Penggunaan “Partikel Gurai Dan Goro” Dalam Kalimat Bahasa Jepang

(1)

PENGGUNAAN “PARTIKEL GURAI DAN GORO” DALAM

KALIMAT BAHASA JEPANG

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

FREDDIK SITORUS

NIM : 082203067

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGGUNAAN “PARTIKEL GURAI DAN GORO” DALAM

KALIMAT BAHASA JEPANG

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang

Dikerjakan Oleh

FREDDIK SITORUS NIM: 082203067

Pembimbing Pembaca

Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum Zulnaidi, S.S, M.Hum NIP. 196708072004011001 NIP. 196910112002121001

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Medan, ……… 2012

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. Nip. 19511013 197603 1 001 Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan 1. Zulnaidi, S.S, M.Hum ( ) 2. Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum ( ) 3. Zulnaidi, S.S, M.Hum ( )


(4)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra Dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D-III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Zulnaidi, S.S, M.Hum NIP. 19670807 200401 1 001


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna untuk melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Penggunaan Partikel Gurai Dan Goro dalam Kalimat Bahasa Jepang”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari sempurna, baik dari pengkajian kalimat, penguraian materi dan pembahasan masalah. Tetapi berkat bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu terutama kepada :

1. Bapak Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum. selaku ketua program studi Diploma III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(6)

4. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum. selaku dosen pembaca yang telah memberikan nilai yang sangat baik kepada penulis.

5. Kedua orang tua ku yang telah memberikan segenap cintanya untuk mendidik dan membesarkanku sampai sekarang ini. Terima kasih atas doanya selama ini.

6. Seluruh teman-teman dari GMKI FIB USU

7. Sahabatku rocky tanakha yang telah banyak membantu dan mendukung 8. Seluruh teman-teman dari Bahasa Jepang baik dari stambuk ’08,’09,’10

dan ’11.

9. Seluruh teman-teman dari Fakultas Ilmu Budaya USU. 10.Seluruh teman-teman dari Universitas Sumatera Utara.

11.Teman-teman yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan dan memberikan keceriaan di hari-hari penulis.

Semuga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan penulis memohon maaf apabila ada sesuatu hal yang terlupakan. Akhirnya penulis berharap semoga kertas karya ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua. Terima Kasih.

Medan, Juli 2012

Freddik Sitorus NIM : 082203067


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Alasan Pemilihan Judul...1

1.2 Tujuan Penulisan...3

1.3 Pembatasan Masalah...3

1.4 Metode Penulisan...4

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL-PARTIKEL GURAI DAN GORO………...5

2.1 Pengertian Partikel...5

2.2 Jenis-jenis Partikel...7

2.3 Partikel 「Gurai」...10

2.4 Partikel Goro...11

BAB III PENGGUNAAN PARTIKEL GURAI DAN GORO DALAM BAHASA JEPANG...12

3.1 Partikel 「 gurai 」 yang menyatakan perkiraan jumlah………..12

3.2 Partikel 「 gurai 」 yang menyatakan perbandingan...13


(8)

3.4 Partikel 「 gurai 」 yang menyatakan kemampuan

( bentuk negatif )...16

3.5 Partikel 「 goro 」 yang digunakan setelah kata yang menyatakan keterangan waktu...17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...18

4.1 Kesimpulan...18

4.2 Saran...20 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

Menurut Sudjianto ( 1996 ), partikel adalah kata bantu di dalam kalimat bahasa Jepang. Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Partikel atau joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji, yang pertama dibaca jo dapat juga dibaca tasukeru yang berarti bantu, membantu atau menolong. Sedangkan yang kedua dibaca shi memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Oleh karena itu, dari kedua huruf kanji ini dapat diterjemahkan joshi dengan istilah kata bantu.

Pemakaian joshi tidak hanya dipakai setelah nomina, tapi dapat juga dipakai setelah verba, adjektive-i, adjektive-na atau setelah joshi yang lainnya. Jadi, pemakaian istilah postposisi sebagai hasil terjemahan kata joshi pun bisa diterima walaupun pemakaiannya masih jarang bila dibandingkan dengan pemakaian istilah kata bantu.

Di dalam bahasa Jepang, partikel memiliki beberapa ciri-ciri agar mudah untuk dipahami, diantaranya :

6. Tidak dapat berdiri sendiri 7. Tidak dapat berkonjugasi

8. Tidak menjadi subjek, prediket, objek dan keterangan dalam kalimat 9. Selalu mengikuti kata lain


(10)

10.Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.

Menurut Iwabuchi Tadasu, jenis-jenis joshi berdasarkan penggunaannya dalama kalimat bahasa Jepang, yaitu kakujoshi, fukujoshi, shujoshi dan setsuzokujoshi.

Partikel ( gurai ) adalah sebuah partikel penghubung dengan kata benda yang pada umumnya mempunyai unsur perkiraan panjang atau lamanya ( jumlah waktu ). Dan Partikel ( goro ) adalah sebuah partikel yang dipakai setelah kata yang menyatakan keterangan waktu pada umumnya. Partikel ( goro ) sebaiknya tidak ditulis dengan huruf kanji.

Partikel ( gurai ) yang menyatakan perkiraan jumlah, merupakan suatu kata bantu yang melihat situasi benda dengan ukuran-ukurannya yang pada mulanya memperkirakan suatu jawaban dan pertanyaan yang tepat. Dengan kata lain, partikel ( gurai ) dalam bentuk tersebut tingkat kesalahannya relatif kecil.

Partikel ( gurai ) yang menunjukkan patokan perbandingan ini biasanya membandingkan ungkapan dengan diri sendiri atau pun orang lain. Biasanya partikel ( gurai ) dalam bentuk inimengandung unsur suatu pribahasa yang kata-katanya sangat baku.

Partikel ( gurai ) yang menyatakan setidaknya dan sedikit, menjelaskan bahwa dalam bentuk kondisi terendah apapun akan melakukan suatu tindakan tersebut.


(11)

Partikel ini menjelaskan suatu pernyataan dalam bentuk negatif. Namun pada partikel gurai dalam bentuk ini, kalimat yang dibuat dengan makna tersebut mengandung arti ingin mencapai sesuatu yang bisa, walaupun sebenarnya tingkat melakukan tindakannya tersebut sangat terbatas pada kondisi orang tersebut.

Partikel ( goro ) yang digunakan setelah kata yang menyatakan keterangan waktu yang merupakan sebuah partikel yang dipakai setelah kata yang menyatakan jumlah keterangan waktu pada umumnya. Partikel ( goro ) sebaiknya tidak ditulis dengan huruf kanji.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Bahasa adalah salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Jika kita ingin bersosialisasi dengan baik dengan bangsa lain, kita harus menguasai bahasa mereka.

Saat ini penggunaan bahasa Jepang sangat diperlukan di Indonesia karena banyaknya investor Jepang yang menanamkan modalnya di Indonesia. Selain itu, sudah lama terjalin hubungan kerjasama yang erat di berbagai bidang antara bangsa Jepang dengan bangsa Indonesia. Baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, industri dan lain-lain.

Namun untuk dapat berkomunikasi bahasa Jepang yang baik, kita harus memahami struktur bahasa Jepang. Adanya kekurangan pemahaman akan gramatika bahasa Jepang, dapat menimbulkan kesulitan dalam menggunakan pola kalimat bahasa Jepang yang baik dan benar, dapat menimbulkan kerancuan makna, juga kesan yang tidak baik bagi pihak yang menerima informasi. Dalam struktur bahasa Jepang, joshi merupakan salah satu jenis kelas kata.

Kelas kata bahasa Jepang terdiri dari 10 jenis, yaitu : 1. Dooshi ( verba )


(13)

3. Na-keiyooshi ( adjektiva-na ) 4. Meishi ( nomina )

5. Rentaishi ( prenomina ) 6. Fukushi ( adverbial ) 7. Kandooshi ( interjeksi ) 8. Setsuzookushi ( konjugasi ) 9. Jodooshi ( verba bantu ) 10.Joshi ( partikel )

Joshi merupakan kelas kata yang sangat penting di dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.

Partikel disebut juga joshi. Joshi merupakan kelas kata yang sangat penting di dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.

Dalam struktur bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sangat berbeda. Oleh karena itu, adanya perbedaan struktur sering ditemui kesalahan dalam berkomunikasi. Perbedaannya yaitu susunan kalimat.

Contoh :

Saya mendengar radio di kamar


(14)

Watashi wa heya de rajio o kikimasu S Ket. Tempat O P

Bahasa Jepang memiliki joshi sedangkan bahasa Indonesia tidak memiliki joshi. Selain itu, bahasa Indonesia berpola DM.

Contoh : Buku Kecil

D M

Sedangkan bahasa Jepang berpola MD Contoh :

Chiisai hon

M D

Penulis juga ingin menjelaskan cara penggunaan partikel 「 gurai 」 dan 「 goro 」 dalam bahasa Jepang. Partikel 「 gurai 」 dan 「 goro 」 ini memiliki arti yang hampir sama dalam bahasa Indonesia, namun cara penggunaan fungsi dan cara-cara pemakaiannya berbeda. Dengan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas judul “Penggunaan 「 Gurai 」 dan 「 Goro 」 dalam Kalimat Bahasa Jepang” untuk kertas karya.


(15)

1.2Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memahami partikel 「 gurai 」 dan 「 goro 」 dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk memahami cara penggunaan 「 gurai 」 dan 「 goro 」 dalam kalimat bahasa Jepang.

1.3 Pembatasan Masalah

Seperti yang telah kita ketahui dalam bahasa Jepang memiliki banyak joshi. Diantaranya bakari, mo, wa, ga, de, demo, ka, kara, noni, node, ba, nagara, no, kashira, na/naa, ne/nee, shi, tari, temo, dake, kurai/gurai, shika, yara, sae, yori, tomo, yo zo, ze, hodo, made dan lain sebagainya.

Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas mengenai cara penggunaannya saja, partikel “gurai dan goro” dalam kalimat bahasa Jepang.

1.4Metode Penulisan

Dalam penyusunan kertas karya ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan ( library research ) yakni dengan cara memanfaatkan sumber-sumber bacaan yang ada yakni sebagai referensi yang berkaitan dengan


(16)

pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirangkum dan dianalisa serta dideskripsikan ke dalam kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan informasi teknologi internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadi lebih akurat dan lebih jelas.


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO

2.1 Pengertian Partikel

Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu dan menentukan arti, hubungan, penekanan, pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam suatu kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji, yang pertama dibaca jo dapat juga dibaca tasukeru yang berarti bantu, membantu atau menolong. Sedangkan yang kedua dibaca shi memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Oleh karena itu, dari kedua huruf kanji ini dapat diterjemahkan joshi dengan istilah kata bantu.

Namun ada juga yang menerjemahkan joshi ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah postposisi. Istilah postposisi ini berdasarkan pada letak joshi pada kalimat yang selalu menempati posisi ( di belakang ) setelah kata yang lain. Sebagai contoh kalimat “watashi wa kinou kazoku to tebing tinggi e ikimashita”. Yang terdiri dari lima bunsetsu yakni watashi wa, kinoo, kazoku to, tebing tinggi e, ikimashita. Diantara bunsetsu-bunsetsu itu ada yang mengandung joshi yaitu watashi wa, kazoku to dan tebing tinggi e. Joshi wa menempati posisi setelah


(18)

nomina watashi, joshi to menempati posisi setelah nomina kazoku dan joshi e menempati posisi setelah nomina tebing tinggi.

Pemakaian joshi tidak hanya dipakai setelah nomina, tapi dapat juga dipakai setelah verba, adjektiva-i, adjektiva-na atau setelah joshi yang lainnya. Jadi, pemakaian istilah postposisi sebagai hasil terjemahan kata joshi pun bisa diterima walaupun pemakaiannya masih jarang bila dibandingkan dengan pemakaian istilah kata bantu.

Menurut Iwabuchi Tadasu ( 1989:157 ) menjelaskan bahwa kelas kata seperti joshi ga, ni, keredomo, made, ne, wa dan sebagainya dalam bahasa Jepang disebut joshi. Oleh karena joshi dengan sendirinya tidak dapat membentuk sebuah bunsetsu, maka kelas kata ini termasuk kelompok fuzokugo. Joshi tidak mengalami perubahan ( konjungsi/deklinasi ). Kelas kata seperti ini dalam bahasa Inggris biasanya dipakai sebelum nomina atau sebelum kelas kata lain. Sebagai contoh seperti kalimat yang disebutkan diatas, “watashi wa kinou kazoku to tebing tinggi e ikimashita”. Partikel-partikel wa, to dan e tidak memiliki arti bila tidak digabungkan dengan kata-kata lain dalam suatu konteks kalimat. Namun partikel-partikel tersebut akan menunjukkan maknanya yang jelas setelah digabungkan dengan kata yang lain yang dapat berdiri sendiri dan dan dapat membentuk sebuah bunsetsu seperti watashi wa, kazoku to, tebing tinggi e. Kata-kata yang memiliki ciri seperti ini disebut fuzokugo. Adalah jodooshi ( verba bantu ). Perbedaan joshi dengan jodooshi diantaranya joshi tidak mengalami perubahan sedangkan jodooshi mengalami perubahan. Kelas kata lain dalam


(19)

bahasa Jepang yang bisa mengalami perubahan ( konjugasi ) adalah verba ( dooshi ), adjektiva-i, dan adjektiva-na yang ketiga ini disebut yoogen. Dan arti

yoogen sebenarnya adalah kata-kata yang dapat berdiri sendiri, mengalmi konjugasi, dapat berfungsi sebagai prediket dan dapat berfungsi sebagai pewatas.

Di dalam bahasa Jepang, partikel memiliki beberapa ciri-ciri agar mudah untuk dipahami, diantaranya :

1. Tidak dapat berdiri sendiri 2. Tidak dapat berkonjugasi

3. Tidak menjadi subjek, prediket, objek dan keterangan dalam kalimat 4. Selalu mengikuti kata lain

5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada kata lain.

2.2 Jenis-jenis Partikel

Menurut Iwabuchi Tadasu ( 1989 ), jenis-jenis joshi berdasarkan penggunaannya dalama kalimat bahasa Jepang, yaitu kakujoshi, fukujoshi, shuujoshi dan setsuzokujoshi.

1. Kakujoshi

Kakujoshi adalah partikel atau joshi yang biasanya digunakan untuk menyatakan hubungan satu bunsetsu dengan bunsetsu lainnya. Kakujoshi


(20)

biasanya dipakai setelah taigen. Dan taigen itu sendiri artinya adalah kelompok kata yang dapat berdiri sendiri, tidak mengalami konjugasi, dapat menjadi topik atau pelaku dan dapat pula menjadi kata-kata sapaan ( Tadasu, 1989:48 ).

Pada bagian ini akan dibahas semua partikel yang termasuk kakujoshi, yaitu de, e, ga, kara, ni, no, o, to, ya dan yori. Ada dua cara pemakaian partikel yang termasuk kakujoshi, yang pertama partikel no, to dan ya yang dipakai untuk menyatakan hubungan antara nomina yang ada sebelumnya dan nomina yang ada pada bagian berikutnya. Sedangkan yang kedua partikel de, e, ga, kara, ni, o dan yori dipakai untuk menyatakan hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat itu.

Beberapa contoh kalimat yang menggunakan kakujoshi : わたしは部屋でにほんごをよむ。

Watashi wa heya de nihongo o yomu. Saya membaca bahasa Jepang di kamar.

Di dalam kakujoshi ini partikel de menjelaskan adanya aktivitas. Dan selanjutnya partikel o mengikuti objek nomina yang dilakukan oleh subjek.

2. Fukujoshi

Fukujoshi adalah joshi sebagai keterangan untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata-kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.


(21)

Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah kata bantu bakari, mo, dake, wa, sae, mada, shika, hodo, kurai, nado dan joshi yang termasuk kelompok fukujoshi yang biasa dipakai setelah nomina, verba, kata sifat –i dan kata sifat –na.

Beberapa contoh kalimat yang menggunakan fukujoshi, yaitu : わたしはことばをはっぴゃく字だけしている。

Watashi wa kotoba o happyaku ji dake shitte iru. Saya hanya mengetahui kosa kata kira-kira 100 huruf.

Partikel wa menunjukkan bahwa kata sebelumnya adalah topik atau subjek. Partikel o menjelaskan objek penderita dari kata kerja bentuk masukei. Sedangkan partikel dake menejleaskan adanya keterbatasan jumlah benda dan dapat menyatakan adanya keterbatasan suatu aktifitas atau keadaan.

3. Shuujoshi

Shuujoshi adalah joshi di akhir kalimat yang digunakan pada akhir kalimat pada sebuah kalimat bahasa Jepang. Fungsinya untuk menyatakan perasaan pembicara, seperti rasa heran, keragu-raguan, harapan, haru dan lainnya. Yang termasuk ke dalam shuujoshi adalah kashira, ka, kke, ne/nee, na/naa, no, sa, tomo, wa, yo, ze dan zo.

Beberapa contoh kalimat yang menggunakan shuujoshi, yaitu : これはわたしのかばんです。


(22)

Kore wa watashi no kaban desu. Ini adalah tas kepunyaan saya.

Partikel no di sini menjelaskan kalimat kepunyaan atau kepemilikan.

4. Setsuzokujoshi

Setsuzokujoshi adalah joshi penyambung kalimat yang berfungsi untuk menghubungkan kalimat. Umumnya dipakai setelah yoogen ( verba, kata sifat –i dan kata sifat –na ). Yang termasuk ke dalamnya adalah joshi ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, te, temo dan to.

Beberapa contoh kalimat yang menggunakan setsuzokujoshi, yaitu : しんぶんをよみながら、おんがくおきく。

Shinbun o yominagara, ongaku o kiku. Mendengar lagu sambil membaca koran.

Partikel nagara menjelaskan suatu pola kalimat yang menyatakan dua aktifitas yang dilakukan secara bersamaan.

2.3 Partikel 「 Gurai 」

Partikel 「 gurai 」 adalah sebuah partikel penghubung dengan kata benda yang pada umumnya mempunyai unsur perkiraan panjang atau lamanya ( jumlah waktu ).


(23)

Partikel 「 gurai 」 biasanya digunakan dalam menyatakan perkiraan jumlah, menyatakan perbandingan, menyatakan setidaknya dan menyatakan kemampuan ( bentuk negatif ).

Partikel 「 gurai 」 ini seperti pada kalimat di atas, tidak bisa diganti dengan partikel 「 goro 」. Tetapi, seperti dikemukakan Tomita Takayuki ( 1992 ), pernah juga terdengar orang yang mengucapkan kalimat :

Juuji gurai niwa tsukeru deshoo. 10時ぐらいにはつけるでしょう。

Hana no saku nowa shigatsu no hajime goro deshoo. 花の策のは四月のはじめごろでしょう。

( lihat Takayuki 1992:22 )

2.4 Partikel 「 Goro 」

Partikel 「 goro 」 adalah sebuah partikel yang dipakai setelah kata yang menyatakan keterangan waktu pada umumnya. Partikel 「 goro 」 sebaiknya tidak ditulis dengan huruf kanji. Seperti Gaikokujin no Tame no Kihongo Yoorei Jiten yang memuat keterangan bahwa kata goro tidak ditulis dengan huruf kanji. Kata goro dapat dipakai dalam bentuk “goro ni” dan dapat diucapkan “koro”. Kata goro dipakai pada kata yang menunjukkan waktu untuk menyatakan perkiraan waktu.


(24)

Adapun contoh partikel 「 goro 」 sebagai berikut : 1. 1950-nen goro wa, watashi wa mada kodomo deshita.

1950年ごろは、わたしはまだ子どもでした。 2. Nangatsu goro nihon e ikimasu ka.

なんがつごろにほんへ行きますか。


(25)

BAB III

PENGGUNAAN PARTIKEL “GURAI DAN GORO” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

3.1 Partikel Gurai Yang Menyatakan Perkiraan Jumlah ( kira-kira )

Partikel 「 gurai 」 yang menyatakan perkiraan jumlah, merupakan kata bantu yang melihat situasi benda dengan ukuran-ukurannya yang pada mulanya memperkirakan suatu jawaban dan pertanyaan yang tepat. Dengan kata lain, partikel 「 gurai 」 dalam bentuk tersebut tingkat kesalahannya relatif kecil. Pada saat menentukan suatu pernyataan, tingkat kepastiannya dari kata benda, partikel 「 gurai 」 sangat memperhatikan tanpa adanya resiko kesalahan sekecil apapun yang bisa terjadi dari ungkapan tersebut dari arti kata benda yang dihubungkan dengan kata bantu partikel gurai dalam bentuk ini.

Contoh kalimat :

1. このいけのふくさはじゅうメトルぐらいです。

Kono ike no fukusa wa juu metoru gurai desu. Dalam kolam ini kira-kira 10 meter.

2. きょうのきおんはせっしにじゅうはちどぐらいです。


(26)

3.2 Partikel 「 Gurai 」 Yang Menyatakan Perbandingan

Partikel 「 gurai 」 yang menunjukkan patokan perbandingan ini biasanya membandingkan ungkapan dengan diri sendiri atau pun orang lain. Biasanya partikel 「 gurai 」 dalam bentuk ini mengandung unsur suatu pribahasa yang kata-katanya sangat baku.

Contoh kalimat :

1. はじきだまぐらいのいしがあたまにあたりました。 Hajikidama gurai no ishi ga atama ni atarimashita

Sebutir batu besar kelereng telah mengenai kepalaku

2. かのじょぐらいにほんごが上手ひとはめったにいません。

Kanojo gurai nihongo ga jouzu na hito wa metta ni imasen

Jarang sekali ada orang yang dapat berbahasa Jepang semakin dia

3. おとうとのもっているおもちゃはこれだけじゃありません。へやに

もうそのぐらいある。

Otouto no motte iru omocha wa kore dake ja arimasen. Heya ni mou sono gurai aru.


(27)

Kore gurai no son wa heiki desu

Kerugian kira-kira sebegini saja tidak menjadi soal

3.3 Partikel 「 Gurai 」 Yang Menyatakan Setidaknya Dan Sedikit

Partikel 「 gurai 」 yang menyatakan setidaknya dan sedikit, menjelaskan bahwa dalam bentuk kondisi terendah apapun akan melakukan suatu tindakan tersebut.

Contoh kalimat :

1. どんなにい書画しかてもでんわをかけるぐらいはのひまがある でしょう。

Donna ni ishogashikate mo denwa o kakeru gurai wano hima ga aru deshou.

Walau sesibuk apapun, setidaknya ada waktu untuk menelepon.

2. わたしはでもけしきのへぐらいはかける。

Watashi wa de mo keshiki no e gurai wa kakeru Setidaknya saya pun bisa menggambar pemandangan.


(28)

Saya ingin membaca majalah berbahasa Jepang yang setidaknya orang asing bisa membacanya.

3.4 Partikel 「 Gurai 」 Yang Menyatakan Kemampuan ( Bentuk Negatif )

Partikel ini menjelaskan suatu pernyataan dalam bentuk negatif. Namun pada partikel gurai dalam bentuk ini, kalimat yang dibuat dengan makna tersebut mengandung arti ingin mencapai sesuatu yang bisa, walaupun sebenarnya tingkat melakukan tindakannya tersebut sangat terbatas pada kondisi orang tersebut. Contoh kalimat :

1. 勉強するにはいま位よい時期はありません。 Benkyou suru niwa ima gurai yoi jiki wa arimasen.

Tidak ada waktu/saat yang sebaik sekarang ini untuk belajar.

2. 彼ぐらいけちなひとはいないかもしれません。

Kare gurai kechi na hito wa inai kamo shiremasen. Mungkin tidak ada orang yang sekikir dia.


(29)

3.5 Partikel 「 Goro 」 Yang Digunakan Setelah Kata Yang Menyatakan Keterangan Waktu ( kira-kira )

Partikel 「 goro 」 yang digunakan setelah kata yang menyatakan keterangan waktu yang merupakan sebuah partikel yang dipakai setelah kata yang menyatakan jumlah keterangan waktu pada umumnya. Partikel 「 goro 」 sebaiknya tidak ditulis dengan huruf kanji. Apalagi dalam bentuk ini, partikel 「 goro 」 dalam waktu menerangkan jumlah waktu, dalam kalimat menerangkan peristiwa partikel「 goro 」 menyatakan tingkat kebenarannya.

Contoh kalimat :

1. わたしはいつも10時ごろねむ。 Watashi wa itsumo juuji goro nemu. Saya biasa tidur kira-kira pukul 10.

2. なんがつごろにほんへいきますか。 Nangatsu goro nihon e ikimasu ka Pergi ke Jepang kira-kira bulan apa?


(30)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Joshi adalah salah satu kelas kata yang sangat penting di dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.

2. Jenis-jenis joshi berdasarkan penggunaanya dalam kalimat bahasa Jepang, yaitu : kakujoshi, fukujoshi, shuujoshi dan setsuzokujoshi.

3. Partikel 「 gurai 」biasanya digunakan untuk : - Menyatakan perkiraan jumlah

- Menyatakan perbandingan - Menyatakan setidaknya

- Menyatakan kemampuan ( bentuk negatif )

4. Partikel 「 goro 」biasanya digunakan setelah kata yang menyatakan keterangan waktu.


(31)

4.2 Saran

Penulis mengharapkan agar para pembaca atau pemakai bahasa Jepang untuk dapat lebih memahami partikel 「 gurai 」 dan 「 goro 」 sehingga dapat berkomunikasi dengan menggunakan kalimat bahasa Jepang dengan baik dan benar di dalam tulisan maupun percakapan sehari-hari.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

- Chandra, T, 2005. Pelajaran Bahasa Jepang-jilid ketiga. Jakarta Pusat : Evergreen Japanese Course.

- Sudjianto, 2007. Gramatika Bahasa Jepang Modern-Seri B. Bekasi Timur : Kesaint Blanc.

- Sudjianto, dan Dahidi, Ahmad. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

- Situmorang, Hamzon. 2000. Kata Kerja Bahasa Jepang. Medan : Fakultas Sastra USU.

- Taniguchi, Goro. 1982. Kamus Standar Bahasa Indonesia-Jepang. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

- Yone Tanaka, dan Keiko Mikogami. 2001. Minna No Nihongo I,II. Tokyo : The association for Overseas Technical Scholarship.


(1)

Kore gurai no son wa heiki desu

Kerugian kira-kira sebegini saja tidak menjadi soal

3.3 Partikel 「 Gurai 」 Yang Menyatakan Setidaknya Dan Sedikit

Partikel 「 gurai 」 yang menyatakan setidaknya dan sedikit, menjelaskan bahwa dalam bentuk kondisi terendah apapun akan melakukan suatu tindakan tersebut.

Contoh kalimat :

1. どんなにい書画しかてもでんわをかけるぐらいはのひまがある でしょう。

Donna ni ishogashikate mo denwa o kakeru gurai wano hima ga aru deshou.

Walau sesibuk apapun, setidaknya ada waktu untuk menelepon.

2. わたしはでもけしきのへぐらいはかける。 Watashi wa de mo keshiki no e gurai wa kakeru Setidaknya saya pun bisa menggambar pemandangan.

3. がいこくじんがよめるぐらいのにほんごのざっしがよみたいです。 Gaikoku jin ga yomeru gurai no nihongo no zasshi ga yomitai desu.


(2)

Saya ingin membaca majalah berbahasa Jepang yang setidaknya orang asing bisa membacanya.

3.4 Partikel 「 Gurai 」 Yang Menyatakan Kemampuan ( Bentuk Negatif )

Partikel ini menjelaskan suatu pernyataan dalam bentuk negatif. Namun pada partikel gurai dalam bentuk ini, kalimat yang dibuat dengan makna tersebut mengandung arti ingin mencapai sesuatu yang bisa, walaupun sebenarnya tingkat melakukan tindakannya tersebut sangat terbatas pada kondisi orang tersebut. Contoh kalimat :

1. 勉強するにはいま位よい時期はありません。 Benkyou suru niwa ima gurai yoi jiki wa arimasen.

Tidak ada waktu/saat yang sebaik sekarang ini untuk belajar.

2. 彼ぐらいけちなひとはいないかもしれません。 Kare gurai kechi na hito wa inai kamo shiremasen. Mungkin tidak ada orang yang sekikir dia.


(3)

3.5 Partikel 「 Goro 」 Yang Digunakan Setelah Kata Yang Menyatakan Keterangan Waktu ( kira-kira )

Partikel 「 goro 」 yang digunakan setelah kata yang menyatakan keterangan waktu yang merupakan sebuah partikel yang dipakai setelah kata yang menyatakan jumlah keterangan waktu pada umumnya. Partikel 「 goro 」 sebaiknya tidak ditulis dengan huruf kanji. Apalagi dalam bentuk ini, partikel 「 goro 」 dalam waktu menerangkan jumlah waktu, dalam kalimat menerangkan peristiwa partikel「 goro 」 menyatakan tingkat kebenarannya.

Contoh kalimat :

1. わたしはいつも10時ごろねむ。 Watashi wa itsumo juuji goro nemu. Saya biasa tidur kira-kira pukul 10.

2. なんがつごろにほんへいきますか。 Nangatsu goro nihon e ikimasu ka Pergi ke Jepang kira-kira bulan apa?


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Joshi adalah salah satu kelas kata yang sangat penting di dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.

2. Jenis-jenis joshi berdasarkan penggunaanya dalam kalimat bahasa Jepang, yaitu : kakujoshi, fukujoshi, shuujoshi dan setsuzokujoshi.

3. Partikel 「 gurai 」biasanya digunakan untuk : - Menyatakan perkiraan jumlah

- Menyatakan perbandingan - Menyatakan setidaknya

- Menyatakan kemampuan ( bentuk negatif )

4. Partikel 「 goro 」biasanya digunakan setelah kata yang menyatakan keterangan waktu.


(5)

4.2 Saran

Penulis mengharapkan agar para pembaca atau pemakai bahasa Jepang untuk dapat lebih memahami partikel 「 gurai 」 dan 「 goro 」 sehingga dapat berkomunikasi dengan menggunakan kalimat bahasa Jepang dengan baik dan benar di dalam tulisan maupun percakapan sehari-hari.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

- Chandra, T, 2005. Pelajaran Bahasa Jepang-jilid ketiga. Jakarta Pusat : Evergreen Japanese Course.

- Sudjianto, 2007. Gramatika Bahasa Jepang Modern-Seri B. Bekasi Timur : Kesaint Blanc.

- Sudjianto, dan Dahidi, Ahmad. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

- Situmorang, Hamzon. 2000. Kata Kerja Bahasa Jepang. Medan : Fakultas Sastra USU.

- Taniguchi, Goro. 1982. Kamus Standar Bahasa Indonesia-Jepang. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

- Yone Tanaka, dan Keiko Mikogami. 2001. Minna No Nihongo I,II. Tokyo : The association for Overseas Technical Scholarship.