar Deviation)
dan
Koefiisien
Variasi (Coefficient
Variance)
Metode Nilai Standar
(Z-score), Value at
Risk (VaR), Pemetaan
Risiko

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Definisi dan Konsep Risiko
Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan,
sedangkan ketidakpastian merupakan situasi yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Konsep risiko menurut Robison dan Barry (1987) dan Kadarsan
(1992), Risiko (risk) adalah kemungkinan merugi (possibility of loss or injury),
jadi peluang akan terjadinya suatu kejadian telah diketahui terlebih dahulu yang
didasarkan pada pengalaman. Ketidakpastian (uncertainty) adalah sesuatu yang
tidak bisa diramalkan sebelumnya (the quality or state of being
uncertain;something that is uncertain), peluang terjadinya merugi belum
diketahui sebelumnya.
Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat
berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang
dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan
(opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut

10

sebagai risiko. Oleh sebab itu, risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak
pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak
yang merugikan.
Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision
theory) berdasarkan konsep expected utility model (Robison dan Barry, 1987;
Moschini dan Hennessy, 1999). Dalam menganalisis mengenai pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility
model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada
expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai
(return) tetapi kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan
adalah berhubungan positif, dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka
pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan
Sumber: Debertin, 1986

Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh
kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung
risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan
bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil
risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa
return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan
sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko.
Menurut Robinson dan Barry (1987), sikap pembuat keputusan dalam
menghadapi risiko dapat di klarifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:
1) Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan
yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
2) Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau
menaikkan keuntungan yang diharapkan.
3) Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan
yang diharapkan.

11

Dalam Robison dan Barry (1987), Frank Knight menyatakan bahwa
ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui
oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Peluang kejadian yang tidak
diketahui secara kuantitatif atau sulit diukur oleh pelaku bisnis dapat dikarenakan
beberapa hal diantaranya tidak ada informasi atau data pendukung baik
berdasarkan data historis atau pengalaman pelaku bisnis selama mengelola
kegiatan usaha dalam menghadapi suatu kejadian. Selama peluang suatu kejadian
tidak dapat diukur oleh pelaku bisnis maka kejadian tersebut termasuk ke dalam
kategori ketidakpastian.
Konsep Manajemen Risiko
Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara yang
digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan
oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan
manajemen menggunakan berbagai sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan
kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya
menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari
manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu
perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau
planning, organizing, actuating, controling (POAC). Dengan demikian
ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko.
Sedangkan menurut Darmawi (2005) manajemen risiko merupakan suatu
usaha untuk mengetahui menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi
yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Lain halnya dengan Sofyan
(2005), manajemen risiko adalah usaha seorang manajer untuk mengatasi
kerugian secara rasional agar tujuan yang diinginkan berupa keuntungan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Secara khusus manajemen risiko diartikan
sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan
menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang
diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen
risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan dapat menambah tingkat
keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.
Menurut Kountur (2004), ada empat cara menangani risiko yaitu dengan
cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko
dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan
meminimalkan risiko dengan cara pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko
dapat dilakukan dengan mengalihkan pada pihak lain seperti asuransi, hedging,
faktorial, leasing, outsourcing dan kontrak.
Menurut Kountur (2008), risiko diliht dari beberapa sudut pandang,
diantaranya risiko adalah dari sudut pandang
1)
Penyebab timbulnya risiko
Apabila dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko, ada dua macam
risiko yaitu : (1) Risiko Keuangan, dan (2) Risiko Operasional. Risiko
keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti

12

harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Jadi, risiko yang disebabkan oleh
terjadinya perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata
uang asing disebut sebagai risiko-risiko keuangan.. Faktor-faktor non
keuangan tersebut yaitu manusia, teknologi, dan alam.
2)
Akibat yang ditimbulkan
Risiko bisa dilihat dari akibat yang ditimbulkan. Ada dua kategori risiko
jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan: (1) Risiko Murni, dan (2) Risiko
Spekulatif. Risiko murni adalah suatu kejadian berakibat hanya merugikan
saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan risiko
spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian
tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
3)
Aktivitas yang dilakukan
Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya
risiko pemberian kredit oleh bank, risikonya disebut risiko kredit. Demikian
juga seseorang yang melakukan perjalanan menghadapi risiko yang disebut
risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas yaitu
sebanyak jumlah aktivitas yang ada.
4)
Kejadian yang terjadi
Risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya,
kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Jika
kejadiannya adalah nilai tukar mata uang rupiah dibandingkan dengan mata
uang asing yang anjlok maka disebut risiko anjloknya nilai tukar rupiah, dan
lain-lain. Perlu diketahui bahwa dalam suatu aktivitas pada umumnya
terdapat beberapa kejadian, sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari
aktivitas,
Seseorang yang ahli dalam bidang Enterprise Risk Management harus
dapat memahami beberapa kategori risiko sehingga dapat mengetahui dan bisa
menjelaskan mengapa begitu banyak istilah risiko yang ada dan memahami bahwa
sebenarnya istilah-istilah tersebut dikatakan demikian oleh karena dilihat dari
sudut pandang yang berbeda.
Namun, agar risiko dapat dikelelola dengan baik seharusnya dinyatakan
berdasarkan kejadiannya. Hanya dengan menyatakan risiko berdasarkan kejadian
baru dapat diketahui cara-cara apa yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko
tersebut (Kountur, 2008).
Menurut Australian Risk Management Standard (4360: 2004) dalam
Permana (2011) manajemen risiko adalah kultur, proses, dan struktur yang
diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial dan sekaligus mengelola
dampak yang merugikan. Sedangkan definisi yang lain menyebutkan bahwa
manajemen risiko merupakan suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam
mengelola ketidak pastian yang berkaitan dengan ancaman. Ini merupakan suatu
rangkaian aktivitas manusia yang meliputi penilaian risiko, pengembangan
strategi untuk mengelola risiko, dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdaya atau pengelolaan sumber daya.
Manajemen risiko juga merupakan suatu sistem pengawasan risiko, bahkan
perlindungan tas aharta benda, keuntungan, serta keuangan suatu badan usaha atau
perorangan atas kemungkinan timbulnya suatu kerugian karena adanya risiko
tersebut. Dalam pengertian praktis, konsep ini dapat diartikan sebagai proteksi

13

ekonomis terhadap kerugian yang mungkin timbul atas aset dan pendapatan
perusahaan.
Manajemen risiko merupan proses formal dimana faktor-faktor risiko secara
sistematis diidentifikasi, diukur dan dicari solusinya. Manajemen risiko dengan
kata lain adalah metode penanganan sistematis formal yang dikonsentrasikan pada
pengidentifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki
kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
Dalam konteks proyek, manajemen risiko adalah seni dan pengetahuan
dalam menidentifikasi, menganalisis, serta menjawab faktor-faktor risiko
sepanjang proyek. Dalam manajemen risiko tradisional, fokus diletakkan pada
risiko-risko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal ( bencana alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum). Sedangkan dalam manajemen risiko
keuangan, fokus diberikan pada pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Tapi, pada dasarnya strategi yang
dapat diambil dalam semua manajemen risiko adalah memindahkan risiko kepada
pihak lain, menhindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko.
Sebagai suatu organisasi, perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam
mengimplementasikan manajemen risiko. Tujuan yang ingin dicapai itu antara
lain mengurangi pengeluaran, mencegah perusahaan dari kegagalan, menaikkan
keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan lain-lain.
Sasaran dari pelaksanaan mamanajemen risiko adalah untuk mengurangi
risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi,manusia, organisasi dan
politik. Disisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya bagi entitas manajemen risiko (manusia, staf,
dan organisasi).
Proses Pengelolaan Risiko
Kountur (2008) menjelaskan bahwa pengelolaan risiko dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, untuk
mendapatkan suatu daftar risiko. Setelah daftra risiko dibuat, proses selanjutnya
adalah mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui
seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi
dari risiko tersebut. Maksud dari pengukuran risiko ini adlaah supaya dapat
menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko
sebenarnya adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga kita bisa
mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dan mana risiko yang tidak terlalay
berisiko dari yang lain. Peta risiko adlah gambaran sebaran risiko dalam suatu
peta.
Berdasarkan peta risiko dan status risiko, manajemen melakukan
penanganana risiko. Penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan
apa yang dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. Ususlan
penanganan risiko ini kemudian dilaporkan kepada manajemen risiko perusahaan
yang akan digunakan untuk memonitor pelaksanaan usulan-usalan tersebut.
Evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen risiko

14

perusahaan. Proses pengelolalan atau manajemen risiko perusahaan berlangsung
terus-menerus, setelah selesai satu proses kembali lagi melakukan proses awal,
dan seterusnya. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar
3.
PROSES
OUTPUT
Identifikasi Risiko

Evaluasi

Dafar Risiko

Pengukuran Risiko

Peta Risiko
Status Risiko

Penanganan Risiko

Usulan
(Penanganan Risiko)

Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output Yang Dihasilkan
Sumber : Kountur (2008)

Lingkup Identifikasi Risiko

Risiko bisnis dapat menyebabkan kinerja perusahaan menjadi rendah.
Risiko tersebut bisa timbul dari dalam perusahaan maupun karena pengaruh dari
luar perusahaan. Manajemen risiko adalah salah satu upaya untuk menangani
risiko bisnis tersebut. Tahap pertama yang harus dilalui oleh perusahaan adalah
mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasikan risiko-risiko
yang mungkin akan dialami. Dalam hal ini terdapat tiga unsusr penting yang
perlu diketahui dalam proses identifikasi risiko, yakni mengethaui keberadaan
risiko, mengetahui penyebab timbulnya risiko dan mengetahui metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko.
Identifikasi dilakukan pada setiap unit di dalam perusahaan. Mulai dari
unit yang terkecil, kemudian unit yang lebih besar, seterusnya sampai unit yang
paling besar yaitu perusahaan. Dengan demikian lingkup identifikasi risiko
adalah unit atau bagian di dalam organisasi. Identifikasi risko dimulai dari unit
dimana ada seseorang yang mengepalai bagian unit tersebut didalam perusahaan
(Kountur 2008).
Sebelum melakukan manajemen risiko, suatu perusahaan harus dapat
mengetahui adanya risiko tersebut. Artinya, perusahaan membangun pengertian
tentang sifat risiko yang dihadapi dan dampaknya terhadapat aktivitas perusahaan.
Jika semua risiko justru tidak diidentifikasi, maka perusahaan menanggung risiko
tersebut secara tidak sadar. Ada begitu banyak risiko dan tidak mungkin dapat
diidentifikasi seluruhnya. Menurut hukum pareto yang sering dikenal dengan
hukum 80:20 atau 20:80, aplikasi hukum pareto pada risiko ialah bahwa 80 persen
kerugian perusahaan disebabkan oleh hanya 20 persen risiko yang krusial.
Krusial apabila unit risiko tidak dapat mengahsilkan produk atau jasa oleh karena
aktivitas yang bersangkutan terganggu atau tidak berjalan semestinya. Jika dapat
menangani 20 persen risiko yang krusial saja dapat menghindari 80 persen
kerugian. Langkah-langkah dalam proses identifikasi risiko adalah sebagai
berikut:
1)
Menentukan unit risiko

15

2)
3)
4)
5)
6)
7)

Memamahami proses bisnis dari unit tersebut
Menentukan satu atau beberapa aktivitas yang krusial dari unit bisnis
tersebut
Menentukan barang dan orang yang ada pada aktivitas krusial tersebut
Mencari tahu kerugian yang dapat terjadi pada barang dan orang dari
aktivitas krusial tersebut
Menentukan penyebab terjadinya kerugian atau risiko
Membuat daftar risiko
Pengukuran Risiko

Menurut Kountur (2008), ada beberapa metode pengukuran
kemungkinan terjadinya risiko diantaranya : Metode Poisson, Metode Binomial,
Metode Nilai Standar (z-score), dan Metode Aproksimasi.
1)
Metode Poisson
Metode Poisson digunakan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : Ada
data tentang kejadian serupa sebelumnya, datanya dalam bentuk diskrit
(data berangka bulat), dan ada periode waktu ke depan yang ditetapkan.
2)
Metode Binomial
Metode Binomial digunakan untuk mengetahui kemungkinan atau
probabilitas terjadinya risiko apabila menghadapi situasi-situasi sebagai
berikut : Ada data historis tentang peristiwa yang terjadinya pada suatu
lokasi, datanya dalam bentuk diskrit, dan diketahui sesuai dengan data
historis ada probabilitas berhasil dan gagal.
3)
Metode Nilai Standar (Z-score)
Metode nilai standar (Z-score) digunakan apabila : Ada data historis, dan
data dalam bentuk Kontinus.
4)
Metode Aproksimasi
Metode Aproksimasi adalah cara untuk mengetahui probabilitas dan
dampak risiko dengan cara menanyakan kira-kira berapa probabilitas dan
dampak dari sua