Pola Konsumsi Western Fast Food Dan Soft Drink Serta Persen Lemak Tubuh Pada Siswa Sman 10 Dan Sma Kornita Di Kota Dan Kabupaten Bogor

i

POLA KONSUMSI WESTERN FAST FOOD DAN SOFT DRINK
SERTA PERSEN LEMAK TUBUH PADA SISWA SMAN 10
DAN SMA KORNITA DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

HENDRI PANSITO PANJAITAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Konsumsi

Western Fast Food dan Soft Drink dan Persen Lemak Tubuh pada Siswa SMAN
10 dan SMA Kornita di Kota dan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015

Hendri Pansito Panjaitan
NIM I14124027

iv

v

ABSTRAK
HENDRI PANSITO PANJAITAN. Pola Konsumsi Western Fast Food dan Soft

Drink serta Persen Lemak Tubuh pada Siswa SMAN 10 dan SMA Kornita di
Kota dan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LEILY AMALIA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola
konsumsi fast food dan soft drink dengan persen lemak tubuh pada siswa SMA di
kabupaten dan kota Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional study. Penelitian dilakukan pada pada bulan November 2014 -Januari
2015. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 100 orang. Data yang
dikumpulkan di antaranya adalah karakteristik contoh, status gizi, konsumsi fast
food dan soft drink, asupan energi dan zat gizi, persen lemak tubuh, serta aktivitas
fisik. Data asupan energi dan zat gizi dikumpulkan dengan metode food records
selama dua hari sekolah dan satu hari libur. Aktivitasfisik diukur dengan metode
records 2x24 jam pada satu hari libur dan satu hari sekolah. Berdasarkan uji
Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi
fast food dan soft drink denganpersen lemak tubuh (p>0,05). Terdapat hubungan
positif nyata antara Status gizi dengan persen lemak tubuh (p=0,00 , r=0,87).
Kata kunci: aktivitas fisik, fast food, persen lemak tubuh, soft drink
ABSTRACT
HENDRI PANSITO PANJAITAN. Patterns of Western Fast Food and Soft Drink
Consumption and Body Fat Percentage of SMAN 10 and SMA Kornita Students
in Bogor City and Bogor District. Supervised by LELY AMALIA.

This study was aimed to analyze the relationship between patterns of fast
food and soft drink consumption and body fat percentage of senior high school
students in Bogor City and Bogor District. The design of this study was cross
sectional. The study was conducted in November 2014 till January 2015. The
number of subjects in this study was 100 subjects. The data collected were
individual characteristic, nutritional status, fast food and soft drink consumption,
energy and nutrients intake,body fat percentage, and physical activity of subjects.
Data intake of energy and nutrients collected with methods of food records for
two days weekday and one day weekend.The physical activity was measured by
record method of 2x24 hours on one weekday and one weekend. The result of
Spearman test showed that there is no significant relationship between the
frequency of consumption of fast food and soft drinks and body fat percentage (p>
0,05). There ispositive relationship between the nutritional status and body fat
percentage (p=0,00 , r=0,87).
Keywords: physical activity, fast food, body fat percentage, softdrinks

vi

vii


POLA KONSUMSI WESTERN FAST FOOD DAN SOFT DRINK
SERTA PERSEN LEMAK TUBUH PADA SISWA SMAN 10
DAN SMA KORNITA DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

HENDRI PANSITO PANJAITAN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii


ix

Judul Skripsi : Pola Konsumsi Western Fast Food dan Soft Drink serta Persen
Lemak Tubuh pada Siswa SMAN 10 dan SMA Kornita di Kota
dan Kabupaten Bogor
Nama
: Hendri Pansito Panjaitan
NIM
: I14124027

Disetujui oleh

Leily Amalia S TP M Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga Penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pola Konsumsi Western Fast Food dan Soft Drink serta Persen Lemak
Tubuh pada Siswa SMAN 10 dan SMA Kornita di Kota dan Kabupaten Bogor”.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan bekerja sama dalam menyusun skripsi ini, diantaranya:
1. Leily Amalia Furqon, STP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
dan pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, memberikan
saran dan masukan serta arahannya kepada penulis selama menjalani
perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr.agr.Eni Palupi, STP, MSc selaku dosen pemandu seminar dan
penguji skripsi atas saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.

3. Keluarga tercinta; Efendi Panjaitan (Papa), Martiana Sitorus (Alm.
Mama), Nelly Panjaitan (kakak), Roberto Panjaitan (abang) dan Filemon
Panjaitan (adik) atas doa, dukungan, nasehat dan semangat yang telah
diberikan selama ini.
4. Ruth Roulina Togatorop beserta keluarga yang senantiasa memberi
dukungan moral, spiritual, material dan kasih sayangnya dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Program Alih jenis Departemen Gizi
Masyarakat angkatan 6, khususnya Chili (Annisa P G, Nadia Kholila,
Bryan DT, Nanda H, Rahdian PK dan Bayu S), Lanang community (Pak
Agung, Pak Satibi, Agung KY, Bayu S, Nanda H, Rahdian PK dan
Gunawan W) dan Rekan-rekan seperjuangan pada Program Alih Jenis
Departemen Gizi Masyarakat angkatan 6.
6. Seluruh mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat angkatan 48 yang
penuh semangat dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per
satu atas doa dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.
Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan hal-hal yang
tidak berkenan selama pengumpulan data hingga penyusunan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat.


Bogor, Juni 2015

Hendri Pansito Panjaitan

xii

xiii

DAFTAR ISI

PRAKATA

xi

DAFTAR ISI

xiii

DAFTAR TABEL


xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Hipotesis

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE

5

Desain, Tempat dan Waktu


5

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

11
11

Karakteristik Contoh

11

Karakteristik Keluarga

12

Status Gizi

14

Persen Lemak Tubuh

15

Aktivitas Fisik

16

Frekuensi Konsumsi Fast Food

18

Frekuensi Konsumsi Soft Drink

19

Konsumsi Pangan

19

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

20

Hubungan antara Aktivitas Fisik, Frekuensi konsumsi Fast Food, Soft Drink,
Tingkat Kecukupan Energi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Persen
Lemak Tubuh
24

xiv

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

25

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan cara pengumpulan data
2 Pengelompokan karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga
3 Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh pada Laki-laki dan Perempuan
4 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap kegiatan
5 Sebaran contoh berdasarkan karakeristik individu
6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
7 Sebaran status gizi contoh berdasarkan jenis kelamin
8 Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah
9 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin
10 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan wilayah
11 Jenis dan lama aktivitas fisik contoh
12 Sebaran aktifitas fisik contoh berdasarkan wilayah
13 Rata-rata konsumsi pangan fast food
14 Rata-rata konsumsi soft drink
15 Rata-rata konsumsi contoh perhari berdasarkan golongan pangan
16 Tingkat kecukupan energi dari protein, lemak, dan karbohidrat
17 Rata-rata asupan natrium dan kalium perhari contoh
18 Rata-rata asupan natrium dan kalium perhari berdasarkan frekuensi
fast food contoh
19 Rata-rata asupan natrium dan kalium perhari berdasarkan frekuensi
soft drink contoh

6
7
9
10
12
13
14
15
15
16
17
17
18
19
20
21
22
23
23

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiranpola konsumsi fast food dan soft drink serta aktivitas
fisikdengan status gizi pada remaja SMA

4

xv

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji korelasi spearman antara aktivitas fisik dengan persen lemak
tubuh
2 Hasil uji korelasi spearman antara frekuensi konsumsi fast food dengan
persen lemak tubuh
3 Hasil uji korelasi spearman antara frekuensi konsumsi soft drink dengan
persen lemak tubuh
4 Hasil uji korelasi spearman antara status gizi dengan persen lemak tubuh
5 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan
persen lemak tubuh
6 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan protein dengan
persen lemak tubuh
7 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan lemak dengan
persen lemak tubuh
8 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan
persen lemak tubuh
9 Hasil uji beda Mann Whitney
10 Hasil uji beda T-Test
11 Kuesioner penelitian

28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengalami
kemajuan di bidang ekonomi akibat kecenderungan pasar global, dan telah
memberikan berbagai dampak pada masyarakat. Modernisasi atau penggunaan
teknologi tinggi dalam berbagai aspek kehidupan adalah dampak utama yang
langsung dialami oleh masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Kemajuan
standar hidup dan pelayanan terhadap masyarakat yang tersedia adalah dampak
positif, akan tetapi dampak negatif selalu menyertai sebagai konsekuensi langsung
dari perubahan tersebut. Dampak negatif yang terjadi adalah perubahan gaya
hidup yakni aktivitas fisik yang kurang serta penyimpangan pola makan dengan
asupan cenderung tinggi energi (lemak, protein, karbohidrat) dan rendah serat
(Hadi 2005).
Perkembangan teknologi pengolahan pangan menyebabkan terjadinya
peningkatan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman termasuk
didalamnya fast food dan soft drink. Perubahan kebiasaan pola makan ini tidak
hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga marak terjadi pada remaja. Hal ini
akan berdampak buruk bila dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka
waktu lama.
Masa remaja merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting
dan menentukan pada periode perkembangan berikutnya. Selain itu juga terjadi
perubahan sikap dan perilaku dalam memilih makanan dan minuman, yang turut
dipengaruhi oleh teman sebaya dan lingkungan. Perilaku makan bagi sebagian
besar remaja menja di bagian dari gaya hidup, sehingga pada remaja sering terjadi
perilaku makan yang tidak seimbang.
Remaja seringkali disibukkan dengan jadwal pelajaran yang padat di
sekolah, ditambah lagi banyak diantara remaja yang mengambil les tambahan di
luar jam sekolah. Hari libur remaja cenderung mengalokasikan waktu dengan
menonton televisi atau jalan-jalan ke mall dan memilih mengkonsumsi fast food
dan soft drink. Hal ini merupakan fenomena yang berkembang pada remaja saat
ini khususnya yang tinggal di perkotaan.
Menurut Khomsan (2002), fast food dikatakan negatif karena ketidak
seimbangannya (dari segi porsi serta komposisi sayuran sehingga rendah serat)
dan tinggi garam (merupakan faktor pemicu munculnya penyakit hipertensi).
Selain itu fast food merupakan sumber lemak dan kolesterol. Ketidakseimbangan
zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan
setiap hari. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium yang terakumulasi dalam tubuh
seseorang dapat menimbulkan obesitas dan berbagai penyakit degeneratif
(tekanan darah tinggi, ateroksklerosis, jantung koroner, dan diabetes mellitus).
Berdasarkan penelitian Francis et al. (2009) prevalensi menunjukkan
overweight pada remaja Jamaika berusia 15-19 tahun sebesar 15,2%, obesitas
5,8% dan terjadi peningkatan lingkar pinggang 9,6%. Penelitian tersebut juga
menunjukkan remaja yang mengonsumsi fast food lebih dari tiga kali per minggu
mempunyai risiko 1,84 kali menjadi overweight dan remaja yang mengkonsumsi

2

minuman manis lebih dari satu botol per hari mempunyai risiko untuk mengalami
overweight sebesar 1,52 kali. Remaja yang mengkonsumsi buah kurang dari satu
kali per minggu mempunyai hubungan yang kuat untuk mengalami peningkatan
besar lingkar pinggang.Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Hadi et al. (2004)
yang melibatkan 4747 siswa/i SLTP kota Yogyakarta dan 4602 siswa/i SLTP
Kabupaten Bantul menemukan bahwa remaja penderita obesitas 2-3 kali
seminggu mengkonsumsi fast food.
Penelitian yang dilakukan oleh Lien et al.(2006) di Norwegia tentang
konsumsi soft drinks pada remaja di Norwegia menunjukkan bahwa rata-rata
remaja mengkonsumsi soft drinks 1-6 kali setiap minggunya. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Prasetya di SMP Yaspen Tugu Ibu Depok menunjukkan bahwa
33% siswa mengkonsumsi soft drinks berkarbonasi 1-5 kali dalam sehari, 48,7%
siswa mengkonsumsi 1-6 kali dalam seminggu dan hanya 18,4% yang tidak
pernah mengkonsumsi soft drinks (Prasetya 2007). Soft drink identik dengan
makanan cepat saji berkalori tinggi dan merupakan bentuk minuman yang dapat
menambah risiko kegemukan jika dikonsumsi terus menerus.
Perkembangan industri makanan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
perubahan pola makan masyarakat khususnya pada remaja. Semakin
meningkatnya konsumsi fast food dan soft drink di Indonesia dengan konsekuensi
negatifnya yang tidak instan terjadi belum banyak mendapat perhatian.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink serta aktivitas fisik
dengan status gizi pada remaja SMAN 10 dan SMA Kornita di Kota dan
Kabupaten Bogor.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
pola konsumsi fast food dan soft drink dengan persen lemak tubuh pada remaja
SMA di Kabupaten dan Kota Bogor.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh
2. Menganalisis status gizi, persen lemak tubuh dan aktivitas fisik contoh
3. Menganalisispola konsumsi fast food dan soft drink contoh
4. Menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh
5. Menganalisis hubungan antara status gizi, pola konsumsi fast food dan soft
drink, tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta aktivitas fisik dengan
persen lemak tubuh.

3

Hipotesis
1.
2.
3.
4.

Terdapat hubungan antara konsumsi fast food dan soft drink dengan persen
lemak contoh
Terdapat hubungan antara status gizi dengan persen lemak contoh
Terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan
persen lemak contoh
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan persen lemak contoh

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai gambaran kebiasaan mengkonsumsi fastfood dan soft drink pada
remaja. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi orang tua,
pihak sekolah dan pemerintah kota.

KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik individu merupakan informasi dari contoh yang meliputi
umur, jenis kelamin dan uang saku.Karakteristik individu dapat mempengaruhi
aktivitas fisik dan konsumsi pangan seseorang.Aktivitas fisik merupakan berbagai
kegiatan fisik tubuh yang dilakukan oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu memiliki ciri khas tersendiri, sehingga setiap individu memiliki
tingkat aktivitas yang berbeda. Konsumsi pangan seseorang dapat dipengaruhi
langsung oleh karakteristik individu dan tingkat aktivitas fisik.
Fast food dan soft drink merupakan salah satu jenis makanan dan
minuman yang sedang menjadi trend saat ini. Umumnya fast food dan soft drink
disukai para remaja. Fast food dan Soft drink merupakan makanan dan minuman
cepat saji yang mengandung kalori tinggi dan merupakan bentuk minuman yang
dapat menambah risiko kegemukan jika dikonsumsi terus menerus.
Konsumsi fast food dan soft drink dipengerauhi oleh keadaan sosial
ekonomi keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Jenis pekerjaan orang tua akan
mempengaruhi pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi
meningkatkan kemampuan untuk membeli fast food dan soft drink yang harganya
relatif mahal. Kecenderungan anak sekolah dalam mengkonsumsi fast food dan
soft drink semakin meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi keluarga.
Hal ini terjadi karena keluarga merupakan sumber informasi pangan yang penting
berkaitan dengan kebiasaan makan dan sikap pemilihan makanan.
Kebiasaan makan yang tidak teratur dapat mempengaruhi asupan contoh
yang dapat dilihat dari tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat.
Tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat yang tidak seimbang
dapat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Jika konsumsi pangan individu
tercukupi energi dan zat gizi lainnya, diharapkan dapat menghasilkan status gizi
yang baik dan terhindar dari masalah kesehatan akibat gizi. Jika individu tidak

4

tercukupi semua kebutuhan energi dan zat gizinya maka akan menghasilkan
status gizi kurang dan bahkan rawan terhadap masalah kesehatan kurang gizi.
Sebaliknya konsumsi pangan individu melebihi kebutuhannya maka akan
menghasilkan status gizi lebih bahkan obesitas (masalah gizi lebih) dan berbagai
penyakit degeneratif (tekanan darah tinggi, aterosklerosis, jantung koroner, dan
diabetes mellitus).
Status gizi erat kaitannya dengan persen lemak tubuh. Komposisi tubuh
seseorang terdiri dari simpanan lemak adipose (komposisi lemak tubuh) dan lean
body mass. Simpanan lemak adiposa atau komposisi lemak tubuh seseorang
mewakili persen lemak dalam tubuh yang dapat dipengaruhi juga oleh asupan
lemak. Lemak dalam tubuh berlebih dalam jangka panjang dapat berdampak
buruk terhadap tubuh terkait dengan penyakit degeneratif.

Karakteristik Contoh :
-Umur
-Jenis Kelamin
-Uang saku

Pengetahuan Gizi

Karakteristik
Keluarga:
-Pendidikan orang tua
-Pekerjaan orang tua
-Pendapatan keluarga
-Besar keluarga

Pola Konsumsi Pangan

KebiasaanKonsumsi
Fast Food :
-Jenis Fast Food

Kebiasaan Konsumsi
Soft Drink:
-Jenis Soft Drink
-Frekuensi

-Frekuensi

Tingkat Kecukupan Energi
dan Gizi (KH, P,L, Na, K)
Aktifitas Fisik :
-Jenis aktifitas
-Lama Aktifitas

Status Gizi
-IMT/U
-Persen lemak tubuh

Genetik

PenyakitDegeneratif
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang dianalisis
= Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiranpola konsumsi fast food dan soft drink serta
aktivitas fisikdengan status gizi pada remaja SMA

5

METODE

Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 -Januari 2015 di SMA Negeri
10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan
secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA Kornita di
Kabupaten Bogor dan SMA 10 di Kota Bogor. Contoh dipilih berdasarkan
kriterian inklusi: sehat, memiliki akses untuk mendapatkan fast food dan soft drink
danbersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.Penarikan contoh dilakukan
dengan perhitungan jumlah contoh minimal menggunakan rumus Lemeshow et
al.(1997) sebagai berikut :
�=

[� 2 �p 1 − p N]
�2 N − 1 + � 2 ��(1 − �)

Keterangan :
n
= Jumlah contoh minimal yang diperlukan
N
= Populasi
Z2α
= Derajat kepercayaan (0,05 pada z = 1,96)
P
= Proporsi (ditetapkan 0,5)
d
= Presisi (limit error 10% atau 0,1)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah contoh minimal adalah sebanyak
47 orang. Berdasarkan jumlah minimal contoh, untuk mengantisipasi contoh yang
drop out dan kemungkinan data bias maka ditambah 10% dari ukuran minimal
contoh sehingga menjadi 52 orang yang terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 26
siswa perempuan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diperoleh
melalui wawancara, penyebaran kuesioner dengan contoh dan pengukuran
langsung. Jenis dan cara pengumpulan data primer penelitian dapat dilihat pada 1.

6

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No
1

Jenis Data
Karakteristik Contoh

2

Antropometri

Variabel
Umur, jenis
kelamin, uang saku
Berat badan
Tinggi Badan
Persen Lemak
Tubuh

3
4
5

KonsumsiFast food
dan Soft Drink
Konsumsi Pangan
Sehari
Aktifitas fisik

Jenis, jumlah,
frekuensi
Jenis dan jumlah
Jenis dan lama
aktifitas

Cara Pengumpulan
Wawancaramenggunakan
kuesioner
Mengukur menggunakan
timbangan injak
Mengukur menggunakan
microtoise
Mengukur menggunakan
timbangan injak digital merk
Camry
Kuesioner dengan metode
FFQ semikuantitatif
Kuesioner dengan metode
food record tiga hari
Kuesioner menggunakan
pencatatan 1x24 jam
sebanyak 2 kali: hari sekolah
dan hari libur

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang dilakukan meliputi entry, coding, cleaning, pengelompokan
data, dan analisis.Data diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia.
Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0
for windows.
Pengolahan data karakteristik contoh dan keluarga yang meliputi usia, jenis
kelamin, status sosial ekonomi keluarga, dan riwayat kesehatan contoh kemudian
dikelompokkan.Berdasarkan Ahmadi dan Sholeh (2005) usia remaja terbagi
dalam beberapa fase, yaitu fase remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja
pertengahan (usia14-18 tahun), fase remaja akhir (usia 18-21 tahun). Status sosial
ekonomi keluarga terbagi menjadi pekerjaan orang tua,pendapatan orang tua dan
jumlah keluarga. Pekerjaan dikelompokkan menjadi tidak bekerja,
PNS/ABRI/POLRI, pegawai swasta, wiraswasta, buruh dan lainnya. Berdasarkan
garis kemiskinan Jawa Barat (BPS 2010), pendapatan perkapita keluarga contoh
dikelompokkan menjadi dua, yaitu rendah jika pendapatan/kapita/bulan keluarga
Rp 4.000.000. Berdasarkan
BKKBN (1998) besar keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (≤4 orang),
keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Secara keseluruhan
pengelompokan karakteristik sosial ekonomi contoh disajikan pada 2.

7

Tabel 2 Pengelompokan karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga
No
1

2
3

4

5

Variabel
Usia

Kelompok
1. Remaja awal (13-15 tahun)
2. Remaja pertengahan (15-17
tahun)
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
Pekerjaan orang
1. Tidak bekerja
tua
2. PNS/ABRI/POLRI
3. Pegawai Swasta
4. Wiraswasta
5. Buruh
6. Lainnya
Pendapatanorang 1. Rendah : < 1.000.000
tua
2. Cukup : 1.000.000 - 2.499.000
(Rp/kapita/bulan) 3. Tinggi : 2.500.000 - 4.000.000
4. Sangat tinggi >4.000.000
Jumlah keluarga 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang)
2. Keluarga sedang (5-7 orang)
3. Keluarga besar (≥ 8 orang)

Sumber acuan
Ahmadi dan
Sholeh (2005)

BPS (2010)

BKKBN
(1998)

Kebutuhan energi contoh didapatkan hasil perkalian dari AMB
(AngkaMetabolisme Basal (AMB) berdasarkan formula dari Harris Benedict
(1919) dengan faktor aktivitas siswa. Formula yang digunakan yaitu:
AMB Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
AMB Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)
AMB
U
BB
TB

= Angka Metabolisme Basal (Kal)
= Usia (tahun)
= Berat Badan (kg)
= Tinggi Badan (meter)
AKE = AMB x FA

AKE = Angka Kecukupan Energi (Kal)
AMB = Angka Metabolisme Basal (Kal)
FA
= Angka Faktor Aktifitasberdasarkan PAL
Kebutuhan zat gizi (protein, lemak, dan karbohidrat) dihitung berdasarkan
persentase dari kebutuhan energi sehari.Kebutuhan protein sebesar 15% dari
kebutuhan energi sehari.Kebutuhan lemak sebesar 30% dari kebutuhan energi
sehari.Kebutuhan karbohidrat sebesar 55% dari kebutuhan energi sehari
(Kemenkes 2014).
Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium dan kalium contoh
diperoleh dari pengolahan data konsumsi makanan dan minuman contoh. Data

8

konsumsi makanan dan minuman contoh dalam satuan URT diolah dengan cara
mengelompokkan makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh dalam
golongan bahan makanan, kemudian protein, lemak, dan karbohidrat
dikonversikan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM
2010), sedangkan zat gizi natrium dan kalium dikonversikan dengan
menggunakan Nutrisurvey Indonesia. Kandungan energi dan zat gizi dihitung
dengan menggunakan rumus berikut (Hardinsyah & Briawan 2004):
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100)
Keterangan:
KGij : Kandungan energi & zat gizi i dari pangan j dengan berat B gram
Bj
: Berat pangan j (g)
Gij
: Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD pangan j
BDD : Persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD)
Tingkat kecukupan energi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah
konsumsi zat gizi tersebut dengan kebutuhannya. Berikut rumus tingkat
kecukupan energi yang digunakan :
TKG = (K/Keb.E) x 100%
Keterangan :
TKG = Tingkat kecukupan energii
Keb.E = Kebutuhan energi
K
= Konsumsi energi(record)
Kategori (Depkes 2003):
Defisit berat ( 1 SD sampai dengan 2 SD
= > 2 SD

Persen lemak tubuh yang diukur dapat menggambarkan jumlah simpanan
lemak dalam jaringan adiposa.Data persen lemak tubuh diolah dengan
mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin yang diukur dengan menggunakan
timbangan digital merk camry. Klasifikasi tingkatan persentase lemak tubuh lakilaki dan perempuan adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh pada Laki-laki dan Perempuan
Tingkat
Laki-laki
Underfat
≤ 10%
Healty
11%-20%
Overfat
21%-25%
Obese
26%-35%
Sumber : William & Don (2002)

Perempuan
≤ 15%
16%-29%
30%-34%
≥35%

Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang
dilakukan contoh dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. WHO/FAO
(2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka
metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan
WHO/FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24
jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik.
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat
badan dalam 24 jam. Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis
aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO (2001) dapat dilihat pada
4. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
PAL = Σ (PARi x Wi)
24 jam
Keterangan:
PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PARi : Physical activity rate dari masing-masing aktivitas (jumlah energi
yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam)
Wi
: Alokasi waktu tiap aktivitas
Kategoritingkat aktivitas Physical Activity Level (PAL) dibedakan menjadi
empat, yaitu aktivitas sangat ringan, ringan, sedang dan berat.Aktivitas fisik
sangat ringan memiliki nilai PAL kurang dari 1,40 dan ringan memiliki nilai PAL
antara 1,40-1,69.Seseorang yang mempunyai aktivitas fisik yang ringan

10

cenderung dengan sedikit gerakan tubuh.Aktivitas fisik sedang memiliki nilai
PAL 1,70-1,99.Kebutuhan energi pada aktivitas sedang lebih tinggi daripada
kegiatan aktivitas ringan.Aktivitas fisik berat memiliki nilai PAL 2,002,39.Aktivitas berat dilakukan oleh seseorang yang melakukan kerja beratdalam
waktu yang lama (FAO/WHO/UNU 2001).
Tabel 4 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap kegiatan
Jenis aktivitas fisik

PAR
Laki-laki
1
2,3
1,4
2,1
1,4
1,3
2,8
1,7
2,8
1,7
2,3
1,2
2,7
3,5
1,4
1,8
1,4
4,6
2,2
1,2
2,5
3,5
8,0
1,3
5,8
5,6
1,57
1,75

Tidur
Mandi/berpakaian/berdandan
Makan
Memasak
Ibadah/sholat
Mengerjakan tugas/belajar
Pekerjaan RT umum
Menyetrika
Mencuci baju
Mencuci piring
Menyapu
Naik mobil/bus/angkot
Mengendarai motor
Berjalan tanpa beban
Aktivitas di waktu luang
Bermain laptop/internet
Ngobrol/diskusi/rapat
Ke pasar/warung/shoping
Berdiri/bw beban
Duduk
Membaca
Olahraga (Aerobik intensitas rendah)
Olahraga (Sepak bola/futsal)
Olahraga (Berenang)
Olahraga (Tenis/badminton)
Olahraga (Bersepeda)
Dengerin radio/musik
Bermain game
Sumber: FAO/WHO/UNU 2001
Keterangan: PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktivitas)

Perempuan
1
2,3
1,5
2,1
1,5
1,5
2,8
1,7
2,8
1,7
2,3
1,2
2,7
3,2
1,4
1,8
1,4
4,6
2,2
1,2
2,5
4,2
8,0
1,4
5,92
3,6
1,43
1,75

Data dianalisis secara statistik deskriptif meliputi karakteristik, status gizi,
konsumsi fast food dan soft drink, persen lemak tubuh dan aktifitas fisik. Analisis
statistik inferensia meliputi uji Mann Whitney dan T-test untuk menganalisis
perbedaan variabel di kota dan kabupaten. Selain itu dilakukan pula uji korelasi
Spearman untuk menganalisis hubungan antara status gizi, aktifitas fisik, tingkat
kecukupan energi dan zat gizi dengan persen lemak tubuh.

11

Definisi Operasional
Contoh adalah siswa kelas XI SMA yang digunakan sebagai contoh penelitian
Karakteristik contoh adalah data-data siswa yangmeliputi kelas, usia, jenis
kelamin.
Fast food adalah makanan yang cepat saji dan praktis (ayam goreng, kentang
goreng, burger, pizza, spaghetti dan lainnya) yang berasal dari
restoran-restoran fast food : McDonald’s, Kentucky Fried Chicken
(KFC), JCo, dll.
Soft drink adalah berbagai jenis minuman ringan seperti minuman berkarbonasi,
minuman teh dan kopi, minuman isotonik, minuman berenergi yang
dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi.
Aktivitas fisik adalah Seluruh kegiatan contoh yang melibatkan fisik (tubuh)
yang diukur dalam waktu satu hari penuh (24 jam)
Status Gizi adalah keadaan fisik siswa yang diukur dengan antropometri dengan
indeks IMT/U
Jenis Kelamin adalah jenis kelamin contoh yang dibedakan menjadi laki-laki dan
perempuan
Umur usia contoh pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun
dan berada pada usia anak sekolah.
Uang saku adalah banyaknya uang yang diterima oleh contoh selama satu
minggu yang dinyatakan dalam rupiah untuk dipergunakan membeli
kebutuhan sehari-hari.
Kebiasaan Makan adalah frekuensi kosumsi pangan serta kebiasaan responden
dalam memilih dan mengonsumsi makanan yang merupakan suatu
pola makan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu dan dilakukan
secara rutin.
Energi adalah zat gizi yang diperoleh dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi dan dibutuhkan untuk membantu metabolisme tubuh serta
aktivitas fisik yang dinyatakan dalam satuan kilo kalori.
Protein adalah zat gizi yang diperoleh dari pangan hewani dan nabati sebagai zat
pembangun tubuh yang dinyatakan dalam satuan gram.
Lemak total adalah kandungan lemak secara keseluruhan dari makanan yang
dikonsumsi, baik lemak jenuh maupun tak jenuh.
Persen lemak tubuh adalah komposisi lemak dalam tubuh yang tersimpan dalam
jaringan adiposa dan dapat diukur dengan berbaga cara, salah satunya
dengan menggunakan alat Body Fat dan diklasifikasikan menjadi
kurang, normal, dan tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Usia contoh berkisar antara 14-18 tahun. Total contoh yang berhasil
terkumpul dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, masing-masing 51 contoh
dari SMAN 10 Kota Bogor dan 49 contoh dari SMA Kornita Kabupaten Bogor.

12

Karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia dan uang saku selama satu bulan
dapat dilihat pada 5.
.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakeristik individu
Kota
n

Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia (tahun) rata-rata±SD
14
15
16
17
18
Uang saku (Rp) rata-rata±SD
900000
Total

%

26
51,0
25
49,0
16±1
3
5,9
15
29,4
29
56,9
4
7,8
0
0,0
663,627±326,633
30
58,8
11
21,6
10
19,6
51
100

Kabupaten
n
%
24
49,0
25
51,0
16±1
6
12,2
7
14,3
24
49,0
10
20,4
2
4.1
650,714±310,604
19
38,8
26
53,1
4
8,1
49
100

Berdasarkan 5 diketahui kisaran umur contoh antara 14-18 tahun.
Sebagian besar umur contoh yaitu 16 tahun di kota (56,9%) dan di kabupaten
(49%). Sebagian besar uang saku perbulan contoh di kota (58,8%) berkisar di
bawah Rp 600000 dan di kabupaten (53,1%) berkisar Rp 600000 – Rp 900000.
Berdasarkan rata-rata uang saku di kota lebih besar dibandingkan di kabupaten.
Hasil uji beda dengan menggunakan Mann Whitney yang menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara uang saku contoh di kota dan
kabupaten (p>0,05). Hal ini diduga karena pendapatan orang tua subjek di kota
dan di kabupaten tidak berbeda nyata sehingga uang saku yang dimiliki subjek di
kabupaten dan kota tidak jauh berbeda. Andarwulan et al. (2008) menyatakan
bahwa semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk
membeli makan jajanan baik dikantin maupun diluar sekolah.

Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga menggambarkan kondisi keluarga contoh pada saat
penelitian berlangsung. Karakteristik keluarga terdiri atas beberapa variabel yaitu
besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang
tua. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga disajikan pada 6.
Berdasarkan di bawah pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor
penting yang ikut menentukan keadaan gizi remaja. Sebagian besar ayah contoh di
kota menempuh pendidikan hingga sarjana (59,9%), sedangkan di kabupaten
berpendidikan SMA (51,0%). Sebagian besar ibu contoh di kota dan di kabupaten
berpendidikan hingga tingkat SMA dengan persentase berturut-turut sebesar
53,1% dan 41,2%.

13

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
Karakteristik
Pendidikan ayah
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja
PNS/ABRI/POLRI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Buruh
Lainnya
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
PNS/ABRI/POLRI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Buruh
Lainnya
Pendapatan/kap (Rp) ratarata±SD
Kategori pendapatan/kap
Rendah (4.000.000)
Besar Keluarga
Kecil (≤4)
Sedang (5-6)
Besar (≥7)
Total

Kota
n

Kabupaten
%

n

%

0
2
2
10
8
29

0,0
3,9
3,9
19,6
16,7
56,9

0
0
1
25
6
17

0,0
0,0
2,0
51,0
12,2
34,6

0
3
1
21
7
19

0,0
5,9
2,0
41,2
13,7
37,3

0
0
13
26
6
4

0
0
26,5
53,1
12,2
8,2

3
12
23
8
3
2

5.9
23,5
45,1
15,7
5,9
3,9

5
7
1
18
18
0

10,2
14,3
2,0
36,7
36,7
0

30
9
6
5
0
1

58,8
17,6
11,8
9,8
0,0
2,0

26
4
0
7
12
0

53,1
8,2
0
14,3
24,5
0

1.561.901±1.389.728

1.072.813±464.609

15
29
5
2

29,4
56,9
9,8
3,9

23
25
1
0

46,9
51,0
2,0
0,0

25
24
2
51

49,0
47,1
3,9
100

15
28
6
49

30,6
57,1
12,2
100

Berdasarkan 6 pekerjaan ayah contoh di kota sebagian besar sebanyak
45,1% adalah pegawai swasta, sedangkan di kabupaten sebagian besar adalah
wiraswasta dan buruh yaitu sebanyak 36,7%. Sebagian besar ibu contoh di kota
dan di kabupaten tidak bekerja yaitu berturut-turut sebanyak 53,1% dan 58,8%.
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling
menentukan kuantitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan
pendapatan yang diterima.

14

Pendapatan orangtua contoh di kota (56,9%) dan di kabupaten (51%)
umumnya adalah cukup (Rp 1000000 – Rp 249900). Rata-rata pendapatan
perkapita di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten yaitu Rp 1.561.901 ±
Rp1.389.728. Semba et al. (2008) menyatakan bahwa tingkat pendapatan sangat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan pola konsumsi karena
mempengaruhi daya beli.
Besar keluarga dapat mempengaruhi konsumsi pangan rumah tangga.
Peningkatan jumlah anggota keluarga tanpa pendapatan yang cukup akan
berpengaruh terhadap ketidakseimbangan distribusi makanan di dalam keluarga.
Besar keluarga contoh di kota sebagian besar sebanyak 49,0% tergolong dalam
kategori kecil sedangkan di kabupaten sebagian besar sebanyak 57,1% tergolong
dalam kategori sedang.
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jagka waktu yang lama.
IMT menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk
remaja. Status gizi kelompok orang ditentukan melalui suatu perhitungan statistik
dengan menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka
rata-rata atau median dan standar deviasi (SD) dari suatu angka acuan standar
WHO (Supariasa et al. 2001).
Tabel 7 Sebaran status gizi contoh berdasarkan jenis kelamin
IMT/U
Z-score (IMT/U) rata-rata±SD
Kategori status gizi
Kurus
Normal
Overweight
Obese
Total

Laki-laki
n
%
0,07±0,95

Perempuan
n
%
0,29±1,58

0
33
7
10
50

0
42
5
3
50

0,0
66,0
14,0
20,0
100

0,0
84,0
10,0
6,0
100

Berdasarkan 7, diketahui bahwa sebagian besar contoh laki-laki (66%) dan
contoh perempuan (84%) memiliki status gizi normal. Penelitian Proper et al.
(2006), menunjukkan bahwa remaja laki-laki secara signifikan memiliki
kemungkinan untuk menjadi gemuk dan obesitas dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini karena remaja laki-laki cenderung menghabiskan lebih banyak
waktu untuk santai di akhir minggu atau waktu senggang. Status gizi overweight
dan obese sebagian besarcontoh berjenis kelamin laki-laki dibandingkan
perempuan. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi laki-laki dan perempuan
(p>0,05). Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah dapat dilihat pada 8.

15

Tabel 8 Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah
IMT/U
Z-skor (IMT/U) rata-rata±SD
Kategori status gizi
Kurus
Normal
Overweight
Obese
Total

Kota
n
0,36±1,34

%

Kabupaten
n
%
0,0±1,2

0
37
5
9
51

0,0
72,5
9,8
17,6
100

0
38
7
4
49

0
77,6
14,3
8,1
100

Berdasarkan 8 diketahui pada umumnya status gizi contoh di kota (72,5%)
dan di kabupaten (77,6%) dalam kategori normal. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Waloya et al.(2013) yang menyatakan bahwa
sebagian besar status gizi contoh di kota dan di kabupaten tergolong dalam status
gizi normal. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukan tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi di kota dan kabupaten (p>0,05).
Hal ini dapat disebabkan pola konsumsi remaja di kota dan di kabupaten tidak
jauh berbeda.

Persen Lemak Tubuh
Persen lemak tubuh seseorang adalah total massa lemak dibagi dengan
total berat badan. Persen lemak tubuh erat kaitannya dengan gizi lebih atau
obesitas. Asupan makanan merupakan salah satu faktor penentu terjadinya
obesitas. Asupan makanan dengan jumlah berlebih yang berpotensi menimbulkan
obesitas adalah lemak dan karbohidrat. Hal ini dikarenakan asupan lemak dan
karbohidrat yang melebihi kebutuhan tubuh akan disimpan di dalam tubuh yaitu
di dalam sel-sel lemak (Sargowo et al. 2011). Persen lemak tubuh contoh dalam
penelitian ini diukur menggunakan timbangan Camry. Sebaran contoh
berdasarkan persen lemak tubuh dapat dilihat pada 9.
Tabel 9 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin
Persen lemak tubuh (%)
Persen lemak tubuh rata-rata±SD
Kategori persen lemak tubuh
Underfat
Healthy
Overfat
Obese
Total

Laki-laki
n
%
b
18,3±9,6

Perempuan
n
%
a
24,4±8,1

14
17
8
11
50

4
37
3
6
50

28,0
34,0
16,0
22,0
100

8,0
74,0
6,0
12,0
100

Berdasarkan 9 sebagian besar persen lemak tubuh tergolong kategori
healthy pada contoh laki-laki (34%) dan perempuan (74%). Persen lemak tubuh
overfat dan obese sebagian besar terdapat pada laki-laki dengan persentase

16

berturut-turut 16% dan 22%. Status gizi lebih berkaitan erat dengan persen lemak
tubuh. Persen lemak tubuh yang lebih pada laki-laki dapat disebabkan status gizi
lebih sebagian besar terdapat pada laki-laki dari pada perempuan.
Rata-rata persen lemak tubuh pada contoh perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki. Rata-rata persen lemak tubuh contoh perempuan (24,4±8,1%) lebih
tinggi dibandungkan laki-laki (18,3±9,6%). Hasil uji beda menggunakan T-test
menunjukkanterdapat perbedaan yang nyata antara persen lemak tubuh contoh
laki-laki dan perempuan (p0,05
53,1
12,2
14,3
100

Persen lemak tubuh contoh di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten
dengan rata-rata 22,7±9,8% dan 20,0±8,7%. Hal ini sejalan dengan rata-rata status
gizi contoh di kota yang lebih tinggi dibandingkan di kabupaten ( 2). Persen
lemak tubuh contoh di kota yang lebih tinggi dibandingkan di kabupaten diduga
akibat dari pola konsumsi pangan sumber lemak yang lebih tinggi pada contoh di
kota dibandingkan contoh di kabupaten. Berdasarkan 4 terlihat bahwa pola
konsumsi fast food yang umumnya merupakan pangan sumber lemak, contoh di
kota lebih tinggi dibandingkan contoh di kabupaten.
Berdasarkan di atas sebagian besar contoh baik di kota maupun di
kabupaten termasuk dalam kategori healthy berturut-turut sebanyak 53,1% dan
54,9%. Hasil uji beda menggunakan T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang nyata antara persen lemak tubuh contoh di kota dan kabupaten (p>0,05).

Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk gerak tubuh yang
disebabkan oleh pergerakan otot dan rangka yang membutuhkan energi. Aktivitas
fisik dapat membantu memelihara keseimbangan energi dan mencegah terjadinya
kegemukan(Gibney et al. 2008). Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap
jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas
dalamsehari. WHO/FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel
utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi.

17

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan
dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan
besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.
Berdasarkan data recall aktivitas fisik 2 x 24 jam, sebagian besar waktu
contohdi kabupaten dan di kota dihabiskan untuk kegiatan ringan. Kegiatan hari
sekolah sebagian besar contoh menghabiskan waktunya dengan belajar, nonton
televisi, duduk dan bermain game atau laptop, sedangkan pada hari libur contoh
lebih memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi, main HP dan
mengerjakan tugas. Contoh yang melakukan olahraga disela-sela waktunya seperti
futsal, renang, badminton, dan bersepeda hanya beberapa orang saja. Hasil uji
beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
aktivitas fisik contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0,05). Hal ini disebabkan
pada hari sekolah dan hari libur aktivitas fisik contoh cenderung ringan. Jenis dan
lama aktivitas fisik contoh dapat dilihat pada 11.
Tabel 11 Jenis dan lama aktivitas fisik contoh
Jenis aktivitas fisik
Tidur
Mandi/berpakaian/berdandan
Makan
Ibadah/sholat
Mengerjakan tugas/belajar
Pekerjaan RT umum
Naik mobil/bus/angkot
Berjalan tanpa beban
Aktivitas di waktu luang
Bermain laptop/internet
Ngobrol/diskusi/rapat
Nonton tv/film
Ke pasar/warung/shoping
Berdiri/bw beban
Duduk
Bermain game

Kota (menit)
Sekolah Libur
423
544
41
48
54
40
65
91
532
106
16
79
62
19
6
10
39
65
19
76
64
36
76
258
7
24
0
0
27
33
0
11

Kabupaten (menit)
Sekolah Libur
470
577
63
70
73
74
73
65
395
58
16
23
52
23
3
25
11
12
25
40
5
3
114
250
0
18
55
0
45
54
26
88

Tabel 12 Sebaran aktifitas fisik contoh berdasarkan wilayah
Aktivitas fisik
PAL rata-rata±SD
Kategori aktivitas fisik
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Total

Kota
N

24
24
3
0
51

%
1,42±0,11
47,1
47,1
5,9
0,0
100

N

Kabupaten
%
1,40±0,10

17
32
0,0
0,0
49

34,7
65,3
0,0
0,0
100

18

Rata-rata tingkat aktivitas fisik atau PAL contoh di kota dan di kabupaten
tergolong dalam kategori ringan yaitu berturut-turut 1,40±0,10 dan 1,42±0,11.
Sebagian besar aktivitas fisik contoh kabupaten termasuk dalam kategori ringan
(65,3%), tidak jauh berbeda dengan contohdi kota termasuk dalam kategori sangat
ringan (47,1%) dan ringan (47,1%). Hasil uji bedaMann Whitney menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara PAL contoh di kota dan kabupaten
(p>0,05).
Frekuensi Konsumsi Fast Food
Fast food adalah makanan yang penyajiannya cepat dan singkat. Secara
umum fast food mengandung lemak yang tinggi (terutama yang digoreng).
Umumnya fast food disukai anak-anak, remaja maupun orangdewasa karena
rasanya sesuai selera dan harganya terjangkau. Kecenderungan kalangan remaja
(ABG) mengkonsumsi fast food belakangan ini semakin meningkat seiring
meningkatnya dan makin ramainya outlet-outlet yang menyediakan makanan
sejenis. Data frekuensi konsumsi fast food dapat dilihat pada di bawah ini.
Tabel 13 Rata-rata konsumsi pangan fast food
Jenis
pangan
Chicken
Nugget
Donat
Pizza
Sosis
Sphagetti
Beef Steak
Chicken
Steak
Hamburger
French
Fries
Fried
Chicken

Kota
Frekuensi
Jumlah
(kali/minggu) (gram/minggu)
rata-rata±SD
rata-rata±SD

Kabupaten
Frekuensi
Jumlah
(kali/minggu) (gram/minggu)
rata-rata±SD
rata-rata±SD

1,6±1,9

97,7±136,5

1,7±2,1

92,3±132,5

0,8±1,3
0,3±0,3
1,6±2,6
0,4±0,6
0,2±0,2

66,8±160,8
42,5±69,6
90,7±189,4
64,5±98,4
55,8±66,8

1,5±1,6
0,2±0,5
1,7±1,8
0,1±0,3
0,1±0,1

42,7±45,3
16,2±28,7
67,7±86,0
37,1±85,2
32,6±41,4

0,1±0,2

25,5±47,2

0,0±0,1

7,4±20,1

0,4±0,8

83,4±244,7

0,2±0,3

31,8±39,5

1,1±2,2

99,6±202,2

0,2±0,2

11,0±10,2

1,1±1,3

177,6±227,9

0,5±0,5

59,7±68,9

Berdasarkan 13 Fast food yang paling sering di konsumsi contoh di kota
dan di kabupaten adalah chicken nugget dan sosis dengan rata-rata konsumsi 1,6
kali/minggu, dengan jumlah masing-masing 97,7±136,5 dan 90,7±189,4 g/minggu
di kota serta 92,3±132,5 dan 67,7±86,0 g/minggu di kabupaten. Pangan tersebut
menjadi sering dikonsumsi diduga karena kemudahan dalam mendapatkan atau
merupakan menu favorit contoh. Jenis fast food yang paling jarang dikonsumsi di
kabupaten dan di kota yaitu chicken steak. Berdasarkan uji beda Mann Whitney,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) frekuensi konsumsi fast food
contoh antara di kota dan kabupaten. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

19

dilakukan oleh Anugrah et al. (2014) pada remaja SMA di Makassar
menunjukkan bahwa jenis fast food yang paling sering dikonsumsi yaitu
sosis,nuget dan kentang goreng. Hal ini disebabkan karena jenis fast food tersebut
paling banyak dijumpai di warung-warung ataupun kantin sekolah dan juga
harganya yang terjangkau. Jenis fast food yang paling jarang dikonsumsi yaitu
steak dan hotdog.
Frekuensi Konsumsi Soft Drink
Soft drink merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang
mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami
maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi.Minuman
ringan terdiri dari dua jenis, yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan
minuman ringan tanpa karbonasi. Berikut disajikan 14 mengenai sebaran contoh
berdasarkan frekuensi konsumsi minuman ringan di kabupaten dan di kota.
Tabel 14 Rata-rata konsumsi soft drink

Jenis Minuman
Jus Buah
Kopi
Bersoda
Teh

Kota
Frekuensi
Jumlah
(kali/minggu) (ml/minggu)
rata-rata±SD rata-rata±SD
1,2±1,6
316,3±466,6
1,3±3,4
285,4±751,3
0,9±1,3
424,0±616,1
3,2±4,3
1268,1±1962,9

Kabupaten
Frekuensi
Jumlah
(kali/minggu) (ml/minggu)
rata-rata±SD rata-rata±SD
1,1±1,6
246,4±368,8
0,5±0,6
89,1±162,0
2,4±3,9
500±1387,0
3,1±3,7
979,0±1351,1

Minuman ringan (soft drink) yang paling sering dikonsumsi di kota dan di
kabupaten yaitu jenis minuman teh dengan rata-rata jumlah konsumsi
1268.1±1962.9 ml/minggu di kota dan 979.0±1351.1 ml/minggu di kabupaten.
Rata-rata frekuensi konsumsi soft drink di kota (dua kali/minggu) lebih tinggi
dibandingkan di kabupaten. Hal ini sejalan dengan penelitian Safriani (2014) pada
SMA di Kota Bogor menunjukkan bahwa jenis minuman ringan yang paling
sering dikonsumsi oleh contoh adalah minuman teh dalam kemasan.
Berdasarkan uji beda Mann Whitney, tidak terdapat perbedaan signifikan
(p>0.05) dalam frekuensi konsumsi soft drink contoh antara di kota dan di
kabupaten. Hasil penelitian Framingham Heart Study di AS menunjukkan bahwa
seseorang yang mengonsumsi satu atau lebih minuman ringan (soft drink) per hari
(350 ml) dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, sindrom metabolik
dan hipertensi (Dhingra et al. 2007).

Konsumsi Pangan
Menurut Almatsier (2006) pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok