Analisis Fungsi dan Makna Partikel Bakari, Hodo, dan Kurai/Gurai pada Kalimat Bahasa Jepang dalam Majalah Wochi Kochi Edisi 30 dan 32.

(1)

ANALI Skripsi S ISIS FUNG KURAI/G D

i ini ditujuk Sumatera Ut

U

PR

GSI DAN M GURAI PA DALAM M E

an kepada P tara untuk m dalam b Sr UNIVERSI FAKUL ROGRAM S MAKNA PA ADA KALI MAJALAH EDISI 30 D

SKRIP Panitia Ujia melengkapi bidang ilmu

Oleh ri Rahma Da

0707080 ITAS SUM LTAS ILM STUDI S-1 MEDA 2011 ARTIKEL MAT BAH WOCHI K DAN 32 PSI

an Fakultas I salah satu s sastra Jepa : arningsih 008 MATERA U MU BUDAY SASTRA J AN 1 BAKARI, HASA JEPA KOCHI Ilmu Buday syarat ujian ng. UTARA YA JEPANG HODO, DA ANG ya Universit n sarjana AN tas


(2)

Skripsi Utara unt PEMBI Drs. Nand NIP. 1960 KURAI/G D

i ini ditulis k tuk melengk IMBING I di S 0082219880 U PR GURAI PA DALAM M E kepada Pani kapi salah s

031002 UNIVERSI FAKUL ROGRAM S ADA KALI MAJALAH EDISI 30 D

SKRIP

nitia Ujian F satu syarat u

Jepan ITAS SUM LTAS ILM STUDI S-1 MEDA MAT BAH WOCHI K DAN 32 PSI Fakultas Sas ujian sarjana ng PEMB

Drs. H. Y NIP . 196

MATERA U MU BUDAY SASTRA J AN HASA JEPA KOCHI tra Univers a dalam bid

BIMBING Yuddi Adria 008271991 UTARA YA JEPANG ANG sitas Sumate dang ilmu sa

II

an M, M. 1031004

era astra


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Usaha diiringi doa merupakan dua hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Partikel Bakari, Hodo, dan Kurai/Gurai pada Kalimat Bahasa Jepang dalam Majalah Wochi Kochi Edisi 30 dan 32” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Humaniora pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun kesulitan-kesulitan yang dihadapi bisa dijadikan motivasi.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi S, selaku dosen pembimbing I dan Drs. H. Yuddi Adrian M, M. A, selaku dosen pembimbing II yang banyak


(4)

memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Budaya Sastra Jepang S-1 Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.

5. Kepada orangtua penulis, Ayahanda Basri dan Ibunda Yusnidar, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, dan telah banyak memberikan dukungan moral dan material sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini serta perkuliahan hingga mendapat gelar sarjana seperti yang telah dicita-citakan, dan tanpa dukungan kedua orangtua, penulis tidak akan mampu untuk menjadi seperti sekarang ini.

6. Kepada Saudara perempuan penulis, Fitrah Rahma Sari yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada teman-teman penulis di Departemen Sastra Jepang stambuk 2007, Dini Rinanda Safitri, Risa Fadila, Meydina Sari, Ratna, Eka Putri Ginting, serta teman-teman kos penulis, Evrida Sembiring, Siti Aminah Sembiring, Dewi Anggriani, Sri Mahulina, Ruliyanti, dan Luspi Mena. Senang dan bangga bisa mengenal kalian semua.

8. Kepada senior dan junior di Departemen Sastra Jepang yang mendukung penyelesaian skripsi ini.


(5)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.

Penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan khususnya bagi para pembaca.

Medan, Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………. i

Daftar isi ………. iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ……… 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ………. 8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 14

1.6 Metode Penelitian ………. 15

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PARTIKEL (JOSHI) DAN SEMANTIK 2.1 Defenisi Partikel (Joshi) ……….. 16

2.2 Klasifikasi, Fungsi, dan Makna Partikel dalam Bahasa Jepang ……….. 18

2.3 Fungsi dan Makna Partikel Bakari ………. 22

2.4 Fungsi dan Makna Partikel Hodo ………... 28

2.5 Fungsi dan Makna Partikel Kurai/Gurai ……… 33

2.6 Defenisi Semantik dan Jenis-Jenis Semantik ……….. 37

BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL BAKARI, HODO, DAN KURAI/GURAI DALAM MAJALAH WOCHI KOCHI EDISI 30 DAN 32 3.1 Fungsi dan Makna Partikel Bakari ……….. 45

3.2 Fungsi dan Makna Partikel Hodo ………... 49

3.3 Fungsi dan Makna Partikel Kurai/Gurai ……….. 54


(7)

4.2 Saran ……… 62 DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK


(8)

ABSTRAK

,“

いう雑誌

日本語

文 章

助詞

意味

機能

論文 助詞 意味 い

助詞 機能 う

い 析

意味 い

い 話 意味論 い

い 話 わ あ 意味論 い

言語学 部門 一 あ 一般的 い

言語学 言語 い 学問 あ

言語 析 対 象

い う

学問 あ

関 意味論 い

意味 い

い 析 言語学 部門 あ

更 意味論 い

重 要

う う

役割 わ

持 い ュ

ション 使用 う

言語 意味 い

伝 あ

言語 関 研 究 う

文 章 う

構造

う う

言葉 発音 う 基本的 ほ

意味 い

密接 関係 い

意味 い

関 学問 日本語 ほ

う 各言語 析

日本語 ほ

助詞 使用 う

う 特 色 あ あ

一般的 い

助詞 KATA BANTU 言


(9)

MEMBANTU, MENOLONG いう意味 い

あ 次 漢字 詞

あ ,“言葉 意味 い

あ わ KATA, PERKATAAN,

BAHASA あ 加

え 類 い

基 助詞 類

い わ

格助詞 副助詞 接続助詞 終助詞 う

助詞 析 面白 い 理 う

多 人 助詞 勉 強 う

難 い 考え あ 特 初 日本語 ほ

勉 強 う

人々 あ 助詞 勉 強 う

難 い理 う

四 助詞 意味 い

持 い 機能 う

意味 い

う あ

対 い

日本語 ほ

助詞 多い 論文 副助詞

い 析 あ

副助詞 あ 文 章 う

言葉 意味 い

追加 い

助詞

あ 副詞 似 い 意味 い

あ わ 前

言葉 次 言葉

接続 あ 日本語

助詞 あ 文 章 う

置 い 適 助詞 置 重 要

う う

論文 日本語 ほ

文 章 う

あ 助詞 意味 い

機能 う

い 析

関 日本語 ほ

助詞 多 い 論文 一

助詞 い 析 あ わ 副助詞 あ 特別

い い ほ 助詞 意味

い 析

論文 析 対 象

い う

第 い

版 第 い

版 ,“ う い う 雑誌 あ い い ほ


(10)

イン シア語 い い ほ

助詞 ,“ KIRA - KIRA い う 意味 い

あ イン シア

い あ

語大辞 い

,“KIRA-KIRA 意味 い

気持 あ い 推測 い

基 い

意見 い

あ 推定

い い

計算 い

憶測 体的 い

証拠 う

基 い い

書い あ

一般的 い

機能 う

意味 い

一 瞬 い

経過 い

明 い

助詞 ,“~ 過去形

後 あ

使用 う

以前 い

度 々 行 わ 行動

う う

あ い 制限 い

明 い

助詞 ,“~ 形 動詞 う

あ い 詞 い

後 あ

使用 う

助詞 助詞 後 あ

使用 う

わ 反対

表 現 う

文 章 う

部 言葉 統合

う う

助詞 大抵

い い

イ い

形容詞

い う

あ い 辞書形 い

動詞 う

後 あ

使用 う

助詞 助詞 あ

言葉 追加 い

助詞 大抵

い い

,“ ….

. .

,…. 文法 う

使用 う

階 級

い う

制限 い

合計

う い

推測 い

明 い


(11)

助詞 助詞 追加 い

助詞 助詞 ,“ 付

詞 い

過去形 い

形容詞

い う

過去形 い

動詞 う

後 あ

使用 う

助詞 理 う

あ い 因果関係

い い

明 い

機能 う

助詞 ‘ …

.‘

,….‘ 文法 う

使用 う

文法 う

機能 う

均等 う

表 現 う

い 言葉 統合

う う

一般的 い

ほ 助詞 機能 う

ほ 助詞 ‘ … … ……ほ

,……‘ 文法 う

使用 う

文法 う

‘semakin … … ,maka semakin‘ い う 意味

ほ 助詞 物 合計

う い

推測 い

人 時間 明 い

使用 う

ほ 助詞 階 級

い う

特定 い

制限 い

明 い

使用 う

ほ 助詞 ‘ … … ‘

ほ … … … い

,……‘ 文法

使用 う

ほ 助詞 使用 う

ほ 助詞

前 え

あ 言葉 ほ

比較 一番高 い

い 制限 い

階 級

い う

持 い 明

機能 う

一般的 い

い い 助詞 機能 う


(12)

い い 助詞 合計

う い

明 い

言葉 後 あ

使用 う

あ い 人 数 推測 い

物 時間 明 い

あ 代 詞

い い

後 あ

使用 う

い い 助詞 前 え

あ 表 現 う

言葉

制限 い

明 い

使用 う

対 い

い 助詞 大抵

い い

否定的 い

文 章 う

使用 う

い い 助詞 言葉 追加 い

い い い 助詞 前

大抵

い い

特定 い

制限 い

階 級

い う

状 態

う い

示 言葉 使用 う

い い 助詞 因果関係

い い

文 章 う

使用 う

推測 い

明 い

い い ほ

助詞 い

,“ KIRA - KIRA い う 意味 い

助詞 あ

推 定 重 量

い い う う

明 い

機能 う

わ 合計

う い

推測 い

制限 い

特定 い

階 級

い う

あ 助詞 最低

い い

推測 い

制限 い

示 意味 い

雰囲気 い

含 KIRA-KIRA い う 意味

ほ 助詞 推測 い

合計

う い

階 級

い う

明 い

機能 う

わ 物 合計

う い

推測 い

人 時間 あ ほ 助詞

助詞 反対 い

意味 い

雰囲気 い

含 最低


(13)

推測 い

意味 い

雰囲気 い

含 助詞 い 逆 ほ

助詞 最高

い う

推測 い

意味 い

雰囲気 い

,“KIRA - KIRA/SEKITAR い う 意味 い

助詞 ほ

助詞 意味 い

含 わ あ 推測

あ い 人 数 物 時間 明 い

機能 う

い い 助詞 意味 い

雰囲気 い

助詞 意味 い

雰囲気 い

う ほ

助詞 最高

い う

あ い 最低

い い

制限 い

基 あ 推測 い

対 い

意味 い

雰囲気 い

示 い い 助詞 最高

い う

あ い 最低

い い

数 制限 い

言 及 う

合計

う い

明 い


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam masyarakat, kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks dengan berbagai macam makna. Bagi linguistik- ilmu yang khusus mempelajari bahasa- yang dimaksudkan dengan bahasa ialah sistem tanda bunyi yang

disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri ( Kushartanti,

2005: 3)

Menurut Wardhaugh dalam Alwasilah (1985:2) bahwa bahasa adalah satu simbol vocal yang arbitrer yang dipakai dalam komunikasi manusia.

Dapat dipahami bahwa bahasa salah satu element terpenting dalam kehidupan manusia. Menurut Sutedi (2008 : 2) bahwa bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap segala yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna (imi) yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Jadi fungsi bahasa merupakan media untuk

menyampaikan (dentatsu) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan

maupun secara tertulis.

Secara umum bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Bila fungsi umum itu diperinci, maka dapat dikatakan bahwa bahasa


(15)

a. Tujuan praktis yaitu ; untuk mengadakan antarhubungan (interaksi) dalam pergaulan sehari-hari,

b. Tujuan artistik yaitu ; manusia mengolah dan mengungkapkan bahasa itu dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia, c. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, dan

d. Tujuan filologis yaitu mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki latar belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan dan adat istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri.

Perincian fungsi-fungsi bahasa sebagai telah disebut di atas merupakan fungsi yang umum dalam setiap bahasa. Namun, setiap bahasa dapat mengkhususkan fungsinya sesuai dengan kepentingan nasional dari suatu bangsa (Ritonga, 2002:2)

Sedangkan fungsi bahasa menurut Halliday (1992: 20) ialah cara orang menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu.

Disamping itu, bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa bersifat unik. Unik artinya mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan unik, maka artinya, setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya (Chaer, 2007:51)

Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa juga bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan


(16)

manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahasa itu disebut dinamis (Chaer, 2007 : 53)

Karena bahasa bersifat dinamis, maka pada era globalisasi saat ini, bahasa dapat mengalami perubahan seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Untuk dapat memperoleh pengetahuan dari dunia luar, terkadang manusia tidak cukup dengan hanya mempelajari satu bahasa saja.

Mengingat betapa pentingnya bahasa itu, maka banyak orang yang berusaha mempelajari bahasa dari bangsa-bangsa lain atau yang sering disebut juga dengan bahasa asing terutama bahasa dari bangsa-bangsa maju dan mempunyai pengaruh dalam dunia internasional seperti bahasa Inggris, Jerman, Jepang dan lain-lain.

Jepang adalah salah satu negara yang memiliki keunikan tersendiri dalam bahasanya. Daya tarik perekonomian Jepang juga telah mendorong banyak pelajar-pelajar asing untuk belajar bahasa Jepang. Keunikan lainnya yaitu dalam sisi gramatikalnya, bahasa Jepang banyak memiliki partikel (joshi).

Istilah joshi ditulis dengan dua buah kanji; pertama dibaca jo dapat dibaca juga tasukeru yang berarti bantu, membantu, atau menolong, sedangkan kedua yang dibaca shi memiliki makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti

kata, perkataan, atau bahasa. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang

menterjemahkan joshi dengan istilah kata bantu ( Sudjianto, 2007:1)

Namun banyak yang beranggapan bahwa partikel (joshi) itu sulilt, alasannya adalah sebagai berikut (Sudjianto, 2007 : 6) :


(17)

2. Dikarenakan sebuah partikel memiliki fungsi dan cara pemakaian yang banyak

3. Dikarenakan partikel memiliki beberapa kelompok (jenis). Ada kata yang termasuk pada satu kelompok partikel dan termasuk juga pada kelompok lain sehingga memiliki fungsi dan makna ganda. Hal ini mempersulit dalam mengartikan partikel tersebut

4. Dikarenakan ada beberapa partikel yang berbeda yang memiliki makna yang (hampir) sama sehingga sulit menentukan pemakaian partikel mana yang lebih tepat

5. Dikarenakan sering terjadi penghilangan partikel dalam suatu kalimat terutama dalam kalimat percakapan. Akibatnya sering timbul keraguan tentang pentingnya mempelajari partikel

6. Dikarenakan ada kata yang termasuk partikel dan termasuk juga pada kelas kata lain sehingga mempersulit dalam menentukan arti, fungsi, dan cara pemakaiannya.

Kesulitan lain menyangkut partikel dikarenakan ada dua, tiga, atau empat partikel yang memiliki arti yang sama tetapi fungsi dan cara pemakaiannya berbeda. Sebagai contoh adalah partikel – ほ dan い/ い. Ketiga partikel ini memiliki makna yang sama tetapi fungsi ketiga partikel ini berbeda-beda yang mengakibatkan pemakaiannya dalam kalimat pun berbeda.

Berdasarkan fungsinya, joshi dapat dibagi menjadi empat macam, diantaranya adalah kakujoshi (格助詞), Setsuzokujoshi (接続助詞), Fukujoshi (副 助 詞), dan Shuujoshi (終 助 詞). Terdapat beberapa alasan yang menjadikan


(18)

partikel sulit untuk dipelajari khususnya bagi orang-orang yang baru mempelajari bahasa Jepang. Mengingat banyak sekali partikel-partikel yang terdapat dalam bahasa Jepang, maka dalam hal ini akan dibahas secara khusus untuk jenis partikel Fukujoshi.

Bunkachoo dalam Sudjianto (2007: 9) menyatakan bahwa partikel yang dapat menambah arti kata lain yang ada sebelumnya dan memiliki peran yang (hampir) sama dengan fukushi (adverbia) yaitu untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya seperti ini disebut fukujoshi.

Mengingat bahwa partikel dalam bahasa Jepang tidak dapat ditebak atau dicocok-cocokkan begitu saja dalam kalimat, maka penempatan partikel dengan benar sangat penting. Karena itu, dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk membahas tentang fungsi dan makna partikel pada kalimat bahasa Jepang.

Karena banyaknya jumlah partikel, maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai salah satu jenis joshi yaitu fukujoshi yang spesifiknya ialah mengenai fungsi dan makna partikel – ほ dan い/

pada kalimat bahasa Jepang, dalam skripsi yang berjudul Analisis Fungsi

dan Makna Partikel Bakari, Hodo dan Kurai/Gurai Pada Kalimat Bahasa Jepang dalam Majalah Wochi Kochi Edisi 30 dan 32.

I.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, setiap pembelajar bahasa Jepang harus mempelajari pemakaian partikel dengan benar. Karena tidak jarang sebuah


(19)

yang berbeda pula. Munculnya perbedaan makna yang diinterprestasikan dan akhirnya dapat menimbulkan kesalahpahaman antar individu yang berkomunikasi dalam bahasa Jepang diakibatkan adanya kesalahan pemakaian partikel dalam suatu kalimat (Andi, 2010:5).

Fukujoshi (副助詞) merupakan bagian dari joshi (助詞) yang mana dalam kalimat bahasa Jepang cukup sering digunakan. Partikel ほ dan い/ い merupakan bagian dari Fukujoshi. Ketiga partikel tersebut memiliki makna yang hampir sama.

Contoh penggunaan partikel ほ dan い/ い yang menyatakan batas jumlah:

1. 一万 貸 い

Ichi man-en bakari kashite itadakemasenka

Boleh anda pinjami saya, ya paling-paling 10.000 yen. (Chino, 2008 : 69)

2. 今度 故 , 100 人ほ 人 う

Kondo no jiko de, hyakunin hodo no hito ga shinda sou desu

Saya dengar kira-kira banyaknya 100 orang meninggal dalam kecelakaan jalan raya kali ini. (Chino, 2008 : 67)

3. 学校 車 30 い

Koko kara sono gakkou made kuruma de sanjuupun gurai kakarimasu

Akan memakan waktu kira-kira 30 menit dari sini sampai ke sekolah dengan mobil. (Chino, 2008 : 65)


(20)

Penggunaan partikel ほ dan い/ い memiliki persamaan makna yaitu sama-sama mengandung makna “kira-kira/paling-paling” namun nuansa makna “kira-kira/paling-paling” yang diberikan tiap-tiap partikel dalam kalimat tersebut berbeda. Hal ini menimbulkan masalah sehingga menggugah penulis untuk membahas fungsi dan makna partikel

ほ dan い/ い pada kalimat bahasa Jepang.

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini hanya akan dibatasi dalam beberapa hal saja. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi dan makna partikel ― ほ dan い/ い pada kalimat bahasa Jepang?

2. Bagaimana fungsi dan makna partikel – ほ dan

い/ い pada kalimat bahasa Jepang dalam majalah wochi kochi edisi 30 dan 32?

I.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini difokuskan kepada fungsi dan makna partikel ― ほ dan い/ いyang ditinjau dari segi semantik.

Dalam hal ini, analisis dilakukan dengan mengambil data dari majalah

Wochi Kochi edisi 30 dan 32. Majalah wochi kochi membahas mengenai

kebudayaan- kebudayaan Internasional ataupun masalah masalah kompleks yang terjadi dalam kehidupan masyarakat berbagai negara. Majalah Wochi Kochi


(21)

pertama kali diterbitkan pada tahun 2004, dan diterbitkan satu bulan sekali. Namun, edisi 32 adalah edisi terakhir yang diterbitkan oleh majalah wochi kochi.

Sebagai bahan pembahasan, tema yang dipilih merupakan tema-tema yang dalam kalimat-kalimatnya menggunakan partikel ― ほ dan

い/ い. Adapun jumlah partikel ― ほ dan い/ い yang akan dianalisis sebanyak 14 buah yaitu, partikel berjumlah 4 buah,

ほ berjumlah 5 buah dan い い berjumlah 5 buah. Diharapkan dengan tema ini dapat ditemukan fungsi dan makna partikel ― ほ dan い/ いpada kalimat bahasa Jepang.

I.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Semantik (imiron/意 味 論 ) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku/言 語 学) yang mengkaji tentang makna. (Sutedi, 2008 : 111). Semantik memegang peranan penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Penelitian yang berhubungan dengan bahasa, apakah struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna.

Studi semantik lazim diartikan sebagai bidang dalam linguistik yang meneliti atau membicarakan, atau mengambil makna bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007 : 115)

Semantik membahas makna kata-kata yang berhubungan dengan benda-benda konkrit seperti batu, hujan, rumah, mobil dan sebagainya; dan dengan


(22)

konsep-konsep yang abstrak seperti cinta, dendam, kasih sayang dan sebagainya. Semantik juga membahas makna kata-kata seperti dan, pada, ke, yang maknanya tidak jelas kalau tidak dirangkai dengan kata-kata lain. Semantik juga membicarakan macam-macam yang dapat timbul dalam bahasa, perubahan makna dan lain-lain. (Lubis, 2002 : 28)

Dalam semantik juga dibahas tentang hubungan kemaknaan (relasi makna). Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna (sinonim), ketercakupan makna (hiponim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), atau juga kelebihan makna (redundansi).

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (Chaer, 2007:297). Sedangkan menurut Verhaar dalam Chaer (1995:82) mendefenisikan sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.

Alwasilah (1993:164) mengatakan bahwa sinonim adalah beberapa kata (leksim) yang berbeda mempunyai arti yang sama, dengan perkataan lain beberapa leksim mengacu pada satu unit semantik yang sama. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan ruigigo (類 義 語) yaitu beberapa kata yang maknanya hampir sama (Sutedi, 2008:129)

Studi mengenai makna dapat dikaji pada setiap bahasa, termasuk bahasa Jepang yang memiliki banyak keunikan. Kalaupun bahasa Jepang itu “unik”, itu karena ia memiliki kosakata dan konstruksi gramatikal serta idiomnya yang tidak


(23)

berlaku pada bahasa-bahasa lain- justru hal itulah yang menyebabkan setiap bahasa unik (Rubin, 2003 : 17).

Keunikan lainnya yaitu bahwa bahasa Jepang mengenal penggunaan partikel (Joshi) di dalam gramatikalnya.

Joshi secara harafiah bisa diartikan sebagai kata bantu, postposisi, atau

partikel (Sudjianto, 2007 : 3)

Menurut Situmorang (2007 : 50), jenis-jenis joshi ada empat : 1. Kakujoshi = joshi biasa

Contohnya:

No, o, ni, de, yori, kara, ga, wa, made. 2. Fukujoshi = joshi sebagai keterangan

Contohnya:

Dake, hodo, kurai, nado.

3. Setsujokujoshi = joshi penyambung kalimat Contohnya:

Keredo, ga, kara, node.

4. Shujoshi = joshi di akhir kalimat Contohnya:

Ka, ne, na.

Hal ini juga diperkuat oleh Hirai dalam Sudjianto (2007 : 181) yang menyatakan bahwa berdasarkan fungsinya joshi dapat dibagi menjadi empat macam sebagai berikut:


(24)

Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya

dan . 2) Setsuzokujoshi

Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (doushi, i-keiyoushi, na-keiyoushi) atau setelah jodooshi untuk melanjutkan kata-kata sebelumnya terhadap kata-kata-kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya

手 ( ) dan

3) Fukujoshi

Joshi yang termasuk fukujoshi dipakai setelah berbagai macam kata. Seperti kelas kata fukushi, fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya わ

え ほ い

い dan

4) Shuujoshi

Joshi yang termasuk shuujoshi pada umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pernyataan, larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya あ


(25)

Partikel ― ほ dan い/ い memiliki makna yang hampir sama, yaitu bermakna “kira-kira/paling-paling” namun nuansa makna yang diberikan ketiga partikel tersebut berbeda-beda. diketahui bahwa partikel ― ほ dan い/ い yang menjadi objek peneliti termasuk ke dalam jenis partikel Fukujoshi.

2. Kerangka Teori

Teori adalah penjelasan tentang data, teori linguistik berusaha menjelaskan data yang berupa ujaran yang digunakan para bahasawan (penutur) serta instuisi tentang bahasa yang mendasari kemampuan bahasa orang (Djajasudarma, 2006:29). Penulis berusaha meneliti fungsi dan makna partikel ― ほ

dan い/ い dengan mengacu kepada beberapa teori dari pakar linguistik.

Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007: 1).

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kajian linguistik tidak akan pernah terlepas dari Bahasa. Hal ini dikarenakan bahasa memang sudah menjadi obyek “studi” manusia sejak dulu.

Alwasilah (1985: 18) menyatakan bahwa:

“Linguistik adalah studi bahasa secara ilmiah dan struktur bahasa adalah fokus utamanya, dan tujuan dan obyek utamanya adalah bagaimana orang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi”.


(26)

“Linguistik adalah disiplin ilmu yang dianggap paling berwenang menggambarkan bahasa dari dalam diri bahasa itu sendiri”.

Kushartanti (2005:7) mengemukakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Sedangkan Martinet (1987:19) menyatakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.

Linguistik memiliki ruang lingkup bahasan yang sangat luas. Aspek-aspek internal bahasa itu sendiri sudah cukup luas yakni aspek bunyi, aspek struktur kata, aspek struktur bahasa di atas kata (frasa, klausa, kalimat, dan wacana) serta aspek makna.

Lubis (2002:28) menyatakan bahwa:

“Semantik adalah bidang linguistik yang khusus membicarakan makna bahasa.”

Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Kambartel dalam Pateda (2001:7) bahwa:

“Semantik adalah studi tentang makna, Selain itu menurutnya semantik mengansumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia”.

Kushartanti (2005:114) mengemukakan bahwa semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Sedangkan Cahyono (1995: 197) menyatakan bahwa semantik membahas aspek-aspek makna dalam bahasa yang mencakup deskripsi makna kata dan makna kalimat.

Menurut Sutedi (2008: 111) objek kajian semantik antara lain adalah makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei), makna frase dalam suatu idiom (ku no imi), dan makna kalimat(bun no imi).

Karena pembahasan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang makna ― ほ dan い/ い, maka dalam penelitian ini


(27)

digunakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji mengenai makna, yaitu semantik.

I.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui fungsi dan makna partikel ほ dan い/ いpada kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna partikel ほ dan い/ い pada kalimat bahasa Jepang dalam majalah wochi kochi edisi 30 dan 32.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai fungsi dan makna partikel –

ほ dan い/ い pada kalimat bahasa Jepang.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap keilmuan di Fakultas Sastra USU khususnya Jurusan Sastra Jepang untuk memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.


(28)

I.6 Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan (library research). Kajian Pustaka adalah proses umum

yang kita lalui untuk mendapatkan teori terdahulu (Sevilla, 1993:31). Mencari

kepustakaan yang terkait adalah tugas yang segera dilakukan, lalu menyusunnya secara teratur dan rapi untuk dipergunakan dalam keperluan penelitian.

Sedangkan metode penyajian data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam deskriptif, data yang dikumpulkanlah bukanlah angka-angka, dapat berupa kata-kata atau gambaran sesuatu (Djajasudarma, 2006: 16). Tujuan utama dalam menggunakan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tersebut (Sevilla, 1993:91).


(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PARTIKEL (JOSHI) DAN SEMANTIK

2.1 Defenisi Partikel (Joshi)

Bila dilihat dari huruf kanji, kata joshi (助詞) terdiri dari dua buah huruf kanji. Huruf kanji yang pertama dibaca jo dapat dibaca juga tasukeru yang berarti

bantu, membantu, atau menolong, sedangkan kedua yang dibaca shi memiliki

makna yang sama dengan istilah kotoba yang berarti kata, perkataan, atau bahasa. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang menterjemahkan joshi dengan istilah

kata bantu (Sudjianto, 2007: 1).

Sugihartono (2001: viii) menyatakan Joshi (助詞) adalah jenis kata yang tidak memiliki perubahan, dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu, dan menentukan; arti, hubungan, penekanan, pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam suatu kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun tulisan.

Kaitannya dengan defenisi joshi, Reiko dalam Lubis (2005:13) mengatakan bahwa :

い い ( い) う

い い わ

うい

Joshi wa iroiro na kotoba o tsunagunori (zecchakuzai) no youna mono desu. Joshi ga hitotsu haitta dake de bun no imi ga sukoshi kawattari, mattaku chigau imi ni narimasu.


(30)

Terjemahan kalimat di atas kira-kira: “Joshi adalah bahan perekat seperti lem yang merekatkan kata-kata. Dengan memasukkan sebuah partikel ke dalam sebuah kalimat, makna kalimat tersebut akan sedikit berubah atau bahkan menjadi makna lain yang sangat berbeda.”

Sudjianto (2007:181) mengemukakan bahwa joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo (kata yang tidak mengalami perubahan; konjugasi), yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi.

Kawashima (1999: i ) mengatakan bahwa:

1.A particle (joshi) in the Japanese Language follows a word to: a) Show it relation ship to other words in a sentence, and/or b) Give that word a particular meaning or nuance

2. Unlike Verbs, adjectives and adverbs, particles are not inflected, and therefore stay in the same form regardless of where they appear in a sentence.

Terjemahannya kira-kira:

1.Sebuah partikel (Joshi) dalam bahasa Jepang mengikuti sebuah kata untuk: a) Menunjukkan hubungan dengan kata-kata lain dalam sebuah kalimat,

dan/atau

b) Kata itu memberikan sebuah makna keterangan-keterangan ataupun keadaan.

2.Tidak seperti kata kerja, kata sifat dan kata-kata keterangan, partikel tidak berubah, dan karena itu tetap pada bentuk yang sama tanpa memperhatikan dari mana partikel tersebut muncul pada sebuah kalimat.


(31)

Sedangkan (dalam www.wiktionary.org) bahwa joshi dalam bahasa Jepang adalah kata yang berfungsi sebagai penggabung antar kata dan merupakan hubungan frasa yang menunjukkan objeknya. Joshi merupakan tambahan dan tidak berkonjugasi (berubah bentuk).

2.2 Klasifikasi, Fungsi, dan Makna Partikel dalam Bahasa Jepang

Masih ada perbedaan pendapat dalam pengelompokan jenis-jenis partikel. Ada yang mengelompokkan partikel menjadi empat jenis dan ada juga yang mengelompokkannya menjadi enam jenis. Para ahli yang mengelompokkannya menjadi empat jenis menyebutkan kakujoshi, setsuzokujoshi, fukujoshi dan

shuujoshi sebagai jenis-jenis partikel. Sedangkan para ahli yang mengelompokkan

partikel menjadi enam jenis menambahkan kantoojoshi dan kakarijoshi sebagai jenis partikel selain keempat jenis partikel tersebut. Bahkan selain jenis-jenis partikel tersebut ada satu lagi yang sering dikatakan sebagai jenis partikel yakni

heiritsujoshi (Sudjianto, 2007: 4).

Berikut adalah beberapa pendapat mengenai jenis jenis partikel (助 詞) dalam bahasa jepang :

Menurut Situmorang (1997:36-37) bahwa jenis-jenis partikel (助詞) antara lain:

1. Fukujoshi (副助詞) yakni Joshi yang menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya.


(32)

Partikel-partikel yang termasuk ke dalam fukujoshi antara lain:

ほ い え わ

2. Kakujoshi (格助詞) yakni Joshi biasa dan dipakai setelah taigen (nomina) untuk menyatakan hubungan satu suku kata (bunsetsu) dengan bunsetsu lainnya. Partikel-partikel yang termasuk ke dalam kakujoshi antara lain:

3. Setsuzokujoshi (接 続 助 詞) yakni Joshi yang menghubungkan bagian-bagian kalimat (penyambung kalimat). Partikel-partikel yang termasuk ke dalam setsuzokujoshi antara lain:

4. Shuujoshi (終 助 詞) yakni Joshi yang dipakai pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan pertanyaan, rasa heran, keragu-raguan, harapan atau rasa haru pembicara. Partikel-partikel yang termasuk shuujoshi antara lain:

あ わ

Secara umum, (dalam www.wiktionary.org), joshi dalam bahasa Jepang berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu:

1.Kakujoshi (格助詞) yaitu partikel yang tidak mengalami perubahan, dan menunjukkan hubungan makna dalam sebuah kalimat.

Contoh:

2.Heiritsujoshi (並立 ) yaitu partikel yang menggabungkan dua buah benda dalam sebuah kalimat.


(33)

3.Shuujoshi (終助詞) yaitu partikel yang ditambahkan di akhir kalimat atau paragraf, dapat menambahkan makna berupa pertanyaan, larangan, maupun kesan.

Contoh: あ わ

4.Fukujoshi (副 助 詞) yaitu partikel yang secara keseluruhan berfungsi layaknya seperti kata keterangan atau adverbia yang muncul di belakang kakujoshi, kata keterangan (adverb) maupun kata benda.

Contoh: え ほ

5.Setsuzokujoshi ( 接続 助 詞) yaitu partikel yang berfungsi sebagai penghubung yang menunjukkan kaitan antara kalimat dan kalimat berikutnya.

Contoh:

Sugihartono (2001:ix) mengelompokkan Joshi dalam 4 kelompok besar,

yaitu:

1.Kakujoshi (格助詞) dan masih

banyak lainnya.

2.Setsuzokujoshi (接続助詞)

3.Kakarijoshi dan Fukujoshi (係助詞 , 副助詞) : dan masih banyak lainnya.


(34)

Sedangkan Hirai dalam Sudjianto (2007 : 181) menyatakan bahwa berdasarkan fungsinya joshi dapat dibagi menjadi empat macam sebagai berikut:

1) Kakujoshi

Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina

untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya.

Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya

dan . 2) Setsuzokujoshi

Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (doushi,

i-keiyoushi, na-keiyoushi) atau setelah jodooshi untuk melanjutkan kata-kata sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya 場

手 ( ) dan

3) Fukujoshi

Joshi yang termasuk fukujoshi dipakai setelah berbagai macam kata. Seperti kelas kata fukushi, fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya わ

え ほ い い

dan 4) Shuujoshi

Joshi yang termasuk shuujoshi pada umumnya dipakai setelah berbagai

macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pernyataan, larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok


(35)

ini misalnya あ わ dan .

Diantara berbagai pendapat tentang klasifikasi partikel, yang paling banyak ditemukan adalah klasifikasi yang membagi partikel ke dalam 4 kelompok, yakni:

Kakujoshi, Setsuzokujoshi, Fukujoshi, dan Shuujoshi.

2.3 Fungsi dan Makna Partikel Bakari

Secara umum partikel bakari memiliki 6 fungsi dan makna (Sugihartono, 2001: 103), sebagai berikut:

1. Menunjukkan tingkatan atau bobot suatu perkiraan Contoh:

時間 あ 映画 見 行

San ji kan bakari hima ga atta node eiga o mini itta

(Karena kira-kira ada tiga jam waktu luang, saya menonton film) 2. Menunjukkan kondisi yang ada setelah berlangsungnya sesuatu lakuan

Contoh:

日本 来 日本語 い

Mada nihon e kita bakari de, nihongo ga yoku wakaranai.

(Karena baru saja datang ke Jepang, maka belum mengerti bahasa Jepang).

3. Menunjukkan arti “Hanya” Contoh:


(36)

あ 人 家 本 い 外 い

Ano hito wa ie de hon bakari yonde ite, chotto mo soto ni denain desu ne.

(Dia hanya baca buku di rumah, sedikit pun tak keluar rumah).

4. Menunjukkan kondisi yang akan terjadi atau dilakukan, banyak digunakan dalam bentuk “...n bakari ni” [... ]

Contoh:

準備 終わ 旅行 出 い

Sukkari junbi ga owatte, ryokou ni dekakeru bakari ni natte imasu.

([saya] akan berangkat wisata dan baru saja selesai persiapan).

5. Menunjukkan arti “ Tidak hanya...tetapi juga...” dalam bentuk “bakari

denaku” [ ]

Contoh:

高橋 英語 ランス語 ス イン語

Takahashi-san wa, Eigo bakari de naku Furansu-go mo Supein-go mo dekiru.

(Sdr/i Takahashi tidak hanya bisa bahasa Inggris, tetapi bisa juga bahasa Perancis, dan bahasa Sepanyol).

6. Menunjukkan penegasan dalam bentuk idiom “...tai bakari ni...”[... い ...]


(37)

Contoh:

ラソン 優 勝

う う

い 小林 毎朝 起 い あ

ン い

Marason ni yuushoo shitai bakari ni, kobayashi-san mai asa hayaoki o shite toreeningu o kakasanai

(Hanya karena ingin juara pada Marathon, Sdr/i Kobayashi setiap pagi bangun pagi-pagi dan tak melupakan latihan).

Sedangkan menurut Sudjianto (2007:9-12) secara umum partikel bakari memiliki 8 fungsi dan makna yaitu:

1. Partikel bakari dapat dipakai setelah verba bentuk ta (bentuk lampau) untuk menyatakan beberapa saat waktu (yang sudah berlalu) dimulainya, selesainya, atau berakhirnya suatu aktivitas.

a. Ima tsuita bakari desu.

b. Ano hito wa ima itta bakari desu. c. Kaigi ga owatta bakari desu.

2. Partikel bakari dapat dipakai setelah nomina atau setelah verba bentuk te untuk menyatakan keterbatasan aktivitas atau keadaan yang ada sebelumnyalah yang (sering) dilakukan atau (sering) terjadi. Fungsi partikel bakari ini hampir sama dengan fungsi partikel dake.

a. Gakkou de wa eigo bakari naratte iru.

b. Amir-kun wa mainichi manga bakari yondeiru. c. Nina-san wa naite bakari iru.


(38)

3. Partikel bakari dapat dipakai partikel de sehingga menjadi bakari de. Partikel bakari de biasanya dipakai setelah verba bentuk kamus atau setelah adjektiva-i bentuk kamus untuk menggabungkan dua kata, dua bagian kalimat, atau dua ungkapan yang berlawanan. Fungsi partikel

bakari ini pun hampir sama dengan partikel dake.

a. Kare wa se ga takai bakari de, chikara wa nai. b. Kare wa iu bakari de, nani mo shinakatta.

4. Partikel bakari sama dengan partikel dake yang dapat ditambah kata

denaku sehingga menjadi bakari denaku. Partikel bakari denaku biasanya

dipakai dalam pola kalimat ‘...bakari denaku,...mo...’yang berarti ‘Tidak

hanya...,...pun...

a. Nihongo bakari denaku, eigo mo jouzu desu.

5. Partikel bakari dapat dipakai setelah verba bentuk kamus untuk menyatakan aktivitas yang ada sebelumnya itu belum dilakukan, namun akan/bisa dilakukan. Kegiatan yang akan/bisa dilakukan tersebut merupakan satu-satunya kegiatan yang tersisa dari (rangkaian) kegiatan-kegiatan lain yang sudah dilakukan atau sudah terjadi.

a. Junbi ga owatte, ato wa, shuppatsu suru bakari desu. b. Kisha wa eki ni hairu bakari no tokoro de tomatte shimatta.

6. Partikel bakari dapat dipakai setelah kata-kata yang menyatakan jumlah untuk menyatakan perkiraan jumlah, batas, atau derajat tertentu. Fungsi partikel bakari ini sama dengan fungsi partikel kurai/gurai atau partikel

hodo.


(39)

b. Jippun bakari omachi kudasai.

7. Partikel bakari bisa ditambah partikel ni sehingga menjadi bakari ni. Partikel bakari ni bisa dipakai setelah verba bentuk lampau, adjektiva-i bentuk lampau, adjektiva-na bentuk lampau, atau setelah nomina yang ditambah verba bentuk datta. Pemakaian partikel bakari ni ini berfungsi untuk menyatakan sebab-akibat atau alasan. Bagian kalimat yang ada sebelum partikel bakari ni merupakan sebab-sebab atau alasan, sedangkan bagian kalimat yang ada pada bagian berikutnya merupakan akibat yang (bisa) terjadi.

a. Yudan shita bakari ni jiko o okoshite shimatta.

8. Partikel bakari dapat dipakai pada pola kalimat ‘...bakari ka,...mo...’. partikel bakari pada pola ini biasa dipakai setelah nomina, verba bentuk kamus, adjektiva-i bentuk kamus, atau setelah adjektiva-na. Fungsi partikel bakari pada pola ini adalah untuk menggabungkan dua kata atau dua ungkapan yang setara. Kata atau ungkapan yang ada setelah partikel

bakari merupakan tambahan bagi kata atau ungkapan yang ada

sebelumnya.

a. Kare wa Nihongo bakari ka, eigo mo jouzu desu

b. Kare wa hiragana to katakana bakari ka, kanji mo kake-ru.

Menurut Chino (2008:69-71) fungsi partikel bakari secara umum dibagi kedalam 5 fungsi, sebagai berikut:

1. Menunjukkan suatu perkiraan jumlah terbanyak; berlawanan dengan kurai dan hodo, bakari cenderung (hanya cenderung) mengarah kepada jumlah


(40)

一万 貸 い

Ichiman-en bakari kashiteitadakemasenka.

(Boleh anda pinjami saya, ya paling-paling 10.00 yen?). 2. “Tidak hanya...tapi juga”.

a. 原 ア 歌 う い

Harada-san wa piano bakari denaku, uta mo umai-n desu yo.

(Harada tidak hanya bagus dalam memainkan piano tetapi juga dalam bernyanyi).

b. 英語 ランス語 勉強 い

Eigo bakari denaku, Furansu-go mo benkyou shitai-n desu.

(Saya mau belajar tidak hanya bahasa Inggris, tetapi juga bahasa Perancis).

3. Menekankan ketunggalan perbuatan oleh kata yang mendahuluinya: “hanya, kecuali”

a. 課長 頃ウイスキ い

Kachou wa konogoro uisuki bakari nonde imasu ne.

(Kepala bagian minum wiski melulu akhir-akhir ini, ya?) b. 課長 頃ウイスキ い

Kachou wa konogoro uisuki o yonde bakari imasu ne.

(Yang dilakukan kepala bagian akhir-akhir ini hanya minum wiski saja, ya?)

4. Dipakai setelah verba –ta: “baru saja” 父 今帰


(41)

Chichi wa ima kaette kita bakari desu.

(Ayah baru saja pulang [sampai ke rumah]).

5. Menekankan alasan atau sebab dalam frasa bakari ni: “(hanya) karena, hanya karena”.

山 政治家 い

結婚 苦労

Yamada-san wa seiji-ka to kekkon shita bakari ni, kurou shite iru.

(Hanya karena Yamada menikah dengan seorang politisi, ia menghadapi masa sulit).

2.4 Fungsi dan Makna Partikel Hodo

Menurut Chandra (2009: 127) secara umum partikel hodo memiliki 4 fungsi dan makna, yaitu:

1.Menunjukkan kira-kira berapa banyak/lama/besar/berat/jauh dan sebagainya sesuatu; “kira-kira; lebih kurang; sekitar”.

Contoh:

日/ 日ほ 完成

Sannichi/Mikka hodo kakatte, shigoto wa kansei shimashita.

(Memakan waktu kira-kira tiga hari, pekerjaan selesai).

2.Menunjukkan mencapai suatu taraf kira-kira sebegitu; “sampai; sehingga; seakan-akan; seolah-olah”.

Contoh:

飯 食 いほ い

Gohan ga taberarenai hodo isogashii desu.


(42)

3.Diikuti bentuk negatif, menunjukkan arti “tidak se...”. 私 あ ほ 運転 手 あ

Watashi wa anata hodo unten ga jouzu dewa arimasen.

(Saya mengemudi tidak semahir kamu).

4.Dibuat dengan bentuk “ba...hodo ... ほ ” menunjukkan arti “makin...makin”.

Contoh:

本 ほ い

Kono hon wa yomeba yomu hodo omoshiroi desu.

(Buku ini makin dibaca makin menarik).

Menurut Sugihartono (2001: 109) secara umum partikel hodo memilillki 5 fungsi dan makna, yaitu

1. Menunjukkan tingkatan atau jumlah yang diperkirakan

今度 旅行 費用 う

五万 ほ

Kondo no ryokou no hiyou wa goman-en hodo ni naru

(Biaya yang diperlukan untuk wisata kali ini kira-kira sebesar 50 ribu yen).

2. Menunjukkan tingkatan suatu kondisi atau perbuatan Contoh:

a. ン 中 息 いほ 苦


(43)

(Di dalam Terowongan itu hampir-hampir tidak bisa bernafas).

b. 昨日 足 痛 ほ 歩

Kinoo wa ashi ga itaku naru hodo arukimashita

(Kemarin berjalan sampai kakinya sakit). 3. Menunjukkan perbandingan tingkatan.

a. 妻 作 食 ほ い い い

Tsuma ga tsukutte kureru shokuji hodo oishii mono wa nai.

(Tak ada makanan yang seenak buatan istri saya).

b. カ ほ 面白いス い

Sakkaa hodo omoshiroi supotsuu wa nai.

(Tak ada olah raga yang semenarik sepak bola).

4. Cara penggunaan yang bersifat idiom, yang berpolakan “...ba...hodo...” [... ...ほ ...] yang berarti “ Apabila sesuatu kondisi atau hal berubah maka

akan diikuti perubahan lainnya”.

夜 ほ 温度

yoru ni nareba naru hodo ondo ga sagatta.

(Semakin larut malam suhu udara semakin turun).

5. Penggunaan yang bersifat idiomatik dalam bentuk “...hodo koto wa nai” [... ほ い] atau “...hodo no koto de wa nai” [...ほ

] yang berarti “bukanlah hal besar/penting seperti itu”

子供 親 出 行 ほ い


(44)

(Pertengkaran antar anak bukanlah hal yang memerlukan turun tangan orangtua).

Sedangkan menurut Sudjianto (2007:15-16) Partikel hodo secara umum dibagi menjadi 4 fungsi dan makna, sebagai berikut:

1. Partikel hodo dapat dipakai pada kalimat dengan pola’...ba...hodo...’. Pola kalimat ini dalam bahasa Indonesia bisa berarti ‘Semakin..., maka

semakin...’. Jadi, kalimat ‘Ookereba ooi hodo ii’ dalam bahasa Indonesia

berarti ‘Semakin banyak semakin bagus’. a. Hayakereba hayai hodo ii.

b. Mireba miru hodo kirei desu.

2. Partikel hodo dapat dipakai untuk menyatakan perkiraan jumlah benda, orang, waktu, dan sebagainya. Fungsi partikel hodo seperti ini dimiliki juga oleh partikel gurai/kurai.

a. Byooki de isshuukan hodo gakkoo o yasumimashita. b. Ryokoo no hiyoo wa juugoman rupia hodo ni naru.

3. Partikel hodo dapat dipakai untuk menyatakan derajat, tingkat taraf, atau batas-batas tertentu. Fungsi partikel hodo seperti ini dimiliki juga oleh partikel gurai/kurai.

a. Kare hodo no hito nara kanarazu seikoo suru. b. Mabayui hodo utsukushii.

4. Partikel hodo dapat dipakai dalam kalimat dengan pola ‘...hodo...nai’. Pemakaian partikel hodo seperti ini berfungsi untuk menyatakan bahwa kata yang berdekatan sebelum partikel hodo memiliki derajat, tingkat, batas, atau taraf yang paling tinggi daripada yang lainnya.


(45)

a. Kotoshi wa kyoonen hodo samukunai desu. b. Ali-san wa Amir-san hodo tsuyokunai desu.

Pendapat yang serupa juga dinyatakan oleh Chino (2008:67-68) yang membagi partikel hodo menjadi 4 fungsi dan makna, sebagai berikut:

1. Menunjukkan perkiraan jumlah atau perkiraan jumlah lebih: berlawanan dengan kurai dan bakari, hodo cenderung menekankan perkiraan banyaknya: “lamanya/banyaknya kira-kira, sekitar”.

a. 来月 一週間ほ 九州 出張

Raigetsu wa, isshuukan hodo kyuushuu e shucchoo shimasu.

(Bulan depan saya akan mengadakan perjalanan bisnis ke Kyushu selama kira-kira satu minggu).

b. 今度 故 人ほ 人 死 う

Kondo no jiko de, hyakunin hodo no hito ga shinda sou desu.

(Saya dengar kira-kira banyaknya 100 orang meninggal dalam kecelakaan jalan raya kali ini).

2. Menunjukkan perbandingan (dipakai dalam kalimat negatif): “seperti, se-“.

a. 今年 去年ほ 寒 い

Kotoshi wa kyonen hodo samukunai desu.

(Tahun ini tidak sedingin tahun lalu).

b. あ 人ほ 頭 いい人 い い う

Ano hito hodo atama no ii hito wa inai deshou.

(Tidak ada seorang pun sepintar dia./tidak ada seorang pun secakap dia).


(46)

3. Menunjukkan akibat tindak lanjut dari suatu perbuatan atau keadaan dengan suatu contoh tertentu : “sehingga”.

a. 今日 勉強 いほ 疲

Kyou wa benkyou ga dekinai hodo tsukareta.

(Hari ini saya begitu letih sehingga tidak bisa belajar).

b. 試験 合格 う 眠 いほ

Shiken ni goukaku shita node, ureshikute nemurenai hodo desu.

(Karena lulus ujian, saya begitu gembira sehingga tidak bisa tidur). 4. Dipakai dalam bentuk V-ba+hodo: “...semakin,...makin”.

a. 北 行 行 ほ 寒

Kita e ikeba iku hodo samuku narimasu.

(Semakin ke utara makin dingin cuacanya).

b. 年 ほ 体 弱

Toshi o toreba toru hodo, karada ga yowaku narimasu.

(Semakin tua, makin lemah badan jadinya).

2.5 Fungsi dan Makna Partikel Kurai/Gurai

Menurut Sugihartono (2001:119), partikel kurai/gurai secara umum memiliki 4 fungsi dan makna, yaitu:

1. Menunjukkan perkiraan suatu tingkatan atau jumlah Contoh:

あ う 学校 い


(47)

(Dari rumah anda sampai ke sekolah kira-kira memerlukan waktu berapa lama?)

2. Menunjukkan perbandingan tingkatan suatu keadaan atau kegiatan dengan cara memberikan salah satu contoh saja.

Contoh:

実 い景色 あ 見 あ い い

Jitsu ni subarashii keshiki de, anata ni misete agetai kurai datta

(Benar-benar pemandangan yang indah, sepertinya [saya] ingin memperlihatkan kepada anda).

3. Menunjukkan dasar perbandingan suatu tingkatan. Contoh:

負 い 死 ほう いい

Makeru kurai nara shinda hou ga ii.

(Apabila sampai kalah lebih baik mati).

4. Apabila mengkritik lawan bicara dengan cara memberikan contoh kecil pada suatu hal

Contoh:

言う あ い

Sonna baka no koto o iu no wa, anata gurai no mono desu.

(Semacam andalah yang berbicara sebodoh itu).

Menurut Sudjianto (2007:21-22), partikel kurai/gurai secara umum memiliki 4 fungsi dan makna, yaitu:


(48)

1. Partikel kurai/gurai dapat dipakai setelah kata yang menyatakan jumlah atau setelah prenomina kono, sono, ano, dan dono untuk menyatakan perkiraan jumlah orang, benda, waktu dan sebagainya.

a. Eki made juugofun gurai kakarimasu.

b. Amir-san wa mainichi gojikan gurai Nihongo o benkyoo shimasu. 2. Partikel kurai/gurai dapat dipakai setelah prenomina (kono, sono, ano),

setelah nomina, atau setelah verba (bentuk kamus, bentuk lampau, bentuk negatif). Pemakaian partikel kurai/gurai seperti ini berfungsi untuk menunjukkan perbandingan antara kata sebelumnya dan kata yang menjadi tema/subyek pada kalimat itu. Partikel kurai/gurai yang berfungsi seperti ini sering disebut sebagai partikel yang menunjukkan derajat, tingkat, taraf, atau batas-batas tertentu.

a. Osaka wa Tokyo gurai ookii desu ka. b. Uisuki gurai tsuyoi desu ka.

3. Partikel kurai/gurai dapat dipakai untuk menyatakan keterbatasan pada kata/ungkapan yang ada sebelumnya. Untuk ini, partikel kurai/gurai biasa dipakai pada kalimat negatif.

a. Nagaoka-san gurai shinsetsuna hito wa inai deshoo. b. Kyoo kurai isogashii hi wa nakatta.

Kalimat a. di atas memiliki makna bahwa Nagaokasanlah orang yang paling ramah daripada orang lain. Begitu juga kalimat b. yang memiliki makna bahwa hari ini lah yang merupakan hari yang paling sibuk daripada hari-hari yang lain.


(49)

4. Partikel kurai/gurai dapat ditambah kata nara sehingga menjadi

kurai/gurai nara. Sebelum partikel kurai/gurai nara biasanya dipakai

kata-kata yang menunjukkan keadaan, derajat, tingkat, taraf, atau batas-batas tertentu. Partikel kurai/gurai nara dipakai dalam kalimat yang mengandung hubungan sebab-akibat. Ungkapan yang ada sebelumnya merupakan alasan atau sebab-sebab, sedangkan ungkapan yang ada pada bagian berikutnya merupakan akibatnya.

a. Tochuu de yameru kurai nara, yaranai hoo gai ii.

Menurut Chino (2008:65-67) bahwa ada 3 fungsi dan makna partikel

kurai/gurai, sebagai berikut:

1. Menunjukkan perkiraan jumlah atau kelebihannya; dalam pengertian kontras dengan hodo dan bakari, kurai menerangkan perkiraan jumlah tanpa menyebutkan batas angkat tertinggi atau terendah: “kira-kira, sekitar” Contoh:

昨日 パ テ 来 人 人 い 思い

Kinoo no paatii ni kita hito wa, hyakunin gurai datta to omoimasu.

(Saya pikir ada sekitar 100 orang yang datang ke pesta kemarin).

2. Menunjukkan tindak lanjut sebuah perbuatan atau keadaan setelah sebuah contoh khusus diberikan: “sehingga”

Contoh:

山 旅行 話 面白 時間 い

Yamada-san no ryokou no hanashi wa omoshirokute, jikan no tatsu no mo wasureta kurai datta.


(50)

(Cerita Yasuda tentang perjalanannya sangat menarik sehingga kita lupa waktu).

3. Menunjukkan perbandingan: “seperti, bagaikan” Contoh:

山 新 い家 庭 場 い 大

Yamadashita-san no atarashii ie no niwa wa, gorufu-ba gurai no ookisa da.

(Perkarangan rumah baru Yamashita bagaikan lapangan golf).

2.6 Defenisi Semantik dan Jenis-Jenis Semantik

Terdapat empat komponen besar dalam mempelajari bahasa, yaitu komponen bunyi, komponen kata, komponen kalimat dan komponen makna. Komponen bunyi dipelajari dalam bidang fonologi, komponen kata (bentuk kata) dipelajari dalam bidang morfologi, komponen susunan kalimat dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam semantik.

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditanda-tandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti (Chaer, 1995: 2)


(51)

Berbicara mengenai makna, maka sama halnya berbicara mengenai semantik. Menurut Djajasudarma (2006:13) makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Setiap unsur kata tentunya memiliki makna dan fungsinya masing-masing.

Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga) menyatakan fungsi sebagai kegunaan sesuatu hal; peran sebuah unsur bahasa dalam satuan yang lebih luas. Sedangkan makna ialah arti; maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama yang digunakan oleh lawan bicara.

Seperti halnya pada partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai, makna ketiga partikel tersebut dalam bahasa Indonesia ialah “kira-kira/paling-paling”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga menyatakan makna “kira-kira/paling-paling” sebagai berikut:

 Kira-kira yaitu pendapat yang hanya berdasarkan dugaan atau perasaan, bukan berdasarkan bukti nyata; sangka; hitung; taksir.

 Paling-paling yaitu hal yang menyatakan segala sesuatu yang terlampau besar atau terlampau kecil.

Berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicara.


(52)

Sutedi (2008: 111) menjelaskan bahwa dalam bahasa Jepang, makna sebagai objek kajian semantik antara lain mengenai makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei) antara satu kata dengan kata lainnya, makna frase dalam idiom (ku no imi) dan makna kalimat (bun no imi).

Dalam perannya untuk membahas makna, beberapa pakar linguistik telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya masing-masing.

Chaer (2007: 289) mengemukakan beberapa jenis makna: 1. Makna Leksikal

Makna Leksikal adalah makna yang dimililki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya. Oleh karena itu, banyak orang mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada di dalam kamus.

2. Makna Gramatikal

Makna Gramatikal adalah makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. 3. Makna Kontekstual

Makna Kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam sebuah konteks.

Misalnya dalam kalimat:

 Adik jatuh dari sepeda. (dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah)


(53)

4. Makna Refrensial

Makna Refrensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada refrensi atau acuannya. Kata-kata yang bermakna refrensial memiliki acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah,dan sebagainya. 5. Makna Non Refrensial

Makna Non Refrensial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau refrensi. Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata yang tidak bermakna refrensial, karena tidak mempunyai referens.

6. Makna Denotatif

Makna Denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini sama dengan makna leksikal.

7. Makna Konotatif

Makna Konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang ada pada sebuah leksem.

8. Makna Konseptual

Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna sebenarnya.

9. Makna Asosiatif

Makna Asosiatif adalah makna yang dimililki sebuah leksem atau kata yang berkaitan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya kata “merah” berasosiasi dengan “keberanian”, kata “hitam” berasosiasi dengan “kejahatan”.


(54)

10.Makna Kata

Makna Kata adalah makna yang lebih jelas dimiliki oleh suatu kata jika kata tersebut sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

11.Makna Istilah

Makna Istilah adalah makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Namun perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada bidang-bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

12.Makna Idiom

Makna Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.

13.Makna Pribahasa

Makna Pribahasa adalah makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan makna pribahasa.

Leech (2003: 19) membedakan makna ke dalam tujuh tipe, diantaranya: 1. Makna Konseptual

Makna Konseptual disebut juga makna denotatif atau makna kognitif. Dalam pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral


(55)

dalam komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.

2. Makna Konotatif

Makna Konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual. 3. Makna Stilistik dan Afektif

Makna Stilistik merupakan makna sebuah sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya. Sedangkan makna afektif merupakan makna yang secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang digunakan.

4. Makna Refleksi dan Makna Kolokatif

Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kata terhadap pengertian lain. Sedangkan makna kolokatif adalah makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. 5. Makna Asosiatif

Makna reflektif dan makna kolokatif, makna efektif dan makna stilistik: kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna konseptual; semua jenis di atas memiliki karakter terbuka, tanpa batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak dan bukannya suatu analisis yang diskret. Kesemua tipe tersebut bisa disatukan ke dalam kategori besar, yaitu makna asosiatif.


(56)

Makna Tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus dan penekanan.

Sedangkan Sutedi (2008: 115) mengemukakan beberapa jenis makna dalam bahasa Jepang, diantaranya:

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah

jishoteki-imi (辞書的意味 )atau goiteki-imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata neko (猫) dan kata gakkou (学校) memiliki makna leksikal: kucing dan sekolah

Makna Gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi (文 法 的 意 味) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, Joshi (助 詞) <partikel> dan jodoushi (助 動 詞) <kopula> tidak memililki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. 2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna Denotatif dalam bahasa Jepang disebut juga meijiteki imi (明 示 的 意 味) atau gaien (外 延), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.


(57)

Makna Konotatif disebut juga anjiteki imi (暗 示 的 意 味) atau

naihou ( 包) yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.

3. Makna Dasar dan Makna Perluasan

Makna dasar disebut dengan kihon-gi (基本儀) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.

Makna perluasan disebut dengan ten-gi (転義) merupakan makna yang mucul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, di antaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu).


(58)

BAB III

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL BAKARI, HODO, DAN KURAI/GURAI PADA KALIMAT BAHASA JEPANG

DALAM MAJALAH WOCHI KOCHI EDISI 30 DAN 32

3.1 Fungsi dan Makna Partikel Bakari

Cuplikan 1:

手 男性 い

場合 あ 女性 い

場合 あ

(Wochi Kochi, ed:30, hal:26)

Kogite wa dansei bakari no baai mo arushi, josei bakari no baai mo aru.

(Tukang dayung adakalanya kira-kira pria, adakalanya kira-kira wanita saja)

Analisis:

Kalimat di atas memililki sebuah partikel bakari, sebelum partikel bakari diikuti oleh kata yang menyatakan perkiraan batasan suatu hal. Partikel bakari pada kalimat di atas memiliki makna “kira-kira” yaitu kira-kira perempuan atau laki-laki saja yang dapat menjadi pendayung perahu. Penggunaan partikel pada kalimat di atas sudah tepat. Partikel bakari pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa pendayung ada saatnya kira-kira laki-laki saja dan ada saatnya perempuan saja. Hal ini menggambarkan bahwa ada batasan berdasarkan


(59)

namun berdasarkan gender (jenis kelamin)nya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sudjianto bahwa partikel bakari berfungsi untuk menyatakan perkiraan jumlah, batas, atau derajat tertentu dan juga pendapat Chino yang menyatakan bahwa partikel bakari berfungsi untuk menyatakan perkiraan terendah (minimum).

Cuplikan 2:

世界 い

最 誇 ほ

泣派 いう

思い 抱い 人生 い

得 え

い 教 訓 う

(Wochi kochi, ed: 30, hal:58)

Soshite, Betonamu wa sekai de sai mo hokorashiku naha nakuni na noda to iu omoi wo daite jinsei kara uru no wa tsurai kyoukun bakari datta.

(Lalu, Vietnam memiliki image sebagai negara terhormat yang sangat membanggakan di dunia, namun yang diperoleh rakyatnya paling-paling pendidikan yang menyedihkan).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel bakari, sebelum partikel bakari diikuti kata kyoukun yang menyatakan suatu perkiraan mengenai tingkatan pendidikan yang rendah. Partikel bakari pada kalimat di atas memililiki makna “Paling-paling”. Kata “paling-paling” pada kalimat di atas sesuai dengan maknanya dalam


(60)

bahasa Indonesia ialah segala sesuatu yang terlampau rendah. Penggunaan partikel bakari pada kalimat di atas sudah tepat, karena memberikan nuansa makna bahwa tingkat pendidikan rakyat Vietnam yang rendah atau bisa dikatakan menyedihkan itu sangat bertolak belakang dengan gambaran negara Vietnam yang dianggap sebagai negara hebat dan membanggakan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel bakari cenderung (hanya cenderung) mengarah pada perkiraan minimum (terendah). Yang dimaksud mengenai hal minimum (terendah) pada kalimat di atas ialah pendidikan masyarakatnya.

Cuplikan 3:

歳 い

留学 年間 , %失敗

(Wochi kochi, ed:32, hal:22)

20 sai no koro ni ryuugakushita ichi nen kan wa, 99 % shippai bakari datta

(Selama satu tahun melanjutkan sekolah ke luar negeri saat berusia 20 tahun, kira-kira 99% gagal).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel bakari. Sebelum partikel bakari diikuti oleh kata bilangan 99 %, menunjukkan tingkatan atau bobot suatu perkiraan. Partikel bakari pada kalimat di atas memiliki makna “kira-kira”, yaitu kira-kira 99 % yang gagal ketika melanjutkan sekolah ke luar negeri. Bilangan 99 % secara umum menyatakan jumlah yang maksimal. Penggunaan partikel bakari pada


(61)

kalimat di atas kurang tepat karena biasanya partikel bakari menunjukkan jumlah terendah. Pada kalimat di atas, partikel hodo lebih tepat menggantikan makna partikel bakari, karena partikel hodo memberikan nuansa makna perkiraan tertinggi, sehingga kalimatnya menjadi :

歳 留学 年間 , %失敗ほ

20 sai no koro ni ryuugakushita ichi nen kan wa, 99 % shippai hodo datta

Partikel hodo pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa

bilangan 99 % yang mengikuti partikel hodo dapat diartikan kira-kira banyaknya yang gagal 99% (sudah merupakan perkiraan batas maksimal). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel bakari cenderung (hanya cenderung) mengarah kepada jumlah terendah saja sedangkan partikel bakari mengarah pada jumlah tertinggi.

Cuplikan 4:

西 方角 気

(Wochi kochi, ed:32, hal: 26)

Nishi no houkaku bakari ga ki ni naru.

(Paling-paling memikirkan negeri barat. Paris menjadi hal yang terus saya pikirkan)


(62)

Analisisnya:

Kalimat di atas diikuti oleh partikel bakari. Partikel bakari pada kalimat di atas memiliki makna “paling-paling” yang menyatakan batasan terhadap suatu hal. Penggunaan partikel bakari pada kalimat di atas sudah tepat karena memiliki nuansa makna bahwa “paling-paling dia memikirkan negara barat dan negara Paris lah yang selalu dipikirkannya. Partikel bakari pada kalimat di atas menunjukkan perkiraan terhadap satu hal saja yaitu selalu memikirkan negara Paris, artinya tidak ada negara lain yang dipikirkannya selain Paris. Pada kalimat di atas partikel bakari menekankan makna keseluruhan kalimat tersebut secara utuh terhadap batasan minimum mengenai pemikirannya terhadap sebuah negara saja yaitu Paris. Hal ini sesuai dengan pendapat Chino yang menyatakan bahwa partikel bakari berfungsi untuk menyatakan perkiraan mengenai batasan minimum (terendah).

3.2 Fungsi dan Makna Partikel Hodo

Cuplikan 1:

ラ ン ス 人 え い 行 い 長 キ ほ

鉄 う

(Wochi kochi, ed:30 hal: 13)

Furansujin ga erai no wa, nantoka shite ikitai to nagasa 14 kiro hodo no tetsudou o tsukuttan desu.


(63)

(Kehebatan orang Perancis adalah bila kita ingin berpergian entah bagaimana caranya, mereka menciptakan rel kira-kira panjangnya 14 meter)

Analisis :

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel hodo. Makna partikel hodo pada kalimat di atas ialah “kira-kira”. Sebelum partikel hodo diikuti dengan kata bilangan 14

kiro yang menunjukkan perkiraan jumlah jarak. Penggunaan partikel hodo pada

kalimat di atas sudah tepat karena nuansa makna yang hendak disampaikan ialah jarak 14 kilometer merupakan jarak yang sangat jauh dan jarak 14 kilometer pada kalimat tersebut sudah dianggap merupakan jarak terpanjang (maksimal) yang sanggup dibuat oleh orang Perancis ketika membangun rel kereta api. Hal ini sesuai dengan pendapat Chandra bahwa partikel hodo berfungsi untuk Menunjukkan kira-kira berapa banyak/lama/besar/berat/jauh dan sebagainya sesuatu yang artinya: “kira-kira; lebih kurang; sekitar”, dan teori Chino yang menyatakan bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah lebih.

Cuplikan 2:

軒ほ あ 寺 待 僧侶 う

話 ハーチェン いう言葉

(Wochi Kochi, ed:30, hal:12)

40 ken hodo aru otera o matte souryo to hanashita tokoro, [haa.chen] to iu kotoba o kangaetekureta.


(64)

(Pada saat saya berbicara dengan biarawan yang mendiami kuil kira-kira 40 bangunan (kuil), membuat saya terus menerus memikirkan istilah [haa.chen] ).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki partikel hodo. Partikel hodo diikuti dengan kata bilangan

40 ken yang berarti 40 bangunan (kuil). Partikel hodo pada kalimat di atas

bermakna “kira-kira”. Penggunaan partikel hodo pada kalimat di atas sudah tepat dimana partikel hodo memberikan nuansa makna bahwa kira-kira ada 40 bangunan (kuil) yang didiami oleh para biarawan dan 40 bangunan kuil tersebut merupakan jumlah bangunan kuil terbanyak.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah maksimal.

Cuplikan 3:

時間半ほ 湖 う

ン ンプ 村 いう小

村 着

(Wochi Kochi, ed:30, hal:31)

Koko kara booto de 1 jikan han hodo mizuumi o sagaru to, konponpuro mura toiu chiisana mura ni tsuku.

(Kalau kita menyeberangi danau dari sini dengan boat kira-kira 1 jam setengah, kita akan tiba disebuah desa kecil bernama Konponpuro ).


(65)

Analisis: Kalimat di atas memiliki partikel hodo. Sebelum partikel hodo diikuti dengan kata

1 jikan han berarti 1 jam setengah yang menyatakan perkiraan waktu. Partikel hodo pada kalimat di atas bermakna “kira-kira”. Penggunaan partikel hodo pada

kalimat di atas sudah tepat. Partikel hodo pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa waktu yang ditempuh kira-kira satu setengah jam ialah waktu yang lama untuk dapat menuruni sungai hingga sampai ke desa yang disebut dengan desa “Konpuro”. Perkiraan terhadap lamanya waktu pada kalimat di atas menyatakan perkiraan jumlah waktu maksimal yang harus ditempuh. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sugihartono bahwa partikel hodo menunjukkan tingkatan atau jumlah yang diperkirakan serta pendapat Chino bahwa partikel hodo menunjukkan jumlah maksimal, dimana waktu 1 setengah jam dianggap sebagai waktu maksimal yang harus ditempuh.

Cuplikan 4:

土産物 売 軒ほ 小 集落 あ

(Wochi kochi, ed:30, hal:42)

Miyagemono o uru 50 ken hodo no chiisana shuuraku ga aru.

(Ada sebuah desa kecil dimana kira-kira lima puluh rumah yang menjual benda-benda souvenir).


(66)

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel hodo. Partikel hodo pada kalimat di atas bermakna “kira-kira”. Sebelum partikel hodo diikuti oleh kata bilangan 50 ken yang berarti 50 rumah (bangunan) dimana hodo pada kalimat di atas berfungsi untuk menunjukkan perkiraan jumlah banyaknya bangunan. Pada kalimat di atas penggunaan partikel hodo sudah tepat karena kalimat tersebut dapat diartikan bahwa terdapat 50 unit bangunan di sebuah desa yang menjual berbagi macam

souvenir. Penggunaan partikel hodo disini dapat dilihat sebagai nuansa ekspresi

yang beranggapan bahwa jumlah 50 unit bangunan adalah perkiraan jumlah tertinggi (maksimal), dan juga menekankan perkiraan mengenai berapa banyak jumlah bangunan yang ada. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Chino bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan angka tertinggi dan juga pendapat Chandra bahwa partikel hodo berfungsi untuk menunjukkan kira-kira berapa banyak/lama/besar/berat/jauh dan sebagainya sesuatu yang artinya: “kira-kira; lebih kurang; sekitar”.

Cuplikan 5:

学 生 年 ほ 前 え

奇跡的 経済発展

い い

秘密 関心 日本 ほ

関心

(Wochi kochi, ed: 32 hal: 75)

Gakusei wa, 20 nen hodo mae wa kisekiteki na keizai hatten no himitsu e no kanshin kara nihon ni kanshin o motta mono deshita.


(1)

Kalimat tersebut hanyalah sebuah pernyataan yang dimaksudkan hanya untuk menyampaikan perkiraan waktu tanpa berpatokan terhadap batas waktu minimal atau batas waktu maksimal. Partikel kurai hanya menekankan pada pernyataan perkiraan saja mengenai batasan terhadap suatu hal. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sudjianto bahwa partikel kurai berfungsi untuk menunjukkan derajat, tingkat, taraf, atau batas-batas tertentu dan juga teori yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel kurai/gurai menerangkan perkiraan jumlah tanpa menyebutkan batas angka tertinggi atau terendah.

Partikel kurai pada kalimat di atas juga dapat digantikan dengan partikel hodo, sehingga kalimatnya menjadi:

週 間 う

ほ 日本 い 落 着

Nisshuukan hodo nihon ni iru to, ochi tsuka nakunattekuru.

Partikel bakari pada kalimat di atas menyatakan bahwa kira-kira dua minggu berada di Jepang, terasa sangat lama karena semakin tidak tenang. Nuansa makna yang diberikan ialah waktu dua minggu dirasakan menjadi waktu yang sangat lama, sehingga dapat mempertegas makna keseluruhan kalimat. Oleh karena itu partikel hodo juga dapat menggantikan partikel gurai pada kalimat di atas. Hal ini sesuai dengan teori Chino bahwa partikel hodo berfungsi menyatakan perkiraan angka tertinggi (maksimum).


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dalam bahasa Jepang ada tiga buah partikel yang dipakai untuk menerangkan perkiraan yaitu: bakari, hodo, kurai/gurai yang semuanya termasuk kelompok Fukujoshi. Partikel bakari, hodo, kurai/gurai biasanya dipakai setelah kata yang menyatakan perkiraan terhadap sesuatu hal. Partikel bakari, hodo, dan

kurai/gurai dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kira-kira/paling-paling”,

meskipun memiliki arti yang sama tetapi pemakaiannya berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga nuansa makna yang ditimbulkan dari ketiga partikel tersebut berbeda-beda. Adakalanya penggunaan ketiga partikel tersebut bisa saling menggantikan dan adakalanya juga tidak bisa saling menggantikan sesuai dengan nuansa makna yang ditimbulkan oleh kalimat.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh fungsi dan makna partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai yang terdapat dalam majalah Wochi Kochi edisi 30 dan 32 adalah sebagai berikut:

1. Partikel Bakari bermakna “kira-kira/paling-paling” yang berfungsi menyatakan tingkatan atau bobot suatu perkiraan berupa perkiraan jumlah, batas, atau derajat tertentu. Partikel bakari mengandung nuansa makna yang menunjukkan batasan perkiraan terendah (minimum).

2. Partikel Hodo bermakna “kira-kira” yang berfungsi menyatakan tingkatan


(3)

bertolak belakang dengan partikel bakari. Tidak seperti partikel bakari yang memiliki nuansa makna perkiraan terendah (minimum), partikel hodo sebaliknya mengandung nuansa makna perkiraan terhadap batasan tertinggi (maksimum).

3. Partikel Kurai/Gurai bermakna “kira-kira/sekitar” yang fungsinya sama

dengan partikel hodo maupun gurai yaitu menunjukkan perkiraan suatu tingkatan atau jumlah berupa perkiraan jumlah orang, benda, waktu dan sebagainya. Namun, nuansa makna yang diberikan oleh partikel kurai/gurai berbeda dengan partikel bakari dan hodo. Jika partikel bakari dan hodo menunjukkan nuansa makna terhadap suatu perkiraan berdasarkan batasan angka terendah dan tertinggi, namun kurai/gurai menerangkan jumlah tanpa menyebutkan batas angka terendah ataupun tertinggi.

4.2 Saran

Melalui skripsi ini penulis menyarankan beberapa hal untuk mempermudah pembaca dalam memahami partikel bakari, hodo, dan

kurai/gurai yang menunjukkan perkiraan terhadap suatu hal, antara lain:

1. Partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai termasuk ke dalam kelompok

Fukujoshi. Fukujoshi merupakan salah satu kelompok partikel yang

sering digunakan dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk itu pelajar bahasa Jepang sebaiknya memahami makna dan fungsi Fukujoshi dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya pada kalimat bahasa Jepang.


(4)

2. Ada baiknya tidak terlalu cepat memberikan makna pada sebuah

Fukujoshi khususnya pada partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai, tetapi

harus membaca dan memahami arti sebuah kalimat yang menggunakan partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai secara utuh, karena ketiga partikel tersebut walaupun memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu “kira-kira/paling-paling” namun nuansa makna yang diberikan partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai dalam sebuah kalimat berbeda-beda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar A. 1985. Beberapa Madhad dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

... 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chandra, T. 2009. Nihongo no Joshi. Jakarta: Evergreen Japanese Course. ... 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Chino, Naoko. 2008. Partikel Penting Bahasa Jepang. Terjemahan Nazir Ramli. Jakarta: Kesaint Blanc.

Dahidi, Ahmad & Sudjianto. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Djajasudarma, Fatimah T. 2006. Metode Linguistik-Ancangan Metode Penelitian

dan Kajian. Bandung : Refika Aditama.

... 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Refika Aditama.

Ginting, Paham. 2006. Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian. Medan: USU Press. Kawashima, Sue A. 1999. A Dictionary of Japanese Particles. Tokyo: Kodansha

Internasional.

Kushartanti dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Terjemahan Paina Partana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lubis, Nuraini. 2005. Analisis Makna dan Fungsi Fukujoshi dalam Novel ‘Boku

No Ojisan’ Dilihat dari Segi Semantik. Skripsi.

Lubis, Syahron. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Sintaksis dan Semantik. Medan: Universitas Muslim Nusantara.


(6)

M. A. K. Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks;

Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotik. Terjemahan Asruddin Barori Tou.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Martinet, Andre. 1987. Ilmu Bahasa; Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedudukan

Fungsi, Pembinaan dan Pengembangan. Jakarta: PT. Bumi Angkara.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ritonga, Perlaungan. 2002. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Medan: Yanindra Agung.

Rubin, Jay. 2003. Eufemisme dalam Bahasa Jepang. Terjemahan Nasir Ramli. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sevilla, Consuelo G dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin Tuwu. Jakarta: UI Press.

Silalahi, Andi P H. 2010. Analisis Pemakaian Partikel Ni, De, O yang

Menerangkan Tempat. Skripsi.

Situmorang, Hamzon. 1997. Diktat Bahasa Jepang. Medan: USU Press.

... 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang: Teori dan Fakta. Medan: USU Press.

Sudjianto, dan Ahmad Dahidi. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sudjianto. 2007. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc. Sugihartono. 2001. Nihongo No Joshi (Partikel Bahasa Jepang). Bandung:

Humaniora Utama Press.

Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-Dasar Linguitik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.