Pengertian Partikel GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO

2.1 Pengertian Partikel

Menurut Drs. Sugihartono 2001:178 , joshi adalah jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu dan menentukan arti, hubungan, penekanan, pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam suatu kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji, yang pertama dibaca jo dapat juga dibaca tasukeru yang berarti bantu, membantu atau menolong. Sedangkan yang kedua dibaca shi memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Oleh karena itu, dari kedua huruf kanji ini dapat diterjemahkan joshi dengan istilah kata bantu. Namun ada juga yang menerjemahkan joshi ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah postposisi. Istilah postposisi ini berdasarkan pada letak joshi pada kalimat yang selalu menempati posisi di belakang setelah kata yang lain. Sebagai contoh kalimat “watashi wa kinou kazoku to tebing tinggi e ikimashita”. Yang terdiri dari lima bunsetsu yakni watashi wa, kinoo, kazoku to, tebing tinggi e, ikimashita. Diantara bunsetsu-bunsetsu itu ada yang mengandung joshi yaitu watashi wa, kazoku to dan tebing tinggi e. Joshi wa menempati posisi setelah Universitas Sumatera Utara nomina watashi, joshi to menempati posisi setelah nomina kazoku dan joshi e menempati posisi setelah nomina tebing tinggi. Pemakaian joshi tidak hanya dipakai setelah nomina, tapi dapat juga dipakai setelah verba, adjektiva-i, adjektiva-na atau setelah joshi yang lainnya. Jadi, pemakaian istilah postposisi sebagai hasil terjemahan kata joshi pun bisa diterima walaupun pemakaiannya masih jarang bila dibandingkan dengan pemakaian istilah kata bantu. Menurut Iwabuchi Tadasu 1989:157 menjelaskan bahwa kelas kata seperti joshi ga, ni, keredomo, made, ne, wa dan sebagainya dalam bahasa Jepang disebut joshi. Oleh karena joshi dengan sendirinya tidak dapat membentuk sebuah bunsetsu, maka kelas kata ini termasuk kelompok fuzokugo. Joshi tidak mengalami perubahan konjungsideklinasi . Kelas kata seperti ini dalam bahasa Inggris biasanya dipakai sebelum nomina atau sebelum kelas kata lain. Sebagai contoh seperti kalimat yang disebutkan diatas, “watashi wa kinou kazoku to tebing tinggi e ikimashita”. Partikel-partikel wa, to dan e tidak memiliki arti bila tidak digabungkan dengan kata-kata lain dalam suatu konteks kalimat. Namun partikel-partikel tersebut akan menunjukkan maknanya yang jelas setelah digabungkan dengan kata yang lain yang dapat berdiri sendiri dan dan dapat membentuk sebuah bunsetsu seperti watashi wa, kazoku to, tebing tinggi e. Kata- kata yang memiliki ciri seperti ini disebut fuzokugo. Adalah jodooshi verba bantu . Perbedaan joshi dengan jodooshi diantaranya joshi tidak mengalami perubahan sedangkan jodooshi mengalami perubahan. Kelas kata lain dalam Universitas Sumatera Utara bahasa Jepang yang bisa mengalami perubahan konjugasi adalah verba dooshi , adjektiva-i, dan adjektiva-na yang ketiga ini disebut yoogen. Dan arti yoogen sebenarnya adalah kata-kata yang dapat berdiri sendiri, mengalmi konjugasi, dapat berfungsi sebagai prediket dan dapat berfungsi sebagai pewatas. Di dalam bahasa Jepang, partikel memiliki beberapa ciri-ciri agar mudah untuk dipahami, diantaranya : 1. Tidak dapat berdiri sendiri 2. Tidak dapat berkonjugasi 3. Tidak menjadi subjek, prediket, objek dan keterangan dalam kalimat 4. Selalu mengikuti kata lain 5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.

2.2 Jenis-jenis Partikel