Pemodelan Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kayu di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa Papua Barat.

PEMODELAN SIMULASI PENGATURAN HASIL HUTAN
KAYU DI IUPHHK-HA PT WIJAYA SENTOSA
PAPUA BARAT

Rastra Dharmawan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemodelan
Simulasi Hasil Hutan Kayu di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa Papua Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Rastra Dharmawan
E14110042

ABSTRAK
RASTRA DHARMAWAN. Pemodelan Simulasi Pengaturan Hasil Hutan
Kayu di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa Papua Barat. Dibimbing oleh BUDI
KUNCAHYO.
Pengelolaan hutan lestari merupakan pengelolaan hutan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan tujuan sosial, ekonomi dan
lingkungan. Metode pengaturan hasil dan sruktur dinamika tegakan diperlukan
untuk menduga potensi tegakan mendatang dan memilih metode pengaturan hasil
hutan yang dapat diterapkan pada suatu areal hutan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperoleh model pengaturan hasil yang lestari serta mengetahui
besar pendapatan perusahaan dari berbagai skenario. Dinamika struktur tegakan
diperoleh dengan menghitung ingrowth, upgrowth, mortality, dan luas bidang

dasar. Penerapan metode pengaturan hasil memperhatikan jumalah pohon yang
tersedia, rotasi serta intensitas tebangan. Simulasi menggunakan metode
pengaturan hasil konvensional dengan membedakan rotasi, intensitas tebangan,
dan kelas diameter tebang. Hasil simulasi menunjukan semakin besar intensitas
tebang dan semakin panjang rotasi penebangan menyebabkan semakin besar
jumlah pohon yang ditebang pada setiap tahunnya.
Kata kunci: dinamika, intensitas, pengaturan, rotasi, pemodelan simulasi.

ABSTRACT
RASTRA DHARMAWAN. Simulation Modeling Of Timber Forest
Products Regulation in IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa West Papua. Supervised
by BUDI KUNCAHYO.
Sustainable forest management is forest management in accordance with the
principles of sustainable development with the objective of social, economic, and
environmental. Yield regulation methods and dynamics of stand structures is
required for estimating stand structure in the future and yield regulation methods
that can be applied in a virgin area. The purpose of this research is to gain
sustainable yield regulations model and information on company income from
some scenarios. The dynamics of stand structure were obtained by calculating
ingrowth, upgrowth, mortality, and basal area. The application of this yield

regulatio method considered the number of trees available in a forest, regulation
and intensity used. Simulation using conventional yield regulation method to
distinguish the rotation, intensity of felling, and cutting diameter class. The
simulation results show the greater intensity and longer rotation causing the
greater the number of tres felled each year.
Keywords: dynamics, intensity, yield, rotation, simulation modeling.

PEMODELAN SIMULASI PENGATURAN HASIL HUTAN
KAYU DI IUPHHK-HA PT WIJAYA SENTOSA
PAPUA BARAT

RASTRA DHARMAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pemodelan Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kayu di PT Wijaya
Sentosa Papua Barat
Nama
: Rastra Dharmawan
NIM
: E14110042

Disetujui oleh

A�
-

Dr Ir Budi Kuncahyo, MS

(


tanggal Lulus: 11 SEP 201
5

PRAKATA
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
Pemodelan Simulasi Pengaturan Hasil Hutan Kayu di IUPHHK-HA PT Wijaya
Sentosa Papua Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budi Kuncahyo, MS selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan selama
pembuatan Skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT Wijaya
Sentosa yang berkenan memberikan izin dan bantuannya kepada penulis selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada temanteman Manajemen Hutan 48 atas dukungan dan bantuannya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Skripsi ini
bermanfaat untuk pembaca.

Bogor, September 2015

Rastra Dharmawan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian


2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Analisis Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

3

Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan

3

Konseptualisasi Model


4

Evaluasi Model

8

Penggunaan Model
SIMPULAN DAN SARAN

10
15

Simpulan

15

Saran

15


DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Perbandingan struktur tegakan Dipterocarpaceae hasil simulasi
dengan keadaan yang sebenarnya
2 Perbandingan struktur tegakan Non Diperocarpaceae hasil simulasi
dengan keadaan sebenarnya
3 Masak tebang penebangan diameter >40 cm pada intensitas tebang
80%
4 Masak tebang penebangan diameter >40 cm pada intensitas tebang

100%
5 Masak tebang penebangan diameter >50 cm pada intensitas tebang
80%
6 Masak tebang penebangan diameter >50 cm pada intensitas tebang
100%
7 Masak tebang penebangan diameter >55 cm pada intensitas tebang
80%
8 Masak tebang penebangan diameter > 55 cm pada intensitas tebang
100%
9 Perbandingan pendapatan perusahaan penebangan diameter >40 cm
10 Perbandingan pendapatan perusahaan penebangan diameter >50 cm
11 Perbandingan pendapaan perusahaan penebangan diameter >55 cm

9
10
12
13
13
13
14
14
14
15
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Submodel dinamika struktur tegakan Dipterocarpaceae
Submodel dinamika struktur tegakan Non Dipterocarpaceae
Submodel dinamika struktur tegakan total
Submodel alokasi lahan
Submodel finansial
Struktur tegakan Dipteroarpaceae
Struktur tegakan Non Dipterocarpaceae
Proyeksi penebangan

5
5
6
7
8
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1

Persamaan dalam pemodelan (Equation)

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan hutan lestari (PHL) adalah pengelolaan hutan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan tujuan sosial, ekonomi dan
lingkungan (Heart of Borneo 2014). Pengelolaan hutan lestari atau sustainable
forest management merupakan suatu proses pengelolaan hutan untuk mencapai
kontinuitas produksi dan manfaat lain yang diinginkan tanpa mengakibatkan
kemunduran nilai produktivitas hutan dimasa yang akan datang dan tanpa
menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan hutan tersebut (ITTO
1992). Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari ini diperlukan
perencanaan strategi pengelolaan hutan yang baik. lnformasi tentang pertumbuhan
pohon dan pengaturan hasil hutan merupakan informasi yang penting dan
diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan. Terdapat beberapa
metode dalam pengaturan hasil, antara lain: metode berdasarkan luas, metode
berdasarkan volume, metode berdasarkan volume dan riap, dan metode
berdasarkan jumlah pohon (Osmaston 1968).
Salah satu prasyarat utama tercapainya pengelolaan hutan lestari pada
tingkat kesatuan pengelolaan hutan adalah dengan adanya perencanaan
pengelolaan hutan jangka panjang, dimana dalam hal tersebut pengaturan hasil
adalah komponen utamanya. Masalah dalam praktek pengelolaan hutan di
Indonesia adalah penggunaan metode pengaturan hasil yang digunakan dan
diterapkan pada hutan tersebut cenderung tidak sesuai dengan kondisi hutan yang
dikelola. Metode pengaturan hasil yang telah diterapkan pada jenis hutan tertentu,
bisa berubah pada saat-saat tertentu seperti pada saat metode yang diterapkan
sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi hutan yang dikelola. Selain itu pengaturan
hasil yang selama ini diterapkan merupakan pengaturan hasil yang statis setiap
tahunnya dan ditetapkan dalam jangka waktu tertentu. Namun tegakan hutan di
lapangan saat ini mengalami perubahan setiap waktunya karena adanya faktor
eksternal seperti campur tangan dari pihak luar dan faktor internal seperti
mortalitas, sehingga pengaturan hasil yang statis ini memerlukan pengkajian ulang
karena adanya perubahan tersebut. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan
pemodelan simulasi dengan pengaturan hasil konvesional untuk mengetahui
metode pengaturan hasil hutan yang sesuai dengan kondisi areal PT Wijaya
Sentosa.
.
Perumusan Masalah
Pengeolaan hutan produksi lestari ditandai dengan pengelolaan hutan yang
mementingkan kelestarian ekonomi, kelesarian ekologi, dan kelestarian sosial.
Tujuan utama dari pengusahaan hutan adalah untuk menghasilkan kayu dengan
mencari keuntungan yang sebesar- besarnya dengan pengelolaan hutan lestari oleh
karena itu perusahaan harus menemukan alternatif pengaturan hasil hutan yang
sesuai dengan kondisi hutan setempat dalam melakukan kegiatan pengelolaan
hutan di hutan alam IUPHHK- HA PT Wijaya Sentosa Kabupaten Teluk
Wondama, Provinsi Papua Barat.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membuat model simulasi pengelolaan hasil hutan
kayu dengan berbagai skenario untuk memperoleh model pengaturan hasil yang
lestari serta mengetahui besar pendapatan perusahaan di IUPHHK- HA PT Wijaya
Sentosa Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.
Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah memperoleh gambaran
tentang pengelolaan hutan yang sesuai serta memberikan informasi mengenai
pengaturan hasil sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penentuan pengaturan hasil hutan di IUPHHK- HA PT Wijaya Sentosa Kabupaten
Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK- HA PT Wijaya Sentosa Kabupaten
Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat pada bulan Febuari- April 2015.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan berupa data sekunder yang meliputi: data hasil
pengukuran PUP 2010-2012, dokumen RKUPHHK, dokumen RKTPHHK 2013,
dan dokumen Rencana Operasional (RO).

Prosedur Analisis Data
Menurut Purnomo (2012) pembuatan model sistem terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Identifikasi isu bertujuan mengetahui manfaat dilakukannya pemodelan,
setelah melakukkan identifikasi isu kemudian ditetapkan tujuan dan batasan
dilakukannya pemodelan seperti batasan isu, batasan ruang, dan batasan
waktu.

3

2. Formulasi Model Konseptual
Tahapan ini bertujuan memberikan pemahaman tentang konsep dan
tujuan tentang model yang akan dianalisis. Pada tahapan ini dilakukan
penyusunan model yang saling berhubungan.
3. Model Kuantitatif
Tahap spesifikasi model, komponen-komponen yang ada pada model
tersusun dan saling terhubung satu sama lain. Hubungan antar komponen
yang ada disusun dengan persamaan matematik yang disusun berdasarkan
data yang ada.
4. Evaluasi Model
Tahap evaluasi model merupakan tahap perbandingan hasil prediksi
model dengan data asli di dunia nyata dengan pengujian Khi Kuadrat (x 2).
Pengujian Khi Kuadrat (x2) dilakukan dengan persamaan:
X2 hitung = ∑

� ����−�

� ����

2

Keterangan:
Ynyata
= data aktual
Ymodel
= data dari simulasi model
Hipotesis uji:
H0: Ymodel = Ynyata
H1: Ymodel ≠ Ynyata
Kriteria uji:
X2 hitung < X2tabel maka terima H0
X2 hitung > X2tabel maka tolak H0

5. Penggunaan Model
Tahapan ini bertujuan menjawab pertanyaan pada awal membuat model
simulasi. Tahapan ini melibatkan perencanaan beberapa skenario penebangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Kemampuan hutan produksi di Indonesia dalam menghasilkan kayu
menunjukan penurunan serta dalam melakukan pengelolaan hutan belum
maksimal. Hal ini dikarenakan dalam melakukan pengelolaan hutan tingkat
pemanenan yang dilakukan melapaui ambang batas hutan untuk melakukan
regenerasi. Selain itu teknik pengaturan hasil hutan yang diterapkan tidak sesuai
dengan kondisi saat ini. Pentingnya dilakukan simulasi pengaturan hasil hutan
kayu dapat mengetahui besarnya kayu yang dipanen agar dapat menjamin
kelestarian hutan. Pengaturan hasil sendiri merupakan penentuan etat yang

4
didefinisikan sebagai besarnya luasan atau volume pohon yang dapat ditebang
setiap tahunnya selama jangka waktu pengusahaan hutan yang dilakukan untuk
menjamin kelestarian produksi dan sumberdaya (DEPHUT 1999). Batasan yang
digunakan dalam pemodelan sistem ini sebagai berikut:
1. Pengaturan hasil adalah penentuan pemanenan hasil hutan dalam rencana
pengelolaan hutan (FAO 1998).
2. Struktur tegakan adalah banyaknya pohon per satuan luas pada setiap kelas
diameternya.
3. Ingrowth adalah jumlah pohon yang masuk kedalam kelas diameter terkecil
selama periode waktu tertentu. Persamaan Ingrowth Dipterocarpaceae I=
11.8-0.275 LBDS, sedangkan persamaan Ingrowth Non Dipterocarpaceae I=
15.9-0.314 LBDS dimana LBDS merupakan luas bidang dasar (m2/ha)
(Labetubun 2004).
4. Upgrowth adalah jumlah pohon yang tetap hidup tetapi pindah ke kelas
diameter diatasnya selama periode terentu. Menurut Labetubun (2004)
persamaan Upgrowth Diterocarpaceae b= -0.0184 – 0.000975 LBDS +
0.00884 D – 0.0002553 D2 + 0.00000266 D3 sedangakan Non
Dipterocarpaceae b= -0.119 – 0.00054 LBDS + 0.0186 D + 0.000582 D2 +
0.000006 D3 , dimana D adalah diameter pohon (cm).
5. Mortality adalah banyaknya individu per hektar yang mati pada setiap fase
pertumbuhan atau kelas diameter tertentu dalam periode waktu tertentu.
Menurut Labetubun (2004) persamaan Mortality Dipterocarpaceae m= 0.06239 + 0.007659 D – 0.0002158 D2 + 0.000198 D3 dan Non
Dipterocarpaceae m= -0.04735 + 0.006734 D – 0.000211 D2 + 0.00000222
D3 , D adalah diameter pohon (cm).
6. Areal produktif adalah areal yang menghasilkan kayu produksi diluar dari
areal ekologi dan areal sosial.
Konseptualisasi Model
Model simulasi pengaturan hasil ini disusun oleh beberapa submodel yang
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam melakukan permodelan
satuan waktu yang digunakan antara lain:
1. Submodel dinamika struktur tegakan
2. Submodel alokasi lahan
3. Submodel finansial
Submodel dinamika struktur tegakan
Submodel ini menggambarkan dinamika struktur tegakan yang bisa
berubah karena adanya beberapa unsur seperti ingrowth, ugrowth, mortality serta
luas bidang dasar sehingga dapat diketahui berapa jumlah pohon per kelas
diameter pertahunnya. Submodel dinamika struktur tegakan dibagi menjadi
Submodel dinamika tegakan Dipterocarpaceace, Submodel dinamika tegakan Non
Dipterocarpaceae, dan Submodel dinamika tegakan total. Pengelompokan
submodel menjadi jenis Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae dilakukan
dengan pertimbangan ketersediaan data. Perubahan rotasi dan intensitas tebangan
dilakukan dalam submodel dinamika tegakan untuk mengetahui besaran jumlah
pohon per satuan luas dalam setiap skenario yang dibuat yaitu penebangan kelas

5
diameter >40 cm, >50 cm, dan >55 cm dengan menggunakan rotasi 20 tahun
intensitas tebangan 80%, rotasi 20 tahun intensitas tebangan 100%, rotasi 30
tahun intensitas tebangan 80%, rotasi 30 tahun intensitas 100%, rotasi 35 tahun
intensitas tebangan 80%, dan rotasi 35 tahun intensitas 100%. Submodel ini untuk
menjelaskan dinamika tegakan Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae
seperti terlihat pada Gambar 1, 2, dan 3.

Gambar 1 Submodel dinamika struktur tegakan Dipterocarpaceae

Gambar 2 Submodel dinamika struktur tegakan Non Dipterocarpaceae

6

Gambar 3 Submodel dinamika struktur tegakan total
Berdasarkan simulasi submodel ini jumlah pohon tiap kelas diameter
dipengaruhi oleh aliran jumlah pohon yang masuk ke kelas diameter selanjutnya
dan kematian akibat penebangan (efek tebangan) serta kematian alami (mort rate).
Besarnya unsur-unsur dinamika struktur tegakan dipengaruhi oleh luas bidang
dasar pohon per hektar. Data penelitian ini menunjukan bahwa besarnya ingrowth
dan upgrowth berbanding terbalik dengan luas bidang dasar yaitu semakin rapat
luas bidang dasar maka kemampuan pohon untuk tumbuh akan semakin kecil,
sebaliknya mortality akan semakin meningkat dengan semakin rapatnya luas
bidang dasar. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kompetisi individu
pohon untuk mendapatkan unsur hara dan keterbatasan cahaya.

Submodel Alokasi Lahan
Submodel ini menggambarkan sumber alokasi lahan poduksi. Luas areal
PT Wijaya Sentosa seluas ±130.755 ha terdiri dari Hutan Produksi (HP) 36.133 ha,
Hutan Produksi Terbatas seluas 89.944 ha , dan Hutan Produksi yang Dapat
Dikonversi seluas 4.678 ha. Pada submodel alokasi lahan dibagi menjadi tiga
berdasarkan fungsi lahan yaitu 112.654 ha kawasan produksi, 2.890 ha lahan
sosial ,dan 15.321 ha lahan ekologi. Realokasi yang dibuat pada ketiga fungsi
lahan dimaksudkan agar fungsi lahan yang ada besarnya selalu konstan sesuai
persamaan yang dibuat dalam penelitian ini.

7

Gambar 4 Submodel alokasi lahan

Submodel Finansial
Submodel ini menggambarkan pendapatan yang diterima oleh perusahaan.
Pendapatan perusahaan berasal dari hasil penjualan hasil hutan kayu selama
proses produksi dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
melakukan kegiatan produksi. Penerimaan perusahaan berasal dari volume kayu
yang dipanen dikalikan dengan harga kayu per meter kubiknya. Harga kayu yang
digunakan dalam simulasi ini menggunakan harga rata-rata di industri kayu jenis
Dipterocarpaceae dan Non Dipterocarpaceae sebesar Rp 750 000/m3. Pohon yang
dipanen merupakan pohon yang berasal dari kelas diameter >40 cm, > 50cm, dan
>55 cm sesuai dengan skenario yang dibuat. Sedangkan pengeluaran perusahaan
berasal dari biaya-biaya yang digunakan pada kegiatan pengelolaan hutan.
Submodel finansial dapat dilihat pada Gambar 5.

8

Gambar 5 Submodel finansial
Evaluasi Model
Tahapan ini dilakukan untuk mengevaluasi model dengan melihat
kewajaran model yang dibuat dan membandingkan hasil dari simulasi dengan
keadaan di lapangan. Submodel yang dievaluasi adalah submodel dinamika
struktur tegakan. Adapun struktur tegakan jenis Dipterocarpaceae dan Non
Dipterocarpaceae setelah dilakukan simulasi sebagai berikut:

Jumlah pohon
per ha

100
80
60
40
20
0
-20 0

2010

10

20

30

40

50

60

Diameter (cm)
2020

2030

2040

2050

Gambar 6 Struktur tegakan Diterocarpaceae

70

9

Jumlah pohon
per ha

200
150
100
50
0
0

10

20

30

40

50

60

70

Diameter (cm)
2010

2020

2030

2040

2050

Gambar 7 Struktur tegakan Non Dipterocarpaceae
Struktur tegakan yang berbentuk huruf J terbalik dapat dikatakan wajar
seperti dikatakan Davis (1966) yaitu distribusi diameter pada hutan alam akan
membentuk huruf J terbalik karena terjadi penurunan jumlah dari kelas diameter
kecil pada batas tertentu dan akan mengalami kenaikan sampai batas tertentu. Hal
itu disebabkan pada saat tertentu luas bidang dasar tegakan akan mengalami
peningkatan atau semakin rapat hal ini mengakibatkan mortalitas meningkat.
Selain itu pohon yang masak tebang cenderung meningkat dan stabil. Hal itu
dianggap wajar karena pohon masak tebang akan menerima masukan dari kelas
diameter dibawahnya dan mortalitas seimbang maka pohon masak tebang
cenderung akan stabil.
Pengujian terhadap model juga dilakukan dengan pengujian Uji Khi-kuadrat,
berdasarkan hasil pengujian seperti terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, menunjukan
bahwa dengan selang kepercayaan 99% memberikan hasil simulasi sama dengan
keadaan sebenarnya di lapangan sehingga model ini dapat digunakan untuk
menduga struktur tegakan di areal pengusahaan hutan pada masa yang akan
datang.
Tabel 1 Perbandingan struktur tegakan Dipterocarpaceae hasil simulasi dengan
keadaan sebenarnya
Tahun Kondisi
2011
2012

Aktual
Model
Aktual
Model

Kelas diameter (cm)
10-19

20-29

30-39

40-49

50-54

55up

20
23
18
27

13
15
13
14

7
8
7
8

5
4
5
4

2
4
2
4

2
4
2
4

Diketahui: X2 tabel = 9.21

X2
hitung

Kriteria

1,83

Terima
H0

4,52

Terima
H0

10
Tabel 2 Perbandingan struktur tegakan Non Dipterocarpaceae hasil simulasi
dengan keadaan sebenarnya
Tahun

2011
2012

Kondisi

Kelas diameter (cm)
20-29 30-39 40-49 50-54
94
38
14
2

Aktual

10-19
139

Model

153

93

41

17

8

18

Aktual
Model

126

84

36

15

8

16

154

90

43

18

8

17

X2
hitung

55up
18

Kriteria

6,92

Terima
H0

7,57

Terima
H0

Diketahui: X2 tabel = 9.21

Penggunaan Model
Model dinamika sistem pada tahapan ini digunakan untuk menentukan
skenario penebangan yang lestari seperti menentukan intenstitas tebang, limit
diameter, dan siklus tebang. Proyeksi waktu yang digunakan dalam simulasi
adalah 110 tahun. Penebangan dilakukan pada siklus tebang yang diujikan adalah
20 tahun, 30 tahun, dan 35 tahun dengan kelas diameter penebangan >40 cm, >50
cm, dan >55 cm. Pemilihan kelas diameter tebang diameter >40 cm, dan >50 cm
berdasarkan sistem silvikultur TPTI sedangkan kelas tebang diameter >55 cm
berdasarkan keadaan nyata dilapangan. Pengujian skenario berbagai siklus tebang
dilakukan untuk mengetahui siklus tebang yang tepat dan lestari. Penebangan
dilakukan pada pohon masak tebang jenis Diperocarpaceae dan Non
dipterocarpaceae dengan intensitas penebangan 80% dan 100%. Proyeksi jumlah
pohon masak tebang per hektar dapat dilihat pada Gambar 8 berikut:

(a)

(b)

(c)

(c)

(d)

11

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

(j)

(k)

(l)

(k)

(l)

Gambar 8 Proyeksi penebangan: (a) Siklus tebang Dipterocarpaceae 20 tahun
intensitas 80% (b) Siklus tebang Non Dipterocarpaceae 20 tahun
intensitas 80% (c) Siklus tebang Dipterocarpaceae 30 tahun intensitas
80% (d) Siklus tebang Non Dipterocarpaceae 30 tahun intensitas 80%
(e) Siklus tebang Dipterocarpaceae 35 tahun intensitas 80% (f) Siklus
tebang Non Dipterocarpaceae 35 tahun intensitas 80% (g) Siklus
tebang Dipterocarpaceae 20 tahun intensitas 100% (h) Siklus tebang

12
Non Dipterocarpaceae 20 tahun intensitas 100% (i) Siklus tebang
Dipterocarpaceae 30 tahun intensitas 100% (j) Siklus tebang Non
Dipterocarpaceae 30 tahun intensitas 100% (k) Siklus tebang
Dipterocarpaceae 35 tahun intensitas 100% (l) Siklus tebang Non
Dipterocarpaceae 35 tahun intensitas 100%
Keterangan :D4049 (kelas diameter 40-49 cm jenis Dipterocarpaceae), D5054
(kelas diameter 50-54 cm jenis Dipterocarpaceae), D55up (kelas
diameter 55 cm up jenis Dipterocarpaceae), ND4049 (kelas diameter
40-49 cm jenis Non Dipterocarpaceae), ND5054 (kelas diameter 5054 cm jenis Non Dipterocarpaceae), ND55up (kelas diameter 55 cm
up jenis Non Dipterocarpaceae)
Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa proyeksi penebangan
konvesional menghasilkan rata-rata pohon yang stabil. Pengaturan hasil dengan
siklus tebang 30 tahun dan 35 tahun memiliki rentang jeda antar penebangan yang
relatif panjang sehingga dapat mendukung regenerasi tegakan dengan baik agar
menghasilkan hutan yang lestari dan jumlah pohon masak tebangnya lebih besar
dibandingkan dengan siklus tebang 20 tahun. Penggunaan intensitas tebang 80%
menghasilkan sisa tegakan disetiap penebangan sedangkan intensitas 100% tidak
menyisakan pohon masak tebang disetiap penebangan. Hal tersebut menyebabkan
jumlah pohon tebang pada intensitas 100% lebih banyak dari pada intensitas 80%
dapat dilihat pada Tabel 3 sampai Tabel 8.
Tabel 3 Masak tebang penebangan diameter >40 cm pada intensitas tebang 80%
Siklus
tebang
20 tahun

30 tahun

35 tahun

Tahun
ke

ND
(N/ha)

20
40
60
80
100
30
60
90
35
70
105

53
50
48
46
45
46
59
55
61
58
53

D
(N/ha)
11
15
23
29
30
8
17
30
13
27
36

Masak tebang
(N/ha)

Tebangan
(N/ha)

Sisa
(N/ha)

64
65
71
75
75
54
76
85
74
85
89

51
52
57
60
60
37
61
68
59
68
71

13
13
14
15
15
17
15
17
15
17
18

13
Tabel 4 Masak Tebang penebangan diameter >40 cm pada intensitas tebang 100%
Siklus tebang

Tahun ke

ND
(N/ha)

D
(N/ha)

Masak tebang
(N/ha)

20
40
60
80
100
30
60
90
120
35
70
105

53
47
45
44
43
46
58
54
51
59
56
53

21
13
23
28
29
23
17
30
34
20
27
35

74
60
68
72
72
69
75
84
85
79
83
88

20 tahun

30 tahun

35 tahun

Tabel 5 Masak tebang penebangan diameter > 50 cm pada intensitas tebang 80%
Siklus tebang

20 tahun

30 tahun

35 tahun

Tahun ke

ND
D
(N/ha) (N/ha)

20
40
60
80
100
30
60
90
35
70
105

24
21
20
19
19
27
26
24
27
28
26

9
7
11
14
15
9
16
19
10
14
20

Masak tebang
(N/ha)
33
28
31
33
34
36
42
43
37
42
46

Tebangan Sisa
(N/ha)
(N/ha)
26
22
25
26
27
29
33
34
30
34
36

7
6
6
7
7
7
9
9
7
8
10

Tabel 6 Masak tebang penebangan diameter >50 cm pada intensitas tebang 100%
Siklus tebang

20 tahun

30 tahun

35 tahun

Tahun ke

ND
(N/ha)

D
(N/ha)

Masak tebang
(N/ha)

20
40
60
80
100
30
60
90
35
70
105

24
19
18
18
17
27
25
23
27
27
25

9
6
10
13
13
8
16
18
10
14
20

33
25
28
31
30
35
41
41
37
41
45

14
Tabel 7 Masak tebang penebangan diameter >55 cm pada intensitas tebang 80%
Siklus tebang

20 tahun

30 tahun

35 tahun

Tahun ke

ND
D
(N/ha) (N/ha)

20
40
60
80
100
30
60
90
35
70
105

15
10
9
9
9
14
13
12
6
8
11

5
4
5
7
7
5
8
10
15
15
14

Masak tebang
(N/ha)
20
14
14
16
16
19
21
22
21
23
25

Tebangan Sisa
(N/ha)
(N/ha)
16
11
11
12
13
15
18
18
17
18
20

4
3
3
4
3
4
3
4
4
5
5

Tabel 8 Masak tebang penebangan diameter >55 cm pada intensitas tebang 100%
Siklus tebang

20 tahun

30 tahun

35 tahun

Tahun ke

ND
(N/ha)

D
(N/ha)

Masak tebang
(N/ha)

20
40
60
80
100
30
60
90
35
70
105

15
8
7
7
7
13
12
11
15
14
13

5
3
4
5
6
4
8
9
6
8
11

20
11
11
12
13
17
20
20
21
22
24

Ket: D (Dipterocarpaceae), ND (Non Dipeterocarpaceae)

Simulasi juga dilakukan untuk melihat perbandingan pendapatan
perusahan berdasarkan beberapa skenario yang dibuat dengan membedakan rotasi
dan intensitas tebangnya. Perbandingan pendapatan perusahaan dapat dilihat pada
Tabel 9, Tabel 10, dan Tabel 11 berikut.
Tabel 9 Perbandingan pendapatan perusahaan penebangan diameter >40 cm
Siklus tebang
20 tahun
30 tahun
35 tahun

Pendapatan per tahun (Rp)
Intensitas tebang 80%
Intenstas tebang 100%
40 377 538 150
58 402 478 430
64 037 627 150

60 933 737 370
76 786 608 220
84 695 891 900

15

Tabel 10 Perbandingan pendapatan perusahaan penebangan diameter >50 cm
Siklus tebang
20 tahun
30 tahun
35 tahun

Pendapatan per tahun (Rp)
Intensitas tebang 80%
Intenstas tebang 100%
18 782 549 740
24 198 144 160
28 067 256 830
38 688 384 830
33 121 084 250
45 826 881 060

Tabel 11 Perbandingan pendapatan perusahaan penebangan diameter >55 cm
Siklus tebang
20 tahun
30 tahun
35 tahun

Pendapatan per tahun (Rp)
Intensitas tebang 80%
Intenstas tebang 100%
5 359 437 087
12 008 983 858
6 561 110 155
14 509 201 670
11 951 239 010
18 942 451 400

Berdasarkan perbandingan pendapatan perusahaan dapat dilihat bahwa
pendapatan perusahaan dalam simulasi yang dibuat menunjukan pendapat terbesar
pada siklus tebang 35 tahun dengan intensitas tebang 100% sebesar Rp 84 695
891 900 per tahun. Hal ini terjadi karena rotasi yang lama sehingga besarnya
tegakan saat penebangan jumlahnya cukup besar dibandingkan dengan skenario
yang lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil simulasi dengan beberapa skenario yang dibuat dapat
disimpulkan bahwa pengaturan hasil hutan kayu yang sesuai pada PT Wijaya
Sentosa yaitu pengaturan hasil konvesional rotasi 35 tahun dengan intensitas
tebang 80% karena memiliki rentang jeda penebangan yang lama sehingga jumlah
tegakan masak tebang yang tersedia lebih banyak serta penggunaan intensitas
tebangan 80% menyebabkan sisa tebangan setiap tahunnya sehingga membantu
pengelolaan hutan yang lestari dengan melakukan penebangan diameter >40 cm
sesuai sistem silvikultur TPTI sehingga berpengaruh terhadap besarnya
pendapatan perusahan yaitu sebesar Rp 64 037 627 150 per tahun.
Saran
Berdasarkan hasil dari pembuatan simulasi sebaiknya perusahaan
memanfaatkan hasil hutan kayu dengan melakukan penebangan mulai dari kelas
diameter >40 cm dengan intensitas tebangan 80% karena pendapatan perusahaan
jauh lebih besar dari pada hanya melakukan penebangan kayu diameter >55 cm.

16

DAFTAR PUSTAKA
Davis KP. 1966. Forest Management: Regulation and Valuation. USA:
McGrawHill Inc Book Company.
[Dephut] Departemen Kehutanan RI. 1999. Undang-Undang No. 41 tahun 1999
Tentang Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan, Jakarta.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1998. Guidelines for the management
of Tropical Forest, 1. The Production of Wood. FAO Forestry paper 135239 pages.
[HB] Heart of Borneo (ID). 2014. Pengelolaan Hutan Lestari. [Internet]. [diunduh
2014 Des 15]. Tersedia pada: http//heartofborneo.or.id/id/sustainabledevelopment/detail/8/pengelolaan-hutan-lestari-phl
[ITTO] International Tropical Timber Organization. 1992. ITTO Guideline for
The Sustainable Management of Natural Tropical Forest. ITTO Policy
Development Series 1.
Labetubun SM. 2004. Metode pengaturan hasil hutan tidak seumur melalui
pendekatan model dinamika sistem (Kasus Hutan Alam Bekas Tebangan)
[thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Osmaston, FC. 1968. The Management of Forst. GEORGE Allen and Unwin, Ltd.
London.
Purnomo H. 2012. Permodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber
Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.

17

LAMPIRAN

18

19

Lampiran 1 Persamaan dalam pemodelan (Equation)

20

Lampiran 1 Lanjutan

21

Lampiran 1 Lanjutan

22

23

Lampiran 1 Lanjutan

24
Lampiran 1 Lanjutan

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 3 Agustus 1993, merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Agus Priyono dan Umi Nadziroh.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri
Genteng pada tahun 2008, melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 1 Genteng sampai tahun 2011 dan pada tahun yang sama penulis
diterima di Departemen Manajemen Hutan Fakutas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor melalui jalur undangan.
Kegiatan praktik yang telah dilakukan penulis dibidang kehutanan yaitu
Magang Mandiri di Dinas Kehutanan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2012,
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Kamojang dan Sancang
Barat pada tahun 2013, Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGP) pada tahun 2014 serta pada tahun 2015 penulis mengikuti
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di areal IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa
Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat.
Penulis menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pemodelan Simulasi
Pengaturan Hasil Hutan Kayu di PT Wijaya Sentosa Papua Barat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dibawah bimbingan Dr Ir Budi Kuncahyo,
MS.