Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia Ke Amerika Latin

ANALISIS KINERJA EKSPOR ELEKTRONIKA INDONESIA
KE AMERIKA LATIN

FATHYA NIRMALA HANOUM

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Latin adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016
Fathya Nirmala Hanoum
NIM H14120035

ABSTRAK
FATHYA NIRMALA HANOUM. Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia
ke Amerika Latin. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.
Integrasi perdagangan internasional seperti FEALAC (Forum for East
Asia-Latin America Cooperation) dan SSEC (South-South Economic
Cooperation) merupakan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke pasar kawasan
Amerika Latin, salah satunya ekspor elektronika. Elektronika merupakan sepuluh
komoditi unggulan ekspor Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
daya saing ekspor elektronika Indonesia, mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor elektronika ke Amerika Latin dan dinamika pasar ekspor
elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari ITC, WITS, CEPII, World Bank, dan
UNCTAD. Metode analisis menggunakan RCA dan Porter’s Diamond untuk
mengetahui daya saing, gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor, dan EPD untuk memberikan gambaran dinamika ekspor
elektronika Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi elektroniia

Indonesia memiliki daya saing komparatif yang ditunjukkan dengan nilai RCA lebih
dari satu. Analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa daya saing kompetitif
elektronika Indonesia masih lemah. Hasil estimasi EPD elektronika Indonesia ratarata menunjukkan pangsa pasar dan permintaan ekspor komoditi elektronika yang
bertumbuh. Hasil estimasi gravity model menunjukkan bahwa variabel yang
signifikan adalah GDP perkapita Indonesia, jarak ekonomi, harga ekspor, GDP
perkapita negara tujuan, dan populasi, sedangkan variabel REER (Real Effective
Exchange Rate) tidak berpengaruh.
Kata kunci: ekspor elektronika, RCA, porter’s diamond, EPD, gravity model.

ABSTRACT
FATHYA NIRMALA HANOUM. Analysis of Indonesia Electronic Export
Performance to Latin America. Supervised by SRI MULATSIH.
International trade integration such as FEALAC (Forum for East AsiaLatin America Cooperation) and SSEC (South-South Economic Cooperation) are
an opportunity for Indonesia to enter Latin America’s market, expecially to export
electronic product. Electronic is one of Indonesia’s preeminent export product.
This research aims to analyze competitiveness, factors affect Indonesia’s
electronic export and Indonesia’s electronic export dynamic market to Latin
America. The data used secondary data for this research from ITC, WITS, CEPII,
World Bank, and UNCTAD. The methods used are RCA and Porter’s Diamond to
analyze competitiveness, gravity model used to analyze factors affect Indonesia’s

electronic export, and EPD to analyze Indonesia electronic export dynamic. The
result of this research shows that Indonesia electronic product has comparative
advantage with value of RCA more than one. Porter’s Diamond shows that
competitive advantage of Indonesia’s electronic product still weak. EPD
estimation in average of Indonesia’s electronic product to Latin America indicates

that exports and demand for electronic product increase. Gravity model estimation
shows that significant variables are Indonesia’s GDP percapita, economic
distance, export price, Latin America’s GDP percapita, and population. Whereas
REER (Real Effective Exchange Rate) variable is not significant.
Keywords: electronic export, RCA, porter’s diamond, EPD, gravity model.

ANALISIS KINERJA EKSPOR ELEKTRONIKA INDONESIA
KE AMERIKA LATIN

FATHYA NIRMALA HANOUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah
perdagangan, dengan judul Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia ke
Amerika Latin.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kedua orang tua Yuspinaldi, Elly
Badriah, dan kedua adik penulis Fahira Anindita Hanoum, Faiz Aditya Makarim
Ishaq, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, serta semangat yang
terus diberikan untuk penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih M.Sc, Agr selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu memberikan arahan dan nasihat kepada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama yang
telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan
skripsi ini.
3. Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku komisi pendidikan yang telah
memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
4. Teman satu bimbingan : Mia, Mira, dan Naufal yang selalu
mengingatkan, memberikan masukan, mendukung dan memotifasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Senior IE IPB : Mbak Dian, Mbak Eno, Ka Uke, Ka Randy dan Ka
Yulya yang memberikan bantuan, arahan dan masukan bagi penulis.
6. LABLE Hipotesa 2015 : Wita, Irman, Ana, Budi, Anggita, Erma, Rizke,
Kiki, Anugerah, dan Widiya yang memberikan semangat dan support
bagi penulis.
7. Teman satu kosan : Syifa, Afifah, Ati, dan Aisyah yang selalu
memberikan keceriaan dan masukan bagi penulis.
8. Teman semasa SMA : Cilla, Allin, Putri, Kaka, Nida, Annisa, Irza,
Santi, Mariam , Irina yang selalu memberikan dukungan dari jauh bagi
penulis.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi 49 yang selalu bersama selama empat
tahun terakhir, semoga kita semua dapat meraih kesusesan di jalan
masing-masing. Aamiin.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Fathya Nirmala Hanoum

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5


Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

6

METODE

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

24

SIMPULAN DAN SARAN

35


Simpulan

35

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

44


DAFTAR TABEL
Target pertumbuhan ekspor non migas Indonesia
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Uji d Durbin Watson : aturan keputusan
Klasifikasi komoditi elektronika Indonesia kode HS 8521
Jumlah populasi negara-negara di Amerika Latin (juta jiwa)
Volume ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika Latin
Hasil RCA komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin
Hasil indeks RCA komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin
Hasil uji estimasi model
Posisi Indonesia dalam ekspor elektronika (HS 8521) ke Amerika Latin

2
15
21
22
22
24
24

25
26
31

DAFTAR GAMBAR
Perkembangan ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2009-2013
Nilai ekspor kelompok hasil industri terhadap total ekspor hasil industri
2010-2014
Perkembangan ekspor Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013
Perkembangan ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika Latin
Konsep perdagangan internasional
Kerangka pemikiran penelitian
Porter's Diamond Model
Matriks daya saing EPD
Perkembangan GDP riil negara-negara kawasan Amerika Latin (20092013)
Hasil EPD elektronika Indonesia ke Amerika Latin
Pohon industri Video / Disc Player
Diagram analisis Porter’s Diamond komoditi elektronika Indonesia

1
2
3
4
6
14
17
18
23
26
32
34

DAFTAR LAMPIRAN
Hasil olahan RCA
Hasil olahan EPD
Uji normalitas
Uji hausman
Hasil estimasi Pooled Least Square
Hasil estimasi Fixed Effect Model
Uji chow
Korelasi antar variabel dependen dan variabel independen
Data variabel dependen dan independen analisis gravity model

38
39
40
40
40
41
41
42
42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ekspor Indonesia berupa sektor migas dan non migas
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Ekspor Indonesia sebesar 17.21 persen
didukung oleh sektor migas, dan 82.79 persen didukung oleh sektor non migas.
Sektor non migas sendiri lebih dari 80 persen dipegang oleh peranan sub sektor
industri. Ekspor non migas Indonesia saat ini masih didominasi oleh komoditas
primer dengan pangsa sebesar 65 persen, sementara ekspor produk manufaktur
hanya memiliki pangsa sebesar 35 persen dari total ekspor non migas Indonesia
(BPS 2015).
Gambar 1 menjelaskan bahwa selama periode 2009 sampai 2013, ekspor
impor Indonesia berdasarkan sektor mengalami fluktuasi. Impor sektor migas
semakin meningkat setiap tahunnya, dengan pertumbuhan sebesar 1.38 persen dari
tahun 2009 sampai 2013. Sektor non migas masih didominasi oleh arus ekspor
dibandingkan dengan impornya. Sektor non migas memiliki peranan penting
dalam penyumbang ekspor Indonesia. Sub sektor industri memiliki pertumbuhan
sebesar 66.55 persen pada tahun 2013 dari 80.79 persen peran sektor non migas
dalam perkembangan ekspor Indonesia.

Juta US$

200000
150000
100000
50000
0
2009

2010

Ekpor Migas
Ekspor Non Migas

2011

2012

2013

Tahun
Impor Migas
Impor Non Migas

Sumber : BPS, 2016
Gambar 1 Perkembangan ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2009-2013
Ekspor non migas Indonesia yang di dominasi oleh sektor primer dari segi
permintaan impornya produk manufaktur lebih tinggi dibandingkan dengan
produk primer, yakni mencapai 67 persen sementara permintaan impor akan
komoditas primer hanya mencapai 33 persen. Salah satu cara yang harus
dilakukan agar Indonesia dapat meningkatkan ekspor adalah dengan mengubah
struktur ekspor Indonesia dari dominasi komoditas primer menjadi dominasi
produk manufaktur untuk mendukung pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Tahun 2019, Indonesia nantinya akan meningkatkan kontribusi produk
manufaktur yang ditargetkan mencapai 65 persen dari total ekspor Indonesia
(Tabel 1).

2
Tabel 1 Target pertumbuhan ekspor non migas Indonesia
Indikator Sasaran
Pertumbuhan Ekspor Non Migas (%)
Kontribusi Produk Manufaktur terhadap
Total Ekspor (%)
Pertumbuhan Sektor Jasa (%)
Pertumbuhan Ekspor Non Migas ke
Pasar Utama (%)
Pertumbuhan Ekspor Non Migas ke
Pasar Prospektif (%)

Tahun
2017
2018
11.9
13.7

2015
8

2016
9.9

2019
14.3

44

47

51

57

65

12-14

13-16

14-17

18-18

16-19

5.5

7.7

10

11.5

13.5

9.7

11.9

14.3

15.9

18

Sumber : Renstra Kementrian Perdagangan, 2016
Kementrian perindustrian pun telah mencatat sepuluh komoditi industri
yang memiliki peranan penting dalam ekspor Indonesia, salah satunya adalah
komoditi elektronika. Kelompok hasil industri elektronika menempati urutan ke
empat setelah tekstil sebagai penyumbang ekspor tertinggi di sektor non migas
Indonesia. Elektronika menyumbang peranan ekspor Indonesia sebesar 6.88
persen di sektor Industri pada tahun 2014. Peranan sektor elektronika secara
keseluruhan dalam ekspor Indonesia sebesar 8.03 persen. Nilai ini cukup tinggi
bila melihat kembali ekspor Indonesia ke wilayah Amerika Latin, dimana
komoditi ini menjadi salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia. Gambar 2
menjelaskan fluktuasi perkembangan lima sektor unggulan ekspor Indonesia ke
negara tujuan.
25000

Juta Rupiah

20000
15000
10000
5000
0
2010

2011

2012
Tahun
Pengolahan Kelapa/kelapa Sawit
Tekstil
Pengolahan Karet

2013

2014

Besi Baja, Mesin, Otomotif
Elektronika

Sumber : Kementrian Perindustrian, 2016
Gambar 2 Nilai ekspor kelompok hasil industri terhadap total ekspor hasil industri
2010-2014
Indonesia sebagai salah satu negara yang besar telah mengembangkan
kerjasama ekonomi dan integrasi ekonomi antar wilayah yang merupakan salah
satu ciri sistem internasional selama lima belas tahun terakhir. Salah satu
kerjasama yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk masuk ke kawasan Amerika
Latin adalah FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation), kerja
sama perdagangan ini diikuti oleh negara-negara di Amerika Latin dengan negaranegara di Asia Timur, termasuk negara-negara ASEAN. FEALAC merupakan

3
salah satu forum yang memungkinkan pembicaraan mengenai penguatan
hubungan antara Indonesia dengan kawasan Amerika Latin. Kepentingan
Indonesia dalam kerja sama FEALAC ini dapat digunakan untuk pemulihan
perekonomian nasional maupun peningkatan kerjasama dan solidaritas antara
negara berkembang selatan-selatan. Amerika Latin telah membuktikan sebagai
pasar yang potensial bagi Indonesia, sehingga Indonesia dapat memperluas pangsa
ekspor Indonesia. Kemajuan negara-negara Amerika Latin selama dekade terakhir
telah dianggap penting bagi banyak negara khususnya Indonesia. Inilah yang
dapat dijadikan alasan kuat bagi Indonesia mulai melihat Amerika Latin sebagai
mitra yang menjanjikan di masa depan.
2E+09
1.8E+09
1.6E+09
1.4E+09
1.2E+09
1E+09
800000000
600000000
400000000
200000000
0

Argentina
Peru
Kosta Rika

US$

Kolombia
Brazil
Chili
Ekuador
Guatemala
2009

2010

2011
Tahun

2012

2013

Panama
Venezuela

Sumber : ITC, 2016
Gambar 3 Perkembangan ekspor Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013
Gambar 3 menunjukkan fluktuasi ekspor Indonesia ke beberapa negara di
kawasan Amerika Latin. Brazil merupakan salah satu pangsa pasar terbesar
Indonesia di Amerika Latin, diikuti oleh Argentina dan Chili. Nilai total ekspor
Indonesia ke Brazil sebesar US$ 1,528 ribu tahun 2010, dan cenderung
berfluktuasi setiap tahunnya. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi Indonesia untuk
memingkatkan terus ekspornya di pasar Amerika Latin.
Indonesia bersama dengan negara-negara Amerika Latin tergabung dalam
South-South Economic Cooperation (SSEC) pada tahun 1978. Pembangunan
dalam SSEC ini telah meningkatkan volume perdagangan antar negara selatanselatan, arus investasi asing, intergrasi regional, dan masih banyak lagi hal lainnya
yang bisa dipertukarkan (UNOSSC 2015). South-South Trade (SST) juga diikuti
oleh negara negara wilayah selatan dunia, tidak hanya Indonesia dan Amerika
Latin, melainkan pula wilayah Asia, Eropa dan Afrika bagian selatan.
Perdagangan antara South-South Trade (SST) dalam perdagangan barang telah
meningkat secara fenomenal. Ekspor wilayah selatan kepada negara lain di
wilayah selatan sekarang telah mencapai 50 persen dari ekspor wilayah negara
berkembang dan juga merupakan ekspor yang terbesar untuk negara-negara yang
perekonomiannya sedang berkembang (Agarwal 2013).
Ekspor Indonesia ke wilayah Amerika Latin antara lain coklat, minyak
kelapa sawit, batubara, bahan dan produk kimia, bahan makanan dan bumbu
masak, glassware karet dan produk karet, benang serat artifisial dan

4
simplepolyster, serat polyster bertekstur, tekstil dan garmen (pakaian jadi), sepatu,
peralatan plastik, furniture, peralatan rumah tangga, komponen elektronik,
peralatan komputer, dan alat musik. Produk-produk Indonesia yang juga memiliki
potensi antara lain handicraft dan souvenir, bahan bangunan, alat kesehatan,
aksesoris, dan suku cadang mobil (Rioriki 2015). Komoditi unggulan maupun
potensial yang diekspor Indonesia ke Amerika Latin berupa komoditi primer dan
komoditi manufaktur.
Perumusan Masalah
Elektronika sebagai salah satu dari sepuluh komoditi unggulan Indonesia
menurut data Kementrian Perdagangan memiliki pangsa pasar yang begitu besar
di wilayah Amerika, Asia, dan Eropa, diantaranya Jepang, Taiwan, Korea Selatan,
China, Malaysia, Hongkong, Australia, Singapura, Thailand, Vietnam, Jerman,
Italia, Belgia, Polandia, USA, Inggris, Denmark, Perancis, dan Yunani. Tetapi,
terjadinya goncangan krisis yang terjadi di pasar ekspor Indonesia seperti Amerika
Serikat pada tahun 2008 dan Eropa pada tahun 2010 berdampak negatif bagi
perkembangan ekspor Indonesia, tak terkecuali pada komoditi elektronika. Maka
dari itu, Indonesia perlu untuk membuka pasar baru yang relatif tidak terkena
krisis sebagai tujuan ekspor. Indonesia kini berusaha untuk meningkatkan ekspor
elektronika di wilayah Amerika Latin, hal ini dapat dilihat perkembangannya pada
Gambar 4.
NIilai Ekspor (US$)

30100000
25100000
20100000
15100000
10100000
5100000
100000
2009
Argentina
Chili

Peru
Ekuador

2010

2011
2012
Tahun
Kosta Rika
Kolombia
Guatemala
Panama

2013
Brazil
Venezuela

Sumber: ITC, 2016
Gambar 4 Perkembangan ekspor elektronika (HS 8521) Indonesia ke Amerika
Latin
Nilai ekspor elektronika Indonesia di pasar Amerika Latin mengalami
fluktuasi tiap tahunnya. Peningkatan terjadi di beberapa negara, diantaranya
Venezuela, Chili, Ekuador, dan Panama. Pertumbuhan ekspor elektronika besar
terjadi di Kolombia sebesar 9.62 persen dari tahun 2009 sampai 2013, diikuti oleh
Peru sebesar 8.7 persen, meskipun pada tahun 2013 mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya, namun tetap saja ekspor elekronika Indonesia ke Peru masih
tinggi. Pertumbuhan ekspor elektronika Indonesia di Ekuador dan Venezuela pun
meningkat sebesar 8.17 persen dan 7.63 persen dari tahun 2009 sampai 2013.
South-South Economic Cooperation dan FEALAC (Forum for East AsiaLatin America Cooperation) dapat membuka jalan ekspor Indonesia ke wilayah

5
selatan-selatan, salah satunya wilayah Amerika Latin. Integrasi perdagangan ini
ditujukkan untuk dapat meningkatkan ekspor. Produk elektronika Indonesia harus
memiliki daya saing agar mampu bersaing dan terus meningkatkan ekspor
elektronika di kawasan Amerika Latin. Oleh sebab itu rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana daya saing komparatif dan dinamika ekspor elektronika
Indonesia ke kawasan Amerika Latin?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor elektronika Indonesia ke
kawasan Amerika Latin?
3. Bagaimana daya saing kompetitif ekspor komoditi elektronika Indonesia
ke kawasan Amerika Latin?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis daya saing komparatif dan dinamika ekspor elektronika
Indonesia ke kawasan Amerika Latin.
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor elektronika Indonesia
ke kawasan Amerika Latin.
3. Menganalisis daya saing kompetitif ekspor komoditi elektronika Indonesia
di kawasan Amerika Latin.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
gambaran mengenai kondisi perdagangan Indonesia dengan kawasan
Amerika Latin terutama pada komoditas ekspor elektronika, sehingga
penelitian ini menjadi salah satu acuan pemerintah dalam membuat sebuah
kebijakan yang dapat terus meningkatkan kinerja ekspor elektronika
Indonesia di kawasan Amerika Latin.
2. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau
informasi tambahan terhadap daya saing ekspor elektronika Indonesia ke
kawasan Amerika Latin untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat
menambah wawasan serta pemahaman tentang kinerja ekspor elektronika
Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis daya saing ekspor elektronika Indonesia,
faktor-faktor yang memengaruhinya ke kawasan Amerika Latin, dan dinamika
ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Mitra dagang pada penelitian ini
terdiri dari sepuluh negara, yaitu Argentina, Brazil, Chili, Kosta Rika, Panama,
Guatemala, Venezuela, Kolombia, Ekuador dan Peru. Penelitian ini menggunakan
data sekunder periode 2009 sampai 2013. Klasifikasi produk yang digunakan
termasuk dalam kategori Harmonized System (HS) digit 4 yaitu 8521 (Video

6
recording or reproducing apparatus) dengan nomenclature product code HS
2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perdagangan Internasional
Globalisasi menjadikan perdagangan tidak hanya dilakukan di dalam
negeri namun mulai terjadinya perdagangan antar negara. Perdagangan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh pihak-pihak antar kedua
negara atau lebih yang dapat dilakukan oleh perorangan maupun pemerintah.
Perdagangan Internasional tercermin dari kegiatan ekspor impor suatu negara
yang menjadi salah satu komponen pembentukan GDP (Gross Domestic Bruto).
Teori perdagangan internasional semakin berkembang, mulai dari teori
keunggulan absolut oleh Adam Smith, munculnya teori keunggulan komparatif
yang dikembangkan David Ricardo, empat puluh tahun setelah tulisan Adam
Smith.

Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 5 Konsep perdagangan internasional
Gambar 5 menggambarkan perdagangan antara Negara P dan Negara Q.
DP dan SP adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara P sedangkan
DQ dan SQ adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara Q. Gambar 5
menunjukkan adanya kondisi harga yang lebih besar dari P1 menyebabkan negara
P akan mengalami kelebihan penawaran dari komoditi X, sehingga kurva
penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh panel B mengalami
peningkatan. Apabila harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara Q akan
mengalami peningkatan permintaan (konsumen akan meminta lebih banyak
karena harga yang relatif murah) sehingga tingkat permintaan lebih tinggi
daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara Q untuk
mengimpor kekurangan kebutuhan atas komoditi X tersebut dari negara yang
mengalami kelebihan produksi, yaitu negara P.

7
Berdasarkan harga relatif P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan akan
sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya pedagangan
internasional antara negara P dan Negara Q tingkat harga berada pada titik P2 dan
mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan
tersebut, maka negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksi yang
ditunjukkan oleh garis B dan E. Sementara itu karena tingkat harga domestik
Negara Q berada pada P3, maka negara Q akan mengimpor kekurangan
produksinya sebesar garis B’ dan E’.
Hubungan penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pda tingkat
harga P2 akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E*
(Panel B). Kurva S dan D pada panel B menunjukkan tingkat penawaran dan
permintaan yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat
keseimbangan, kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan
kuantitas yang diminta oleh Negara Q (Salvatore 1997).
Teori Daya Saing
Kondisi pasar dalam globalisasi menuntut negara untuk meningkatkan
daya saing produknya dalam perdagangan internasional, sehingga suatu negara
akan mendapatkan keuntungan dari perdagangan yang dilakukan. Porter (1990)
menyatakan bahwa daya saing dapat dilihat atau diidentikkan dengan
produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Peningkatan produktivitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan
jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang
digunakan, dan peningkatan teknologi (total factor productivity). Suatu negara
dapat berdaya saing apabila negara tersebut mampu untuk menekan biaya
produksinya serendah mungkin dengan kualitas yang baik. Peranan teknologi
sangat dibutuhkan dalam peningkatan daya saing. Keunggulan dalam daya saing
dapat dijelaskan oleh dua teori, yakni teori keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif.
Teori Keunggulan Komparatif
Teori ini mengungkapkan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien
dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara dapat melakukan
spesialisasi dalam produksi dan ekspor komoditi yang memiliki keunggulan
absolut lebih kecil dan akan melakukan impor komoditi yang memiliki kerugian
absolut lebih besar (Salvatore 1997). Hal ini juga perlu diingat bahwa dalam
konteks dua negara dan dua komoditi, jika salah satu negara telah ditetapkan
memiliki keunggulan komparatif dalam suatu komoditi, maka negara satunya
harus dianggap memiliki keunggulan komparatif dalam komoditinya.
Teori Keunggulan Kompetitif
Porter (1990) mengatakan bahwa perusahaan mendapatkan keunggulan
kompetitif melalui inovasi yang dilakukan. Inovasi menciptakan keunggulan
kompetitif dengan merasa dapat mendapatkan kesempatan dalam pasar secara
keseluruhan atau dengan memberikan bagian dari pasar yang orang lain

8
mengabaikannya. Ada beberapa kebijakan yang dapat pemerintah lakukan dalam
meningkatkan keunggulan kompetitif, diantaranya:
1. Fokus untuk spesialisasi pada faktor-faktor dalam berinovasi/berkreasi.
2. Hindari intervensi dalam pasar.
3. Melaksanakan standarisasi yang ketat pada produk, keamanan, dan
lingkungan.
4. Menata ulang kompetisi dalam suatu industri di pasar.
Perusahaan yang ikut andil dalam peningkatan keunggulan kompetitif perlu
menerapkan hal-hal berikut, yakni:
1. Meningkatkan inovasi.
2. Melihat pesaing lain sebagai motivator bagi perusahaan tersebut.
3. Menetapkan atau menyusun early-warning systems.
4. Meletakkan hal yang mendasar untuk mendukung dalam peningkatan
keunggulan kompetitif.
GravityModel
Shepherd (2013) menyatakan bahwa gravity model merupakan salah satu
kunci bagi para peneliti yang tertarik pada efek-efek dari kebijakan yang
berhubungan dengan perdagangan. Model ini memberikan hasil yang tepat
mengenai perkiraan pada dampak perdagangan terhadap perbedaan kebijakan
yang ditetapkan. Gravity model kini lebih sering memasukkan variabel-variabel
seperti halnya tarif yang menentukkan adanya batas atau hambatan perdagangan.
Pengaturan dalam kebijakan telah memperlihatkan adanya pengaruh pada
perdagangan yang dimodelkan pada kerangka gravity, sama halnya dengan
kondisi politik maupun karakteristik institusional suatu negara.
Gravity model ini merupakan salah satu model yang menarik yang
digunakan oleh para peneliti perdagangan internasional. Gravity model kini tidak
hanya sukses diterapkan perdagangan untuk barang, namun model ini telah sukses
juga diterapkan pada perdagangan jasa (Kimura dan Lee dalam Shepherd 2013).
Gravity model dengan bentuk yang paling sederhana dapat dituliskan sebagai
berikut:
log ij c b logGDPi b logGDPj b log ij eij
log ij log distanceij
dimana:
Xij
= Ekspor dari negara i ke negara j
GDP = Produk domestik bersih dari tiap-tiap negara
= Biaya perdagangan antara kedua negara, jarak adalah jarak geografis
ij
antara kedua negara (sebagai proxy yang diamati untuk biaya
perdagangan)
eij
= Random error term.
C adalah konstanta regresi dan b adalah koefisien yang diduga.
RCA (Revealed Comparative Advantage)
Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan sebuah indeks yang
digunakan untuk mengukur keuntungan maupun kerugian relatif komoditi tertentu
pada suatu negara yang tercermin pada pola perdagangannya, seperti pangsa pasar

9
ekspor. RCA ini memperlihatkan bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya
menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel
yang diukur pada metode ini dintaranya kinerja ekspor suatu produk pada wilayah
terhadap total ekspor wilayah tersebut yang kemudian dibandingkan dengan
pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Metode RCA telah mengalami
beberapa revisi dan modifikasi.
Porter’s Diamond Theory
Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing dapat diidentifikasikan
dengan produktifitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan daya saing suatu
komoditi adalah:
1. Kondisi faktor. Kondisi faktor yang dilihat dalam suatu negara,
diantaranya kemampuan tenaga kerja maupun infrastruktur.
2. Kondisi permintaan. Permintaan domestik yang dilihat dalam barang dan
jasa yang dihasilkan suatu industri.
3. Industri terkait dan penunjang. Keberadaan atau ketiadaan industri
pemasok dan “industri terkait” yang kompetitif secara internasional di
negara tersebut.
4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Kondisi dalam negeri
menentukan
bagaimana
perusahaan-perusahaan
dibentuk,
diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.
Interaksi antara keempat faktor tersebut ditentukan oleh dua hal, yaitu
kesempatan dan peranan atau kebijakan pemerintah. Kedua hal ini bersama-sama
dengan keempat faktor-faktor tersebut membentuk sistem dalam peningkatan
keunggulan daya saing kompetitif yang disebut Porter’s Diamond Theory.
EPD (Export Product Dynamic)
Export Product Dynamic (EPD) merupakan analisis produk ekspor yang
potensial dikembangkan di negara-negara non tradisional ekspor. Analisis EPD
dilihat dengan sebuah matriks, terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan
bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan
sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, sedangkan informasi kekuatan bisnis
diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah
negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan
bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam
empat kategori (“Rising Star”, “Falling Star”, “Lost Opppotunity”, dan
“Retreat”).
Teori Pendapatan
Gross domestic product (produk nasional bruto) adalah pendapatan total
yang secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh faktor-faktor produksi
yang dimiliki asing; pengeluaran total atas barang dan jasa yang diproduksi secara
domestik (Mankiw 2007). Tujuan GDP ini adalah meringkas aktivitas ekonomi
dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. GDP dapat
dijelaskan oleh dua konsep, yakni GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal

10
mengukur niai uang yang berlaku dari output perekonomian. GDP riil mengukur
output yang dinilai pada harga konstan. GDP riil ini lah yang diukur untuk melihat
pertumbuhan ekonomi nasional.
Komponen-komponen pengeluaran pendapatan nasional membagi GDP
menjadi empat kelempok pengeluaran, yakni konsumsi (C), investasi (I),
pembelian pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Simbol Y unutk GDP,
menunjukkan persamaan matematis pendapatan nasional,
Y merupakan variabel eksogen, dan komponen yang didalamnya
merupakan variabel endogen. Persamaan ini merupakan sebuah identitaspersamaan yang harus digunakan agar variabel-variabel bisa didefinisikan.
Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional.
REER (Real Effective Exchange Rate)
Nilai tukar (exchange rate) antar dua negara adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Ekonom
dunia membedakan nilai tukar menjadi dua, yakni nilai tukar nominal dan nilai
tukar riil (Mankiw 2007). Nilai tukar riil efektif atau Real effective exchange Rate
(REER) diperoleh dengan menyesuaikan indeks nominal effective exchange rate
(NEER) terhadap harga realtif dan biaya antar ekonomi suatu negara dengan
negara lain atau dengan partner dagangnya. Oleh karena itu, perubahan pada
REER akan memengaruhi perkembangan nilai tukar nominal dan perbedaan
inflasi antar partner untuk perdagangan internasional suatu negara.
Populasi
Populasi diartikan sebagai kumpulan individu-individu sejenis pada suatu
daerah tertentu. Istilah populasi berasal dari bahasa Inggris, population yang
berarti jumlah penduduk. Perkembangan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa
populasi bukan hanya dipandang sebagai suatu hal yang berkaitan dengan
masalah-masalah kependudukan, namun bisa lebih luas dari pada itu.
Pertambahan populasi suatu negara dapat meningkatkan permintaan suatu barang
dan jasa dalam perekonomian, hal ini dapat memengaruhi GDP suatu negara.
Jarak Ekonomi
Li, Song, dan Zhao (2008) mengungkapkan bahwa jarak ekonomi
merupakan suatu ukuran dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara
dalam melakukan ekspor. Jarak ekonomi ini diukur dari jarak geografis suatu
negara dengan negara tujuan dikalikan dengan perbandingan antara GDP total
negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor yang
diteliti. Shepherd (2013) menyatakan bahwa ekspor berbanding terbalik dengan
jarak antar kedua negara dimana semakin jauh jarak antara negara-negara yang
sedang melakukan perdagangan maka arus perdagangan akan mengalami
penurunan begitu pula sebaliknya.

11
Harga
Harga dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi ekspor.
Jika harga suatu komoditi meningkat maka akan menurunkan ekspor komoditi
tersebut. Kondisi ini dapat menyebabkan turunnya permintaan ekspor terhadap
komoditi tersebut (cateris paribus).
Kenaikan harga ekspor suatu negara akan menyebabkan konsumen luar
negeri mengurangi jumlah permintaan terhadap barang tersebut, sehingga
menyebabkan volume ekspor dari suatu negara akan mengalami penurunan
(Lipsey, Courant, Purvis, Steiner 1997). Ketika terjadi penurunan harga ekspor,
suatu negara akan berusaha untuk mempertahankan pendapatan ekspornya,
sehingga akan meningkatkan volume ekspor.
Teori Ekspor
Lipsey (1995) menyatakan bahwa ekspor dapat diartikan sebagai total
penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara kemudian
diperdagangkan kepada negara lain untuk mendapatkan devisa suatu negara.
Komponen net export (ekspor dikurangi dengan impor) menjadi salah satu
variabel dalam perhitungan pendapatan nasional. Lipsey (1995) berpendapat
bahwa pertumbuhan ekspor suatu komoditas dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Adanya daya saing dengan negara-negara lain di dunia. Suatu negara
sebaiknya melakukan spesialisasi sehingga negara tersebut dapat
mengekspor komoditas yang telah diproduksi untuk dipertukarkan
dengan komoditas yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih
rendah sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara
tersebut.
2. Adanya penetapan harga pasar dalam negeri dan harga pasar
internasional. Jika harga internasional lebih tinggi daripada harga pasar
domestik maka produsen lebih memilih untuk memasarkan komoditas
yang diproduksi ke pasar internasional sehingga akan meningkatkan
pertumbuhan ekspor di negara tersebut.
3. Adanya permintaan dari luar negeri. Semakin tinggi permintaan dari
luar negeri terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara,
maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekspor di negara tersebut.
4. Nilai tukar mata uang. Jika suatu negara mengalami apresiasi nilai
tukar maka akan menurunkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut.
Hal tersebut terjadi karena harga barang luar negeri lebih murah
dibandingkan dengan harga barang domestik sehingga permintaan luar
negeri terhadap komoditas tersebut akan menurun.
Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Cortes (2007) melihat hubungan perdagangan antara
Australia dengan sembilan negara di wilayah Amerika Latin menggunakan gravity
model. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan kondisi ekonomi dan politik
(dummy pemilihan presiden) memengaruhi hubungan bilateral perdagangan antara
Australia dengan Amerika Latin. Kondisi politik berpengaruh secara signifikan di
Brazil, Meksiko, dan The Andean Community Countries (Kolombia, Ekuador,

12
Peru, and Venezuela). Jarak ekonomi berpengaruh signifikan dan negatif di
seluruh negara yang diteliti kecuali Meksiko (jarak ekonomi signifikan pada
produk manufaktur). Variabel nilai tukar bilateral signifikan pada ekspor produk
primer Australia di tiga negara yakni Brazil, Chili, dan Uruguay. Variabel
keterbukaan ekonomi Australia berpengaruh signifikan untuk partner dagang
utama, yakni Brazil, Chili, Kolombia, Meksiko, dan Peru. Populasi berpengaruh
signifikan positif kecuali pada Brazil dan Ekuador. Populasi berpengaruh besar
pada Argentina, Brazil, dan Meksiko dibandingkan negara lainnya. GDP riil
berpengaruh signifikan positif terhadap ekspor Australia ke Amerika Latin sebesar
12 dari 34 model regresi.
Hasil kajian oleh Lubis (2010) mengenai analisis kinerja perdagangan
sektor elektronik sebelum dan setelah pelaksanaan CAFTA bahwa produk yang
paling banyak diekspor Indonesia ke China adalah optical disk drive, kamera
digital dan komponen elektronik lainnya. Hasil ISP menunjukkan bahwa produk
yang masih memiliki peluang untuk ditingkatkan ekspor ke China hanya optical
disk drive dan kamera digital. Adapun untuk produk lainnya yang memiliki indeks
ISP negatif mengindikasikan produk tersebut masih dalam tahapan industri baru
dan dalam tahap pengenalan pasar. Indeks RCA bilateral menunjukkan sebagian
besar produk elektronik impor yang berasal dari China memiliki nilai indeks
diatas seribu. Hasil indeks yang sangat tinggi ini konsisten dengan hasil
perhitungan ISP.
Yuniarti (2007) menganalisis determinan perdagangan bilateral Indonesia
(pendekatan gravity model) yang menyimpulkan bahwa model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah fixed effect model. Hasil penelitian mampu
menjelaskan determinan perdagangan bilateral Indonesia, dimana variabel
pendapatan eksportir dan importir berpengaruh positif, variabel jarak ekonomi
berpengaruh negatif. GDP negara eksportir mengukur kapasitas produksi negara
tersebut, sehingga semakin besar GDP maka semakin besar kapasitas produksi
yang dimiliki yang akan meningkatkan ekspor. Variabel perbedaan endowment
tidak berpengaruh terhadap perdaganan bilateral. Populasi berpengaruh terhadap
determinasi perdagangan, semakin besar populasi negara mitra dagang
menunjukkan potensi pasar yang besar. Keanggotaan dalam FTA tidak
berpengaruh pada perdaganan bilateral.
Penelitian oleh Utami (2008) menggunakan gravity model pada analisis
variabel-variabel determinan ekspor ASEAN: kasus Indonesia, Thailand,
Singapura dan Filipina tahun 1990-2006, mendapatkan hasil faktor determinan
ekspor Indonesia yakni pada sektor manufaktur pada GDP, GFCF (Gross Fixed
Capital Formation), REER (Real Effective Exchange Rate) memiliki hubungan
positif dengan indeks volume ekspor. Perubahan inflasi/CPI year on year
berhubungan negatif dengan indeks volume ekspor. Semua variabel dalam
penelitian untuk kondisi di Indonesia yang signifikan memengaruhi indeks
volume ekspor kecuali variabel REER (Real Effective Exchange Rate). Thailand
dan Singapura memiliki determinan ekspor GDP per kapita dan proporsi sektor
manufaktur pada GDP. Determinan ekspor Filipina adalah indeks harga ekspor,
proporsi GFCF (Gross Fixed Capital Formation), REER (Real Effective Exchange
Rate), dan perubahan inflasi.
Studi Yunia (2015) menggunakan gravity model, RCA, dan EPD
menyimpulkan bahwa hasil estimasi nilai RCA pada negara-negara di Amerika

13
Latin mempunyai nilai rata-rata lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa
alas kaki Indonesia memiliki keunggulan daya saing komparatif. Hasil estimasi
EPD, negara yang menempati posisi retreat yaitu Argentina dan Ekuador,
sedangkan yang menempati posisi falling star yaitu Brazil, Chili, Paraguay, Peru,
Uruguay, dan Venezuela. Hasil ini mengindikasikan bahwa alas kaki Indonesia di
negara-negara tersebut adanya pertumbuhan pangsa pasar ekspor yang positif,
namun permintaan terhadap alas kaki Indonesia di negara ini justru negatif. Hasil
etsimasi model gravity model yaitu GDP Indonesia, dan jarak ekonomi memiliki
hubungan negatif dan signifikan, harga ekspor memiliki hubungan negatif namun
tidak berengaruh nyata terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Sedangkan
variabel GDP ke delapan negara di Amerika Latin, nilai tukar mempunyai
hubungan positif dan signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Komoditi eletronika merupakan salah satu dari sepuluh komoditi unggulan
ekspor Indonesia. Indonesia perlu mencari pasar ekspor selain Eropa dan Amerika
yang pernah mengalami krisis dan dapat memengaruhi ekspor Indonesia. Adanya
kesepakatan perdagangan antara Asia Timur dengan negara-negara kawasan
Amerika Latin atau FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation)
maupun tergabungnya Indonesia di dalam South-South Economic Cooperation
(SSEC) ini membuat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk memperluas
pangsa ekspornya ke wilayah Amerika Latin. Negara-negara di wilayah Amerika
Latin yang menjadi pelaku pasar komoditi elektronika Indonesia diantaranya
Argentina, Brazil, Chili, Kosta Rika, Panama, Guatemala, Venezuela, Kolombia,
Ekuador dan Peru. Analisis daya saing yang digunakan adalah analisis RCA
(Revealed Comparative Advantages) dan analisis Porter’s Diamond Model.
Analisis EPD (Export Product Dynamic) menunjukkan dinamika ekspor dan
potensi perdagangan komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Amerika
Latin mempunyai populasi penduduk yang sangat besar sehingga menjadi pasar
yang sangat potensial baik untuk produk elektronik Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis daya saing komoditi ekspor elektronika Indonesia di wilayah
Amerika Latin dengan menghitung nilai RCA dan analisis Porter’s Diamond.
Selanjutnya, untuk dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran
ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin maka digunakan metode gravity
model. Analisis EPD digunakan untuk melihat dinamika ekspor elektronika
Indonesia di wilayah Amerika Latin. Keempat analisis ini dapat melihat
bagaimana kinerja ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Gambar 6
menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

14
Elektronika
sebagai sepuluh
komoditi
unggulan
ekspor
Indonesia

Tebentuknya
FEALAC dan
SSEC

Membuka
pasar ekspor
Indonesia ke
Amerika Latin

Daya Saing
Ekspor
Elektronika

RCA (Revealed
Comparative
Advantage) dan
Porter’s Diamond
Model

Analisis
Dinamika
Ekspor
Elektronika

Faktor-faktor
yang
memengaruhi
ekspor
Elektronika

EPD (Export
Product
Dynamic)

Kinerja
Ekspor

Analisis Gravity Model
dengan melihat:
 GDP perkapita
Indonesia dan
Amerika Latin
 Real Effective
Exchange Rate
 Harga Ekspor
 Jarak Ekonomi
 Populasi

Gambar 6 Kerangka pemikiran penelitian
Hipotesis
Berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian yang
telah dibentuk, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. GDP perkapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor
komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.
2. GDP perkapita negara-negara Amerika Latin berpengaruh positif terhadap
nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.
3. Nilai tukar riil efektif mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai ekspor
komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.
4. Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditi
elektronika Indonesia ke Amerika Latin.
5. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditi
elektronika Indonesia ke Amerika Latin.
6. Populasi negara-negara Amerika Latin berpengaruh positif terhadap nilai
ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin.

METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari beberapa sumber. Data diperoleh dari, WDI (World
Development Indicator) atau World Bank, Centre d'Etudes Prospectives et

15
d'Informations Internationales (CEPII), International Trade Centre (ITC) dan
UNCTAD serta beberapa jurnal dan literatur yang relevan dengan penelitian ini.
Periode dalam analisis ini dimulai dari tahun 2009 sampai 2013. Pengambilan data
dimulai dari Desember 2015 hingga Februari 2016.
Tabel 2 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Jenis Data
Definisi Operasional
Nilai
dan Nilai ekspor dan volume
Volume
ekspor
elektronika
Ekspor
Indonesia dan dunia ke
negara-negara Amerika
Latin
GDP
GDP perkapita Indonesia
dan
negara-negara
Amerika Latin pada
tahun ke-t
REER
Nilai tukar riil efektif
mata uang antara negaranegara Amerika Latin
dengan mata uang AS
Populasi

Jarak

Jumlah
penduduk
negara-negara Amerika
Latin
Jarak geografis antara
Indonesia-Amerika Latin

Sumber
ITC 2016

Satuan
US$

World Bank 2016

US$

UNCTAD 2016

World Bank 2016

Mata uang
negaranegara
Amerika
Latin/ US$
Jiwa

CEPII

Km

Jarak Ekonomi dirumuskan sebagai berikut:
Jarak ekonomi jarak geografis
dimana:
GDPt


GDP t
∑nt GDPt

(1)

= GDP Amerika Selatan pada tahun ke-t
= GDP total negara-negara di Amerika Selatan yang di analisis
pada tahun ke-t

Harga Ekspor dirumuskan sebagai berikut:
PE

Nilai Ekspor komoditi elektronika
olume ekspor komoditi elektronika

(2)

Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan kuantitatif menggunakan analisis regresi
berganda dengan menggunakan gravity model. Analisis daya saing dilakukan
dengan analisis Revealed Comparative Advantages (RCA) dan Porters’s Diamond
(pendekatan kualitatif). Analisis dinamika ekspor menggunakan Export Product
Dynamics (EPD). Data tersebut diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 dan
Microsoft Excel 2007.

16
Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA)
Konsep Revealed Comparative Advantages (RCA) pertama kali
diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa
keunggulan komparatif suatu negara dicerminkan dalam ekspornya. Analisis RCA
yang kita gunakan dapat menganalisis posisi daya saing elektronika Indonesia di
negara-negara Amerika Latin. Adapun variabel yang diukur adalah kinerja ekspor
suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan
dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Secara matematis, RCA
dapat dituliskan seperti persamaaan berikut:
CA

i
t



Wi
Wt

(3)

dimana:
Xi
= nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin (US$)
Xt
= nilai total ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin (US$)
Wi
= nilai ekspor komoditi elektornika dunia ke Amerika Latin (US$)
Wt
= nilai total ekspor dunia ke Amerika Latin (US$)
t
= tahun ke-t
Apabila didapatkan nilai RCA lebih dari satu, maka negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi yang diekspor. Sedangkan jika
nilai RCA kurang dari satu, maka negara tersebut tidak memiliki keunggulan
komparatif dalam komoditi yang diekspor. Apabila kita membandingkan nilai
RCA antar dua waktu, maka akan diperoleh indeks RCA yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Indeks CA

CAt
CAt-

(4)

dimana:
RCAt = nilai RCA pada tahun ke-t.
RCAt-1 = nilai RCA pada tahun sebelumnya.
Hasil perhitungan RCA dapat disimpulkan apabila nilai RCA lebih besar
dari satu maka dapat diartikan negara Indonesia memiliki keunggulan komparatif
dalam persaingan ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin,
sedangkan apabila nilai RCA kurang dari satu maka komoditi elektronika
Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di Amerika Latin. Indeks RCA
dapat diartikan apabila nilai indeks sama dengan satu maka tidak terjadi RCA atau
kinerja ekspor alas kaki Indonesia tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya.
Analisis Porter’s Diamond Model
Analisis porter’s diamond dapat memperlihatkan kondisi daya saing
kompetitif komoditi elektronika Indonesia di pasar kawasan Amerika Latin.
Porter’s Diamond menganalisis kondisi faktor komoditi elektronika Indonesia,
kondisi permintaan terhadap ekspor elektronika Indonesia, industri terkait
penunjang komoditi elektronika, strategi, struktur dan persaingan komoditi
elektronika. Selain itu, dilihat pula peranan pemerintah dan kesempatan yang bisa
dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor elektronika ke Amerika
Latin.

17
Firm Strategy,
Structure and Rivalry

Factor Conditions

Demand Condition

Related and
Supporting Industries

Sumber : Porter, 1990
Gambar 7 Porter's Diamond Model
Analisis EPD (Export Product Dynamic)
Konsep EPD memperhitungkan apakah suatu produk yang diekspor oleh
Indonesia memiliki potensi yang besar ke wilayah Amerika Latin.Rumus
perhitungan posisi kelemahan dan kekuatan produk dalam analisis EPD adalah
sebagai berikut:
Sumbu X : Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia
umbu

∑t

( i)

t t

- ( i)

t t-

(5)

Sumbu Y : Pertumbuhan pangsa pasar Indonesia di wilayah Amerika Latin
umbu
dimana:
Xi
Xt
Wi
Wt
T
t

=
=
=
=
=
=

∑t

W
( i)

Wt t

W

- (Wi )

t t-

(6)

nilai ekspor komoditi elektronika Indonesia ke Amerika Latin (US$)
nilai ekspor komoditi elektronika Dunia ke Amerika Latin (US$)
nilai ekspot total Indonesia ke Amerika Latin (US$)
nilai ekspor total Dunia ke Amerika Latin (US$)
jumlah tahun
tahun ke-t

Matriks posisi daya saing EPD tardiri dari rising star, lost opportunity,
falling star, dan retreat. Rising Star menunjukkan adanya peningkatan pangsa
pasar dan permintaan ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Lost
Opportunity merupakan kondisi pasar dengan penurunan pangsa pasar ekspor
yang tidak diharapkan, sehingga kehilangan kesempatan pangsa ekspor
elektronika di Amerika Latin. Falling Star merupakan kondisi dimana terjadi
peningkatan pangsa ekspor, namun tidak diikuti oleh peningkatan permintaan
terhadap komoditi tersebut. Retreat merupakan kondisi dimana produk suatu
negara sudah tidak diinginkan lagi oleh pangsa pasar, sehingga terjadi pangsa
ekspor dan permintaan produk yang negatif.

18
Lost
Opportunity

Rising Star

Retreat

Falling
Star

Gambar 8 Matriks daya saing EPD
Panel Data
Panel data merupakan gabungan antara data time series dan cross section.
Panel data memperlihatkan unit cross section yang sama diambil selama jangka
waktu tertentu. Secara singkatnya, panel data memiliki jarak yang sama dengan
dimensi waktu (Gujarati dan Porter 2009). Baltagi (2005) dalam Gujarati (2009)
menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan dari menggunakan panel data, antara
lain:
1. Panel data dapat mengatur heterogenitas individual.
2. Panel data memberikan informasi data yang lebih informatif, lebih
beragam, kolinieritas yang rendah antar sesama variabel, lebih banyak
derajat bebas, dan lebih efisien.
3. Panel data lebih baik dalam mempelajari dynamics of adjustment.
4. Panel data lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur dampak
yang sederhana tapi tidak dapat dideteksi dalam pure cross-section
atau pure time-series.
5. Model panel data mengizinkan para penelitinya untuk membangun dan
menguji perilaku model yang lebih rumit dari pada purely crosssection atau time-series.
6. Panel data dapat meminimisasi hasil yang bias jika kita menjumlahkan
individu-individu a