Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia Ke Amerika Serikat

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA KE

AMERIKA SERIKAT

TESIS

Oleh

THORNY SAMANHUDI

077018047/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA KE

AMERIKA SERIKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

THORNY SAMANHUDI

077018047/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGA- RUHI EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

Nama Mahasiswa : Thorny Samanhudi Nomor Pokok : 077018047

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, SE.,M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 16 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Jonni Manurung, MS 3. Drs. Rujiman, MA


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pertanian Indonesia ke Amerika Serikat dengan mengunakan data panel untuk komoditas karet, coklat dan cpo dalam kurun waktu triwulanan selama 9 tahun (1999-2007)

Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Genaralized Least Square (GLS) dengan Model Effek Tetap (MET) setelah terlebih dahulu melakukan Uji Chow.

Hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99,9% yang berarti variabel bebas seperti harga,kurs,GDP Amerika Serikat,dan penduduk

Amerika Serikat dapat menjelaskan volume ekspor pertanian sebesar 99,9% dan sisanya sebesar 0.1% dijelaskan oleh veriabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

Kata kunci : Komoditas Karet, Coklat dan Cpo, Metode Genaralized Least Square (GLS) dengan Model Effek Tetap (MET)


(6)

ABSTRACT

The aim of this reserch is to analiyze the factors influence on

agricultures’export of Indonesia to United States by using panel data during

quarterly 9 years (1999-2007). There are many factors as variables which influence Indonesia agriculture export such as exchange rates, Price and United States’s Gross Domistic Product and popolation.

The method is Generalized Least Square (GLS) with Fixed Effects Model by Chow Test.

The result shows that the coeffient of determination (R2) of export function is 99% wihich means that the entire independent variables can explain Indonesia agriculture export. Prices and exchange rates variables have negatively influence and significant to exsport of Indonesia to United States,but United States’s gross domistic product has positively influence and significan to export. United States’s population variable has positively influence and not significant.to explain Indonesia agriculture export.

Key words : Exchange Rates, Price and United States’s Gross Domistic Product, Generalized Least Square (GLS) with Fixed Effects Model by Chow Test


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan ALLAH SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas Sumatera Utara (USU)

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU)

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai ketua pembimbing yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A., sebagai anggota pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan arahannnya kepada penulis.

5. Bapak Dr. Jonni Manurung, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. dan Drs. Rujiman, M.A. sebagai pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(8)

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIII dan sebelumnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Bapak Kepala Kantor dan rekan-rekan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia yang memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Ibunda yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

11. Istriku tercinta, Afriani Rahayu serta kedua putriku yang cantik dan shalehah, Salwa Salsabilla dan Putri Miftahul Wulandari serta putraku Sulthon Abdillah, yang terus memberikan doa serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga ALLAH SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis.

Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin.

Medan, Juni 2009


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : THORNY SAMANHUDI

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 26 Mei 1968 Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl.Setia Gg.Bilal Muliorejo Sunggal Deli Serdang Nama Istri : Afriani Rahayu

Nama Orang Tua Laki-laki : Parno Sutarto Wigyohartono Nama Orang Tua Perempuan : Maryati

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD Negeri No.113 Tanjung Balai 1976 - 1982 Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri Plupuh Sragen 1982 - 1985 Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri Gemolong Sragen 1985 - 1988 Sarjana Muda : Diploma III Keuangan Jakarta 1988 - 1991 Sarjana Ekonomi/Akuntansi : Universitas Medan Area Medan 1994 - 1997 Sekolah Pasca Sarjana : U S U – Medan 2007 – 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori Perdagangan Luar Negeri ... 8

2.2 Teori Penawaran dan Permintaanan Ekspor ... 10

2.3 Faktor Harga ... 11

2.4 Gross Domestic Product (GDP) ... 12

2.5 Nilai Tukar Mata Uang (kurs) ... 14

2.6 Penelitian Terdahulu ... 16

2.7 Hipotesis Penelitian ... 24

2.8 Kerangka Pikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 26

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 26


(11)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5 Batasan Operasional... 28

3.6 Metode Analisis Data Panel ... 28

3.7 Uji Chow (Chow Test) ... 32

3.8 Uji Kesesuaian (Test of Coodness of Fit) ... 34

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisis Kinerja Ekspor Perkebunan ... 35

4.2 Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat ... 40

4.3 Perkembangan Ekspor Perkebunan ... 42

4.3.1 Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) ... 43

4.3.2 Ekspor Karet Alam ... 47

4.3.3 Ekspor Coklat ... 51

4.4 Analisa Hasil Persamaan Volume Ekspor Produk Pertanian Indonesia ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Pertanian Indonesia Tahun

2002-2006... 1

1.2 Data Ekspor dan Impor Komoditas Perkebunan Indonesia 1995-2004... 3

4.1 Neraca Ekspor – Impor Produk Pertanian Tahun 1995 – 2005 (Juta Ton dan Juta US$)... 37

4.2 Neraca Nilai Perdagangan Beberapa Komoditi Utama Perkebunan Tahun 1995 – 2005 (juta US$)... 39

4.3 Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Ekspor Pertanian Tahun 2002-2004... 41

4.4 Eksportir CPO Dunia Tahun 2003-2004... 44

4.5 Ekspor CPO ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007 ... 46

4.6 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia Tahun 1995-2005... 49

4.7 Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Tahun 1999-2007... 50

4.8 Eskpor Coklat Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007... 52


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor

Produk Pertanian Indonesia ... 25

4.1 Tujuan Ekspor Produk Pertanian Indonesia Tahun 2004... 41

4.2 Eksportir CPO Dunia Tahun 2004 ... 45

4.3 Ekspor CPO Tahun 1999-2007 ... 47

4.4 Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007 ... 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Ekspor, Harga, Kurs, GDP AS, dan Populasi AS ... 68 2. Hasil Estimasi ... 70


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis global pada pertengahan 2008 telah membuat kontraksi dalam perekonomian Indonesia. Salah satu dampak krisis yang paling besar adalah pada permintaan ekspor komoditas Indonesia. Ekspor Indonesia mengalami kontraksi yang luar biasa, terutama ekspor komoditas pertanian. Turunnya permintaan ekspor ini menyebabkan efek ikutan (contigous effect) yang terus bergulir. Turunnya permintaan ekspor pertanian menyebabkan melimpahnya komoditas pertanian yang menyebabkan harga komoditas tersebut anjlok. Tercatat dua komoditas yang mengalami penurunan harga yang sangat tajam yaitu kelapa sawit dan karet. Harga kelapa sawit yang sebelumnya mencapai kisaran harga Rp.1800 –Rp. 2000 / kg, turun mencapai level terendah Rp.350,00 /kg. Tentu saja hal ini berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Berikut disajikan data perkembangan ekspor produk pertanian Indonesia.

Tabel 1.1. Perkembangan Ekspor komoditi pertanian Indonesia Tahun 2002-2006 Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan

Tahun

Volume(Ton) Nilai(US$) Volume(Ton) Nilai(US$) Volume(Ton) Nilai(US$) 2002 803,833 188,242 405,005 209,661 10,507,937 5,024,698 2003 764,142 229,874 340,137 207,954 10,367,276 5,771,850 2004 1,234,342 200,379 344,134 200,379 13,416,062 7,811,054 2005 1,008,432 272,762 404,276 229,245 16,048,332 9,199,486 2006 846,714 258,538 477,594 234,505 18,577,244 12,279,393 Sumber : Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan,2006


(16)

Khusus untuk subsektor perkebunan yang menjadi unggulan untuk ekspor Indonesia dan juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, kontrakasi dalam jumlah besar permintaan produk pertanian terutama subsektor perkebunan akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkonomian nasional. Selain turunnya pendapatan dari ekspor, kelebihan produksi nasional akan produksi subsektor pertanian menimbulakn masalah yang sama beratnya. Kelebihan produksi ini yang tidak dapat diserap pasar ekspor juga tidak dapat diserap pasar domestik. Hal ini disebabkan kapasitas perkonomian nasional belum cukup menyerap sebahagian besar produksi nasional dari subsektor pertanian ini. Tentu saja hal ini diakibatkan oleh lemahnya atau masih kecilnya investasi yang terjadi untuk pengolahan produk-produk primer hasil dari subsektor perkebunan, padahal permintaan terhadap produk turunan subsektor pertanian untuk konsumsi domestik sangat lah besar.

Data perkembangan ekspor komoditas subsektor perkebunan terus mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Neraca perdagangan internasional Indonesia untuk subsektor perkebunan mengalami surplus yang besar setiap tahunnya. Pada tabel 2 ditunjukkan neraca perdagangan beberapa komoditas perkebunan. Minyak kelapa sawit merupakan komoditi andalan utama ekspor perkebunan yang kemudian disusul oleh karet, kakao, kopi, kelapa dan teh.Komoditi yang ekspornya terus menunjukkan peningkatan (khususnya pada tahun 2002–2005) dan nilainya cukup tinggi adalah minyak kelapa sawit, karet,kakao dan kopi.Berikut data ekspor dan impor komoditas perkebunan dalam 10 tahun terakhir.


(17)

Tabel 1.2. Data Ekspor dan Impor Komoditas Perkebunan Indonesia 1995-2004

PRODUK TAHUN

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Ekspor 1,22 1,43 1,4 1,64 1,49 1,38 1,45 1,5 1,66 2

Impor 0 0 0,01 0,01 0,02 0,03 0,01 0,02 0,01 0,002

Karet

Neraca 1,22 1,43 1,4 1,63 1,48 1,35 1,44 1,48 1,65 1,008 Ekspor 0,17 0,41 0,7 0,45 0,45 0,83 0,47 0,57 0,47 0,43

Impor 0,03 0,05 0 0,01 0 0 0 0 0,01 0,02

Kelapa

Neraca 0,14 0,36 0,7 0,45 0,45 0,83 0,47 0,57 0,46 0,41 Ekspor 1,58 2,01 3,47 1,83 3,9 4,7 5,49 7,08 7,05 9,2

Impor 0,05 0,12 0,1 0,02 0 0,01 0 0,01 0,01 0,01

Kelapa Sawit

Neraca 1,52 1,9 3,38 1,81 3,9 4,69 5,49 7,07 7,05 9,19 Ekspor 0,23 0,32 0,27 0,33 0,42 0,42 0,3 0,46 0,36 0,4

Impor 0 0 0,01 0,01 0,01 0,02 0,04 0,04 0,04 0,06

Kakao

Neraca 0,23 0,32 0,26 0,33 0,41 0,4 0,26 0,42 0,32 0,34 Ekspor 0,22 0,37 0,31 0,36 0,35 0,34 0,25 0,33 0,32 0,3

Impor 0 0 0,01 0 0 0,01 0,01 0,01 0 0,006

Kopi

Neraca 0,22 0,37 0,3 0,35 0,35 0,33 0,24 0,32 0,32 0,294 Ekspor 0,08 0,1 0,07 0,07 0,1 0,11 0,1 0,1 0,09 0,1

Impor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,004

Teh

Neraca 0,08 0,1 0,06 0,06 0,1 0,1 0,1 0,01 0,08 0,096

Sumber : Dirjen Pengolahan& Pemasaran Hasil PertanianDeptan,2006

Efek lanjutan dari penurunan harga tersebut adalah penurunan secara tajam terhadap pendapatan petani dan pengusaha komoditas pertanian di Indonesia. Penurunan pendapatan ini membuat kerugian besar bagi para petani dan pengusaha. Untuk menutupi kerugian yang lebih besar pengusaha biasanya melakukan efisiensi terhadap usahanya. Efisiensi yang paling sering adalah rasionalisasi terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan, dengan kata lain pengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan. Akibat selanjutnya adalah bertambahnya jumlah


(18)

pengangguran di Indonesia. Bertambahnya jumlah pengangguran di Indonesia menyebabkan bertambahnya angka kemiskinan di Indonesia. Bertambahnya angka kemiskinan ini menyebabkan berkurangnya permintaan efektif secara agregat yang tentu saja juga akan berdamapak pada penurunan pendapatan nasional Indonesia.

Penurunan permintaan ekspor produk pertanian Indonesia terjadi karena negara – negara tujuan ekspor terhadap komoditas pertanian Indonesia mengalami kontraksi dalam perekonomiannya. Penurunan dalam perekonomian ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor terhadap produk ekspor Indonesia. Sebagian besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Amerika dan negara-negara eropa, sehingga menjadi konsekuensi logis bila terjadi guncangan pada perekonomian negara tujuan ekspor maka akan berdampak pada permintaan ekspor komoditas pertanian yang berasal dari Indonesia.

Fluktuasi kurs dan kecendrungan mengalami pelemahan nilai kurs rupaih terhadap mata uang asing dunia terutama dollar Amerika Serikat, tidak mampu menjadi stimulus bagi kemajuan ekspor komoditas Indonesia terutama komoditas pertanian. Padahal dengan melemahnya kurs rupiah tehadap mata uang asing dunia terutama terhadap dollar Amerika Serikat seharusnya menjadikan produk – produk ekspor Indonesia menjadi relatif lebih murah di pasar dunia internasional. Hal ini sesuai dengan model ekonomi neokalsik dalam menjelaskan pengaruh nilai kurs terhadap permintaan ekspor. Tentu saja hal ini terjadi karena effek penurunan pendapatan negara-negara asing lebih besar pengaruhnya daripada effek penurunan harga komoditas ekspor Indonesia.


(19)

Mengharapkan perekonomian global untuk menjadi lebih baik adalah hal yang wajar namun tentu saja pembenahan faktor internal dapat terus dilakukan terhadap upaya peningkatan ekspor produk Indonesia. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa ekspor dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional (eksport lead growth). Maka upaya mempertahankan dan meningkatkan kapasitas perekonomian nasional dengan cara menekankan pada aspek peningkatan ekspor komoditas pertanian yang tinggi menjadi penting untuk diperhatikan.

Melihat efek yang dapat ditimbulkan oleh krisis ekonomi terhadap perekonomian nasional, terutama permintaan ekspor Indonesia dan khususnya komoditas subsektor perkebunan, maka kebijakan dan penanganan yang tepat serta kemampuan dalam memprediksi perekonomian nasional khususnya dan perekonomian global secara umum menjadi mutlak untuk diperhatikan dengan serius. Atas dasar pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor luar negeri dalam hal ini pendapatan riil Amerika Serikat, nilai kurs, dan harga komoditas pertanian yang berpengaruh terhadap permintaan dan perkembangan ekspor produk pertanian dalam hal ini Crude Palm Oil (CPO), Karet dan Kakao.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :


(20)

1. Bagaimana pengaruh nilai tukar dollar Amerika dan rupiah terhadap volume permintaan ekspor komoditi Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh GDP riil Amerika Serikat terhadap volume permintaan ekspor komoditi Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh harga terhadap volume permintaan ekspor komoditi Indonesia ?

4. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk Amerika terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar dollar Amerika dan rupiah terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;

2. Untuk menganalisis pengaruh GDP riil Amerika terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;

3. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;

4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk Amerika terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai pengambil keputusan untuk dapat membuat kebijakan yang tepat dalam perekonomian

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak lain yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ekspor komoditi pertanian Indonesia secara lebih luas dan mendalam.

3. Menambah informasi ilmiah dan wawasan pengetahuan penulis tentang kinerja ekspor barang-barang pertanian Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


(22)

BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perdagangan Luar Negeri

Dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin menglobal, konsekuensi terbesar berupa peningkatan arus perdagangan barang maupun jasa antar negara. Masing-masing negara akan berupaya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari perkembangan tersebut. Bagi pembuat kebijakan, suatu evaluasi kembali terhadap kebijakan perdagangan dan devisa. Negara yang tidak mampu untuk memanfaatkan perkembangan tersebut akan tergeser dari kelompok negara yang tergolong berhasil dalam pertumbuhan ekonominya.

Teori perdagangan internasional dimulai dari teori merkantilisme yang menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh sebagai akibat adanya pengeluaran dari negara lain. Menurut merkantileime sistem ekonomi terdiri dari 3 komponen yaitu : sektor manufaktur, sektor rural dan sektor foreign colonies. Merkantilisme menekankan untuk menjaga akses ekspor yang lebih tinggi dari impor yaitu positive trade balance (Tambunan, 2000).

Para penganut merkantilisme yang dipelopori oleh Mun (1571-1641) dengan karyanya England’s Tresuary by foreign Trade sependapat bahwa, satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan kemudian dibentuk dalam logam-logam mulia khususnya emas dan perak. Semakin


(23)

banyak logam mulia yang dimiliki suatu negara semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.

Teori keunggulan mutlak dikemukakan oleh Adam Smith (1776) dalam bukunya The Absolute of Nation. Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara. Dalam perdagangan bebas, setiap negara dapat menspesialisasikan diri dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan mutlak/absolut dan mengimpor komoditi yang memperoleh kerugian mutlak. Dengan spesialisasi, masing-masing negara dapat meningkatkan pertambahan produksi dunia yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama melalui perdagangan internasional. Jadi melalui perdagangan internasional yang berdasarkan keunggulan mutlak, masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan akan memperoleh keuntungan yang serentak melalui spesialisasi, bukan dari pengorbanan negara lain (Waluyo Harry,1995).

Dalam sistem perekonomian yang terbuka, perdagangan internasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia secara keseluruhan. Perkembangan ekonomi dunia sangat penting untuk dipertimbangkan terutama dampaknya terhadap sisi permintaan, terutama permintaan terhadap komoditas ekspor. Sehingga bagi Indonesia dengan ekonominya yang berifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

Kebijakan perdagangan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional adalah upaya yang dilakukan dengan memperhatikan gejala dan perkembangan yang terjadi dinegara lain yang berpengaruh terhadap perekonomian


(24)

nasional. Sebagai konsekuensinya perekonomian nasional akan menjadi peka terdadap perkembangan yang terjadi pada perekonomian dunia, terutama terhadap gejolak yang ditimbulkan oleh perekonomian negara mitra dagang Indonesia dan yang berpengaruh terhadap hubungan ekonomi, perdagangan dan moneter antar negara.

2.2 Teori Penawaran dan Permintaan Ekspor

Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman dan Obstfeld, 2000; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong (1996), diterjemahkan oleh Sindoro (1997).

Menurut Nicholson (1998) ketika pendapatan total meningkat, dengan asumsi faktor lain tidak berubah (ceteris paribus), maka kuantitas barang yang dibeli untuk


(25)

setiap orang juga akan berubah, namun peningkatan tersebut tergantung dari jenis barangnya, apabila barang dimaksud adalah barang normal maka peningkatannya akan cenderung lambat.

Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga barang, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor) akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld (2000) yang diterjemahkan oleh Basri (2004), dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor tersebut diatas, hubungan perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor impor adalah nilai tukar mata uang masing-masing negara.

2.3 Faktor Harga

Apabila suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain (ekspor dan impor) maka ada bebarapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya adalah harga dari barang yang akan diperdagangkan karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga barang yang merupakan suatu hipotesa yang menerangkan :

“Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin rendah


(26)

permintaan terhadap barang tersebut (cateris parisbus)” (Sadono Sukirno, 2003:76)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan yaitu : 1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat 4. Corak distribusi dalam pendapatan masyarakat.

5. Cita rasa masyarakat. 6. Jumlah penduduk.

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yg akan datang.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diketahui bahwa permintaan atas barang-barang komoditas ekspor perkebunan Indonesia bersifat inelastis.

2.4 Gross Domestic Product (GDP)

Menurut Lipsey (1995), Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. GDP dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan riil. Dikatakan GDP nominal, apabila GDP total yang dinilai pada harga-harga sekarang. Sedangkan GDP yang dinilai pada harga periode dasarnya disebut GDP riil, sering disebut sebagai pendapatan nasional riil.


(27)

Nicholson (1998) menyatakan ketika pendapatan total seseorang meningkat, dengan asumsi harga-harga tidak berubah (ceteris parisbus), kita mungkin mengharapkan kuantitas yang dibeli untuk setiap barang juga akan meningkat. Barang barang yang mengikuti kecenderungan demikian disebut barang-barang normal (normal good). Sebagian besar barang merupakan barang normal, jika pendapatan meningkat, dalam prakteknya orang cenderung untuk membeli lebih banyak barang. Permintaan barang-barang mewah (luxury) akan meningkat lebih cepat jika pendapatan naik, tetapi permintaan barang untuk keperluan sehari-hari (necessity) akan meningkat lebih lambat. Selain itu Nicholson (1998) juga menyebutkan barang-barang inferior, yang sifatnya apabila pendapatan seseorang meningkat maka individu akan mengurangi konsumsinya. Jadi apabila seseorang pendapatan meningkat maka akan mengalihkan konsumsi barang yang lebih mahal, contohnya barang ini adalah gaplek, ketika pendapatan suatu keluarga meningkat maka keluarga dimaksud akan mengkonsumsi nasi.

Demikian pula permintaan ekspor komoditas pertanian juga akan dipengaruhi oleh GDP riil dari negara tujuan ekspor (dalam hal ini Indonesia mengekspor ke Amerika Serikat), maka terdapat korelasi positif antara PDB Amerika Serikat dengan permintaan produk impornya, demikian sebaliknya. Peningkatan impor sebagai akibat meningkatnya PDB negara importir dapat terlihat dari dua mekanisme sebagai berikut :

1. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya investasi. Peningkatan investasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan barang


(28)

impor antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai imput dalam proses produksi yang ditawarkan (supply) oleh negara lain.

2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya kebutuhan produk final (final product) karena tidak semua dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

2.5 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Kurs merupakan perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain.Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu negara, karena mesti memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat, Pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya Pengimpor Indonesia harus membeli dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing.

Nilai tukar mata uang (kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Hal ini juga dijelaskan pula oleh Salvatore (1999) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk


(29)

domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah.

Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain.

Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003)

Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang – barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman dan Obsfelt, 2000). Nilai tukar nominal (nominal


(30)

exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2003). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :

Q = S.P/P* --- (2.1)

dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Muslim (2007), tentang implementasi algoritma cluster fuzzy dan neuro fuzzy studi kasus ekspor indonesia ke jepang, salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa secara keseluruhan peningkatan pendapatan Jepang dan nilai tukar riil Jepang-Indonesia (peningkatan harga kompetitif Indonesia) akan berdampak positif terhadap ekspor indonesia ke Jepang.

Zainal, (2007) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit indonesia (tahun 2002 – 2006). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data panel untuk mengestimasi permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit. Dari hasil regresi menggunakan eviews-4 diperoleh hasil bahwa permintaan ekspor sepatu olah raga, model yang terbaik adalah random effect, sedangkan permintaan eskspor sepatu kulit model yang terbaik adalah fixed effect.


(31)

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable GDP riil berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor, harga sepatu kulit berpengaruh secara negatif terhadap permintaan ekspor, nilai tukar riil berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor dan voladitas nilai tukar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor sepatu kulit.

Munadi (2007) meneliti tentang permintaan ekspor minyak kelapa sawit indonesia ke India dengan menggunakan model ECM dimana variable bebasnya terdiri dari harga CPO dunia, harga minyak kedelai dan nilai tukar (Rp/US).Hasil analisis regresi terhadap persamaan permintaan ekspor dengan menggunakan pendekatan ECM mengindikasikan permintaan ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke India tidak terdapat hubungan dalam jangka panjang yang diindikasikan dengan pengaruh yang tidak nyata dari Faktor error correction model (ECM). Dalam jangka pendek permintaan ekspor kelapa sawit oleh India sangat dipengaruhi oleh rasio antara harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit dunia dengan elastis sebesar 2,74, Indeks produksi dengan elastisitas sebesar 2,69 dan koefisien penyesuaian yang direfleksikan dengan permintaan ekspor ke India tahun lalu sebesar 0,89. Penurunan pajak ekspor akan diikuti oleh meningkatnya jumlah minyak sawit yang diekspor. Penurunan pajak ekspor sebesar 10% akan meningkatkan harga minyak sawit dalam negeri sebesar 14.83 persen.

Dilla (2006) tentang analisis ekspor lidah buaya Kalimantan Barat dipengaruhi oleh harga lidah buaya diluar negeri pada bulan ke t, harga lidah buaya sebelumnya di luar negeri pada bulan ke t-1, nilai kurs pada bulan ke t, dan quantitas


(32)

ekspor lidah buaya sebelumnya pada bulan ke t-1. Pengujian koefisien regresi secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (independent variable) terhadap variabel tidak bebas (dependent variable). Berdasarkan pengujian tersebut diketahui bahwa variabel harga luar negeri (Hf) berpengaruh positif (+) dan signifikan terhadap kuantitas ekspor. Harga luar negeri sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kuantitas ekspor lidah buaya, Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap kuantitas ekspor lidah buaya.

Aji (2006) dalam “Analisis Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 1984-2003” menganalisis kinerja ekspor serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor perkanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat dengan analisis constant Market Share dan adaptasi model Calna-Falcetti. Dengan membagi dua data time series 10 tahunan ekspor perikanan, memperlihatkan bahwa ekspor ke Jepang (1984-1993) mengalami kenaikkan sedangkan (1994-2003) mengalami penurunan kedua periode ekspor ini didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang. Ekspor ke Jepang signifikan dipengaruhi oleh pendapatan Jepang. Harga ekspor relative berhubungan negative sedangkan pendapatan mitra dagang berhubungan positif dengan permintaan ekspor.

Sumanti, CH, (2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor komoditi pertanian (minyak sawit, karet alam dan kakao) dari Indonesia dengan sistem persamaan dengan menggunakan Engle-Grenger dan Johansen co-integration untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang serta prosedur model koreksi kesalahan (error-correction model)


(33)

untuk melihat efek dinamik dan kecepatan penyesuaian dalam jangka pendek. Variabel terikat yang digunakan adalah kuantitas ekspor minyak sawit, karet alam dan kakao. Sementara variabel-variabel penjelasnya adalah produksi, harga relatif yang merupakan rasio harga internasional dengan indeks harga pedagang besar, nilai tukar, dan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia, serta dummy kebijakan pemerintah untuk ekspor minyak sawit.

Produksi diharapkan memiliki efek positif karena semakin tinggi produksi akan menghasilkan peningkatan ekspor. Harga relatif diharapkan memiliki efek positif pada kuantitas ekspor dan dimaksudkan untuk menangkap profitabilitas ekspor. Nilai tukar diharapkan memiliki efek positif terhadap ekspor. Hubungan positif diharapkan antara kuantitas ekspor dan PDB yang merupakan refleksi dari kekuatan ekonomi. Sedangkan, dummy kebijakan yang mengontrol ekspor minyak sawit diharapkan memiliki efek negatif.

Hasil dari Engle-Grenger dan Johansen co-integration menunjukkan bahwa terdapat kointegrasi pada ketiga model penawaran kuantitas komoditi pertanian tersebut. Uji kointegrasi juga menujukkan pengaruh produksi, harga relatif, nilai tukar dan PDB nasional terhadap penawaran kuantitas ekspor minyak sawit, karet alam dan kakao dalam jangka panjang, dimana dalam jangka panjang produksi memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk karet alam dan kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk minyak sawit. Harga relatif dalam jangka panjang memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk minyak sawit dan kakao, namun tidak untuk karet alam. Sementara nilai tukar dalam jangka panjang memberi


(34)

pengaruh yang positif dan nyata untuk karet alam dan kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk minyak sawit. Sedangkan PDB nasional memberi pengaruh yang positif dan nyata dalam jangka panjang kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk untuk minyak sawit dan karet alam.

Kusumadewi (2005) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2000-2005. Dalam penelitian Kusumadewi, estimasi yang dipakai menggunakan model penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang permintaan ekspor di Pakistan oleh Khumar dan Dhawan (1991). Penelitian dengan menggunakan data panel, dengan data triwulanan dari tahun 2000-2005 pernegara mitra dagang untuk mengetahi permintaan ekspor komoditi TPT, final good dan intermediate good. Didalam estimasi, uji signifikasi yang dilakukan adalah random effect yang merupakan bagian dari analisis data panel. Dengan sebelumnya melakukan uji spesifikasi F-test dan Hausman-test.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor TPT, variabel harga relatif berpengaruh secara negatif terhadap permintaan ekspor TPT. Analisa juga dilakukan untuk mengetahui jenis komoditi yang dapat ditingkatkan produksinya untuk dapat menjadi unggulan serta negara mitra dagang mana saja (menggunakan fixed effect model) yang memiliki potensi eskpor bagi Indonesia.

Malik (2004) menjelaskan dalam ekspor textil Pakistan dipengaruhi oleh permintaan ekspor dan penawaran ekspor. Permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga textil ekspor, riil effective exchange rate, pendapatan dunia. Sedangkan penawaran


(35)

ekspor dipengaruhi oleh harga textil ekspor, harga domestik tektil ekspor, nominal exchange rate, dan trend waktu.

Dari hasil regresi yang dilakukan oleh Afia Malik terhadap permintaan dan pernawaran ekspor TPT di Pakistan disimpulkan bahwa :

1. Permintaan ekspor TPT Pakistan dipengaruhi oleh pendapatan dunia yang bertanda posisif pada tingkat kepercayaan 95 %, sedangkan variabel harga ekspor dan riil effektif nilai tukar bertanda negatif tetapi tidak signifikan. 2. Penawaran ekspor TPT Pakistan harga domestik bertanda negatif sedangkan

variabel yang lain bertanda positif, dan pada tingkat kepercayaan 90 % variabel nominal nilai tukar berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya tidak signifikan.

3. Hasil dari regresi tersebut sama seperti yang dilakukan oleh Reidel (1988) yang melakukan penelitian terhadap penawaran dan permintaan ekspor manufaktur Hongkong, dimana variabel harga dan pendapatan tidak signifikan sedangkan permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga. Sebagai negara negara kecil dalam perdagangan pendapatan dunia tidak mempunyai pengaruh terhadap ekspor. Tetapi ada perbedaan antara Hongkong dan Pakistan dalam menghadapi hambatan non tarif dan daya saing produknya. Dan ternyata faktor mutu produk berpengaruh terhadap ekspor di negara-negara berkembang.

Budiyanto (2005) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat tahun 1978-2003. Hasil analisis


(36)

regresi ECM menunjukkan bahwa harga ekspor pakaian jadi signifikan pada α=10 persen dan mempunyai hubungan yang negatif baik untuk variabel jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti harga ekspor pakaian jadi berpengaruh terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia pada α =10 persen dan sesuai dengan hipotesis. PDB negara pengimpor (AS) signifikan pada taraf signifikansi 10 persen untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti variabel PDB AS berpengaruh terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang pada taraf signifikansi 10 persen dan sesuai dengan hipotesis. Variabel jumlah penduduk negara pengimpor (AS) signifikan pada taraf signifikansi 10 persen untuk jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang tidak signifikan pada taraf signifikansi 10 persen. Hal ini berarti variabel jumlah penduduk AS berpengaruh terhadap volume ekspor pakaian jadi dalam jangka pendek sedangkan dalam jangka panjang tidak berpengaruh terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia. Variabel kurs rupiah terhadap dolar signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan taraf signifikansi 10 persen, tetapi memiliki hubungan yang negatif yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis. Hal ini berarti variabel kurs berpengaruh terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Susilo (2001) meneliti tentang dampak ketidak pastian nilai tukar efektif riil Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor non migas riil, menggunakan periode waktu 1979.1 – 1998.4. Hipotesa yang diuji adalah apakah ketidakpastian nilai tukar efektif


(37)

riil mempunyai dampak negatif terhadap ekspor non migas riil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Penelitian runtun waktu, yaitu untuk periode tahun 1970-1996 dilakukan oleh G. Adirinekso (2000), dampak ekspor sektor migas dan nonmigas terhadap produk nasional bruto dan komponennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekspor migas selama periode penelitian memberikan pengaruh yang cukup besar bagi produk nasional bruto dibandingkan dengan ekspor nonmigas.

Sharma (2000) dengan menggunakan data dari tahun 1970 -1998, dengan mengguakan persamaan model simultan, hasil dari penelitian ini menyarankan bahwa permintaan terhadap ekspor India meningkat ketika harga produk ekspor turun dibandingkan dengan harga produk dunia. Dari penelitian juga terlihat bahwa apresiasi terhadap nilai mata uang India telah mempunyai pengaruh yang berkebalikan dengan permintaan ekspor produk India. Karenanya inflasi harus dapat dikendalikan pada tingkat yang lebih rendah daripada Negara mitra dagang dan penggunaan nilai tukar yang mengambang harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa peningkatan mata uang dapat dikendalikan.

Penawaran ekspor berhubungan positif dengan harga domestik relatif dari ekspor dan lebih besar permintaan domestik, akan mengurangi penawaran ekspor. Hal ini menyatakan bahwa kebijakan fiskal dan moneter yang ketat dibutuhkan terutama pada saat tingkat pertumbuhan tinggi untuk mengantisipasi harga domestik dan tekanan permintaan.


(38)

FDI tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja ekspor India walaupun koefisien FDI memiliki tanda yang positif. Dan hal ini dapat disimpulkan bahwa level dari infrastruktur tidak memilki pengaruh terhadap penawaran ekspor.

Jung dan Marshall (1983) dalam Exports, Growth and Causality in Developing Countries menggunakan Granger causality untuk mendukung hipotesis export promotion efektif untuk strategi pembangunan. Hasil time series dari 37 negara menunjukkan hanya 4 negara yang tepat menggunakan strategi ini yaitu Indonesia, Mesir, Costa Rica dan Equador. Hal ini memperlihatkan studi mengenai ekspor Indonesia bermanfaat karena ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia.

2.7 Hipotesis Penelitian

Dari uraian teori dan penelitian terdahulu yang dijelskan dalam bab II maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Kurs berpengaruh negatif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)

2. Pendapatan Riil Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)

3. Harga komoditi berpengaruh negatif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)

4. Jumlah penduduk Amerika berpengaruh positif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)


(39)

2.8 Kerangka Pikir

Sehubungan dengan pemikiran ini, penulis membuat kerangka pemikiran yang dapat mengambarkan ruang lingkup penelitian ini sebagaimana tergambar pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia

Kurs (Rp/US$)

Volume Permintaan Ekspor

(Kg)

Harga Komoditi (US$) GDP Riil Amerika

Serikat (US$)

Jumlah Penduduk AS (Juta jiwa)


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia dimulai Desember 2008 dengan ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pada perkembangan ekspor produk pertanian Indonesia seperti Produk domistik bruto Amerika Serikat,harga komoditas produk pertanian Indonesia,nilai kurs,jumlah penduduk Amerika Serikat.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang diambil dari penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi-publikasi resmi, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank, Departemen Pertanian dan sumber-sumber lain yang dipublikasikan, serta penelitian sebelumnya.Tahun data adalah data tahun 1999 sampai dengan 2007.

3.3 Model Analisis

Untuk melihat seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet, CPO dan coklat ke Amerika Seikat selama kurun waktu 1999 – 2007 dianalisa dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Generalized Least Square (GLS).


(41)

Fungsi yang digunakan dalam persamaan ini yaitu :

X Ind = f( ER,GDP,Pc,Qus,)………..(3.1) Model diatas kemudian dispesifikasikan dalam bentuk model sebagai berikut : X Indit = b0 + b1 ER1it+ b2 GDP2it + b3 Pc3it + b4 Qus4it + µit

Dimana i = 1,2,3 dan t = 1,2,...36

X Ind = Volume Ekspor Indonesia (Kg)

ERR = Kurs mata uang Indonesia terhadap dollar (Rp/US$) GDP = GDP riil Amerika (Miliar US$)

Pc = Harga Komoditi (US$)

Qus = Jumlah pendududk Amerika (juta jiwa) b0 = Intercept

b1 b2 b3 b4 =Koefisien regresi

µ =Variabel penganggu (error term)

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, dengan analisis data sekunder dari publikasi resmi instutusi yang berhubungan dengan peelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini dalam benuk data Runtut waktu (Time series) yaitu menggunakan data historis tahun-tahun sebelumnya. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuantitas ekspor tiga komoditas yaitu cpo,karet,dan kakao 2. Nilai kurs


(42)

3. GDP riil Amerika Serikat

4. Harga tiga komoditas pertanian (cpo,karet dan kakao) 5. Jumlah penduduk Amerika Serikat

3.5 Batasan Operasional

Untuk meragamkan persepsi dalam penulisan ini, maka disajikan beberapa defenisi orperasional yang diuraikan sebagai berikut :

1. Ekspor adalah kuantitas ekspor tiga komoditas pertanian yaitu, CPO, karet dan kakao dalam satuan kilogram.

2. Nilai tukar adalah nilai tukar mata uang indonesia dibandingkan dengan mata uang Amerika (Rp/US$).

3. Pendapatan Nasional Amerika adalah GDP riil dalam satuan US$. 4. Harga adalah nilai komoditas yang diekspor dalam satuan US$. 5. Jumlah penduduk Amerika adalah total penduduk dalam juta jiwa.

3.6 Metode Analisis Data Panel

Didalam ekonometrika, suatu model yang menyatakan antara deret waktu (time series) dan data kerat lintang (cross section) menghasilkan data yang disebut data panel (panel pooled data). Sehingga dalam data panel mempunyai deret waktu T > 1 dan kerat lintang N > 1. Menurut Mudrajat (2001) Data panel merupakan data kombinasi antara data deret / runtut waktu, yang memiliki observasi-observasi pada suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu. Ciri khusus data deret waktu adalah


(43)

berupa urutan numerik dimana interval antar observasi atas sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap. Sedangkan data silang tempat adalah suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu dengan observasi atas sejumlah variabel.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data panel yaitu dengan menggunakan data antar waktu dan data antar komoditas yang disebut data panel. Menggunakan data panel memiliki beberapa keuntungan. Menurut Baltagi (2001) keuntungan menggunakan data panel adalah :

a. Bila data panel berhubungan dengan individu,perusahaan,negara,daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Tehnik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan;

b. Memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, derajad kebebasan yang lebih efisien, serta menghindarkan kolinieritas antar variabel;

c. Data panel lebih baik dalam hal untuk studi mengenai dynamics of adjustment, yang memungkinkan estimasi masing-masing karakteristik individu maupun karakteristik antar waktu secara terpisah;

d. Mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur pengaruh yang biasa tidak dapat dideteksi oleh data cross section ataupun time series saja.

e. Data panel meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak


(44)

f. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section

Untuk itu dengan menggunaan data panel pada penelitian ini, diharapkan dapat menggambarkan ekspor pertanian Indonesia ke Amerika Serikat pada periode waktu tertentu serta masing-masing komoditas yaitu karet, coklat dan cpo Penggunaan data runtut waktu (time-series) dan silang tempat (cross section) secara terpisah tidak akan mampu menangkap seluruh informasi yang diperlukan. Data runtut waktu yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mulai tahun 1999 triwulan 1 sampai dengan tahun 2007 triwulan 4 dalam triwulanan. Sedangkan data silang tempat yang dipergunakan adalah karet, coklat dan cpo ke Amerika Serikat (USA).

Dengan data panel, jumlah pengamatan menjadi banyak. Dalam penelitian ini jumlah observasi sebanyak 108 data yaitu jumlah triwulan dikalikan dengan jumlah komoditas. Dengan analisis data regresi panel, dapat menangkap dinamika yang lebih baik dari hubungan antara volume ekspor dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode OLS (ordinary least squares) untuk masing-masing komoditas dan metode GLS (Generalized Least-Square) untuk seluruh ekspor ke Amerika Serikat. Penggunaan metode GLS ternyata lebih baik dibandingkan penggunaan metode OLS.Hal ini disebabkan hasil estimasi metode OLS menjadi bias (Gujarati : 2003), sehingga metode GLS mempunyai sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation).


(45)

Dengan demikian adanya gangguan asumsi klasik dalam model ini telah terdistribusi secara normal, sehingga tidak diperlukan lagi treatment terhadap model bagi pelanggaran asumsi klasik, yaitu asumsi adanya autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastik. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah dengan program Eviews 3. Untuk mengestimasi model dengan data panel, terdapat beberapa tehnik yang ditawarkan, yaitu :

1. Ordinary Least Square

Tehnik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau time series. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus mengabungkan data cross section dengan data time series. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS.

2. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah asumsi intercept dan slope dari persamaan regresi (model) yang dianggap konstan baik antar komoditas maupun antar waktu (all coefficients constant across time and individuals) Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan kata lain, intercept ini mungkin akan berubah untuk setiap individu dan waktu.Pendekatan ini dalam literatur dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect model/FEM). Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut. Model ini selain dapat membedakan efek induvidual dan efek


(46)

waktu juga memiliki kelebihan seperti tidak mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan veriabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi.

3. Model Efek Random (Random Efect Model)

Apabila pada model efek tetap, perbedaan individu dan atau antar waktu dicerminkan melalui intercept, maka pada model efek random,perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Tehnik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.

Menurut Judge untuk mengetahui metode apa yang lebih cocok antara Medel Efek Tetap (MET) dan Model Efek Random (MER) terdapat pertimbangan yang telah dibuktikan secara matematis, dimana disebutkan bahwa :

a. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah time series (T) lebih besar dibanding jumlah cross section (N) maka nilai taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan perhitungan, disarankan untuk menggunakan MET.

b. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil dibanding jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan MER.

3.7 Uji Chow (Chow Test)

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau uji Chow Test. PLS adalah restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Seperti yang telah ketahui, terkadang asumsi bahwa


(47)

setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut :

CHOW = ( RSSS-URSS ) / ( N-1) ……….. ( 3.2 ) URSS / ( NT – N –K )

Dimana :

RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square/common intercept)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect)

N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K

Jika nilai CHOW Statistics (F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.


(48)

3.8 Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit )

Uji kesesuaian ( Test of Goodness of Fit ) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai koefisien Determinan (R2) yang kemudian dilanjutkan dengan uji F (F-test) dan uji t (t-test)

1. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat kekuatan variable bebas (independent variable) dan mempengaruhi variable terkait (dependent variable).

2. Uji-F (all over test) dimaksudkan untuk mengetahui siqnifikasi statistic koefisien regresi secara bersama-sama atau serentak

3. Uji-t (partian test) dimaksudkan untuk megetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara parsial


(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kinerja Ekspor Perkebunan

Tidak terbantahkan sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi nasional masih cukup signifikan. Sumbangan sektor pertanian di antaranya melalui penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap devisa dan PDB, penyedia kebutuhan pokok dan sebagai jalur utama perekonomian pedesaan.

Karena itu, hal yang penting adalah bagaimana memotret kinerja pembangunan pertanian ini bukan saja dilihat dari seberapa besar peningkatan produksinya, namun jauh dari itu yang lebih penting adalah seberapa besar kinerja pemasaran hasil pertanian khususnya kinerja ekspor impor yang telah memberikan nilai tambah dan devisa bagi negara.

Dalam era globalisasi ini, data dan informasi merupakan sesuatu yang sangat penting. Telah diketahui bahwa dalam perencanaan dan evaluasi program pembangunan, data dan informasi merupakan salah satu kata kunci yang harus ada. Data historis yang dimiliki dapat dijadikan bahan evaluasi dari kegiatan pembangunan yang telah dijalankan selama ini. Selain itu dengan menggunakan data yang baik dan akurat pula, perencanaan dapat dilakukan dengan lebih baik, karena tanpa adanya data perencanaan pembangunan menjadi pincang, tidak ada tolok ukur yang jelas sebagai acuan pengambilan kebijakan.


(50)

Analisis Kinerja Ekspor Perkebunan dilakukan sebagai upaya dalam mengevaluasi kinerja dan capaian pembangunan sektor perkebunan secara kuantitatif dalam meningkatkan kontribusinya terhadap penerimaan negara serta dipergunakan dalam melakukan perencanaan ke depan. Trend ekspor dan neraca perdagangan merupakan alat bantu untuk memberikan gambaran arah capaian, di mana penurunan maupun peningkatan nilai sangat menentukan arah trend.

Selama ini ekspor hasil pertanian sebagian besar merupakan ekspor hasil perkebunan primer. Dalam jangka panjang, pengembangan ekspor sector pertanian difokuskan kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah lebih besar bagi perekonomian nasional. Sejalan dengan rencana tersebut, maka pengembangan agroindustri mutlak diperlukan yang pada gilirannya akan mendukung upaya pengembangan ekspor sektor pertanian. Trend volume ekspor komoditas perkebunan dari tahun 1995 hingga 2005 cenderung meningkat. Sedangkan dari sisi impor, volume impor jauh lebih sedikit dan cenderung stagnan.

Trend ekspor perkebunan yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Subsektor inilah dari sektor pertanian yang mampu memberikan surplus perdagangan yang sangat tinggi.

Berdasarkan analisis ekspor produk pertanian, diketahui bahwa pada pasca krisis (2000-2005) volume ekspor mencapai 18,1 juta ton/tahun. Hal ini berarti lebih tinggi dibanding pada masa krisis (1998–1999) bahkan masa sebelum krisis. Pada


(51)

masa sebelum krisis (1995-1997) volume ekspor rata-rata sebesar 7,0 juta ton/tahun, dan masa krisis (1998-1999) sebesar 7,8 juta ton/tahun seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Neraca Ekspor – Impor Produk Pertanian Tahun 1995 -2005 ( Juta Ton dan Juta US$ )

Volume Ekspor (Juta Ton) Volume (Juta US$) Tahun

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca 1995 5.7 11.1 (5.4) 4,607.5 4,623.6 (16.1) 1996 7.5 11.9 (4.4) 5,194.3 5,579.6 (385.3) 1997 7.9 9.9 (2.0) 5,549.9 4,413.3 1,136.6 1998 6.8 10.2 (3.4) 4,468.4 3,756.2 712.2 1999 8.8 14.7 (5.9) 4,696.6 4,474.2 222.4 2000 9.5 13.5 (4.0) 4,500.3 4,034.2 466.1 2001 9.6 11.6 (2.0) 3,696.6 3,972.2 (275.6) 2002 11.6 13.6 (2.0) 5,518.3 4,007.2 1,511.1 2003 11.6 13.5 (1.9) 6,417.7 4,269.9 2,147.8 2004 15.1 13.0 2.1 8,544.0 4,885.5 3,658.5 2005 18.1 13.2 4.9 10,564.0 5,229.6 5,334.4 Rata-rata

1995-1997 7.0 11.0 (4.0) 5,117.2 4,872.0 245.2 Rata-rata

1998-1999 7.8 12.5 (4.7) 4,582.5 4,115.2 467.3 Rata-rata

2000-2005 18.1 13.2 4.9 6,540.2 4,399.8 2,140.4 Sumber : Data BPS tahun 2007

Lebih detil lagi bisa dilihat bahwa volume ekspor produk pertanian yang mencakup tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan peternakan baik segar maupun olahan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 1995 sampai dengan 2005. Pada tahun 1995 volume ekspor sebesar 5,7 juta ton, terus meningkat hingga pada tahun 2005 mencapai 18,1 juta ton. Pada tahun 2005 inilah kondisi ekspor yang tertinggi yang pernah dicapai oleh sektor pertanian.


(52)

Sedangkan jika dilihat dari sisi penerimaan devisa, maka penerimaan devisa dari ekspor produk pertanian yang sempat turun di masa krisis, mengalami masa pemulihan di tahun 2000-2005. pada masa sebelum krisis (1995-1997) nilai ekspor sebesar US$ 5.117,2 juta/tahun. Sedangkan di masa krisis mengalami penurunan menjadi US$ 4.582,5 juta/tahun. Namun setelah masa krisis nilai ekspor kembali meningkat menjadi US$ 6.540,1 juta/tahun.

Selama ini ekspor hasil pertanian sebagian besar merupakan ekspor hasil perkebunan primer. Dalam jangka panjang, pengembangan ekspor sektor pertanian difokuskan kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah lebih besar bagi perekonomian nasional. Sejalan dengan rencana tersebut, maka pengembangan agroindustri mutlak diperlukan yang pada gilirannya akan mendukung upaya pengembangan ekspor sektor pertanian.

Nilai ekspor komoditas perkebunan yang selalu jauh lebih tinggi dari nilai impor merupakan andalan sektor pertanian untuk menutupi devisa yang dikeluarkan untuk menutupi kekurangan biaya impor komoditas pertanian lainnya (baik tanaman pangan, hortikultura, maupun peternakan). Devisa dari ekspor komoditas perkebunan bahkan masih mampu memberikan nilai neraca perdagangan seluruh sektor pertanian yang positif.

Trend ekspor perkebunan yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan.


(53)

Subsektor inilah dari sektor pertanian yang mampu memberikan surplus perdagangan yang sangat tinggi.

Tabel 4.2. Necara Nilai Perdagangan Bebarapa Komodi Utama Perkebunan Tahun 1995 – 2005 (juta US$ )

Sumber : Data Dinas Perkebunan Tahun 2007

Pada Tabel 4.2 ditunjukkan neraca perdagangan beberapa komoditas perkebunan. Minyak kelapa sawit merupakan komoditi andalan utama ekspor perkebunan yang kemudian disusul oleh karet, kakao, kopi, kelapa dan teh. Komoditi yang ekspornya terus menunjukkan peningkatan (khususnya pada tahun 2002–2005) dan nilainya cukup tinggi adalah minyak kelapa sawit, karet, kakao dan kopi.

TAHUN Prod Kinerja

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Ekspor 1,810 1,918 1,493

1,101 849 889 786 1,038 1,485

2,161 2,398 Impor 4 7 7 9 11 18 7 11 11

7 25 Karet Neraca 1,806 1,911 1,486

1,092 838 871 780 1,027 1,474

2,154 2,373 Ekspor 111 298 473 244 257 266 159 215 193

304 575 Impor 19 8 - 3 - - - 1 4

2 3 Kelapa Neraca 93 289 436 241 257 366 159 214 189

302 572 Ekspor 935 1,061 1,740 942 1,463 1,328 1,227 2,350 2,721

3,954 3,759 Impor 51 72 65 930 1,461 1,323 1,225 2,345 2,717

3,947 3,749 CPO Neraca 883 988 1,676 930 1,461 1,323 1,225 2,345 2,717

3,947 3,749 Ekspor 306 300 420

503 423 342 288 701 624

547 581 Impor 4 10 10 13 16 22 46 64 81

86 101 Kakao Neraca 302 291 410

490 408 320 242 637 543

461 480 Ekspor 554 595 511 584 467 319 188 224 259

294 443 Impor 1 1 14 4 3 11 5 4 6

7 8 Kopi Neraca 553 595 497

580 464 308 184 219 253

287 435 Ekspor 87 112 89 113 97 112 100 103 96

116 123 Impor - - 3 4 1 3 3 4 4

6 6 TEH Neraca 87 112 86 109 96 109 97 99 92 110 117 Ekspor 360 374 2,040 2,401 1,975 1,546 1,152 2,057 1,958

6,171 1,795 Impor 1,298 1,612 4,080

4,801 3,949 3,091 2,304 4,114 3,915

7,697 1,465 Lainnya

Neraca (938)

(1,238) (2,040) (2,400) (1,974) (1,545) (1,152) (2,057) (1,957)


(54)

Trend ekspor perkebunan yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Subsektor inilah dari sektor pertanian yang mampu memberikan surplus perdagangan yang sangat tinggi

4.2 Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat

Berdasarkan analisa tujuan utama ekspor pertanian Indonesia, maka Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor Indonesia yang terbesar, disusul India, Jepang, Cina dan Netherland. Ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$ 2.397 juta di tahun 2004, yang meningkat dari tahun sebelumnya hanya sebesar US$ 887 juta. Pangsa ekspor ke Amerika Serikat ini mencapai 15 persen dari total ekspor pertanian Indonesia. Hal ini berarti Amerika Serikat mengantikan India yang di tahun 2002 merupakan tujuan utama ekspor produk pertanian Indonesia.


(55)

Gambar 4.1. Tujuan Ekspor Produk Pertanian Indonesia Tahun 2004 Tabel 4.3. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Ekspor Pertanian Tahun 2002-2004

Nilai (US$)

2002 2003 2004

N0. Negara Tujuan

Nilai (US$) Nilai (US$) Nilai (US$) 1 India 659,362,627 949,683,668 1,284,950,192 2 USA 813,805,425 887,198,150 2,397,323,579 3 Malaysia 398,951,041 545,230,235 845,816,016 4 China 253,337,613 494,071,122 1,350,413,133 5 Singapura 477,092,262 454,072,086 713,533,500 6 Netherlands 631,307,470 436,930,837 938,158,527 7 Japan 259,476,674 319,115,058 2,295,769,066 8 German 208,331,127 234,582,824 484,291,598 9 Pakistan 109,722,969 132,852,337 256,912,224 10 Rep Korea 105,567,522 132,636,305 421,062,135 11 Lainnya 1,802,870,187 1,858,098,112 5,072,934,018 Total 5,719,824,917 6,444,470,734 16,061,163,988 Sumber data : BPS tahun 2007


(56)

4.3 Perkembangan Ekspor Perkebunan

Hingga saat ini, keunggulan sub sektor perkebunan dalam sektor pertanian tidak hanya sebagai kontributor utama dalam PDB namun lebih penting lagi yaitu sebagai penyumbang devisa terbesar diantara sub sektor pertanian lainnya.Pada tahun 2005, tercatat surplus neraca perdagangan sektor pertanian (yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan,hortikultura, perkebunan dan peternakan) adalah sebesar US $ 9.140,7 juta. Besarnya surplus neraca perdagangan sektor pertanian pada tahun 2005 tersebut berasal dari besarnya surplus neraca perdagangan sub sektor perkebunan yang mencapai angka sebesar US $ 6.447,5 juta.

Menurut Rencana Strategik Ditjen Perkebunan tahun 2005-2009, peranan pembangunan sektor perkebunan dalam pembangunan nasional masih harus terus ditingkatkan, tidak hanya sebagai penyedia devisa negara namun juga sebagai penyedia lapangan kerja, pendorong pengembangan industri hilir perkebunan di dalam negeri, pendukung pengembangan wilayah serta mendukung pengembangan wilayah dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Dalam rangka mencapai upaya tersebut di atas, Ditjen Perkebunan telah menyusun kebijakan strategis dan program pembangunan yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kebijakan pengembangan masing-masing komoditas strategis perkebunan. Kebijakan dan program pengembangan ekspor komoditas perkebunan tersebut seyogiayanya perlu disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja atau keragaan pembangunan perkebunan di masa yang lalu serta proyeksi penawaran ekspor untuk masing-masing komoditas.


(57)

4.3.1 Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil )

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat (petani kalapa sawitdapat memiliki pendapatan sekitar Rp. 2juta – Rp. 6 juta per tahun). Selain itu tanaman kelapa sawit juga menjadi sumber pangan dan gizi utama dalam menu penduduk negeri, sehingga kelangkaannya di pasar domestik berpengaruh sangat nyata dalam perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Badan Litbang Deptan, 2005).

Sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 2005 baik luas areal maupun produksi kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan masingmasing sebesar 12,64 persen dan 11,97 persen per tahun. Berdasarkan data rata-rata produksi Crude Palm Oil ( CPO ) tahun 2000-2005, Indonesia merupakan negaraprodusen kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Indonesia memberikan kontribusi produksi sebesar 35,42 persen terhadap total produksi cpo sedangkan Malaysia sebesar 44,36 persen. Dalam perdagangan internasional, Indonesia juga merupakan eksportir kelapa sawit kedua terbesar di dunia setelah Malaysia.

Berdasarkan perkembangan data ekspor impor selama periode tahun 1969 – 2005, Indonesia selalu mengalami surplus neraca perdagangan cpo. Meskipun sejak tahun 1981 Indonesia mulai melakukan impor cpo namun neraca perdagangan cpo masih terus mengalami surplus dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 surplus neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia mencapai puncaknya


(58)

sebesar US$ 4.335.573 ribu yang terdiri dari surplus neraca perdagangan minyak kelapa sawit sebesar US $ 3.750.983 ribu dan minyak inti sawit sebesar US $ 584.754 ribu.

Berdasarkan hasil proyeksi penawaran kelapa sawit Indonesia, diperkirakan produksi kelapa sawit nasional akan tumbuh sebesar 2,40 persen per tahun.Dengan demikian pada tahun 2008 diperkirakan produksi kelapa sawit Indonesia akan mencapai angka sebesar 12.734.034 ton. Melalui berbagai kebijakan Pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk program pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit, maka diharapkan produksi kelapa sawit nasional akan terus meningkat dan cita-cita Indonesia menjadi “a country leader” produksi kelapa sawit di dunia akan tercapai.

Tabel 4.4. Ekportir CPO Dunia Tahun 2003 - 2004

Tahun Tahun

No. Ekspor CPO ( MT )

2003 % 2004 %

1 Malaysia 12,080,021 58.1 11,793,588 36.7 2 Indonesia 6,586,410 30.7 8,661,647 26.9 3 Belanda 533,618 2.6 624,865 1.9 4 Papua New Guinea 326,900 1.6 339,000 1.1 5 Singapura 212,301 1.0 215,130 0.7 6 Colombia 118,940 0.6 213,889 0.7 7 German 128,142 0.6 198,812 0.6 8 Costarica 106,979 0.5 179,550 0.6 9 Thailand 138 0.7 124,295 0.4 10 Honduras 117,998 0.6 70,000 0.2 11 Lainnya 590,558 3.1 9,745,496 30.3 Jumlah 20,802,005 100.0 22,420,776 100.0 Sumber data : FAO tahun 2005


(59)

Eksportir CPO Dunia Tahun 2004

36%

27% 2%

1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 30%

Malaysia Indonesia Belanda

Papua New Guinea Singapura Colombia

German Costarica Thailand

Honduras Lainnya

Berdasarkan data rata-rata produksi 2 tahun terakhir (2003-2004), terdapat 10 negara eksportir kelapa sawit terbesar dunia. Ke empat negara tersebut adalah Malaysia dengan kontribusi sebesar 58,1 persen dari total ekspor dunia untuk tahun 2003 dan sebesar 36,7.persen untuk tahun 2004. Sedangkan Indonesia menempati peringkat kedua setelah Malaysia yaitu dengan kontribusi sebesar 30,7 persen dari total ekspor dunia untuk tahun 2003 dan sebesar 26,9 persen pada tahun 2004 Pada urutan ketiga adalah Belanda dengan kontribusi sebesar 2,57 persen dari total ekspor dunia untuk tahun 2003 dan sebesar 1,94 persen pada tahun 2004,sedangkan negara lainnya mengalami peningkatan dari 3,1 persen pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 30,3 persen. Hal ini dikarenakan negara –negara yang semula tidak tertarik pada bidang industri dan ekspor cpo ikut serta pada industri ini dikarenakan industri ini menjadi sangat penting artinya terutama sebagai bahan bakar penganti minyak bumi yaitu biodesel.


(60)

Amerika Serikat (AS) merupakan negara tujuan utama ekspor perkebunan Indonesia. Salah satunya yaitu komoditas minyak kelapa sawit (cpo), Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat secara umum terus mengalami peningkatan baik dari segi volume maupun nilai ekspor.

Tabel 4.5. Ekspor CPO ke Amerika Serikat Tahun 1999 - 2007

Tahun

Volume (Ton)

%

Nilai (Ribu US$)

%

1999 2,433,560 - 828,488

-2000 2,292,360 94 568,505 69

2001 3,054,076 133 614,307 108

2002 3,528,916 116 1,067,706 174

2003 3,494,279 99 1,256,599 118

2004 4,841,720 129 1,814,812 144

2005 5,810,565 120 1,991,143 110

2006 6,901,634 119 2,538,297 127

2007 6,174,132 89 3,691,529 145

Sumber data : BPS diolah

Jika dilihat pada gambar dibawah sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 ekspornya terus meningkat baik dari segi volume maupun nilai ekspor. Pada tahun 2003 dan 2007 mengalami sedikit penurunan volume ekspor tetapi dari segi nilai ekspor tetap mengalami peningkatan.Sementara pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 volume ekspor dan nilai ekspor CPO Indonesia ke Amerika Serikat terus mengalami peningkatan yang cukub baik.Apabila hal ini terus dipertahankan tentu akan berdampak positif bagi Indonesia.


(61)

Ekspor CPO Tahun 1999-2007

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Volume (Ton) Nilai (Ribu US$)

Gambar 4.3. Ekspor CPO tahun 1999-2007

4.3.2 Ekspor Karet Alam

Karet adalah salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup besar peranannya sebagai penyumbang devisa nonmigas. Lebih dari 80 persen produksi karet alam Indonesia di ekspor ke manca negara dan sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Disamping perannya sebagai penyumbang devisa nonmigas, karet juga telah menghidupi jutaan rakyat yang bekerja di sektor ini karena sebagian besar perkebunan karet Indonesia diusahakan oleh rakyat.

Diperkenalkannya karet sintetis pada dekade 1950-an, kebutuhan karet alam mengalami penurunan karena banyak fungsi karet alam yang tergantikan oleh karet sintetis. Apalagi karet sintetis dapat diproduksi dalam jumlah sesuai kebuuhan tanpa


(62)

mempengaruhi harga. Namun demikian keunggulan karet alam masih belum bisa ditandingi oleh karet sintetis, terutama daya elastisitas dan plastisitasnya yang lebih bagus. Hal ini bisa dilihat dalam pembuatan ban radial meskipun bahan bakunya karet sintetis, tetap saja harus dicampur dengan karet alam. Kebutuhan dunia terhadap karet terus meningkat dari tahun ke tahun seiring berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku karet di negar-negara maju. Pada tahun 2002 kebutuhan karet dunia mencapai 27,7 juta ton, jauh di atas estimasi 18,5 juta ton pada tahun sebelumnya (Setiawan D.H dan Andoko A, 2005). Kenaikan kebutuhan tersebut dipicu oleh kemajuan industri kendaraan bermotor di China yang salah satu komponennya adalah ban berbahan karet.

IRSG atau Internasional Rubber Study Group (dalam Kompas, Oktober 2006) memperkirakan kebutuhan karet alam dunia akan mencapai 10,9 juta ton pada tahun 2010 dengan asumsi laju pertumbuhan sebesar 4,7 persen per tahun. Pertumbuhan yang besar ini belum dapat dipenuhi oleh negara produsen karet alam karena negara produsen baru mampu menghasilkan karet alam sebanyak 10,6 juta ton pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan defisit pasokan karet alam dunia sekaligus merupakan peluang Indonesia untuk mengisinya.

Negara konsumen karet alam terbesar dunia menurut data Gapkindo, urutan pertama adalah negara RRC dengan tingkat konsumsi karet alam sebesar 1,3 juta ton dan berkontribusi sebesar 17,51 persen terhadap total konsumsi karet dunia. Urutan kedua adalah Amerika Serikat dengan tingkat konsumsi sebesar 1,1 juta ton dan berkontribusi sebesar 14,34 persen kemudian urutan ketiga adalah Jepang dengan


(63)

tingkat konsumsi sebesar 0,77 juta ton dan berkontribusi sebesar 9,97 persen terhadap total konsumsi karet alam dunia. China menyerap karet alam terbesar dunia seiring dengan berkembangnya industri kendaraan bermotor di negara tersebut dimana karet alam merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan ban.

Indonesia merupakan negara eksportir karet terbesar kedua setelah Thailand memiliki peluang yang masih cukup besar untuk dapat dikembangkan secara lebih luas pada semua subsistem dari hulu hingga hilir.Besarnya potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia seperti lahan, iklim, tenaga, plasma nutfah yang memadai akan meningkatkan peluang tersebut. Potensi pengembangan karet diarahkan berdasarkan produk yang dihasilkan maupun inovasi tehnologi.Dengan demikian ekspor karet Indonesia setiap tahun akan terus mengalami peningkatan yang cukup mengembirakan baik dari segi volume maupun nilai ekspor.

Tabel 4.6. Perkembangan Ekspor Karet Indonesia Tahun 1995-2005

Tahun Volume % Nilai %

1995 1,324,295 - 1,963,636

-1996 1,434,285 108.31 1,917,902 97.67

1997 1,404,010 97.89 1,493,416 77.87

1998 1,461,106 104.07 1,101,453 73.75

1999 1,494,543 102.29 849,200 77.10

2000 1,379,642 92.31 888,623 104.64

2001 1,453,382 105.34 786,197 88.47

2002 1,495,987 102.93 1,037,562 131.97

2003 1,660,919 111.02 1,493,466 143.94

2004 1,662,210 100.08 1,494,811 100.09

2005 1,874,261 112.76 2,180,029 145.84


(1)

Dependent Variable: EKSPOR? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/09 Time: 23:09 Sample: 1999:1 2007:4 Included observations: 36 Total panel observations 108

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.22E+10 2.95E+09 -4.137796 0.0001

HARGA? -8.04E+08 83244347 -9.654149 0.0000

KURS -68887.39 22643.08 -3.042315 0.0030

GDPUS 104998.4 192311.8 0.545980 0.5863

POP 44.51987 16.83261 2.644858 0.0095

R-squared 0.697132 Mean dependent var 5.12E+08

Adjusted R-squared 0.685370 S.D. dependent var 4.97E+08

S.E. of regression 2.79E+08 Sum squared resid 8.00E+18

Log likelihood -2185.616 F-statistic 59.27041

Durbin-Watson stat 0.577263 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil Estimasi 5

Dependent Variable: EKSPOR? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/09 Time: 23:10 Sample: 1999:1 2007:4 Included observations: 36 Total panel observations 108

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

HARGA? -3.06E+08 85823483 -3.566697 0.0005

KURS -24670.41 22490.81 -1.096911 0.2751

GDPUS 169790.3 150297.2 1.129697 0.2611

POP 18.34160 14.39468 1.274193 0.2054

Fixed Effects

_KARET—C -6.18E+09 _COKLAT--C -6.43E+09 _CPO—C -5.72E+09

R-squared 0.827883 Mean dependent var 5.12E+08

Adjusted R-squared 0.817659 S.D. dependent var 4.97E+08

S.E. of regression 2.12E+08 Sum squared resid 4.55E+18

Log likelihood -2138.654 F-statistic 161.9372


(2)

Hasil Estimasi 6

Dependent Variable: EKSPOR? Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/26/09 Time: 23:12

Sample: 1999:1 2007:4 Included observations: 36 Total panel observations 108

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

HARGA? -71374790 52504607 -1.359401 0.1769

KURS -13155.98 10338.64 -1.272506 0.2060

GDPUS 193444.5 70474.79 2.744876 0.0071

POP -2.040361 5.274716 -0.386819 0.6997

Fixed Effects

_KARET--C -8.51E+08 _COKLAT--C -1.13E+09 _CPO--C -2.12E+08 Weighted Statistics

R-squared 0.800905 Mean dependent var 5.59E+08

Adjusted R-squared 0.789078 S.D. dependent var 3.94E+08

S.E. of regression 1.81E+08 Sum squared resid 3.31E+18

Log likelihood -2091.673 F-statistic 135.4322

Durbin-Watson stat 0.755114 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.793008 Mean dependent var 5.12E+08

Adjusted R-squared 0.780712 S.D. dependent var 4.97E+08

S.E. of regression 2.33E+08 Sum squared resid 5.47E+18


(3)

Dependent Variable: EKSPOR? Method: Pooled Least Squares Date: 05/26/09 Time: 23:14 Sample: 1999:1 2007:4 Included observations: 36 Total panel observations 108

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.23E+09 5.43E+08 -7.785943 0.0000

HARGA? -7.90E+08 82355550 -9.593403 0.0000

KURS -47197.77 21731.81 -2.171829 0.0321

GDPUS 561441.9 58820.40 9.545020 0.0000

R-squared 0.686559 Mean dependent var 5.12E+08

Adjusted R-squared 0.677518 S.D. dependent var 4.97E+08

S.E. of regression 2.82E+08 Sum squared resid 8.28E+18

Log likelihood -2188.493 F-statistic 75.93380

Durbin-Watson stat 0.571948 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil Estimasi 8

Dependent Variable: EKSPOR? Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/26/09 Time: 23:15

Sample: 1999:1 2007:4 Included observations: 36 Total panel observations 108

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.67E+09 5.11E+08 -9.139405 0.0000

HARGA? -7.57E+08 74539876 -10.15825 0.0000

KURS -58156.99 20049.45 -2.900678 0.0045

GDPUS 612249.7 56001.25 10.93279 0.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.718167 Mean dependent var 5.52E+08

Adjusted R-squared 0.710037 S.D. dependent var 5.14E+08

S.E. of regression 2.77E+08 Sum squared resid 7.97E+18

Log likelihood -2188.597 F-statistic 88.33756

Durbin-Watson stat 0.682669 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.676576 Mean dependent var 5.12E+08

Adjusted R-squared 0.667247 S.D. dependent var 4.97E+08

S.E. of regression 2.87E+08 Sum squared resid 8.55E+18


(4)

Hasil Estmasi 9

Dependent Variable: EKSPOR? Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 05/26/09 Time: 23:16

Sample: 1999:1 2007:4 Included observations: 36 Total panel observations 108

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

HARGA? -58949517 49089300 -1.200863 0.2324

KURS -13939.70 9062.062 -1.538248 0.1269

GDPUS 162423.8 45441.97 3.574314 0.0005

Fixed Effects

_KARET--C -1.13E+09 _COKLAT--C -1.41E+09 _CPO--C -4.80E+08 Weighted Statistics

R-squared 0.821583 Mean dependent var 5.89E+08

Adjusted R-squared 0.812837 S.D. dependent var 4.19E+08

S.E. of regression 1.81E+08 Sum squared resid 3.35E+18

Log likelihood -2088.704 F-statistic 234.8470

Durbin-Watson stat 0.764939 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.789503 Mean dependent var 5.12E+08

Adjusted R-squared 0.779184 S.D. dependent var 4.97E+08

S.E. of regression 2.34E+08 Sum squared resid 5.56E+18


(5)

(6)