Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Dengan Metode Garis Transek (Line Intersect Method) Di Iuphhk-Ha Pt Wijaya Sentosa, Papua Barat

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN DENGAN METODE
GARIS TRANSEK (LINE INTERSECT METHOD)
DI IUPHHK-HA PT WIJAYA SENTOSA, PAPUA BARAT

SYARIFA NURFADILAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kuantifikasi Kayu Sisa
Penebangan dengan Metode Garis Transek (Line Intersect Method) di IUPHHKHA PT Wijaya Sentosa, Papua Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Syarifa Nurfadilah
NIM E14100045

ABSTRAK
SYARIFA NURFADILAH. Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan dengan Metode
Garis Transek (Line Intersect Method) di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa,
Papua Barat. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.
Kegiatan pemanenan kayu di hutan alam yang sudah berlangsung sampai
saat ini masih belum optimal. Kayu sisa penebangan yang dihasilkan dari kegiatan
pemanenan kayu kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Besarnya potensi
kayu yang belum dimanfaatkan jelas terlihat dari besarnya volume kayu sisa yang
ditinggalkan bila dibandingkan dengan potensi kayu yang dimanfaatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kuantitas kayu sisa di petak tebang dan
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas kayu sisa tersebut. Kayu
sisa yang diukur adalah semua jenis kayu sisa dengan diameter ≥ 10 cm yang
berpotongan dengan garis transek pada 15 plot contoh. Garis transek merupakan
metode yang digunakan dalam penelitian ini. Rata-rata luas plot contoh adalah
1.70 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume kayu sisa adalah

120.85 m3/ha dengan rata-rata panjang garis transek 814.8 m. Pada penelitian ini
faktor yang mempengaruhi kayu sisa yaitu intensitas penebangan dan kemiringan
lapangan dengan p-value < 0.05.
Kata kunci: hutan alam, kayu sisa, metode garis transek, pemanenan kayu

ABSTRACT
SYARIFA NURFADILAH. Quantification of Forest Residues using Line
Intersect Method at IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa, West Papua. Supervised by
AHMAD BUDIAMAN.
Logging activities in natural forest that had been used until now is not
optimal yet. The company paid less attention to forest residues of wood
harvesting. The amount of potential wood that is not used yet is visible from the
large volume of forest residues happen when compared to the wood used. This
study aims to calculate the quantity of forest residues in logging compartments
and analyze the factors that affect the quantity of the forest residues. Measured
residues are all kinds of forest residues which has diameter ≥ 10 cm intersected by
the line transect at 15 sample plots. Line transect method is the method that is
used in this study. The average of sample plot area is 1.70 ha. The results showed
that the average volume of forest residues is 120.85 m3/ha and the average length
of transect line is 814.8 m. In this study the factors that affect the forest residues

are the intensity of wood harvesting and the slope of the field with p-value < 0.05.
Keywords: forest residues, line intersect method, natural forest, wood harvesting

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN DENGAN METODE
GARIS TRANSEK (LINE INTERSECT METHOD)
DI IUPHHK-HA PT WIJAYA SENTOSA, PAPUA BARAT

SYARIFA NURFADILAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini
adalah Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan dengan Metode Garis Transek (Line
Intersect Method) di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa, Papua Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahmad Budiaman,
MscFTrop selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan.
Disamping itu, penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
staf PT Wijaya Sentosa, Papua Barat dan semua rekan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ibu, Bapak, serta seluruh Keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya. Serta salam hormat kepada keluarga besar Rimbawan Pecinta
Alam (RIMPALA) Fakultas Kehutanan IPB atas dukungan dan semangatnya yang
tidak pernah putus.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Syarifa Nurfadilah


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Bahan

2

Alat

2


Jenis Data

2

Prosedur Penelitian

2

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6


Struktur Plot Contoh

7

Kayu Sisa

7

SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

12


DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5


Kemiringan lapangan plot contoh
Jumlah kayu sisa berdasarkan kelas diameter
Volume kayu sisa dan kayu yang dimanfaatkan di petak tebang AZ 28
Analisis ragam variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat
Nilai t hitung dan probabilitas setiap variabel bebas terhadap variabel
terikat
6 Volume kayu sisa berdasarkan kemiringan lapangan
7 Volume kayu sisa berdasarkan intensitas penebangan

7
8
9
10
10
11
11

DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk dan ukuran plot contoh penelitian
2 Peletakan garis transek pada plot contoh

3 Kayu sisa yang berpotongan dengan garis transek

3
3
4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah kayu sisa berdasarkan kelas diameter pada masing-masing plot
2 Volume kayu sisa di petak tebang AZ 28
3 Karakteristik masing-masing plot

14
15
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan kayu merupakan salah satu kegiatan pengelolaan hutan.
Kegiatan pemanenan kayu dapat menimbulkan beberapa masalah lingkungan,
diantaranya adalah terjadinya kayu sisa penebangan pohon yang besar. Budiaman
(2000) melaporkan bahwa total kayu sisa penebangan di hutan alam relatif masih
tinggi, yaitu sekitar 40%. Kayu sisa penebangan pohon di hutan alam Indonesia
kurang mendapat perhatian dan ditinggalkan di lapangan karena tidak sesuai
dengan kualitas kayu yang dibutuhkan oleh perusahaan dan memiliki nilai
ekonomis yang rendah.
Terdapat dua metode penghitungan volume kayu sisa yaitu metode pohon
penuh (Whole Tree Method) dan metode garis transek (Line Intersect Method).
Metode penelitian kayu sisa yang sering digunakan adalah metode pohon penuh
(Whole Tree Method). Metode ini menghitung volume kayu sisa yang disebabkan
oleh individu pohon yang ditebang saja. Sementara volume total kayu sisa di
hutan termasuk kayu sisa yang dihasilkan dari pohon lain yang rusak akibat pohon
yang ditebang tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan. Metode garis transek
(Line Intersect Method) adalah metode yang cukup efektif dan dapat mewakili
data jumlah kayu sisa di lapangan karena metode ini tidak hanya menghitung pula
volume kayu sisa yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang saja,
namun menghitung volume dari semua kayu sisa yang ditinggalkan di lapangan
pada luasan tertentu.
Penelitian kayu sisa akibat penebangan pohon dengan metode garis transek
masih jarang digunakan sebelumnya di hutan alam Indonesia. Penelitian dengan
metode ini di hutan tropis pertama kali dilakukan di hutan Pelagat Malaysia. Hasil
penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa volume kayu sisa yang dihasilkan
akibat pemanenan hutan alam tropis mencapai dua kali lipat volume kayu yang
dimanfaatkan atau dikeluarkan dari petak tebang (Howard dan Ward 1972).
Potensi kayu sisa yang ditinggalkan di petak tebang cukup besar dibandingkan
dengan potensi kayu bulat yang dimanfaatkan oleh perusahaan dan masih
sedikitnya pengusaha atau industri yang memaanfaatkan kayu sisa penebangan,
sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kayu sisa dalam rangka meningkatkan
efisiensi pemanfaatan kayu.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung volume kayu sisa di petak tebang
dan menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap volume kayu sisa yang
dihasilkan akibat penebangan pohon.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan
mengenai kuantitas kayu sisa di petak tebang hutan alam sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam perbaikan teknis pemanfataan kayu.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di petak AZ 28 Rencana Kerja Tahunan (RKT)
2014, IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa, Kabupaten Teluk Wondama, Papua
Barat pada bulan Mei 2014 – Juni 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kayu sisa penebangan
dengan diameter ≥ 10 cm beserta tunggak yang terdapat di plot contoh. Alat yang
digunakan adalah GPS, kompas, clinometer, meteran gulung, pita ukur, tali
tambang plastik, galah, golok, cat, tally sheet, alat tulis.
Prosedur Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini meliputi diameter dan tinggi pohon pusat,
diameter kayu sisa ≥ 10 cm, diameter dan jumlah tunggak yang dihitung pada
setiap plot contoh, dan data kemiringan lapangan. Data sekunder meliputi data
hasil Laporan Hasil Cruising (LHC) petak AZ 28 RKT 2014 IUPHHK-HA PT
Wijaya Sentosa beserta kondisi umum perusahaan berdasarkan pada Rencana
Kerja Usaha (RKU).
Bentuk dan Ukuran Plot Contoh
Plot contoh yang digunakan dalam penghitungan volume kayu sisa adalah
plot berbentuk lingkaran dengan panjang jari-jari dua kali tinggi total pohon pusat
atau dikenal dengan variable radius circular plot (plot lingkaran dengan ukuran
jari-jari tidak tetap). Plot berbentuk lingkaran dipilih karena memiliki tingkat
kesalahan yang tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan plot berbentuk
persegi (Simon 2007). Penentuan ukuran plot yang dinamis ini diadopsi dari zona
berbahaya pada kegiatan penebangan, yaitu sebesar dua kali tinggi total pohon
yang ditebang. Bentuk dan ukuran plot contoh disajikan pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Bentuk dan ukuran plot contoh penelitian
Keterangan :
r
= 2 x tinggi total pohon pusat

= pohon pusat
Jumlah Plot
Jumlah plot ditentukan berdasarkan sebaran diameter yang didapat dari
LHC petak AZ 28 RKT 2014 IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa. Mengacu pada
rumus (Cochran 1997):
n0 =
Keterangan :
n0
t(α/2,dbf)
sy
SE
ў

= jumlah plot contoh
= nilai tabel t-student (biasanya dianggap = 2)
= simpangan baku contoh
= sampling error maksimum (%)
= rata-rata contoh

Berdasarkan LHC petak AZ 28 RKT 2014 IUPHHK-HA PT Wijaya
Sentosa, diperoleh bahwa nilai rata-rata diameter pohon yang akan ditebang
sebesar 60.94 cm, dengan simpangan baku 11.46. SE yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 10 %, sehingga diperoleh jumlah pohon contoh sebanyak 15
pohon (hasil pembulatan). Kemudian masing-masing pohon contoh tersebut
digunakan sebagai pohon pusat pada setiap plot contoh.
Metode Garis Transek
Pengumpulan data primer volume kayu sisa penebangan dilakukan dengan
menggunakan metode garis transek (line intersect method), yaitu suatu metode
garis tanpa lebar untuk mengukur total volume kayu sisa penebangan yang
tertinggal di hutan. Garis transek diletakkan secara sistematik pada plot contoh
yang terdapat di lapangan. Diawali dengan membuat garis transek pertama dengan
jarak 20 m dari titik 180o batas luar plot, garis kontinyu ke arah 0o dengan jarak
interval masing-masing sebesar 20 m. Peletakan garis transek di setiap plot
disajikan pada Gambar 2.

4

garis 5
garis 4
garis 3
garis 2
garis 1

Gambar 2 Peletakan garis transek pada plot contoh
Keterangan :
U
= utara
S
= selatan
X
= garis transek
Y
= pohon pusat
Pengukuran Kayu Sisa
Kayu sisa yang diukur adalah semua jenis kayu sisa baik kayu sisa yang
berasal dari pohon ditebang maupun pohon rusak akibat pohon ditebang, kayu sisa
berupa patah, pecah, tercabut seratnya sampai batas cabang. Begitu juga dengan
kayu sisa yang tergantung di atas garis, diameternya dapat diperkirakan (Warren
dan Olsen 1966 dalam Forestry Departement of Peninsular Malaysia 1999). Data
yang diambil adalah panjang diameter kayu sisa dengan batasan panjang diameter
≥ 10 cm yang berpotongan dengan garis transek di lapangan (Gambar 3). Data
diambil setelah kegiatan pemanenan kayu selesai.

garis transek
kayu sisa

diameter kayu sisa yang berpotongan dengan
garis transek

Gambar 3 Kayu sisa yang berpotongan dengan garis transek
Seluruh diameter kayu sisa selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas
diameter kayu sisa yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Supangat
1997):
Keterangan :
P
= panjang kelas
R
= Xmax - Xmin
B
= banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n

5
Prosedur Analisis Data
Perhitungan Volume
Penghitungan volume kayu sisa menggunakan data diameter kayu sisa yang
memotong garis transek serta akumulasi panjang garis transek dengan
menggunakan rumus dasar dari Van Wagner (1968) dalam Howard dan Ward
(1972), yaitu:

Rumus dasar tersebut masih dalam satuan british, maka untuk menentukan
volume kayu sisa persatuan luas, rumus tersebut dikonversikan ke dalam satuan
ft3/acre.

Keterangan:
V
= volume per unit area (ft3/acre)
d
= diameter kayu sisa pada titik yang berpotongan (inchi);
1 inchi = 2,54 cm
L
= panjang garis contoh (feet); 1 feet = 0.3048 m
Selanjutnya volume kayu sisa dalam ft3/acre tersebut dikonversikan ke
dalam satuan m3/ha.

Keterangan :
V
= volume per unit area (m3/ha)
1 ft3 = 0.0283 m3
1 acre = 0.405 ha

Analisis hubungan faktor yang berpengaruh terhadap volume kayu sisa
akibat kegiatan penebangan
Untuk mengetahui pengaruh faktor yang berpengaruh terhadap volume kayu
sisa maka dilakukan analisis regresi linier berganda dengan beberapa variabel
yaitu Luas Bidang Dasar (LBDS) pohon yang ditebang, intensitas penebangan,
dan kemiringan lapangan.
Klasifikasi intensitas penebangan mengacu pada Budiarta 2001 yang
menyatakan intensitas penebangan dikualifikasikan dalam tiga intensitas
penebangan sebagai berikut:
1. Intensitas rendah : Jumlah pohon yang ditebang dalam plot contoh ≤ 5
pohon/ha
2. Intensitas sedang : Jumlah pohon yang ditebang dalam plot contoh 6 - 9

6
3. Intensitas tinggi : Jumlah pohon yang ditebang dalam plot contoh ≥ 10
pohon/ha
Untuk mengetahui hubungan ketiga faktor terhadap volume kayu sisa maka
dilakukan analisis regresi liner berganda dengan menggunakan aplikasi Minitab16
pada tingkat kepercayaan 95 % atau pada taraf nyata ( ) 0.05. Pengujian yang
dilakukan untuk mencari besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat secara simultan atau bersama-sama (uji R2), uji koefisien regresi secara
bersama-sama (uji F), dan uji koefisien regresi secara parsial (uji t) dengan
menggunakan aplikasi Minitab16. Selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan persamaan regresi linier berganda berikut (Walpole 1995):
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan:
Y
b0, b1, b2, b3
X1
X2
X3

= volume kayu sisa (m3/ha)
= koefisien regresi
= LBDS pohon yang ditebang (m²/ha)
= intensitas penebangan (pohon/ha)
= rata-rata kemiringan lapangan (%)

Hipotesis:
Pada uji F, jika p-value < nilai probabilitas 0.05, maka semua variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya,
jika p-value > nilai probabilitas 0.05, maka semua variabel bebas secara bersamasama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Pada uji t, jika p-value < nilai probabilitas 0.05, maka variabel bebas secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika p-value
> nilai probabilitas 0.05, maka variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan letak geografis, IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa terletak pada
koordinat 3º 35’ - 3º 11’ LS dan 134º 16’ - 134º 11’ BT. Menurut wilayah
administrasi, areal IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa sebagian besar termasuk ke
dalam wilayah Distrik Wasior Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.
Berdasarkan administrasi pemangkuan hutan termasuk dalam wilayah Dinas
Kehutanan Kabupaten Teluk Wondama, Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat.
Luas areal PT Wijaya Sentosa sebesar ± 130 755 ha dengan Hutan Produksi seluas
36 133 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 89 944 ha, dan Hutan Produksi yang
Dapat Dikonversi seluas 4 678 ha. Vegetasi didominasi oleh hutan sekunder
seluas 67 301 ha (51,47 %) dan hutan primer seluas 45 788 ha (35,02 %).
Berdasarkan hasil IHMB 2012, potensi tegakan rata-rata per hektar seluruh jenis
pada diameter 50 cm ke atas sebesar ± 17.49 pohon/ha dengan volume ± 72.72

7
m3/ha. Pada diameter 40 cm ke atas sebesar 28.63 pohon/ha dengan volume 89.44
m3/ha. Kondisi topografi areal kerja bervariasi dari datar sampai curam, dengan
ketinggian tempat antara 0 – 1 113 mdpl. Kelas kemiringan sebagian besar areal
kerja PT Wijaya Sentosa adalah agak curam dengan persentase sebesar 34 % dan
mempunyai kelas kemiringan lapangan curam dengan persentase 29 %.
Berdasarkan data iklim stasiun pencatat Wasior, curah hujan rata-rata untuk
wilayah PT Wijaya Sentosa sebesar 3 080 mm pertahun dengan jumlah hari hujan
181 hari. Rata-rata hari hujan bulanan sebesar 15.08 hari dengan rata-rata curah
hujan bulanan sebesar 256.6 mm.
Statistik Plot Contoh
Luas dan Kemiringan Lapangan Plot Contoh
Total luas plot contoh dalam penelitian ini yaitu 25.50 ha dari total luas
petak AZ 28 yaitu 100 ha, sehingga data plot contoh mewakili ± ¼ luas petak.
Rata-rata luas plot contoh yaitu 1.70 ha dengan luas plot terbesar 2.77 ha dan luas
plot terkecil 0.92 ha.
Dalam penelitian ini, persentase kemiringan lapangan tertinggi adalah
kategori datar sebesar 45.64 %. Namun secara garis besar kondisi plot contoh
mencakup kemiringan lapangan dari kategori datar sampai sangat curam seperti
dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kemiringan lapangan plot contoh
Kelas kemiringan lapangan
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam

Interval Kemiringan (%)
0–8
8 – 15
15 – 25
25 – 40
> 40

Persentase (%)
45.64
16.28
23.88
14.63
4.55

Panjang Garis Transek
Semakin luas plot contoh maka semakin panjang garis transek yang dibuat
dalam plot contoh tersebut. Total panjang garis transek pada penelitian ini 12 222
m dengan rata-rata panjang garis tiap plotnya 814.8 m per plot.
Kayu Sisa
Jumlah dan Ukuran Kayu Sisa
Kayu sisa penebangan merupakan batang atau bagian pohon yang belum
atau tidak dimanfaatkan oleh pola pemanfaatan kayu dan dibiarkan dalam hutan
setelah kegiatan penebangan selesai dilakukan. Kayu sisa yang diukur di petak
tebang terdiri atas berbagai jenis kayu, bentuk, dan ukuran. Pada Tabel 2 dapat
dilihat bahwa semakin tinggi kelas diameter, jumlah kayu sisa semakin sedikit.
Hal ini disebabkan karena pohon yang ditebang akan menyisakan kayu bulat
dengan diameter kecil dalam jumlah banyak.

8
Tabel 2 Jumlah kayu sisa berdasarkan kelas diameter
Kelas diameter (cm)
10.00 – 18.87
18.88 – 27.75
27.76 – 36.63
36.64 – 45.51
45.52 – 54.39
54.40 – 63.27
63.28 – 72.15
72.16 – 81.03
81.04 – 89.91
89.92 – 98.79
98.80 – 107.67
107.68 – 116.55
Total

Jumlah Kayu Sisa
(batang)
1022
352
183
96
60
18
13
10
4
3
1
2
1764

Persentase (%)
57.94
19.95
10.37
5.40
3.40
1.02
0.74
0.57
0.23
0.17
0.06
0.11
100

Akumulasi jumlah kayu sisa dengan kelas diameter ≤ 36.63 mempunyai
persentase yang cukup besar yakni 88.26 %. Bentuk kayu sisa dengan ukuran ini
terdiri atas cabang dan ranting yang sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi
bahan baku papan partikel (chipboard). Akumulasi jumlah kayu sisa dengan kelas
diameter ≥ 36.64 cm memiliki persentase sebesar 11.74 %. Kayu sisa dengan
ukuran ini masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan penghara industri sawmill.
Kayu sisa tersebut tidak dimanfaatkan oleh perusahaan karena tidak memenuhi
kriteria kayu bulat yang dimanfaatkan oleh perusahaan, meskipun berdasarkan
PP.No.8/Menhut-II/2009 kayu dengan diameter 30 cm sampai dengan 49 cm
merupakan kayu bulat yang laku dipasaran. Budiaman (2000) menyatakan bahwa
43 % dari limbah pemanenan di hutan alam dapat dimanfaatkan untuk bahan baku
produk lanjutan dan 44 % diantaranya digunakan sebagai bahan baku kayu
gergajian, core veneer, dan chip. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kayu
sisa yang ditinggalkan di petak tebang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan
untuk tujuan pemanfaatan tertentu.
Volume Kayu Sisa
Volume kayu sisa yang terdapat pada keseluruhan plot contoh di petak
tebang AZ 28 RKT 2014 di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa mencapai 114.37
m3/ha. Lokasi penelitian yang berbeda akan menghasilkan kayu sisa yang berbeda
pula. Volume kayu sisa pada penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan
penelitian yang terjadi di PT Inhutani II Malinau (Reza 2014), yang mana
besarnya mencapai 135.96 m3/ha. Volume kayu sisa di petak tebang AZ 28
selengkapnya disajikan dalam Lampiran 2.

9
Tabel 3 Volume kayu sisa dan kayu yang dimanfaatkan di petak tebang AZ 28
Volume kayu yang dimanfaatkan
Volume kayu sisa
Perbandingan kayu sisa dengan volume
kayu yang dimanfaatkan
*)

33.57 m3/ha *)
114.37 m3/ha
3.4 : 1

Sumber : Data realisasi penebangan petak AZ 28

Tabel 3 menyajikan volume kayu yang dimanfaatkan dan kayu sisa di petak
penelitian. Pada Tabel 3 diperoleh bahwa volume kayu sisa yang ditinggalkan di
petak tebang mencapai 3.4 kali dari total volume kayu yang dimanfaatkan.
Proporsi kayu sisa ini adalah kayu sisa yang berasal dari pohon yang ditebang dan
pohon lain yang rusak akibat penebangan. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan
dengan penelitian di Hutan Pelagat Malaysia yang menujukkan proporsi kayu sisa
2.2 kali dari volume kayu yang dimanfaatkan (Forestry Departement of
Peninsular Malaysia 1999). Hal ini dapat dijelaskan bahwa volume kayu sisa di
petak tebang di hutan alam adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan volume
kayu yang dikeluarkan dari petak tebang.
Analisis Hubungan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Kayu Sisa
Kayu sisa yang terjadi di plot contoh pada petak tebang AZ 28 diduga
disebabkan oleh beberapa factor, seperti teknis penebangan, intensitas penebangan,
kemiringan lapangan. Simarmata dan Haryono (1986) menyatakan bahwa
terjadinya kayu sisa dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain topografi,
kerapatan tegakan, keterampilan penebangan dan operator traktor, serta kebutuhan
kayu.
Berdasarkan data variabel bebas yaitu LBDS, intensitas penebangan, dan
kemiringan lapangan terhadap volume kayu sisa sebagai variabel terikat
dijelaskan pada persamaan sebagai berikut.
Y = - 41.7 - 8.14 X1 + 10.8 X2 + 7.42 X3
Keterangan : Y = volume kayu sisa (m3/ha)
X1 = LBDS (m2)
X2 = intensitas penebangan (pohon/ha)
X3 = kemiringan lapangan
Persamaan regresi linear berganda di atas cukup menjelaskan kenyataan di
lapangan dengan R2 sebesar 60.4 %, sedangkan persentase sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain. Pada persamaan di atas disebutkan bahwa terdapat korelasi
negatif antara volume kayu sisa dengan LBDS yang mana menyatakan bahwa
semakin besar LBDS maka volume kayu sisa semakin kecil. Hal ini kemungkinan
besar dipengaruhi oleh teknis pemanfaatan kayu yang dilakukan oleh tenaga kerja
sesuai dengan kebijakan perusahaan yang memanfaatkan kayu bulat dengan
panjang semaksimal mungkin. Sehingga pohon berdiameter besar dapat
menyisakan kayu sisa lebih sedikit dibandingkan pohon berdiameter kecil yang
mempunyai percabangan. Selain itu, korelasi tersebut juga dapat disebabkan oleh
bentuk arsitektur pohon dimana luas tajuk juga mempengaruhi volume kayu sisa
dari pohon tersebut. Intensitas penebangan dan kemiringan lapangan

10
menunjukkan korelasi positif yang menyatakan bahwa semakin besar intensitas
penebangan maka volume kayu sisa semakin besar, begitu pula semakin besar
kemiringan lapangan maka volume kayu sisa semakin besar.
Selanjutnya untuk menguji kelayakan persamaan regresi linear berganda
tersebut dilakukan analisis sidik ragam (Analysis of Variance) pada tingkat
kepercayaan 95 % atau pada taraf nyata ( ) 0.05. Hasil analisis sidik ragam pada
Tabel 4 menunjukkan signifikansi f (p-value) sebesar 0,01 yang berarti bahwa
persamaan ini signifikan untuk digunakan.
Tabel 4 Analisis ragam variabel-variabel bebas terhadap varibel terikat
Sumber
keragaman
Regresi
Sisa
Total

Derajat
bebas
3
11
14

Jumlah
kuadrat
18555
12190
30745

Kuadrat
tengah
6185
1108

F hitung

P

5.58

0.01

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa volume kayu sisa tidak hanya
dipengaruhi oleh 1 variabel saja. Pengaruh tiap variabel terhadap volume kayu
sisa ditunjukkan oleh uji t pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai t hitung dan probabilitas setiap variabel bebas terhadap variabel
terikat
Peubah penduga
LBDS
Intensitas Penebangan
Kemiringan Lapangan

t hitung
-1.7735
3.204229
3.005389

P
0.10
0.01
0.01

Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel yang berpangaruh secara signifikan
terhadap volume kayu sisa adalah intensitas penebangan dan kemiringan lapangan
dengan p-value < 0.05. p-value pada LBDS > 0.05 sehingga dapat disimpulkan
variabel LBDS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume kayu
sisa. Namun bukan berarti LBDS tidak berkorelasi terhadap volume kayu sisa
yang terjadi di petak tebang. Hal ini secara langsung menjelaskan bahwa
intensitas penebangan dan kemiringan lapangan adalah variabel yang mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap besarnya volume kayu sisa. Pernyataan ini
diperkuat oleh Partiani (2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya kayu sisa adalah intensitas penebangan yang dilakukan
pada petak tebang. Begitu pula kemiringan lapangan juga berpengaruh terhadap
kegiatan pemotongan batang dan pemanfaatan volume batang.
Besarnya volume kayu sisa yang terjadi di petak tebang disebabkan keadaan
topografi yang sulit yaitu kondisi lapangan yang tidak rata dan terdapat banyak
jurang. Kemiringan lapangan ini sangat berpengaruh dalam pemotongan batang
(bucking) dalam kebijakan pemanfaatan batang semaksimal mungkin yang
diterapkan oleh PT Wijaya Sentosa. Pohon yang meluncur ke jurang akan
menyebabkan pohon pecah atau patah. Pohon ini selain menyulitkan penebang
(chaisawman) untuk melakukan pemotongan batang, juga menyulitkan skidder

11
membuat jalan sarad untuk mencapai pohon yang jatuh ke jurang tersebut,
sehingga batang tersebut ditinggalkan di lapangan. Untuk pohon pecah atau patah
yang masih dapat dimanfaatkan, akan dilakukan pemotongan sampai batas pecah
atau patah pada bagian batang pohon tersebut tanpa mempertimbangkan bagian
lain yang masih layak untuk dikeluarkan. Hal ini sangat berpengaruh pada volume
kayu sisa. Pada Tabel 6 dijelaskan bahwa rata-rata kemiringan lapangan dari 15
plot contoh, dominan pada 3 kelas kemiringan lapangan yaitu datar, landai dan
agak curam. Data pada Tabel 6 menjelaskan bahwa semakin tinggi kemiringan
lapangan, volume kayu sisa semakin besar.
Tabel 6 Volume kayu sisa berdasarkan kemiringan lapangan
Volume kayu sisa (m3/ha)
95.65
113.45
195.63

Kemiringan lapangan (%)
0–8
(A)
8 – 15
(B)
15 – 25 (C)

Berdasarkan tiga intensitas penebangan yang didapat dari 15 plot contoh
yaitu intensitas penebangan rendah, intensitas penebangan sedang, dan intensitas
penebangan tinggi. Volume kayu sisa pada plot contoh dengan intensitas
penebangan tinggi mempunyai volume kayu sisa yang lebih besar dibandingkan
volume kayu sisa pada plot contoh dengan dua intensitas lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak pohon yang ditebang akan semakin banyak
pula meninggalkan kayu sisa yang ditinggalkan di lapangan. Semakin tinggi
intensitas tebang akan semakin besar kayu sisa yang terjadi, seperti dijelaskan
pada Tabel 7.
Tabel 7 Volume kayu sisa berdasarkan intensitas penebangan
Volume kayu sisa (m3/ha)
68.17
95.46
132.56

Intensitas penebangan (pohon/ha)
≤5
6–9
≥10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Volume kayu sisa yang terjadi di petak tebang cukup besar yaitu sebesar
114.37 m3/ha. Volume kayu sisa yang ditinggalkan di petak tebang mencapai 3.4
kali lipat volume kayu bulat yang dimanfaatkan. Besarnya kayu sisa dapat
dijelaskan oleh intensitas penebangan dan kemiringan lapangan petak tebang.

12
Saran
Perlu dilakukan peningkatan terhadapan pemahaman operator pelaksana di
lapangan menyangkut teknis dan keterampilan sehingga persentase kayu sisa
dapat diminimalkan, seperti dengan memperhatikan arah rebah pohon yang benar,
dan agar pada saat membagi batang tidak banyak kayu yang terbuang. Perusahaan
perlu membatasi jumlah pohon yang ditebang per hektarnya pada kegiatan
pemanenan kayu. Selain itu, dilakukan penelitian serupa untuk menghitung
volume kayu sisa di kawasan hutan alam dengan menggunakan metode garis
transek untuk menguatkan hasil penelitian ini agar menjadi metode yang efisien
yang diterapkan dalam penghitungan volume kayu sisa selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Budiaman A. 2000. Kuantifikasi kayu bulat kecil limbah pemanenan pada
pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. 13 (2): 24-41
Budiarta S. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan di PT
INHUTANI II UM-HA Malinau, Kalimantan Utara. [skripsi].Bogor
(ID):Institut Pertanian Bogor.
Cochran GW. 1997. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon, Sons, penerjemah.
Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Sampling Technique.
Departemen Kehutanan. 1990. Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan
No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 Tentang Pedoman Teknis Penekanan dan
Pemanfaatan Kayu Limbah Pemanenan. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan No.8 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas P.55/Menhut-II/2006 Tentang Penataan Hasil
Hutan yang Berasal dari Hutan Negara. Jakarta.
Forestry Departement of Peninsular Malaysia. 1999. Quantification of Forest
Residue and Small Dimension Logs. Forest Departement Peninsular
Malaysia, Trengganu State Goverment and Danish Corporation for
Environtment.
Howard JO, Ward FR. 1972. Measurement of Logging Residue, Alternative
Applications of The Line Intersect Method. USDA Forest Service. Research
Note. PNW-183.
Lismaya W. 2014. Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di
IUPHHK-HA PT Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Partiani T. 2010. Kayu sisa Pemanenan Kayu dan Faktor Eksploitasi di Hutan
Alam PT Salaki Summa Sejahtera Pulau Siberut Sumatera Barat [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reza CF. 2014. Kayu Sisa Penebangan Pohon dengan Dua Intensitas Penebangan
di IUPHHK-HA PT Inhutani II Malinau [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Simon H. 2007. Metode Inventarisasi Hutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Bambang S, penerjemah. Jakarta (ID):
Gramedia. Terjemahan dari: Introduction to Statistic. Ed ke-3.

13
Simarmata SR, Haryono. 1986. Volume dan Klasifikasi Limbah Eksploitasi
Hutan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 3 (1): 27-31
Supangat A. 1997. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

14

Lampiran 1 Jumlah kayu sisa berdasarkan kelas diameter pada masing-masing plot
Jumlah kayu sisa (n)
Kelas diameter
(cm)
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8 Plot 9 Plot 10 Plot 11 Plot 12 Plot 13 Plot 14 Plot 15
10.00 - 18.87
66
89
65
54
67
122
44
42
82
62
67
91
85
56
30
18.88 - 27.75
23
33
15
22
17
48
11
17
32
21
17
30
30
19
17
27.76 - 36.63
13
22
3
6
14
16
11
13
11
13
12
16
9
16
8
36.64 - 45.51
10
8
4
6
8
9
2
5
9
3
4
10
6
8
4
45.52 - 54.39
1
2
3
5
5
10
4
2
3
6
2
8
4
2
3
54.40 - 63.27
1
0
2
4
0
1
0
1
2
1
2
2
1
0
1
63.28 - 72.15
2
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
5
0
0
1
72.16 - 81.03
0
0
0
0
0
1
1
2
1
2
0
1
1
1
0
81.04 - 89.91
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
89.92 - 98.79
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
98.80 - 107.67
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
107.68 - 116.55
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
total
116
154
93
98
112
209
73
84
142
109
105
165
136
102
66

15
Lampiran 2 Volume kayu sisa di petak tebang AZ 28
Petak
AZ 28

Panjang garis
transek (feet)
40098.43

∑ kuadrat diameter
kayu sisa (inch2)
176045.54

Volume kayu
sisa (ft3/acre)
1636.79

Volume kayu
sisa (m3/ha)
114.37

Lampiran 3 Karakteristik masing-masing plot
Luas
(ha)

Volume
kayu sisa
(m3/ha)

LBDS
(m2)

Intensitas
penebangan
(pohon/ha)

Rata-rata
kemiringan
lapangan (%)

1
1.81
2
2.32
3
2.77
4
1.54
5
1.45
6
2.01
7
1.63
8
1.63
9
1.72
10
1.63
11
1.54
12
1.45
13
1.54
14
1.54
15
0.92
Total
25.50
Rata-rata 1.70

97.62
82.46
44.43
123.35
116.91
145.92
68.17
113.47
146.94
112.28
109.89
245.34
125.02
106.86
174.04
1812.71
120.85

7.09
12.58
3.88
6.00
2.98
9.04
2.44
5.99
12.21
9.54
10.95
9.01
3.77
8.55
3.21
107.23
7.15

13
15
6
11
7
12
5
12
20
14
16
17
6
20
12
186.34
12

5.56
5.38
13.30
11.39
10.29
16.98
14.06
12.12
9.97
12.74
14.94
16.98
13.74
5.66
12.66
175.74
11.72

Plot

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sumenep, Jawa Timur pada tanggal 26 Juni 1992
dari Ayah Syamsul Arifin dan Ibu Busiya. Penulis adalah anak kedua dari dua
bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumenep dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
kehutanan.
Selain kegiatan akademis penulis juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Olahraga Basket IPB tahun 2010-2012, Panitia Bina Corps Rimbawan
(BCR) Fakultas Kehutanan IPB tahun 2012. Biro Kesekretariatan Rimbawan
Pecinta Alam (RIMPALA) Fakultas Kehutanan IPB tahun 2012-2013, Panitia
Rimpala SRT Competition (RSC) tahun 2013, Biro Bidang Khusus Rimbawan
Pecinta Alam (RIMPALA) Fakultas Kehutanan IPB tahun 2013-2014, dan panitia
Ekspedisi Pakan Owa Jawa Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fakultas
Kehutanan IPB tahun 2014. Selama di IPB penulis pernah mengikuti lomba Wall
Climbing tahun 2012, ekspedisi Analisis Vegetasi Tumbuhan Pionir di Taman
Nasional Gunung Merapi tahun 2012, dan menjadi relawan Buku Untuk Papua
(BUP) regional Bogor sejak tahun 2014.
Selama pendidikan penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang dan Kamojang, Jawa Barat, Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, serta Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT Wijaya Sentosa, Papua Barat. Sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul “Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan dengan
Metode Garis Transek (Line Intersect Method) di IUPHHK-HA PT Wijaya
Sentosa, Papua Barat” dibawah bimbingan Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop.