PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis melo L.)VARIETAS CLARA DAN IVORY YANG DITANAM DENGAN SISTEM HIDROPONIK MEDIA PADAT

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis meloL.)VARIETAS CLARA DAN IVORY YANG DITANAM DENGAN SISTEM HIDROPONIK MEDIA

PADAT

Oleh Deva Ristianti

Boron merupakan unsur hara mikro yang kebutuhannya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, tapi mampu mempengaruhi produksi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh konsentrasi boron terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas melon, (2) mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi dua varietas melon dengan sistem hidroponik,dan (3) mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi boron dan varietas pada sistem hidroponik terhadap

pertumbuhan dan produksi kedua varietas melon. Penelitian dilakukan dalam rumah atap plastik di Lab. Terpadu Universitas Lampung, Kampus Gedong Meneng Bandar Lampung dari bulan September sampai Desember 2013.

Perlakuan disusun secara faktorial (5x 2) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi boron (B), 0,10 ppm (B1); 0,25 ppm (B2); 0,4 ppm (B3); 0,55 ppm (B4); dan 0,7 ppm (B5) dan faktor kedua adalah varietas melon (V): Clara (V1) dan Ivory (V2). Data yang diperoleh tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan uji F dan uji standar deviasi. Pada fase


(2)

Deva Ristianti vegetatif, data disajikan nilai rata-rata dengan standar deviasi. Pada fese

generatif, data yang digunakan adalah riil ini karena sebagian besar pada

konsentrasi 0,25 ppm varietas Clara dan pada konsentrasi 0,55 varietas Ivory tidak ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi boron 0,40 ppm cenderung memberikan pertumbuhan dan produksi melon yang lebih baik. Varietas Clara maupun Ivory dengan sistem hidroponik menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda pada panjang tanaman, jumlah daun, bobot kering brangkasan, sedangkan pada jumlah bunga betina, bobot buah, volume buah, diameter buah, dan

ketebalan daging buah varietas Ivory cenderung lebih baik. Pertumbuhan dan produksi melon varietas Clara dan Ivory tidak bergantung pada konsentrasi boron yang dicobakan.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Desember 1989 dari pasangan Bapak Edi Supriadi dan Ibu Sukarni sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal di TK Budaya pada tahun 1995, pada tahun 1996, penulis melanjutkan ke SD 3 Sumberejo Kemiling dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan ke SMA Negeri 7 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bujung Sari Marga, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum di Gerai Bunga Lyora Nursery, Way Halim Bandar Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan jurusan yaitu UPTM Agronomi Pecinta Alam (AGROPALA) menjadi anggota dan pernah duduk dalam jajaran pengurus yaitu anggota bidang Divisi Keilmuan periode 2009–2010 dan periode 20102011, dan Bandahara Umum periode 2011– 2012. Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen untuk Praktikum Kuliah Fisiologi Tumbuhan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010.


(8)

Kupersembahkan karyaku ini untuk Bapak (Edi Supriadi) dan Ibu (Sukarni) tercinta sebagai wujud rasa terima kasih dan baktiku atas pengorbanan, kasih sayang, dan senantiasa selalu

mendoakan keberhasilanku. Kakak (Suheni) dan adik-adikku (Kiki Rizky Wulandari dan Adelia Ristiani) yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua yang kucapai


(9)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan

sesuai dengan kesanggupannya, Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan Ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya.” (Al-Baqarah : 286)


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSubhanahu wata’alayang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Yohannes C. Ginting, M. P., selaku Pembimbing Pertama dan penguji yang telah memberikan pengarahan, perhatian, ide, dan

bimbingannya selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini;

2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M. S., selaku Pembimbing Kedua dan penguji yang telah memberikan dorongan semangat, saran, ide, dan bimbingannya selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini;

3. Ibu Ir. Rugayah, M. P., selaku Penguji yang telah memberikan kritik, saran, koreksi, dan bantuannya dalam proses penulisan skripsi ini;

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M. Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan bantuan yang telah diberikan;

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;


(11)

7. Orang tuaku dan kakak serta adik-adikku yang sepenuhnya memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tulus serta dukungannya;

8. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Annisa Rahmasuri, S.P.,

Dewinta Puspita Sari, S.P., Fesni Heryani, Nanang Setiawan, S.P., dan Yunita Sekar Sari, S.P.;

9. Sahabat-sahabatku Ririn Hardiani, S.H., Devy Putri Aryadi, S.P., Gustinalova, Mastutik Sri Listyowati, S.P., Trisina Dwi Pratiwi, S.P., Uswatun Hasanah, S.P. atas bantuan, semangat, persahabatan, dan kebersamaanya yang tak akan terlupakan;

10. Saudara-saudaraku angkatan XII AGROPALA: M. Taufiq, Agus Setiawan, S.P., Fatwa Masrinialdi, S.E., Holillulah, Lukamansyah, M. Tauvik Indrawan, S. T.,dan Miftahul Ni’am, atas persahabatan dan persaudaraan yang telah tercipta serta kenangan menaklukkan puncak-puncak gunung;

11. Teman-teman mahasiswa Agroteknologi angkatan tahun 2008 Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Semoga AllahSubhanahu wata’alamelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberkahi mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Bandar Lampung, Februari 2015


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan gizi tiap 100 gr buah melon dari bagian yang dapat

dimakan ... 14

2. Deskripsi tanaman melon varietas Clara dan Ivory . ... 15

3. Formula dasar larutan hara untuk pertanaman secara hidroponik untuk 1000 liter larutan hara ... 22

4. Larutan hara yang siap diaplikasikan ke tanaman percobaan ... 23

5. Rerata panjang tanaman, jumlah daun, dan bobot kering brangkasan varietas melon ... 27

6. Rerata jumlah bunga betina, bobot buah, volume buah, diameter buah, dan ketebalan daging buah ... 30

7. Data panjang tanaman melon 4 MST (cm) ... 46

8. Data jumlah daun 4 MST (helai) ... 46

9. Data bobot kering brangkasan (g) ... 47

10. Data jumlah bunga betina (kuntum) ... 47

11. Pengaruh varietas terhadap jumlah bunga betina (kuntum) ... 47

12. Data bobot buah melon (g) ... 48

13. Pengaruh varietas terhadap bobot buah melon (g) ... 48

14. Data volume buah melon (ml) ... 49

15. Pengaruh varietas terhadap volume buah melon (ml) ... 49

16. Data diameter buah melon (cm) 50 17. Pengaruh varietas terhadap diameter buah melon (cm) ... 50

18. Data ketebalan daging buah melon (cm) ... 51

19. Pengaruh varietas terhadap ketebalan daging buah melon (cm) ... 51

20. Suhu dan kelembaban saat di rumah plastik pada waktu pengamatan ... 51


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Histrogram panjang tanaman varitas melon umur 4 MST pada berbagai

konsentrasi boron ... 28

2. Histrogram jumlah daun varietas melon umur 4 MST pada berbagai konsentrasi boron ... 29

3. Histrogram bobot kering brangkasan varietas melon pada berbagai konsentrasi boron ... 29

4. Histogram jumlah bunga betina varietas melon pada berbagai konsentrasi boron ... 31

5. Histrogram bobot buah varietas melon pada berbagai konsentrasi boron ... 31

6. Histrogram volume buah varietas melon pada berbagai konsentrasi boron ... 32

7. Histrogram diameter buah varietas melon pada berbagai konsentrasi boron ... 33

8. Histrogram ketebalan daging buah varietas melon pada berbagai konsentrasi boron ... 33

9. Tata letak percobaan ... 52

10. Tanaman melon yang terserang penyakit layu bakteri ... 53

11. Buah melon yang nampak terserang lalat buah ... 53


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Melon ... 10

2.2 Syarat Tumbuh ... 12

2.2.1 Ketinggian Tempat ... 12

2.2.2 Tanah ... 12

2.2.3 Suhu ... 13

2.2.4 Kelembaban Udara dan Angin ... 13

2.3 Kandungan Gizi Buah Melon ... 13

2.4 Tanaman Melon Varietas Clara dan Ivory ... 15

2.5 Hidroponik ... 15

2.6 Boron ... 17

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20


(15)

3.2 Bahan dan Alat ... 20

3.3 Metode Penelitian ... 20

3.4 Pelaksanaan penelitian ... 21

3.4.1 Persiapan Media Tanam ... 21

3.4.2 Pembuatan Formulasi Pupuk ... 21

3.4.3 Persiapan Benih ... 23

3.4.4 Pindah Tanam ... 23

3.4.5 Pemasangan Ajir ... 24

3.4.6 Perawatan ... 24

3.4.7 Penyiraman ... 25

3.4.8 Variabel Pengamatan ... 25

3.5 Variabel Pengamatan ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.1.1 Fase Vegetatif ... 27

4.1.1.1Panjang Tanaman ... 28

4.1.1.2Jumlah Daun ... 28

4.1.1.3Bobot Kering Brangkasan ... 29

4.1.2 Fase Generatif ... 30

4.1.2.1 Jumlah Bunga Betina ... 30

4.1.2.2 Bobot Buah ... 31

4.1.2.3 Volume Buah ... 32

4.1.2.4 Diameter Buah ... 32

4.1.2.5 Ketebalan Daging Buah ... 33

4.2 Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

4.1 Kesimpulan ... 40

4.2 Saran ... 40

PUSTAKA ACUAN ... 41

LAMPIRAN ... 45 Tabel 7 – 20. ... 46 – 51 Gambar 9 – 14. ... 52 – 54


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Tanaman melon (Cucumis meloL.) merupakan tanaman semusim yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh

masyarakat karena buahnya bercitra rasa manis dan mengandung banyak vitamin dan mineral. Dalam 100 g melon mengandung 0,6 g protein, 0,4 mg besi, 30 mg vitamin C, 0,4 g serat dan 6,0 g karbohidrat (Samadi, 2007).

Permintaan pasar terhadap melon cukup tinggi sementara suplai tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Menurut BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013), produktivitas melon dari tahun 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan. Produktivitas tahun 2010 sekitar 15,85 ton/ha, pada tahun 2011 sekitar 16,37 ton/ha, dan pada tahun 2012 sebanyak 17,64ton/ha. Produksi melon pada tahun 2010 sebanyak 85,161 ton, pada tahun 2011 produksi melon meningkat sebanyak 103,816 ton sedangkan tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 125,447 ton.

Meningkatnya kebutuhan terhadap komoditas melon menyebabkan perlunya peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk mendukung hal ini, penggunaan teknologi maju dalam budidaya pertanian perlu diterapkan, salah satunya dengan sistem hidroponik. Menurut Siswadi (2008), sistem


(17)

2

sabut kelapa, silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman.

Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan dengan budidaya secara konvensional yaitu, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Harris, 1988 dalam Susila, 2013). Menurut Wijayani dan Widodo (2005), buah yang ditanam digreenhousememiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan penanaman di lahan terbuka. Kualitas buah melon yang dibudidayakan secara hidroponik dapat dilihat dari penampilan buah dan rasa yang dihasilkan.

Kualitas melon dapat dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan pada tanaman tersebut. Dalam sistem hidroponik, konsentrasi suatu unsur hara harus optimal karena pengaruh konsentrasi sangat sensitif terhadap tanaman. Selain unsur hara makro, kebutuhan unsur hara mikro juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Salah satu unsur hara mikro yang dapat mempengaruhi kualitas melon adalah boron.

Mingel dan Kirby (1982) menduga boron adalah unsur hara yang paling penting dibandingkan unsur mikro lainnya untuk memperoleh kualitas hasil tanaman yang tinggi. Boron berperan dalam pergerakan karbohidrat dan gula, perkecambahan tabung polen, dan untuk memelihara aktivitas meristematik (Jones, 2005). Kekurangan boron menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil.


(18)

3

Kemampuan tanaman untuk berproduksi maksimal pada suatu tempat dipengaruhi oleh genotip dalam varietas. Genotip suatu varietas tanaman menentukan

kemampuan menghasilkan, adaptasi regional, ketahanan terhadap hama/penyakit dan mutu, pengaruh lingkungan dapat menyebabkan sifat-sifat yang beragam dari suatu tanaman. Apabila suatu varietas yang mempunyai kemampuan

menghasilkan produksi tinggi tetapi jika kebutuhan air dan hara tidak terpenuhi maka varietas itu tidak dapat memberikan hasil yang tinggi (Pratignja dan Wartoyo, 2006). Perbedaan varietas menyebabkan perbedaan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi pada suatu daerah. Oleh karena itu, perbedaan varietas juga akan mempengaruhi responnya terhadap konsentrasi suatu unsur hara.

Pada saat ini, penelitian tentang aplikasi konsentrasi boron terhadap pertumbuhan dan produksi melon belum banyak dilakukan sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut ini:

1. Apakah ada pengaruh konsentrasi boron terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas melon?

2. Apakah ada perbedaan pertumbuhan dan produksi antara kedua varietas melon dengan sistem hidroponik?

3. Apakah ada pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi boron pada sistem hidroponik terhadap pertumbuhan dan produksi melon?


(19)

4

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi boron yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi melon varietas Clara dan Ivory.

2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi dua varietas melon dengan sistem hidroponik.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi boron pada sitsem hidroponik terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas melon.

1.3. Landasan Teori

Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam pada tanaman yang dikendalikan oleh gen (DNA) disebut sebagai faktor keturunan (genetik). Sifat yang menyusun tanaman yang diturunkan dikenal sebagai genotip, sedangkan phenotip merupakan sifat atau prilaku dari kenampakan total luar pada tanaman, dan biasanya diukur sebagai suatu hasil secara kuantitatif.

Tanaman melon varietas Clara memiliki pertumbuhan kuat dan tegap serta mampu beradaptasi baik di dataran rendah hingga dataran menengah terutama di musim kemarau. Buah berbentuk oval dengan kulit buah bernet berwarna hijau. Daging buah berwarna hijau bertekstur keras dengan aroma sedang. Varietas Clara memiliki rasa yang manis dengan kadar gula 11,5–12% (brix) dengan berat


(20)

5

buah sebesar 1,8–2,4 kg. Kebutuhan benih 540545 g/ha. Varietas Clara ini dapat dipanen pada umur 68–69 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 39–54 ton/ha (PT. Agri Makmur Pertiwi, 2012).

Tanaman melon varietas Ivory memiliki pertumbuhan kuat dan tegap serta mampu beradaptasi baik di dataran rendah hingga dataran menengah terutama di musim kemarau. Buah berbentuk lonjong dengan kulit buah bernet berwarna hijau. Daging buah berwarna hijau bertekstur keras dengan sedikit aroma. Varietas Ivory memiliki rasa yang manis dengan kadar gula 10,8–13,1% (brix) dengan berat buah sebesar 2,3–2,7 kg. Kebutuhan benih 500505 g/ha. Varietas Ivory ini dapat dipanen pada umur 68–69 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 41–58 ton/ha (PT. Agri Makmur Pertiwi, 2012).

Faktor lingkungan yang sangat menentukan laju pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur hara yang cukup dan berimbang di dalam media tanam (Pasaribu dan Suprapto, 1985). Salah satu unsur hara mikro yang sering bermasalah pada tanaman melon di lapangan adalah boron. Boron diserap tanaman dalam bentuk BO33-. Boron di dalam jaringan tanaman berperan dalam pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Boron juga berperan dalam membantu sintesis protein, metabolisme karbohidrat, mengatur kebutuhan air dalam

tanaman, membentuk serat dan biji, dan merangsang proses penuaan tanaman sehingga jumlah bunga dan hasil panen meningkat (Novizan, 2005).


(21)

6

Dalam sistem hidroponik, konsentrasi boron yang biasa digunakan untuk melon adalah 0,3 ppm (Jones, 2005) sedangkan untuk di dataran tinggi konsentrasi yang dibutuhkan sebesar 0,3–0,5 ppm (Resh, 2004 ). Konsentrasi ini digunakan karena boron merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit akan tetapi peranan hara ini tidak dapat digantikan dengan unsur hara lain. Boron bersifatimmobiledi dalam tanaman sehingga gejala yang ditimbulkan akan nampak pertama kali pada daun yang muda karena jaringan yang tua tidak dapat mensuplai boron ke jaringan yang muda (Salisbury dan Ross, 1992). Daun muda warnanya menjadi kecokelatan dan membengkok. Daun tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounded front tip), anak daun pada ujung pelepah berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput ataubristle tip, atau tumbuh rapat pendek seolah-olah bersatu dan padat (little leaf). Ketidaksempurnaan

(malformation) bentuk daun itu berakibat pada terganggunya proses fotosintesis sehingga buah yang terbentuk sedikit, kecil, dan berkualitas rendah (Gusyana, 2011).

Kekurangan boron menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga menyebabkan tanaman menjadi lebih kerdil dari yang normal, jika tanaman

menjadi kerdil, proses metabolisme tanaman yaitu proses fotosintesis dan respirasi akan terganggu sehingga pembentukan tanaman tidak akan normal.

Berdasarkan hasil penelitian Kumala (2004), pada tanaman mawar potong, kekurangan boron menyebabkan panjang kelopak bunga menjadi lebih pendek, diameter bunga menjadi kecil, jumlah kelopak menjadi sedikit, dan warna bunga


(22)

7

lebih pucat. Menurut Yusup,et al(1999), defisiensi boron pada tanaman anyelir dapat menyebabkan kelopak bunga pecah (Calyx splinting).

1.4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Kemampuan suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi pada suatu tempat dipengaruhi oleh genetik dan lingkungannya. Faktor genetik akan menentukan kemampuan taanaman beradaptasi terhadap kondisi lingkungan secara umum. Varietas melon yang digunakan adalah varietas Clara dan Ivory. Potensi secara genetik kedua varietas melon tersebut berbeda yang diperlihatkan oleh perbedaan potensi berat buah dan total produksi per hektar. Oleh karena itu, pertumbuhan dan produksi hasil di lapang pun kemungkinan berbeda.

Pertumbuhan dan produksi tanaman melon dipengaruhi oleh unsur hara mikro. Salah satu unsur hara mikro yang digunakan adalah boron. Boron diperlukan dalam jumlah yang sedikit, tetapi jika unsur ini tidak tersedia maka tanaman akan mengalami kerusakan, seperti pada bagian daun terutama daun-daun yang muda menjadi klorosis.

Beberapa formulasi larutan hidroponik merekombinasikan konsentrasi boron yang berbeda. Sementara konsentrasi boron untuk dataran rendah belum banyak diketahui. Dengan memberikan konsentrasi boron yang tepat, senyawa organik yang disintesis oleh tanaman akan semakin meningkat. Hasil sintesis ini antara lain dalam bentuk pati, protein, dan lipid. Produk asimilat ini dimanfaatkan oleh


(23)

8

tanaman untuk proses pembelahan sel diseluruh jaringan tanaman, penambahan ukuran sel, meningkatkan pasokan bahan organik pada sel tersebut, dan

penggantian sel-sel yang telah rusak.

Pemberian konsentrasi boron yang tepat diharapkan akan terjadi penambahan ukuran dan jumlah sel serta penggantian sel-sel yang telah rusak menyebabkan tinggi tanaman akan semakin meningkat. Meningkatnya tinggi tanaman akan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak, sehingga banyak menghasilkan produk fotosintat. Meningkatnya asimilat pada bunga akan mengurangi terjadinya kerontokan dan buah yang dihasilkan akan semakin besar.

Sukrosa merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman yang lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Semakin banyaknya sukrosa yang dihasilkan, maka buah melon yang dihasilkan akan lebih manis. Pembentukan ester akan menyebabkan terjadinya pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa. Selulosa ini akan mempertebal dinding sel sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Dinding sel tanaman yang tebal menjadikan bagian tanaman tidak mudah retak. Pertumbuhan yang baik maka produksi buah melon yang dihasilkan akan meningkat.

Konsentrasi boron untuk menghasilkan produksi yang maksimal akan berbeda pada kedua varietas karena perbedaan genetik antar keduanya. Perbedaan genetik tersebut dapat dilihat melalui perbedaan potensi bobot per buah dan produksi per satuan luas di antara kedua varietas yang diuji. Semakin tinggi potensi hasil suatu tanaman, kemungkinan kebutuhan akan suatu hara seperti boron akan semakin meningkat pula.


(24)

9

1.5. Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Konsentrasi boron antara 0,3–0,5 ppm memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi melon.

2. Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi antara melon varietas Clara dan Ivory.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan konsentrasi boron terhadap pertumbuhan dan produksi melon.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Melon

Tanaman melon termasuk dalam kelas tanaman biji berkeping dua. Klasifikasi tanaman melon adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae Subkingdom :Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta/Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledoneae Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Familia : Cucurbitaceae Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis meloL. (Soedarya, 2010).

Akar tanaman melon menyebar, tetapi dangkal. Akar–akar cabang dan rambut– rambut akar banyak terdapat di permukaan tanah, semakin ke dalam akar–akar tersebut semakin berkurang. Tanaman melon membentuk ujung akar yang


(26)

11

menembus ke dalam tanah sedalam 45–90 cm. Akar horizontal cepat berkembang di dalam tanah, menyebar dengan kedalaman 20–30 cm (Tjahjadi,1987).

Daun melon (Cucumis meloL.) berbentuk hampir bulat, tunggal dan tersebar sudutnya lima, mempunyai jumlah lekukan sebanyak 3–7 lekukan. Daun melon berwarna hijau, lebar bercangap atau berlekuk, menjari agak pendek. Permukaan daun kasar, ada jenis melon yang tepi daunnya bergelombang dan tidak

bercangap. Panjang pangkal berkisar 5–10 cm dengan lebar 38 cm (Soedarya, 2010).

Batang tanaman melon membelit, beralur, kasar, berwarna hijau atau hijau kebiruan. Batangnya berbentuk segilima tumpul, tumbuh menjalar, berbulu, lunak, bercabang dan panjangnya dapat mencapai tiga meter. Batang melon mempunyai alat pemegang yang disebut pilin. Batang ini digunakan sebagai tempat memanjat tanaman (Soedarya, 2010).

Bunga tanaman melon berbentuk lonceng, berwarna kuning dan kebanyakan uniseksual-monoesius. Oleh sebab itu, dalam penyerbukannya perlu bantuan organisme lain. Penyerbukan yang biasa terjadi adalah penyerbukan silang dan penyerbukan sendiri jarang terjadi. Bunga jantan tanaman melon terbentuk berkelompok 3–5 buah, terdapat pada semua ketiak daun, kecuali pada ketiak daun yang ditempati oleh bunga betina. Jumlah bunga jantan relative lebih banyak dari pada bunga betina. Bunga jantan memiliki tangkai yang tipis dan panjang, akan rontok dalam 1–2 hari setelah mekar (Tjahjadi, 1987).


(27)

12

Buah melon bervariasi, baik bentuk, ukuran, rasa, aroma, maupun

penampilannnya. Umumnya buah melon berbentuk bulat, tetapi ada pula yang lonjong. Buah melon dapat dipanen pada umur 75–120 hari, tergantung pada jenisnya. Tanda–tanda melon yang sudah tua atau masak adalah bila dipukul– pukul menimbulkan bunyi yang nyaring (Soedarya, 2010).

2.2 Syarat Tumbuh

2.2.1 Ketinggian Tempat

Melon mudah tumbuh di dataran menengah dengan ketinggian 300–1.000 m dpl. Di dataran rendah yang ketinggiannya kurang dari 300 m dpl, buah melon

berukuran lebih kecil dan dagingnya agak kering (kurang berair).

2.2.2 Tanah

Tanah yang baik untuk budidaya melon adalah jenis tanah Andosol atau tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman berkembang. Pada dasarnya, melon membutuhkan air yang cukup banyak. Namun, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujun. Melon akan tumbuh baik pada tanah dengan pH 5,8–7,2. Tanaman ini tidak toleran terhadap tanah asam (pH rendah). Selain itu, melon lebih peka terhadap air tanah yang menggenang atau kondisi aerasi tanah kurang baik.


(28)

13

2.2.3 Suhu

Suhu pertumbuhan untuk melon antara 25–30oC (Tim Bina Karya Tani, 2010). Suhu rata-rata untuk untuk tanaman melon adalah 26oC namun tanaman melon termasuk tanaman yang dapat beradaptasi sehingga walaupun tidak memenuhi syarat tumbuh melon masih bisa tumbuh dan menghasilkan (Setiadi, 1999).

2.2.4 Kelembapan Udara dan Angin

Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman melon diperkirakan 70–80% atau minimal 60%. Kelembapan yang terlalu tinggi (> 80%) bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman, mutu buah, dan kondisi tanaman menjadi mudah terserang penyakit (Setiadi, 1999).

2.3 Kandungan Gizi Buah Melon

Vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah melon sangat baik untuk

kesehatan tubuh manusia. Adapun kandungan gizi buah melon setiap 100 g bahan yang dapat dimakan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:


(29)

14

Tabel 1. Kandungan gizi buah melon setiap 100 g bahan yang dapat dimakan.

Jenis Zat Gizi Jumlah

Energi 23 kal

Protein Kalsium Vitamin A Vitamin C Thiamin Ribloflavin Niacin Karbohidrat 0,6 g 17 mg 2400 IU 30 mg 0,045 mg 0,065 mg 0,1 mg 6,0 mg Besi Nicotinamida Air Serat 0,4 mg 0,5 mg 93,0 mg 0,4 g Sumber: Gillivray (1961)


(30)

15

2.4 Tanaman Melon Varietas Clara dan Ivory

Tabel 2. Deskripsi Tanaman Melon Varietas Clara dan Ivory.

Sumber: PT. Agri Makmur Pertiwi (2012)

2.5 Hidroponik

Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Handayani, 2003). Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik, pemberian air dan pupuk dapat dilakukan secara bersamaan. Manajemen pemupukan dapat dilaksanakan secara terintegrasi dan manajemen irigasi yang selanjutnya disebut fertigasi (fertilization and irigation).

Perbedaan Clara Ivory

Pertumbuhan Kuat dan tegap Kuat dan tegap

Tempat Dataran rendah hingga

dataran menengah teutama di musim kemarau

Dataran rendah hingga dataran menengah teutama di musim kemarau

Buah Oval Lonjong

Kulit buah Net berwarna hijau Net berwarna hijau

Daging buah Hijau Hijau

Tekstur daging buah Keras Keras

Aroma Sedang Sedikit aroma

Kadar gula 11,5–12% (Brix) 10,813,1% (Brix)

Berat buah 1,8–2,4 kg 2,32,7 kg

Panen 68–69 hari setelah

pindah tanam

68–69 hari setelah pindah tanam Potensi hasil 39–54 ton/ha 4158 ton/ha Kebutuhan benih 540–545 g/ha 500505 g/ha


(31)

16

Dalam sistem hidroponik pengelolaan air dan hara difokuskan terhadap cara pemberianyang optimal sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman, dan kondisi lingkungan (Susila, 2013).

Prinsip dasar hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hidroponik substrat dan NFT. Hidroponik substrat adalah teknik hidroponik yang tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya tanah. Hidroponik NFT (Nutrient film tecnique) adalah teknik hidroponik yang menggunakan model budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan

mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran dapat tumbuh dan berkembang didalam media air tersebut (Untung, 2001).

Sistem hidroponik menjadi pilihan dalam budidaya tanaman karena sistem ini memiliki banyak kelebihan. Menurut Lingga (1984), kelebihan sistem hidroponik sebagai berikut:

1. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. 2. Perawatan lebih mudah dilakukan dan gangguan hama penyakit berkurang. 3. Pemakaian pupuk lebih efisien.

4. Mempermudah dalam proses penyulaman tanaman.

5. Tidak memerlukan banyak tenaga kerja karena bisa dikerjakan dengan mesin.

6. Kebersihan tanaman lebih terjaga dan mengurangi kerusakan pada tanaman.


(32)

17

7. Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan bertanam di tanah.

8. Harga jual tanaman hidroponik lebih tinggi dibandingkan non-hidroponik. 9. Beberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan di luar musim.

10. Tidak ada ketergantungan pada kondisi alam sehingga tidak takut kebanjiran, kekeringan, atau erosi.

11. Budidaya tanaman dengan teknik hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruangan yang terbatas.

Meskipun memiliki banyak kelebihan namun sistem hidroponik juga memiliki kelemahan yang harus dipertimbangkan. Menurut Istiqomah (2000), kelemahan sistem hidroponik yaitu:

1. Perlunya pengontrolan yang intensif baik pengontrolan unsur hara maupun pengendalian hama dan penyakit yang menyerang.

2. Perlu dilakukan penyeterilan media tanam yang akan digunakan. 3. Pengairan yang diberikan harus teratur.

4. Ketersediaan dan perawatan perangkat hidroponik agak sulit.

5. Perlu keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia. 6. Investasi awal yang mahal.

2.6 Boron (B)

Unsur mikro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil namun bukan berarti ini tidak penting untuk pertumbuhan tanaman. Kekurangan akibat unsur mikro essensial akan menimbulkan akibat yang hampir sama dengan kekurangan unsur


(33)

18

makro essensial. Karakteristik unsur mikro ialah keessensialannya dalam jumlah sedikit dan menjadi penyebab keracunan dalam jumlah banyak (Soepardi, 1990).

Tanaman menyerap boron terutama dalam bentuk asam borat tidak terdisosiasi (H3BO3). Bentuk anionnya (H2BO3-, HBO32-, BO32-, dan B4O72-) lebih mudah diserap tanaman, tetapi hanya terjadi pada pH > 7 (Havlinat al. 2005dalam Munawar 2011). Boron di tranportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik (Sutejo, 1987). Di dalam tanaman, B merupakan salah satu unsur mikro yang palingimobile, sehingga tidak mudah ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda, ketika tanaman mengalami kekurangan (Munawar, 2011).

Konsentrasi B pada tanaman monokotil dan dikotil beragam, masing–masing antara 6–18 ppm dan 2060 ppm (Havlinet al. 2005dalamMunawar 2011). Kekurangan sering terjadi jika tanaman mengandung < 20 ppm di dalam daun masak. Keracunan boron jarang terjadi, kecuali akibat pemupukan dengan dosis yang berlebih (Munawar, 2011).

Gejala defisiensi unsur boron tampak antara lain pertumbuhan titik tumbuh (meristem) abnormal. Titik tumbuh di pucuk akan kerdil dan akhirnya mati sehingga cabang tanaman berhenti memanjangkan diri. Oleh karena ada akumulasi zat pengatur tumbuh pada titik tumbuh maka daun dan ranting akan menjadi regas bila diremas. Titik tumbuh pada ujung akar membengkak, warna akan berubah dan akhirnya mati. Bagian dalam tanaman akan sering mengalami disintegrasi dengan gejalaheart rot. Daun memperlihatkan beberapa macam


(34)

19

gejala seperti menebal, regas, keriting, bercak klorosis, dan kemudian layu (Sutiyoso, 2003).

Dampak lainnya, laju proses fotosintesis tanaman akan menurun. Hal itu

disebabkan gula yang terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan tertumpuk di daun. Daun muda warnanya menjadi kecokelatan dan membengkok. Selain itu, daun tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounded front tip), anak daun pada ujung pelepah berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput atau bristle tip, atau tumbuh rapat pendek seolah - olah bersatu dan padat (little leaf). Ketidaksempurnaan (malformation) bentuk daun itu berakibat pada terganggunya proses fotosintesis sehingga buah yang terbentuk sedikit, kecil, dan berkualitas rendah (Gusyana, 2011).

Kebutuhan B dan toleransi tanaman akan B beragam. Namun, pemberian B ke tanaman harus dilakukan dengan hati - hati, karena rentang konsentrasi antara kurang dan beracun lebih sempit daripada hara essensial yang lain, sehingga berpotensi racun. Dosis pemupukan B tergantung kepada uji tanah, konsentrasi B dalam jaringan tanaman, budidaya tanaman, kondisi cuaca, kandungan bahan organik tanah, dan cara pemberian. Rata-rata dosis pemberian B umumnya 0,5– 1 kg ha-1untuk pemberian lewat tanah, dan dosis 0,1–0,5 kg ha-1diberikan lewat daun (Prasad dan Power 1997dalamMunawar 2011).


(35)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Plastik Lab. Lapang Terpadu Universitas Lampung, Kampus Gedong Meneng Bandar Lampung dari bulan September sampai Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai adalah benih melon hibrida varietas Clara dan Ivory, pupuk NPK Mutiara, pupuk urea, calsinit, magnesium sulfat, besi sulfat, mangan sulfat, asam boraks, natrium molibad, tembaga sulfat, seng sulfat, arang sekam, kertas merang, antracol, reagent, kapur barus dan polibag berukuran 40 x 25 cm. Sedangkan alat yang digunakan selama penelitian adalah ajir, ember, gelas ukur, tali raffia, gunting, meteran kain, timbangan digital, spayer, jangka sorong, kamera, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan disusun secara faktorial 5 x 2 dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi boron (B), 0,10 ppm (B1); 0,25 ppm (B2); 0,4 ppm (B3); 0,55


(36)

21

ppm (B4); dan 0,7 ppm (B5) dan faktor kedua adalah varietas melon (V): Clara (V1) dan Ivory (V2). Data yang diperoleh tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan uji F dan uji standar deviasi. Pada fase vegetatif, data disajikan nilai rata-rata dengan standar deviasi. Pada fese generatif, data yang digunakan adalah riil ini karena sebagian besar pada konsentrasi 0,25 ppm varietas Clara dan pada konsentrasi 0,55 varietas Ivory tidak ada.

Rumus standar deviasi :

S2

=

S

=

Keterangan: S2: variance S : standar deviasi n : jumlah data xi : data

ke-3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan berupa arang sekam. Arang sekam diambil dari sisa pembakaran pabrik tahu di daerah Simberwaringin, Lampung Tengah. Arang sekam dimasukkan ke dalam polibag berukuran 40 x 25 cm.

3.4.2 Pembuatan Formulasi Pupuk

Pupuk dibuat dengan menggunakan bahan - bahan yang sudah ada dan ditakar sesuai dengan dosis yang ada disajikan pada (Tabel 3).


(37)

22

Tabel 3. Formula dasar larutan hara untuk pertanaman secara hidroponik untuk 1000 liter larutan hara.

Stok Kimia Sumber g/1000 l

Formula Nama

A

NPK 16:16:16 NPK mutiara N, P, K 1000

Urea Urea N 250

Ca (NO3)2.NH4 Calcinit Ca 250

MgSO4.7H2O Magnesium sulfat Mg, S 750

B

FeSO4.7H2O Besi sulfat Fe, S 4,00

MnSO4.4H2O Mangan sulfat Mn, S 2,00

H3BO4 Asam boraks B 2,00

CuSO4.5H2O Tembaga sulfat Cu, S 0,83

ZnSO4.7H2O Seng sulfat Zn, S 0,65

Na2MoO4.2H2O Natrium molibad Mo 0,36

Cara membuat larutan siap pakai dari larutan stok:

1. Pertama, melarutkan masing-masing pupuk stok A dan stok B dalam wadah terpisah dengan 10 liter air.

2. Kemudian, mencampurkan masing-masing larutan stok dengan mengambil 0,1 liter larutan stok A dan 0,1 liter larutan stok B. Diaduk, lalu dicampur dengan 9,8 liter air sehingga jumlahnya menjadi 10 liter, larutan ini siap diberikan pada tanaman.


(38)

23

Tabel 4. Larutan hara yang siap diaplikasikan ke tanaman percobaan.

No Unsur Hara Ppm

1. Nitrogen (N) 334,36

2. Pospor (P) 69,85

3. Kalium (K) 132,76

4. Kalsium (Ca) 54,95

5. Magnesium (Mg) 73,17

6. Sulfur (S) 98,517

7. Besi (Fe) 0,81

8. Mangan (Mn) 0,49

9. Boron (B) 0,1; 0,25; 0,4; 0,55; 0,7

10. Tembaga (Cu) 0,21

11. Seng (Zn) 0,146

12. Molibdenum (Mo) 0,147

3.4.3 Persiapan Benih

Benih melon direndam dalam larutan fungisida antracol 0,5 g/l selama 3–4 jam. Setelah 3–4 jam, benih melon ditiriskan. Benih melon yang sudah ditiriskan diletakkan dalam kertas merang untuk dikecambahkan. Benih yang mulai berkecambah dipindahkan ke media semai. Perawatan persemaian dilakukan dengan penyiraman media semai dengan menggunakan air pada pagi dan sore hari setiap hari.

3.4.4 Pindah Tanam

Bibit yang ditanam di polibag adalah bibit yang sehat, tidak terserang hama dan penyakit, tegar, warna daun hijau. Bibit dipindah tanam setalah berumur 12 hari.


(39)

24

Sebelum ditanam, bibit diambil dengan hati-hati agar tidak melukai/merusak akar. Bibit ditanam tepat di bagian tengah polibag.

3.4.5 Pemasangan Ajir

Ajir merupakan tempat tumbuh tanaman melon. Ajir dipasang setelah satu minggu melon ditanam (umur 21 hari). Pengajiran dilakukan setiap hari dengan cara mengikat tanaman melon ke ajir dengan mengunakan tali rafia.

3.4.6 Perawatan

Perawatan tanaman melon meliputi penyiraman, perompesan/pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiga kali sehari secara manual. Perompesan tanaman dilakukan pada pagi hari dengan membuang bagian tanaman seperti tunas air, sulur, daun yang rusak/terserang penyakit, pucuk, dan bunga jantan, dan bunga betina yang tidak menjadi buah. Perompesan pucuk dilakukan pada saat panjang batang tanaman melon mencapai 2 m.

Perompesan ini bertujuan untuk mengefisienkan translokasi fotosintat.

Pemangkasan pucuk dilakukan pada saat tanaman melon mencapai ruas ke-25. Penyerbukan bunga betina dilakukan secara manual setelah bunga betina mekar sempurna. Untuk mengendalikan lalat buah penyebab busuk buah, diletakkan kapur barus antartanaman.


(40)

25

3.4.7 Penyiraman

Penyiraman unsur hara diberikan bersamaan dengan air yang dilakukan secara manual dengan menggunakan gelas ukur sebanyak tiga kali sehari dilakukan pada pagi hari (09.00 WIB), siang (12.00 WIB) dan sore (15.00 WIB) secara rutin. Pada umur 1 MST dilakukan penyiraman dengan volume 200 ml, umur 2–3 MST dilakukan penyiraman dengan volume 300 ml, dan umur 4–11 MST dilakukan penyiraman dengan volume 400 ml.

3.5 Variable Pengamatan

Untuk menguji kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap variabel-variabel, meliputi:

1. Panjang tanaman (cm)

Panjang tanaman diukur dari permukaan media tanam hingga ujung batang tanaman sampai berumur 4 MST.

2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada umur tanaman melon 1 MST sampai umur 4 MST (sebelum pemangkasan dilakukan). Daun yang dihitung adalah daun yang terbuka sempurna.

3. Bobot kering brangkasan (g)

Bobot semua bagian tanaman selain akar dan buah dipotong-potong, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 70oC sampai diperoleh bobot yang konstan.


(41)

26

4. Jumlah bunga (kuntum)

Jumlah bunga dihitung ketika bunga sudah mekar sempurna. 5. Bobot buah (g)

Bobot buah diukur dengan menimbang buah pada saat buah matang fisiologi. 6. Volume buah (ml)

Volume buah diukur dengan memasukkan buah melon ke dalam gelas ukur yang diisi air, kemudian dicatat volume kenaikan air tersebut.

7. Diameter buah (cm)

Diameter buah diukur dengan menggunakan jangka sorong. 8. Ketebalan daging buah (cm)

Ketebalan daging buah diukur dengan menggunakan penggaris dari rongga buah hingga kulit buah.


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dlaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kosentrasi boron 0,40 ppm cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi melon varietas Clara dan Ivory.

2. Varietas Clara maupun Ivory dengan sistem hidroponik menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda pada panjang tanaman, jumlah daun, bobot kering brangkasan, sedangkan pada jumlah bunga betina, bobot buah, volume buah, diameter buah, dan ketebalan daging buah varietas Ivory cenderung lebih baik.

3. Pertumbuhan dan produksi melon varietas Clara dan Ivory tidak bergantung pada konsentrasi boron yang dicobakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan jika penanaman melon pada musim yang kurang tepat dengan kondisi suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah maka harus dilakukan penyiraman dengan pengkabutan yang terus menerus.


(43)

PUSTAKA ACUAN

Ai, N. S. Dan Y. Banyo. 2011.Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator

kekurangan air pada tanaman. Universitas Sam Ratulangi. Manado.J. Ilmiah Sains11(2): 166–173.

Ashari, P.R. 2008. Peningkatan Kualitas Anthurium Hookeri Melalui Pemberian Unsur Boron (B). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 45 Hlm. BPS dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2014. Produksi Buah-Buahan di Indonesia,

2008-2012. http://www.scribd.com/doc/184780347/produksi-buah-Indonesia. Diakses 13 Maret 2014

Dewanti, D. F. 2014. Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman. http://www.scribd.com/doc/216668579/bahan-ajar-suhu. Diakses 27 November 2014

Gardner, F., R. Brent Pearce., and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. 420 Hlm.

Gillivray, J. H. M. 1961.Vegetable Production. Mc. Graw Hill Book Co. New York. Gusyana, D. 2011.Bagaimana Cara Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit.

http://disbun.kuansing.go.id/1424/20111126. Diakses pada tanggal 25 April 2014.

Handayani, I. 2003. Respon Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa) dalam Media Arang Sekam, Kasting, dan Larutan Hara (Hidroponik). (Skripsi). Institut Peranian Bogor. Bogor.

Havlin JL, Beaton JD, Nelson SL, Nelson WL. 2005.Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management.New Jersey: Pearson Prentice Hall Istiqomah, S. 200.Menanam Hidroponik. Jakarta: Azka Press.


(44)

42

Jones, J. Benton. 2005.Hydroponics: A Practical Guide for the Soilless Grower. USA: CRC Press. 440 Hlm.

Junaedhie, K. 2006.Pesona Anthurium Daun. Agro Media Pustaka. Jakarta. Kumala, Yunni. 2004. Karakteristik Bunga Mawar Potong (Rosa HybridaL.)

Varietas Grand Gala akibat Defisiensi Unsur Hara Mikro. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lingga, P. 1984.Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya

Mengel, K. and Kirby. 1982.Principles of Plant Nutrition. Int. Potast Inst. Switzerland. 687 Hlm..

Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. 222 Hlm. Novizan. 2005.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka.

Tangerang. 75 Hlm.

Pasaribu, D. Dan S. Suprapto. 1985.Pemupukan NPK pada kedelai. Balai Penelitian Bogor. Bogor

Pratignja dan Wartoyo. 2006.Dasar Hortikultura. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Prasad R, Power JF. 1997.Soil Fertility Management for Sustainable Agriculture. New York: CRC Lesi publisher

PT. Agri Makmur Pertiwi. 2012Product Melon.

http://www.benihpertiwi.co.id/product.php?kategori=8. Diakses pada tanggal 16 Maret 2012.

Rahma, E. D. 2014. Pengaruh Pemberian Boron terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Melon (Cucumis meloL.) pada Sistem Hidroponik Media Padat. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Resh, H. 2004.Hydroponic Food Production Sixth Edition. New Jersey: Newconcept. 567 Hlm.

Rosliani, R., E.R. Palupi., dan Y. Hilman. 2012. Penggunaan benzil amino purin dan boron untuk meningkatkan produksi dan mutu benih true shallots seed bawang merah (Alium cepa var. ascalonicum) di dataran tinggi. J. Hort. 22(3): 242250.


(45)

43

Salisbury, Frank. B. dan Cleon W. Ross. 1992.Fisiologi Tumbuhan1, 2, dan 3. Edisi Keempat. Deterjemahkan oleh Diah R. Lukmana dan Somaryono. Penerbit ITB Bandung.

Samadi, B. 2007.Melon Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Jakarta. 48 Hlm.

Setiadi. 1999. Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 Hlm.

Siswadi. 2008.Berbagai formulasi kebutuhan nutrisi pada sistem hidroponik. J. Inovasi Pertanian7(1): 103–110.

Sobir dan Firmansyah. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 49 Hlm.

Soedarya, A. 2010.Agribisnis Melon. Pustaka Grafika. Bandung. 94 Hlm.

Soepardi. G. 1990.Mewujudkan Potensi Agronomi Lahan. Kompas. 22 november:10 Susila, A. D. 2013.Hidroponik. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 20 Hlm.

Sutejo, M.M. 1987.Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. 177 Hlm. Sutiyoso, Y. 2003.Meramu Pupuk Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya. 121 Hlm. Steel, R. G. D dan Torrie, J. H. 1993.Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 403–450 hal.

Tjahjadi, Nur. 1992. Bertanam Melon. Kanisius. Jakarta. 54 Hlm.

Untung, O. 2001.Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya, Jakarta.

Warmada, W. dan A.D. Titisari. 2004. Agromineralogi:Mineralogi untuk Ilmu Pertanian. UGM. Yogyakarta .

Wijayani A. dan Widodo W. 2005.Usaha meningkatkan kualitas beberapa varietas tomat dengan sistem budidaya hidroponik.J. Ilmu PertanianVol. 12 No. 1: 77–83.


(46)

44

Yudhi. 2008.Pengaruh Unsur Essensial terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://www. Tanindo.com/abdi4/hal2701.htm Diakses tanggal 12 Juli 2014.

Yuliasmara, F., Sukamto, S., dan Prawoto, A.A. 2011.Induksi kekebalan sistemik untuk mencegah penyakit pembuluh kayu pada bibit kakao melalui aplikasi boron dan silikon.Pelita Perkebunan27(3) : 202–215.


(1)

26

4. Jumlah bunga (kuntum)

Jumlah bunga dihitung ketika bunga sudah mekar sempurna. 5. Bobot buah (g)

Bobot buah diukur dengan menimbang buah pada saat buah matang fisiologi. 6. Volume buah (ml)

Volume buah diukur dengan memasukkan buah melon ke dalam gelas ukur yang diisi air, kemudian dicatat volume kenaikan air tersebut.

7. Diameter buah (cm)

Diameter buah diukur dengan menggunakan jangka sorong. 8. Ketebalan daging buah (cm)

Ketebalan daging buah diukur dengan menggunakan penggaris dari rongga buah hingga kulit buah.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dlaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kosentrasi boron 0,40 ppm cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi melon varietas Clara dan Ivory.

2. Varietas Clara maupun Ivory dengan sistem hidroponik menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda pada panjang tanaman, jumlah daun, bobot kering brangkasan, sedangkan pada jumlah bunga betina, bobot buah, volume buah, diameter buah, dan ketebalan daging buah varietas Ivory cenderung lebih baik.

3. Pertumbuhan dan produksi melon varietas Clara dan Ivory tidak bergantung pada konsentrasi boron yang dicobakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan jika penanaman melon pada musim yang kurang tepat dengan kondisi suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah maka harus dilakukan penyiraman dengan pengkabutan yang terus menerus.


(3)

PUSTAKA ACUAN

Ai, N. S. Dan Y. Banyo. 2011.Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator

kekurangan air pada tanaman. Universitas Sam Ratulangi. Manado.J. Ilmiah Sains11(2): 166–173.

Ashari, P.R. 2008. Peningkatan Kualitas Anthurium Hookeri Melalui Pemberian Unsur Boron (B). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 45 Hlm. BPS dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2014. Produksi Buah-Buahan di Indonesia,

2008-2012. http://www.scribd.com/doc/184780347/produksi-buah-Indonesia. Diakses 13 Maret 2014

Dewanti, D. F. 2014. Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman. http://www.scribd.com/doc/216668579/bahan-ajar-suhu. Diakses 27 November 2014

Gardner, F., R. Brent Pearce., and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. 420 Hlm.

Gillivray, J. H. M. 1961.Vegetable Production. Mc. Graw Hill Book Co. New York. Gusyana, D. 2011.Bagaimana Cara Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit.

http://disbun.kuansing.go.id/1424/20111126. Diakses pada tanggal 25 April 2014.

Handayani, I. 2003. Respon Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa) dalam Media Arang Sekam, Kasting, dan Larutan Hara (Hidroponik). (Skripsi). Institut Peranian Bogor. Bogor.

Havlin JL, Beaton JD, Nelson SL, Nelson WL. 2005.Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management.New Jersey: Pearson Prentice Hall


(4)

42

Jones, J. Benton. 2005.Hydroponics: A Practical Guide for the Soilless Grower. USA: CRC Press. 440 Hlm.

Junaedhie, K. 2006.Pesona Anthurium Daun. Agro Media Pustaka. Jakarta. Kumala, Yunni. 2004. Karakteristik Bunga Mawar Potong (Rosa HybridaL.)

Varietas Grand Gala akibat Defisiensi Unsur Hara Mikro. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lingga, P. 1984.Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya

Mengel, K. and Kirby. 1982.Principles of Plant Nutrition. Int. Potast Inst. Switzerland. 687 Hlm..

Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. 222 Hlm. Novizan. 2005.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka.

Tangerang. 75 Hlm.

Pasaribu, D. Dan S. Suprapto. 1985.Pemupukan NPK pada kedelai. Balai Penelitian Bogor. Bogor

Pratignja dan Wartoyo. 2006.Dasar Hortikultura. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Prasad R, Power JF. 1997.Soil Fertility Management for Sustainable Agriculture. New York: CRC Lesi publisher

PT. Agri Makmur Pertiwi. 2012Product Melon.

http://www.benihpertiwi.co.id/product.php?kategori=8. Diakses pada tanggal 16 Maret 2012.

Rahma, E. D. 2014. Pengaruh Pemberian Boron terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Melon (Cucumis meloL.) pada Sistem Hidroponik Media Padat. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Resh, H. 2004.Hydroponic Food Production Sixth Edition. New Jersey: Newconcept. 567 Hlm.

Rosliani, R., E.R. Palupi., dan Y. Hilman. 2012. Penggunaan benzil amino purin dan boron untuk meningkatkan produksi dan mutu benih true shallots seed bawang merah (Alium cepa var. ascalonicum) di dataran tinggi. J. Hort. 22(3): 242250.


(5)

43

Salisbury, Frank. B. dan Cleon W. Ross. 1992.Fisiologi Tumbuhan1, 2, dan 3. Edisi Keempat. Deterjemahkan oleh Diah R. Lukmana dan Somaryono. Penerbit ITB Bandung.

Samadi, B. 2007.Melon Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Jakarta. 48 Hlm.

Setiadi. 1999. Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 Hlm.

Siswadi. 2008.Berbagai formulasi kebutuhan nutrisi pada sistem hidroponik. J. Inovasi Pertanian7(1): 103–110.

Sobir dan Firmansyah. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 49 Hlm.

Soedarya, A. 2010.Agribisnis Melon. Pustaka Grafika. Bandung. 94 Hlm.

Soepardi. G. 1990.Mewujudkan Potensi Agronomi Lahan. Kompas. 22 november:10 Susila, A. D. 2013.Hidroponik. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 20 Hlm.

Sutejo, M.M. 1987.Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. 177 Hlm. Sutiyoso, Y. 2003.Meramu Pupuk Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya. 121 Hlm. Steel, R. G. D dan Torrie, J. H. 1993.Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 403–450 hal.

Tjahjadi, Nur. 1992. Bertanam Melon. Kanisius. Jakarta. 54 Hlm.

Untung, O. 2001.Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya, Jakarta.

Warmada, W. dan A.D. Titisari. 2004. Agromineralogi:Mineralogi untuk Ilmu Pertanian. UGM. Yogyakarta .

Wijayani A. dan Widodo W. 2005.Usaha meningkatkan kualitas beberapa varietas tomat dengan sistem budidaya hidroponik.J. Ilmu PertanianVol. 12 No. 1: 77–83.


(6)

44

Yudhi. 2008.Pengaruh Unsur Essensial terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. http://www. Tanindo.com/abdi4/hal2701.htm Diakses tanggal 12 Juli 2014.

Yuliasmara, F., Sukamto, S., dan Prawoto, A.A. 2011.Induksi kekebalan sistemik untuk mencegah penyakit pembuluh kayu pada bibit kakao melalui aplikasi boron dan silikon.Pelita Perkebunan27(3) : 202–215.