Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik

PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK
PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.)
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

ARGA WISNU PRADANA
A24080087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN

ARGA WISNU PRADANA. Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik
Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi
Hidroponik. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas dan media tanam
terbaik terhadap produksi dan kualitas melon pada sistem budidaya hidroponik di
dalam rumah kaca. Penelitian dilaksanakan pada Januari-April 2012 di rumah
kaca University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan.

Percobaan disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
faktorial 2 faktor dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah varietas melon
(Golden Apollo, Sky Rocket, Red Aroma, dan Sun Lady), sedangkan faktor kedua
adalah media tanam (arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk kandang
ayam). Terdapat 48 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan berisi 2 tanaman.
Pada perkembangan vegetatif tanaman, terdapat perbedaan yang nyata
antara varietas terhadap tinggi tanaman dan panjang ruas pada 1 dan 4 MST
(minggu setelah transplan). Perbedaan nyata pada jumlah buku terjadi pada 1-3
MST. Varietas Sun Lady memiliki pertumbuhan terbaik diantara empat varietas
yang diuji. Jenis media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan
jumlah buku selama 5 minggu. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata
terhadap panjang ruas pada 3-5 MST. Media tanam arang sekam dan kompos
daun bambu menghasilkan data yang tidak berbeda nyata, akan tetapi lebih baik
daripada media pupuk kandang ayam
Rata-rata umur panen buah melon adalah 72.75-77.75 HST. Perlakuan
varietas dan media tanam tidak berpengruh nyata terhadap umur panen buah
melon. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap karakter kuantitatif panjang
buah dan tebal daging buah. Perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap karakter kuantitatif buah melon. Pada media tanam pupuk
kandang ayam tidak terbentuk buah. Media pupuk kandang ayam jenuh dengan

larutan hara yang diberikan sehingga menyebabkan perkembangan akar dan
serapan hara terhambat. Kandungan hara mikro Fe, Cu, Zn, Mn yang relatif tinggi

diduga juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman pada media pupuk kandang
ayam.
Melon varietas Golden Apollo unggul dari segi rasa, memiliki bentuk
lonjong, warna kulit kuning tidak berjuring, tekstur sangat renyah dan memiliki
kadar kemanisan mencapai 12.21 oBrix. Varietas Sky Rocket memiliki tingkat
kemanisan mencapai 12.96 oBrix, bertekstur renyah berserat, aroma wangi,
berbentuk bulat dengan juring sedang, warna kulit kuning dan warna daging buah
hijau. Varietas Red Aroma unggul dari segi penampilan, karena memiliki daging
buah berwarna jingga kemerahan dan memiliki tebal daging buah paling tinggi
(42.75 mm). Melon varietas Red Aroma memiliki bentuk bulat dengan juring yang
dalam dan tersebar merata menyelimuti kulit. Kulit melon berwarna hijau,
memiliki daging buah yang renyah, berserat, dan aroma wangi. Varietas Sun Lady
memiliki keunggulan dari segi aroma yang sangat wangi. Bentuk buah lonjong
dengan kulit berwarna putih susu tanpa juring. Daging buah berwarna jingga,
tekstur buah sangat lunak dan kurang disukai konsumen. Melon varietas Golden
Apollo dan Red Aroma cocok untuk budidaya di dalam rumah kaca dengan sistem
hidroponik. Melon Golden Apollo menghasilkan rata-rata bobot per buah

mencapai 1654.3 kg, sehingga produktivitas melon tersebut mencapai 21.7 ton per
hektar.
Media tanam kompos daun bambu memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan arang sekam, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti media
arang sekam dalam budidaya melon hidroponik. Interaksi perlakuan varietas dan
media tanam terjadi pada panjang ruas 4 MST dan skor aroma buah

PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK
PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.)
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARGA WISNU PRADANA
A24080087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK
PADA

BUDIDAYA

MELON

(Cucumis

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

Nama :

ARGA WISNU PRADANA


NIM : A24080087

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi.
NIP. 19621127 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :............................

melo

L.)


RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak pertama dari Taufan Budi Prasetyo, SP. dan Ir. Siswi
Wahyuningrum Handayani, MSi. Penulis lahir di Madiun tanggal 24 Juni 1990.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994-1996 di Taman Kanak-kanak AlHidayah. Kemudian pada tahun 1996-2002 penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar Manisrejo 05. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh
penulis pada tahun 2002-2005 di SMP Negeri 3 Madiun. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Madiun pada tahun 2005-2008. Penulis
diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen
Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2008 melalui jalur USMI.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) dan sebagai panitia di berbagai kegiatan.
Penulis berkesempatan menjadi staf divisi internal HIMAGRON pada periode
kepengurusan 2009-2010. Kemudian penulis menjadi ketua divisi Internal
HIMAGRON pada periode kepengurusan 2010-2011. Penulis mendapat
kesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura pada
tahun 2012.

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penelitian ini berjudul “Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada
Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik”.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan varietas dan media tanam yang paling
cocok untuk budidaya hidroponik di dalam rumah kaca. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada :.
1. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberi bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis selama penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Dwi Guntoro, SP, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis selama masa
perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Dini Dinarti, MSi. dan Dr. Dewi Sukma, SP, MSi. selaku dosen
penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.
4. Bapak, mama, dan adik yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih
sayang selama ini.
5. Pak Mamat dan Staf University Farm yang telah membantu kelancaran

penelitian penulis.
6. Faradila, Tri, Sihab, Nisa, Dito, Nida, Ika, Tama, Fajar, keluarga besar
Garuda dan teman-teman Indigenous 45 yang telah membantu dan
memberi dukungan selama persiapan penelitian hingga skripsi ini selesai.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

Bogor, Agustus 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................. 2
Hipotesis ......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Melon ..................................................................................................

Syarat Tumbuh Melon ....................................................................................
Hidroponik ......................................................................................................
Fertigasi ...........................................................................................................
Greenhouse .....................................................................................................
Arang Sekam ...................................................................................................
Kompos Daun Bambu .....................................................................................
Pupuk Kandang Ayam ....................................................................................
Kualitas Buah ..................................................................................................

4
5
6
7
7
8
9
9
10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu ..........................................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................................
Pelaksanaan .....................................................................................................
Pengamatan .....................................................................................................

11
11
11
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum ................................................................................................
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam .....................................................................
Tinggi Tanaman ..............................................................................................
Jumlah Buku Tanaman ...................................................................................
Panjang Ruas Tanaman ...................................................................................
Umur Panen dan Posisi Buah ..........................................................................
Bobot, Panjang Buah, Lingkar Buah, Tebal Daging Buah .............................

Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah .........................................
Pengamatan Kualitatif .....................................................................................
Pembahasan .....................................................................................................

15
16
17
17
18
20
20
21
22
26

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32
LAMPIRAN ........................................................................................................... 35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ............................................................... 16

2.

Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman ............ 17

3.

Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Buku Tanaman
Melon ....................................................................................................... 18

4.

Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman
Melon ....................................................................................................... 19

5.

Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap
Panjang Ruas Tanaman Pada 4 MST ...................................................... 19

6.

Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Umur Panen dan
Posisi Buah ............................................................................................... 20

7.

Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Kuantitatif
Buah Melon .............................................................................................. 21

8.

Kandungan Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah ............... 22

9.

Deskripsi Karakter Kualitatif Empat Varietas Melon .............................. 23

10. Uji Organoleptik Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon ................ 25
11. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap
Skor Aroma Buah ...................................................................................... 26
12. Uji Kruskal Wallis Skor Rasa, Aroma, dan Penampilan
Buah Melon .............................................................................................. 26

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Tanaman Melon Pada Umur 8 MST ........................................................ 15

2.

Warna Daging Buah Melon ...................................................................... 24

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Jadwal Penyiraman Tanaman ................................................................... 36

2.

Analisis Kandungan Hara Media Tanam ................................................. 37

3.

Analisis Usaha Melon .............................................................................. 38

4.

Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca ........................................................ 42

5.

Hama dan Penyakit Tanaman ................................................................... 43

6.

Lembar Uji Organoleptik ......................................................................... 44

7.

Empat Varietas Melon .............................................................................. 45

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Melon (Cucumis melo L.) memiliki teknik budidaya seperti sayuran,
namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-buahan
(Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan genus
Cucumis (Ghebretinsae et al., 2007). Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan
bahwa produksi melon nasional tahun 2010 adalah 85,161 ton dan produksi tahun
2009 adalah sebesar 85,860 ton. Angka produksi buah melon pada tahun 2010
lebih rendah dari tahun 2009.
Melon merupakan komoditas hortikultura yang sering di konsumsi oleh
masyarakat. Buah melon segar dapat langsung dikonsumsi setelah matang.
Kandungan zat gizi dalam 236 g bagian buah melon yang dapat dimakan adalah
78 kalori, 28 mg sodium, 593 mg potassium, 25 g karbohidrat, 2 g serat, 21 g
gula, 90 mg vitamin C, 4 mg kalsium, 10 mg zat besi (Lester, 1997). Berdasarkan
data Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah (2011), konsumsi buah di
Indonesia saat ini baru mencapai 34.06 kg/kapita/tahun, sedangkan tingkat
konsumsi per kapita yang direkomendasi FAO adalah sebesar 65 kg
buah/kapita/tahun.
Penyakit cucumber mosaic virus (CMV) sering menyerang tanaman melon
di Indonesia dan menyebabkan menurunnya produksi dan kualitas buah (Daryono
et al., 2003). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan suhu
dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya. Hama dan penyakit
tanaman melon menjadi permasalahan dalam budidaya melon di lapang (Everhart
et al., 2009). Produksi melon di lapang dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim yang
berbeda (suhu, sinar matahari, curah hujan), praktek manajemen dan budidaya
yang berbeda, jenis tanah dan drainase (Ohashi et al., 2009).
Resh (2004) menyatakan bahwa sistim irigasi tetes akan mengalirkan hara
ke sistem hidroponik secara bertahap sehingga tanaman dalam rumah kaca tidak
kekurangan unsur hara. Acquaah (2005) menyatakan bahwa budidaya buah
dengan teknologi hidroponik dalam rumah kaca akan lebih terjamin kondisi
lingkungan tumbuhnya karena rumah kaca akan memberikan iklim yang sesuai

2

dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan sehingga potensi produksi
tanaman dapat tercapai.
Resh (2004) menyatakan bahwa budidaya hidroponik menggunakan media
inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung atau serbuk gergaji.
Media yang digunakan harus dapat memacu perakaran tanaman dan terhindar dari
zat beracun. Sudarjat dan Saridewi (2010) menyatakan bahwa penggunaan bahan
organik akan memberikan suatu sistem pertanian alami yang dapat memberikan
lingkungan pertanian maupun mutu hasil produk yang lebih baik. Indrasari dan
Syukur (2006) menyatakan bahwa kompos yang berasal dari kotoran hewan
mempunyai kandungan bahan organik dan KTK cukup tinggi, bereaksi netral,
cukup terombak dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn dan Cu. Anif et al., (2007)
menyatakan bahwa kompos yang berasal dari sampah tanaman memiliki
kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik 40,38%, nitrogen diperlukan
tanaman untuk menunjang pertumbuhan.
Semakin mahalnya hara hidroponik menjadikan budidaya dengan sistem
hidroponik hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar dan terlalu mahal
untuk para petani (Wijayani dan Wahyu, 2005). Pemanfaatan bahan organik
sebagai media tanam diharapkan mampu mengurangi dosis hara hidroponik
karena bahan organik dapat menyediakan sebagian kebutuhan hara tanaman.
Evaluasi produksi melon didalam rumah kaca menggunakan teknologi hidroponik
perlu dilakukan untuk mendapatkan varietas terbaik dan mengetahui apakah
pemanfaatan bahan organik dapat digunakan sebagai pengganti media arang
sekam. Varietas dan media tanam

organik terbaik dapat digunakan oleh

masyarakat dalam budidaya melon hidroponik dengan tujuan komersial.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas melon dan media
tanam terbaik terhadap produksi dan kualitas melon pada sistem budidaya
hidroponik di dalam greenhouse.

3

Hipotesis
1. Terdapat varietas melon terbaik untuk budidaya secara hidroponik di dalam
rumah kaca.
2. Terdapat pengaruh penggunaan jenis media tanam terhadap hasil dan kualitas
buah melon
3. Terdapat interaksi antara varietas dan media tanam terhadap hasil dan kualitas
buah melon

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Melon
Melon (Cucumis melo L.) berasal dari afrika, sedangkan jenis liarnya
ditemukan di India dan pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia
Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Melon merupakan komoditas
hortikultura yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Buah melon segar dapat
langsung dikonsumsi setelah matang. Melon memiliki teknik budidaya seperti
sayuran, namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buahbuahan (Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan
genus Cucumis (Ghebretinsae et al., 2007).
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) pembungaan melon dapat
dengan cara monoecious dan kadang-kadang andromonoecious. Bunga jantan
terbentuk dalam kelompok tiga hingga lima bunga pada tangkai bunga ramping.
Bunga betina dan hermaprodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk
pendek, tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga membuka hanya sekali
selama awal pagi hari dan diserbuki oleh serangga. Adams dan Early (2004)
menyatakan bahwa melon memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
dalam satu pohon atau sering disebut tanaman monoecious.
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyebutkan bahwa daun melon
berbentuk agak bundar, bulat telur atau seperti ginjal, lebar sekitar 8-15 cm, dan
bersudut-sudut atau memiliki lima hingga tujuh lekuk dangkal. Menurut Poincelot
(2004) daun pada tanaman hortikultura merupakan tambahan mendatar dari
permukaan batang yang berpola dan memiliki permukaan yang lebar untuk
menyerap energi cahaya secara efisien untuk fotosintesis dan transpirasi.
Pembentukan buah pada sebagian besar sepesies tanaman disebabkan oleh
penyerbukan dan adanya hormon giberelin. Hormon ini akan dibawa dalam
serbuk sari dan memicu produksi auksin dalam ovarium yang menyebabkan sel
untuk tumbuh (Adams dan Early, 2004). Ukuran, bentuk, dan kekerasan kulit
buah sangat beragam pada berbagai tipe dan kultivar melon. Buah biasanya
berbentuk bulat atau bulat telur lonjong. Permukaan buah rata, tidak berbulu,

5

beberapa sangat bersudut, dan yang lainnya tertutup oleh jala-jala bergabus atau
retikulat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Daging buah melon yang sebenarnya adalah dinding bakal buah memiliki
beragam ketebalan, warna, dan teksturnya. Warna daging buah dapat putih, hijau,
merah jambu, atau jingga. Aroma yang muncul dari buah melon merupakan
perpaduan senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam, dan ester yang terbentuk
selama pematangan. Jumlah dan nisbah senyawa atsiri ini beragam pada berbagai
varietas melon yang akan memberikan sifat dan aroma rasa yang berbeda
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh Melon
Melon dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 30 oC dan tidak ada
embun atau salju (Acquaah, 2005). Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah
tropik dan subtropik. Melon dapat tumbuh pada ketinggian 300-1000 m diatas
permukaan laut dan dengan suhu antara 25-30 oC. Tanaman ini memerlukan sinar
matahari penuh, sehingga tidak cocok ditanam pada daerah lembab dan ternaung
(Ashari, 2006). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan
suhu dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya (Everhart et al., 2009).
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon memerlukan
tanah yang dalam dan berdrainase baik untuk pertumbuhannya. Tanah bertekstur
halus dengan pH antara 7-8 menghasilkan melon lebih produktif. Kelembaban
tanah juga harus selalu terjaga, kelembaban rendah akan memunculkan sebagian
besar penyakit daun. Menurut Poincelot (2004) ketersediaan air yang konstan
sangat diperlukan melon untuk pertumbuhan tanaman dan pembentukan buah.
Ashari (2006) menambahkan bahwa melon sangat baik tumbuh pada tanah
berlempung dengan pH netral, penanaman melon secara hidroponik atau dengan
media tanpa tanah sudah banyak dilakukan.
Persemaian melon memerlukan tanah atau media semai dengan suhu 23.935.0 oC, untuk menunjang perkecambahan benih harus tertutup media semai
dengan ketebalan 0.5-1.5 inch (Poincelot, 2004). Melon merupakan tanaman yang
benihnya dapat ditanam langsung pada bedeng yang telah disediakan (Acquaah,
2005).

6

Perawatan tanaman melon lebih intensif daripada mentimun. Melon
membutuhkan hara lebih banyak yang disebabkan umur melon yang lebih
panjang. Bedengan yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk
meminimumkan kontak langsung buah dengan air (Rubatzky dan Yamaguchi,
1999). Menurut Acquaah (2005) suplai nitrogen, fosfor, dan kalium harus rutin
dilakukan untuk pertumbuhan dan perkembangan melon.
Hidroponik
Ada beberapa cara budidaya melon yang dikenal oleh masyarakat, salah
satunya adalah hidroponik. Hidroponik dapat didefinisikan sebagai ilmu
membudidayakan

tanaman

tanpa

menggunakan

tanah,

tetapi

dengan

menggunakan media inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung
atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan nutrisi yang mengandung semua
elemen penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal (Resh, 2004). Menurut Adams dan Early (2004) dalam
sistem budidaya hidroponik tanaman dapat tumbuh karena adanya larutan nutrisi
yang diberikan secara terkontrol dengan media tanam yang tidak solid sehingga
tanaman memperoleh suplai oksigen yang cukup untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan.
Resh (2004) menyatakan bahwa media tanam harus terhindar dari zat
beracun. Pemilihan media tanam dalam sistem hidroponik harus berdasarkan
ketersediaan media, biaya, kualitas, dan jenis metode hidroponik yang akan
digunakan. Menurut Rice (2011) media tanam yang digunakan dalam polibag
harus memiliki porositas yang besar, sehingga dapat menunjang perkembangan
akar karena akar mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Resh (2004) menyatakan bahwa penerapan sistem hidroponik yang
menggunakan fertigasi dapat memberikan hara bersamaan dengan penyiraman.
Larutan hara yang digunakan adalah hara AB mix yang terdiri dari larutan stok A,
larutan stok B, dan asam dengan jumlah 15-20% dari total larutan stok. Menurut
Susila (2006) larutan stok A mengandung KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3, dan
FeEDTA, sedangkan larutan stok B mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4,
MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3, dan NH4-MoO4. Nutrisi yang diberikan

7

mempunyai EC antara 1.6-1.7 mmhos/cm dan diharapkan akan meningkat
menjadi 2.0-2.5 mmhos/cm di media tanam arang sekam setelah sehari dilakukan
pemberian nutrisi.
Fertigasi
Shaw et al., (2004) menyatakan bahwa kualitas air irigasi harus menjadi
perhatian utama, terutama pada irigasi dalam sistem hidroponik. Penyiraman
terjadwal yang disesuaikan dengan media tanam dan kebutuhan tanaman akan
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Rice (2011)
irigasi pada kegiatan budidaya tanaman merupakan kegiatan yang paling sering
dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman. Volume irigasi harus
memperhatikan jenis tanaman dan jenis media yang digunakan dalam budidaya
tanaman.
Hidroponik pada umumnya menggunakan sistem fertigasi, yaitu
pemberian unsur hara yang dialirkan melalui sistem irigasi. Larutan stok mengalir
ke aliran irigasi utama melalui pipa. Aliran irigasi ini membawa larutan stok yang
telah dicampur dari tangki pencampuran dan akan menuju ke sistem hidroponik
dalam rumah kaca. Filter berukuran 200 mesh dipasang pada aliran utama untuk
menyaring partikel-partikel sehingga tidak partikel tersebut tidak ikut masuk
dalam sistem irigasi tetes (Resh, 2004).
Menurut Resh (2004) perlengkapan yang harus disediakan untuk sistem
fertigasi hidroponik adalah tangki untuk air dan larutan stok AB, injektor untuk
mengatur volume larutan stok yang keluar, komputer, pH dan EC meter, pompa
air, saringan, alat sterilisasi Ozon dan UV, dan tangki pencampuran.
Greenhouse
Emekli et al., (2010) menyatakan bahwa rumah kaca merupakan
komponen yang penting untuk melakukan budidaya tanaman dengan teknologi
modern seperti hidroponik. Rumah kaca secara umum menyediakan lingkungan
yang optimum untuk produksi tanaman hortikultura sehingga dapat menghasilkan
keuntungan maksimum. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik dapat
dilakukan di rumah kaca karena tingkat radiasi matahari, suhu, kelembaban, dan

8

banyaknya nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat diberikan secara
terkontrol.
Boodley (1998) menyatakan bahwa secara umum desain rumah kaca dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rumah kaca terpisah (detached greenhouse)
dan rumah kaca terhubung (connected greenhouse). Menurut Emekli et al., (2010)
untuk melakukan budidaya tanaman intensif dalam rumah kaca, hendaknya desain
rumah kaca disesuaikan dengan ekologi negara tempat tanaman tersebut
dibudidayakan.
Boodley (1998) menyatakan bahwa keuntungan dari sebuah rumah kaca
terpisah adalah lebih mudah untuk instalasi dan menjaga suhu untuk memenuhi
kebutuhan tanaman secara spesifik. Selain itu, sebuah rumah kaca yang terpisah
lebih mudah untuk pergantian udara tanpa mengganggu tanaman terutama pada
udara dingin. Pada rumah kaca terhubung, keuntungannya adalah bangunan ini
lebih murah dan efisien tempat, tidak adanya dinding samping antara rumah kaca
menyebabkan lebih sedikit bahan-bahan bangunan yang diperlukan. Pertukaran
panas dapat dilakukan lebih efisien karena ada bagian yang terbuka antara rumah
kaca yang terhubung. Rumah kaca terpisah lebih mudah perawatan dan
pengelolaannya daripada rumah kaca terhubung, rumah kaca terpisah model even
span lebih sering digunakan karena rumah kaca ini memiliki besi penopang atap
yang tipis, sehingga cahaya matahari yang masuk tidak terhalang dengan adanya
penopang atap.
Arang Sekam
Arang sekam merupakan salah satu media tanam hidroponik yang sering
digunakan. Media ini memiliki ukuran partikel yang lebih besar daripada serbuk
gergaji. Sekam padi dapat meningkatkan drainase dan biasanya digunakan untuk
subtitusi media peat. Sekam memiliki ukuran yang seragam, ringan dan mampu
melindungi dari kerusakan akibat penipisan kadar nitrogen oleh mikroorganisme
(Mastalerz, 1977). Menurut Soeminaboedhy dan Tejowulan (2007) arang sekam
dapat menyediakan unsur hara tambahan walaupun tidak sebanyak pupuk
anorganik, penggunaan arang sekam juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Arang sekam padi mempunyai total luas permukaan lebih besar dibandingkan

9

dengan jenis arang lainnya yaitu 200-300 m2/g sehingga memungkinkan
melepaskan unsur fosfor lebih banyak.
Ermina (2010) menyatakan bahwa media arang sekam mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah,
bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang
baik. Kekurangannya yaitu hanya dapat digunakan dua kali tanam. Menurut
Rosana (2011) media ini memiliki aerasi (sirkulasi) udara dan porositas tanah
yang baik sehingga perakaran tanaman berkembang optimal
Kompos Daun Bambu
Kompos daun adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan
hijauan dengan proses dekomposisi (Sulistyorini, 2005). Kompos yang berasal
dari sampah tanaman memiliki kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik
40,38%, nitrogen diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan (Anif et al.,
2007).
Rosana (2011) menyatakan bahwa kompos daun bambu memiliki aerasi
(sirkulasi) udara dan porositas tanah yang baik sehingga perakaran tanaman dapat
berkembang optimal. Media kompos daun bambu yang dicampur dengan sekam
dapat mempercepat pertumbuhan tanaman mawar. Faruqi (2011) menyatakan
bahwa kompos daun bambu yang dicampur dengan arang sekam menghasilkan
tinggi tanaman lebih besar dan ruas tanaman lebih baik daripada media tanam
lainnya.
Pupuk Kandang Ayam
Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah
sumber hara nitrogen, fosfor, kalium, dan lainnya. Nitrogen dari pukan umumnya
dirubah menjadi bentuk nitrat sehingga dapat diserap oleh tanaman. Pupuk
kandang mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung
jenis ternak, makanan, umur, dan kesehatan ternak.
Pupuk kandang ayam memiliki kadar hara P yang relatif lebih tinggi
daripada pupuk kandang lain. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang
ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama.

10

Kandungan N, P2O5, K2O dan CaO dari pupuk kandang ayam berturut-turut
adalah sebesar 1.5%, 1.3%, 0.8%, dan 4.0%, sedangkan kandungan air dan bahan
organiknya adalah 57% dan 29% (Hartatik dan Widowati, 2006). Pemberian
pupuk kandang ayam dapat memenuhi ketersediaan hara sepanjang pertumbuhan
tanaman dan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik daripada pupuk
kandang sapi dan kambing (Mayadewi, 2007).
Kualitas Buah
Kualitas produk hortikultura sangat tergantung pada lingkungan tumbuh
dan faktor genetik tanaman. Faktor lingkungan tumbuh yang berperan dalam
produksi hortikultura diantaranya adalah tanah, nutrisi, air, sinar matahari,
temperatur, dan ketinggian tempat (Ashari, 2006).
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon berkualitas
tinggi memiliki kandungan padatan terlarut 10% atau lebih. Sari (2009)
menyatakan bahwa kualitas buah melon dapat dilihat dari nilai padatan terlarut
total, tekstur daging buah, penampakan buah, dan aroma daging buah. Nilai
padatan total terlarut (PTT) digunakan untuk mengetahui tingkat kemanisan buah
melon. Menurut Siswanto (2010) buah melon diminati oleh konsumen karena
penampilan buah, kandungan gizi, dan rasa yang manis.

11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm IPB, unit
lapangan Cikabayan, dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Penelitian
dilaksanakan mulai Januari sampai April 2012.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan melon varietas Golden Apollo, Sky Rocket,
Red Aroma, dan Sun Lady. Media tanam yang digunakan adalah arang sekam,
kompos daun bambu (diayak dengan saringan berukuran 0.5 cm), dan pupuk
kandang ayam, sedangkan media semai menggunakan kascing. Hara yang
digunakan adalah pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok
B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04, Na2HBO3,
ZnSO4 dan NaMoO4). Komposisi hara yang digunakan yaitu: NO3- 233 ppm,
NH4+ 25 ppm, K+ 210 ppm, PO4– 60 ppm, Ca2+ 177 ppm. Mg2+ 24 ppm, SO4- 113
ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn 0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan
Mo 0.046 ppm. Furadan 3G (bahan aktif Carbofuran), fungisida Dithane M-45
(bahan aktif Mancozeb 80%), dan insektisida Confidor (bahan aktif Imidakloprid
5%). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tray semai, polybag
ukuran 35 x 35 cm, irigasi tetes, sprayer ukuran 15 liter, gelas ukur 100 ml dan
1000 ml, ember, benang ajir, meteran, termo-hygrometer, hand refractometer,
hand penetrometer, EC meter, pH meter, timbangan digital, jangka sorong dan
kontainer yang digunakan berukuran 100 liter dan 2000 liter.
.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan disusun menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) faktorial 2 faktor dengan 4 ulangan. Penelitian ini
menggunakan 4 varietas melon (Golden Apollo, Sky Rocket, Red Aroma, dan Sun
Lady) dan 3 macam media tanam (arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk
kandang ayam), sehingga terdapat 48 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan
terdiri dari 2 tanaman. Model RKLT faktorial :

12

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk
Yijk

: Nilai pengamatan pada Varietas ke-i, Media ke-j, dan
Kelompok ke-k

µ

: Rataan Umum

αi

: Pengaruh Varietas ke-i

βj

: Pengaruh Media ke-j

(αβ)ij : Pengaruh Interaksi Varietas ke-i dan Media ke-j
ρk

: Pengaruh Kelompok ke-k

εijk

: Galat Percobaan
Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembersihan greenhouse, lalu
mempersiapkan penyemaian benih serta pembuatan larutan stok A dan B. Pupuk
ABmix dilarutkan dalam kontainer A dan kontainer B dengan volume masingmasing 90 liter. Sebanyak 10 liter masing-masing larutan stok, diencerkan pada
kontainer besar berukuran 2000 liter. Kemudian dilakukan pengukuran EC dan pH
larutan, dengan nilai EC antara 2.1-2.5 mS dan nilai pH 6.5-6.8. Penyiraman
tanaman menggunakan irigasi tetes, penyiraman fase vegetatif pada umur 1 MST
setiap hari dilakukan 4 kali penyiraman dengan volume 100 ml, penyiraman
dilakukan pada pukul 07.00, 10.00,13.00,15.00. Pada umur 2-3 MST dilakukan 5
kali penyiraman dengan volume 100 ml, penyiraman dilakukan pada pukul 07.00,
09.00, 11.00, 13.00, 15.00.

Pada fase pembungaan (4 MST) penyiraman

dilakukan 5 kali dengan volume 150 ml. Penyiraman pada 5 MST-12 MST setiap
hari dilakukan sebanyak 4 kali. Penyiraman pada fase pembungaan (5 MST)
dengan volume 200 ml, fase pembentukan buah (6 MST) dengan volume 250 ml,
fase perkembangan buah (7-8 MST) dengan volume 300 ml, fase pematangan
buah (9-12 MST) dengan volume 200 ml.
Benih disemai selama 18 hari pada tray semai dengan media kascing. Bibit
yang telah berumur 18 hari dipilih dan dipindahkan ke polybag yang telah terisi
media tanam arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk kandang ayam.
Pengisian media tanam dilakukan didalam rumah kaca. Polybag disusun 2 baris,

13

jarak antar polybag adalah 60 cm dan diletakkan secara zig-zag. Dripper stick
(alat irigasi tetes) ditancapkan pada setiap polybag.
Selama penelitian dilakukan pemeliharaan seperti pemangkasan daun,
penyemprotan dan pembersihan rumah kaca. Pemangkasan dilakukan dengan
membuang tunas lateral yang tumbuh dibawah buku ke-10 dan diatas buku ke-13.
Tunas lateral pada buku ke-24 hingga buku ke-29 tidak dipangkas karena
beberapa tanaman melon baru terbentuk calon buah pada buku tersebut.
Pemangkasan batang utama juga dilakukan pada fase generatif agar hasil
fotosintesis dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perkembangan buah.
Seleksi buah melon dilakukan ketika diameter buah mencapai + 3 cm dan pada
satu pohon hanya dipelihara satu buah.
Penyemprotan tanaman dilakukan dengan menggunakan fungisida dengan
dosis 2 g/l dan insektisida dengan dosis 2 g/l. Penyemprotan fungisida dan
insektisida dilakukan secara bergantian dalam selang waktu 1 minggu.
Penyemprotan pestisida dihentikan 2 minggu sebelum panen. Panen perdana
dilakukan ketika tanaman berumur 63 hari setelah tanam.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai pemindahan bibit ke polybag hingga panen.
Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi pengamatan vegetatif (pada 1-5
MST) dan generatif (pada 6-12 MST). Pengamatan karakter kuantitatif dan
kualitatif dilakukan setelah buah dipanen.
Fase vegetatif:
1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh.
2. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah
ruas.
3. Jumlah buku (buah), dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir.
Fase generatif :
1. Umur panen (hst), dari pindah tanam hingga panen.
2. Posisi buah dipanen (buku ke-).

14

Karakter kuantitatif :
1. Bobot buah (gr), diukur menggunakan timbangan kasar.
2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah.
3. Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah.
4. Kekerasan kulit buah (Kg/s), diukur menggunakan hand penetrometer
pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.
5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong.
6. Kandungan padatan terlarut total (PTT). Diukur menggunakan hand
refractometer pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah.
Karakter kualitatif :
1. Tipe juring dengan kriteria tidak berjuring, dangkal, sedang, dan dalam.
2. Aroma buah dengan kriteria wangi dan tidak wangi.
3. Rasa daging buah dengan kriteria manis dan tidak manis.
4. Warna daging buah, diukur dengan colour chart.
5. Warna kulit buah, diukur dengan colour chart.
6. Tekstur daging buah, dengan kriteria berserat, renyah, lunak.
7. Bentuk buah disesuaikan dengan standar Descriptor for Melon IPGRI.
8. Uji Organoleptik rasa, aroma, dan penampilan dengan 10 responden untuk
setiap perlakuan.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Daya berkecambah benih dari 4 varietas melon memiliki perbedaan, daya
berkecambah masing-masing varietas Golden apollo, Sky Rocket, Red aroma, dan
Sun lady, berturut-turut 84%, 60%, 65%, 70%. Bibit melon siap dipindah tanam
ke dalam rumah kaca setelah berumur 18 hari.
Tanaman dengan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu
menunjukkan pertumbuhan yang baik mulai minggu pertama. Tanaman pada
media pupuk kandang ayam terhambat pertumbuhannya yang diduga karena jenuh
dengan larutan hara dan tingginya kandungan Fe, Mn, Zn, Cu pada media pupuk
kandang ayam. Hama penggorok daun (Leaf minner) mulai menyerang tanaman
pada 2 MST dengan intensitas serangan ringan (10%), sehingga tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Suhu di dalam rumah kaca berkisar antara 24-42 oC. Penyemprotan
insektisida dan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% dan Imidakloprid 5%
dilakukan secara bergantian dengan selang waktu 1 minggu mulai umur 2 MST
hingga 8 MST. Panen perdana dilakukan pada 63 hari setelah tanam.

Gambar 1. Tanaman Melon Pada Umur 8 MST

16

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Hasil analsis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1 dan 4 MST, jumlah buku 1-3 MST,
panjang ruas 1 dan 4 MST, posisi buah, panjang buah, tebal buah, rasa, aroma,
dan penampilan buah. Perlakuan media tanam memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 1-5 MST, jumlah buku 1-5 MST, panjang ruas 3-5 MST,
dan uji aroma buah.

Interaksi antara varietas dan media tanam terjadi pada

panjang ruas 4 MST dan aroma buah.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Peubah
Tinggi Tanaman
Jumah Buku
Panjang Ruas
Tinggi Tanaman
Jumah Buku
Panjang Ruas
Tinggi Tanaman
Jumah Buku
Panjang Ruas
Tinggi Tanaman
Jumah Buku
Panjang Ruas
Tinggi Tanaman
Jumah Buku
Panjang Ruas
Umur Panen
Posisi buah
Bobot
Panjang Buah
Lingkar Buah
Tebal Daging
Padatan Terlarut Total
Kekerasan Kulit Buah
Uji Skor Rasa
Uji Skor Aroma
Uji Skor Penampilan

Umur
(MST)
1
1
1
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5

Varietas
0.0029**
0.0183*
0.0102*
0.0545
0.0336*
0.5089
0.0894
0.0493*
0.4734
0.0240*
0.0581
0.0007**
0.1834
0.0512
0.0657
0.5282
0.0244*
0.5821
0.0267*
0.3977
0.0480*
0.7260
0.6864
0.0111*
0.0116*
0.0002**

Media
Tanam
0.0004**
0.0007**
0.3590