Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur

KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM
ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN
KABUPATEN CIANJUR

FANNISA FITRIDINA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRACT
FANNISA FITRIDINA. Food Consumption, Nutritional Status, and Iodine Status
of Elementary School Children in The Mountainous Areas of Cianjur District.
Under direction of LEILY AMALIA
People in the mountainous region generally less consume food source of
iodine and highly consume goitrogenic food. The pattern of the food consumption
can reduce iodine status of people and further cause IDD (Iodine Defficiency
Disorders). The general objective of this research was to analyze correlation
between consumption habits of iodine source and goitrogenic and iodine status

among elementary school children in mountainous areas in Cianjur district.
Samples are elementary school children grade 5th or 4th aged 9 to 14 years; and
the mothers of the children. This research was conducted in May to October 2012
used cross sectional design in 3 sub-districts of Cianjur District, West Java.
Primary data consisted of food consumption, anthropometry, and iodine urine,
whereas secondary data consisted of characteristics of Cianjur. The study
showed that there was significant correlation between iodine total intake and the
level of UIE (p0.05).
Keywords: food consumption, nutritional status, and iodine status

RINGKASAN
FANNISA FITRIDINA. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Status Yodium Anak
Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan
LEILY AMALIA.
Masyarakat di wilayah pegunungan umumnya kurang mengkonsumsi
pangan sumber yodium dan tinggi akan konsumsi pangan goitrogenik. Pola
konsumsi tersebut dapat menurunkan status yodium yang dalam jangka waktu
lama akan menyebabkan GAKY. Penelitian ini secara umum bertujuan
menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan sumber yodium dan
goitrogenik dengan kadar yodium urin pada anak sekolah dasar di wilayah

pegunungan Kabupaten Cianjur.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul
“Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar: Studi
tentang Konsumsi Pangan, Aspek Sosio Budaya dan Prestasi Belajar di Wilayah
dengan Agroekologi Berbeda”. Desain penelitian adalah cross sectional study.
Lokasi penelitian adalah Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Pasirkuda, dan
Kecamatan Kadupandak yang berada di Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi
penelitian dibantu oleh Pusat Pembinaan dan Pendidikan (Pusbindik) atau Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan
kemudahan akses untuk melaksanakan penelitian. Satu kecamatan terdiri dari
dua sekolah dasar dimana satu sekolah dasar berada dekat dengan akses jalan
utama dan satu sekolah dasar lainnya berada cukup jauh dari akses jalan.
Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei 2012. Sampel penelitian
adalah siswa sekolah dasar kelas 5 atau 4 yang berusia antara 9 sampai 14
tahun serta ibu dari tersebut, masing-masing berjumlah 155 sampel.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi oleh
peneliti kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan peneliti sesuai tujuan penelitian. Data primer pada penelitian ini
meliputi data karateristik sosial ekonomi keluarga, data konsumsi pangan sehari,
data konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik, kadar yodium urin dan

data antropometri anak. Data sekunder diperoleh dari dinas Kabupaten Cianjur.
Data sekunder terdiri dari profil wilayah Kabupaten Cianjur.
Besar keluarga contoh yang termasuk dalam kategori kecil (≤4 orang)
sebanyak 46.5 %. Sebagian besar usia ayah berada dalam rentang dewasa

iii

muda (20-40) sebanyak 47.4%, begitu juga dengan mayoritas usia ibu termasuk
pada kategori dewasa muda (20-40) dengan persentase sebesar 69.9%.
Sebagian besar tingkat pendidikan ayah maupun ibu adalah SD, yaitu masingmasing sebesar 52.3% dan 60.6%. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai
buruh (52.9%) meliputi buruh tani, buruh bangunan dan buruh pabrik. Ibu atau
pengasuh contoh sebagian besar (71.6%) adalah IRT dan terdapat 16.8% contoh
bekerja sebagai buruh. Sebagian besar contoh, yaitu sebesar 69.9% termasuk
dalam kategori miskin.
Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) sebagian besar
(86.5%) status gizi contoh adalah normal. Kelompok pangan yang paling banyak
dikonsumsi adalah serealia, yaitu beras sebesar 211 g/kap/hari, mie sebesar 34
g/kap/hari, dan lainnya sebesar 15 g/kap/hari. Kelompok pangan hewani yang
paling banyak dikonsumsi adalah telur sebanyak 38.5 g/kap/hari. Rata-rata
konsumsi pangan contoh untuk semua kelompok pangan (serealia, umbi-umbian,

pangan hewani, kacang-kacangan, dan sayur serta buah) masih di bawah
anjuran PPH. Skor PPH sebesar 46.5 yang menunjukkan bahwa secara kualitas,
konsumsi pangan contoh masih belum beragam. Pangan sumber yodium yang
paling sering dikonsumsi contoh adalah ikan asin sebanyak 68.4% dan telur
sebanyak 67.1%. Pangan goitrogenik yang paling banyak dikonsumsi contoh
dalam frekuensi yang sering adalah daun singkong, yaitu sebanyak 25.8 % dan
kol sebanyak 23.9%. Asupan gizi contoh masih di bawah AKG, hanya vitamin A
saja yang rata-rata asupannya telah melebihi AKG. Sebagian besar contoh, baik
pria maupun wanita termasuk dalam kategori defisit berat pada tingkat
kecukupan energi begitu juga dengan tingkat kecukupan protein. Rata-rata status
yodium contoh berada pada defisiensi tingkat ringan (median yodium urin 60.0
μg/L). Lebih dari separuh contoh masih tergolong defisiensi, sebesar 32.9%
diantaranya mengalami defisiensi yodium tingkat ringan. Berdasarkan perbedaan
jenis kelamin, median yodium urin contoh laki-laki (67.0 μg/L) lebih tinggi
dibandingkan median yodium urin perempuan (52.5 μg/L).
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara asupan yodium total dengan kadar yodium urin (p0.05).
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan
antara asupan sianida dengan kadar yodium urin (p>0.05).


KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN STATUS YODIUM
ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEGUNUNGAN
KABUPATEN CIANJUR

FANNISA FITRIDINA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

v

Judul Skripsi


: Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak Sekolah
Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur

Nama

: Fannisa Fitridina

NIM

: I14080076

Menyetujui:
Dosen Pembimbing

Leily Amalia, STP,MSi
NIP.19721209 200501 2 004

Mengetahui:
Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.
NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ”Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Status Yodium Anak
Sekolah Dasar di Wilayah Pegunungan Kabupaten Cianjur” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Mayor Ilmu Gizi
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Ayah yang
selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tulus serta adikku
Rangga Ramadhan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Leily Amalia,S.TP,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan,
saran, kritikan, semangat dan dorongan selama penulis melakukan
penelitian dan penulisan skripsi.
2. dr.Vera Uripi selaku dosen pembimbing akademik.
3. Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS selaku pemandu dan penguji yang telah
memberikan masukan dan saran bagi perbaikan skripsi ini.
4. Tim peneliti : Leily Amalia,S.TP,M.Si , Prof.Dr.Ir.Ali Khomsan,MS, Dr.Ir.Hadi
Riyadi MS, Dr.Tin Herawati SP.M.Si, dan Reisi Nurdiani SP,M.Si untuk
segala bimbingan dan arahannya selama kegiatan lapang.
5. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan bantuan beasiswa
kepada penulis, khususnya dalam hal biaya perkuliahan selama semester 3
hingga semester 9.
6. Neys-van Hoogstraten Foundation yang telah memberikan bantuan biaya
penelitian kepada tim peneliti.
7. Para dosen dan staf Departemen Gizi Masyarakat.
8. Gilang Hamzah Fansury, terima kasih atas kasih sayang, semangat, waktu,
dukungan, dan ketulusan dalam membantu penulis.
9. Bapak/Ibu guru dan anak-anak sekolah dasar di SDN Pasirpari, SDN

Kertaharja, SDN Sukajaya, SDN Gunung Kembang, SDN Gandasari, dan
SDN Jembar yang telah bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

vii

10. Sahabat-sahabat penulis: “Genk Ukhty” : Azni, Unie, Alna, Gita dan “Genk
Cumi” : Yulianti, dan Liska. Terima kasih atas canda tawa dan keceriaan
yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan, tanpa kalian
sahabat-sahabatku, masa-masa kuliah yang singkat ini pasti tidak akan
sempurna dan menyenangkan.
11. Teman-temanku : Inke, Puspita, Anisah, Ka Asro dan Ka Setya, Terima
kasih untuk semua yang telah kita lewati bersama di Cianjur. Sebuah
pengalaman yang berharga dan tak terlupakan bersama kalian.
12. Para pembahas seminar : Yustiani, Dyan Fajar Ch, Yulianti Maratun, dan
Suci Latifah yang telah mengkritisi makalah seminar penulis.
13. Teman-temanku yang teristimewa Gizi Masyarakat angkatan 45. Terima
kasih atas kebersamaannya selama ini.
14. Semua teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu atas segala kebersamaan, dorongan, semangat, serta bantuan yang
diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Akhirkata, besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat
bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada
umumnya. Amin.
Bogor, November 2012
Fannisa Fitridina

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 Mei 1990.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Rudhy Yusuf
dan Erlin Marlina. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi
tahun 1994 hingga 1996, kemudian melanjutkan ke SDN Panaragan I Bogor dari
tahun 1996 hingga tahun 2002, tahun 2002 hingga 2005 melanjutkan studi ke
SMP Negeri 4 Bogor, dan tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5
Bogor hingga tahun 2008. Penulis diterima sebagai Mahasisiwa Gizi Masyarakat
angkatan 45, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi BEM FEMA
sebagai staf Komiforel 2009/2010, Staff PSDM 2010/2011. Penulis pernah
menjadi peserta PIMNAS bidang kewirausahaan pada tahun 2011 di UNHAS

Makasar dengan judul proposal “Mo Mie : Mie Instant Berbahan Baku Mocaf
(modified cassava flour) yang Tinggi Protein dan Aman Dikonsumsi”. Selama
masa kuliah, penulis memperoleh beasiswa Karya Salemba Empat (KSE). Pada
bulan Juli-Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa
Sukaratu, Kabupaten Garut dan pada Februari 2012 penulis mengikuti Internship
Dietetik (ID) di RSUD Ciawi Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 3
Hipotesis .......................................................................................................... 3
Manfaat ............................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) ............................................... 5
Yodium ............................................................................................................. 6
Proses Metabolisme Yodium ............................................................................ 7
Kekurangan dan Kelebihan Yodium ................................................................. 8
Determinan Kejadian GAKY ............................................................................. 9
Lokasi .................................................................................................... 9
Asupan Energi dan Protein .................................................................... 9
Status Gizi ............................................................................................. 9
Pangan Sumber Yodium ...................................................................... 10
Proses Pengolahan Pangan ................................................................ 10
Zat Goitrogenik .................................................................................... 11
Parameter pengukuran status GAKY ............................................................. 12
Yodium pada Urin ................................................................................ 12
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) .................................................... 13
Dampak GAKY pada Anak Usia Sekolah ....................................................... 14
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 15
METODE ........................................................................................................... 17
Disain, Waktu, dan Tempat ............................................................................ 17
Populasi dan Sampel ..................................................................................... 17
Teknik Penarikan Sampel .............................................................................. 17
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 18
Jenis Data .................................................................................................. 18
Cara Pengumpulan Data ............................................................................ 19
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 19
Definisi Operasional ....................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 25
Karakteristik Wilayah ...................................................................................... 25
Karakteristik Keluarga Contoh ........................................................................ 26
Besar Keluarga .................................................................................... 26
Usia Orang Tua ................................................................................... 27
Pendidikan Orang Tua ......................................................................... 27
Pekerjaan Orang Tua .......................................................................... 28
Pendapatan Keluarga .......................................................................... 29
Karakteristik Contoh ....................................................................................... 30

x

Status Gizi Contoh ......................................................................................... 31
Konsumsi Pangan dan Asupan Gizi ............................................................... 32
Konsumsi Pangan .......................................................................................... 32
Asupan Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi....................................................... 35
Tingkat Kecukupan Energi ............................................................................. 36
Tingkat Kecukupan Protein ............................................................................ 37
Konsumsi Pangan Sumber Yodium dan Goitrogenik ...................................... 38
Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Yodium ............................................ 38
Konsumsi Garam ........................................................................................ 39
Frekuensi Konsumsi Pangan Goitrogenik ................................................... 42
Asupan Sianida dalam Bahan Pangan Goitrogenik ........................................ 43
Asupan Yodium .............................................................................................. 43
Tingkat Kecukupan Yodium ........................................................................ 44
Status Yodium Urin ........................................................................................ 45
Hubungan antar Variabel ............................................................................... 47
Hubungan Asupan Yodium Total dengan Kadar Yodium Urin ..................... 47
Hubungan Frekuensi Konsumsi Goitrogenik dengan Kadar Yodium Urin ... 47
Hubungan Asupan Sianida dengan Kadar Yodium Urin .............................. 48
Analisis Uji Silang antara Kategori TKY dengan Status Yodium.................. 48
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 50
Kesimpulan .................................................................................................... 50
Saran ............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 52
LAMPIRAN ........................................................................................................ 55

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Spektrum GAKY .............................................................................................. 5
2. Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari) ............................... 7
3. Sumber yodium dalam Bahan Makanan ........................................................ 10
4. Kajian peneliti tentang pengaruh pengolahan terhadap kandungan yodium
dalam makanan............................................................................................. 11
5. Kriteria Kadar Yodium Urin pada Anak Sekolah dasar ................................... 13
6. Sampel, jenis variabel, dan metode pengumpulan data ................................. 19
7. Kategori variabel penelitian ............................................................................ 20
8. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ................................................ 27
9. Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua ................................................. 27
10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua.......................... 28
11. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua ...................................... 29
12. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga ..................................... 29
13. Sebaran contoh berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin ....................... 30
14. Sebaran contoh berdasarkan status gizi ...................................................... 31
15. Rata-rata konsumsi contoh tiap kelompok pangan per hari .......................... 33
16. Kualitas Konsumsi Contoh ........................................................................... 35
17. Rata-rata asupan gizi contoh dan tingkat kecukupan gizi ............................. 36
18. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi............................... 37
19. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein .............................. 37
20. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber yodium .. 38
21. Sebaran contoh berdasarkan merk dan jenis garam yang dikonsumsi ......... 40
22. Kadar yodium berbagai merk garam ............................................................ 41
23. Sebaran contoh berdasarkan kadar yodium garam yang dikonsumsi .......... 42
24. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan goitrogenik ......... 42
25. Rata-rata asupan sianida (mg/100g) bahan pangan .................................... 43
26. Rata-rata asupan yodium/hari dari makanan dan garam .............................. 44
27. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan yodium ............................. 45
28. Sebaran contoh berdasarkan status yodium urin. ........................................ 46
29. Uji silang antara kategori TKY dengan status yodium .................................. 48

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 16
2. Teknik pengambilan sampel .......................................................................... 18

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Uji korelasi Pearson antara asupan yodium total dan kadar yodium urin ....... 56
2. Uji korelasi Spearman antara frekuensi konsumsi pangan goitrogenik dan
kadar yodium urin.......................................................................................... 56
3. Uji korelasi Pearson antara asupan yodium total dan kadar yodium urin ....... 56

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia masih mengalami empat masalah gizi utama, yaitu kurang
energi dan protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), anemia gizi besi (AGB), dan
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Di Indonesia masalah GAKY
masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang serius mengingat
dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber
daya manusia. Besaran masalah kurang yodium di Indonesia dipantau
berdasarkan survai nasional. Prevalensi Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY) pada anak usia sekolah adalah pada tahun 1990 sebesar 27.9%,
selanjutnya menjadi 9,8% pada tahun 1996/1998, dan meningkat lagi menjadi
11.1% pada tahun 2003. GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat,
karena secara umum prevalensinya masih di atas 5% (Tim Penanggulangan
GAKY Pusat 2005).
Dampak dari GAKY bukan hanya pembesaran kelenjar gondok namun
dapat berakibat lebih buruk yaitu penurunan tingkat kecerdasan yang dimulai
pada masa janin hingga dewasa. Semakin muda usia seseorang saat terkena
GAKY maka akan semakin berat akibatnya, terutama pada susunan saraf pusat
yang disebut kretin endemik tipe neurologik yang terbentuk sejak dalam
kandungan dan keadaan ini tidak dapat dikoreksi (Syahbudin 2002). Efek yang
paling serius dari defisiensi yodium adalah retardasi mental. Kekurangan yodium
menimbulkan hipotiroidisme selama periode perkembangan otak, sehingga janin
dan anak pada tahun pertama dapat mengalami kerusakan struktur dan fungsi
otak yang irreversible. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap
masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS), hamil, anak
balita dan anak usia sekolah.
Pada usia sekolah kekurangan gizi merupakan hambatan yang serius
bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa karena mengakibatkan anak
menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan. Menurut Mutalazimah & Asyanti
(2009) kejadian GAKY pada anak usia sekolah menyebabkan hasil belajar yang
lebih rendah. Anak-anak di daerah kekurangan yodium rata-rata mempunyai IQ
13.5 poin lebih rendah dari anak normal. Keadaan ini amat berpengaruh
terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Anak dengan
GAKY memiliki daya tahan tubuh terhadap infeksi dan status gizi yang lebih
rendah.

2

Cara untuk mengetahui tingkat kerawanan GAKY di suatu daerah ada
bermacam-macam di antaranya adalah dengan mengukur kadar ekskresi yodium
dalam urin. Menurut WHO (2001), tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi,
dan spesimen urin mudah diperoleh. Suatu individu dikatakan normal apabila
nilai YODIUM URIN ≥ 100-199 µg/L urin. Pengukuran kadar ekskresi yodium
dalam urin merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui
kecenderungan suatu daerah mengalami endemik GAKY atau tidak.
Masalah GAKY tidak hanya disebabkan oleh rendahnya konsumsi yodium
saja. Namun, terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya
GAKY, yaitu konsumsi pangan sumber yodium yang berlebih, proses pengolahan
pangan, tingginya konsumsi pangan goitrogenik, faktor sosial ekonomi, kondisi
geografis dan adanya interaksi yodium dengan zat gizi lain. Menurut Picauly
(2004), penyebab lain dari GAKY adalah tingginya konsumsi makanan yang
mengandung senyawa goitrogenik. Senyawa goitrogenik ini bisa menghambat
penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid. Zat goitrogenik tersebut banyak terdapat
dalam bahan-bahan makanan yang relatif murah dan mudah didapat, antara lain
kubis (kol), sawi, singkong, dan kacang kedelai.
Status gizi diduga berpengaruh terhadap kejadian GAKY karena secara
teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan yodium. Jumlah
simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai dengan
kondisi status gizinya. Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada
biosintesis hormon tiroid karena kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein)
sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoeljanto 1987). Kadar
yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak
dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3 hari
berturut-turut (Prihartini 2001).
Penderita GAKY umumnya berada di daerah pegunungan dengan tanah,
air, dan tumbuhan yang mengandung sedikit yodium. Kandungan yodium tanah
yang rendah disebabkan oleh sungai yang meluap atau curah hujan yang tinggi.
Defisiensi yodium pada tanah akan menyebabkan defisiensi yodium pula pada
seluruh tanaman, termasuk padi-padian, sayuran dan buah yang tumbuh di
daerah tersebut (Hetzel 1989; Djokomoeljanto 1994; Kodyat 1996). Kandungan
yodium di alam yang telah hilang tidak dapat diganti lagi. Selain karena tingginya
curah hujan, daerah pegunungan juga terbatas dalam hal akses, sehingga
ketersediaan pangan sumber yodium cenderung rendah, termasuk garam

3

beryodium. Selain itu daerah pegunungan merupakan daerah dengan tingkat
ketersediaan pangan goitrogenik yang tinggi, sehingga kemungkinan konsumsi
pangan goitrogenik cenderung tinggi. Sebagai hasilnya, orang-orang yang tinggal
di daerah tersebut banyak yang menderita defisiensi yodium.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang mengidentifikasi GAKY pada
anak-anak sekolah dasar di wilayah pegunungan. Perhatian untuk anak-anak
sangat diperlukan karena anak-anak ini berada dalam tahap pertumbuhan dan
sangat memerlukan kecerdasan yang baik. Selain itu, kelompok anak pun sangat
mudah terpengaruh oleh status yodium dalam tubuh mereka. Berdasarkan uraian
di atas, dapat dilihat begitu kompleksnya masalah kekurangan yodium yang ada
di Indonesia khususnya pada daerah pegunungan. Berdasarkan permasalahan
yang ada, peneliti akan melakukan sebuah kajian penelitian yang dilakukan
secara langsung sehingga diharapkan dapat menekan angka kejadian GAKY.
Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan sumber yodium dan
goitrogenik dengan kadar yodium urin pada anak sekolah dasar di Kabupaten
Cianjur.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh
2. Mengidentifikasi status gizi contoh
3. Mengidentifikasi konsumsi pangan dan asupan gizi contoh
4. Menganalisis tingkat kecukupan gizi contoh
5. Mengidentifikasi konsumsi pangan sumber yodium dan goitrogenik contoh
6. Mengidentifikasi status yodium contoh
7. Menganalisis hubungan antara asupan yodium dengan kadar yodium urin
contoh
8. Menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi pangan goitrogenik,
khususnya sianida, dengan kadar yodium urin contoh
Hipotesis
1. Terdapat hubungan positif antara konsumsi pangan sumber yodium
dengan kadar yodium urin contoh
2. Terdapat hubungan negatif antara konsumsi pangan goitrogenik dengan
kadar yodium urin contoh.

4

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur
Bahan informasi untuk mengidentifikasi kejadian GAKY pada anak sekolah
dasar di wilayah pegunungan Cianjur
Sebagai masukan untuk bahan referensi dalam pengambilan keputusan
program pencegahan dan pengendalian GAKY
2. Masyarakat
Sebagai informasi pentingnya konsumsi pangan sumber yodium dan perlunya
membatasi konsumsi pangan goitrogenik dalam jumlah yang cukup sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Ilmu Pengetahuan
Menambah perbendaharaan referensi mengenai hubungan konsumsi pangan
sumber yodium dan goitrogenik dengan kejadian GAKY pada anak sekolah
dasar di wilayah pegunungan Cianjur.
4. Peneliti Lain
Sebagai bahan kajian pustaka, terutama karena pertimbangan tertentu ingin
melakukan penelitian lanjutan atau penelitian yang sejenis.

TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Menurut Hetzel 2000 dikutip dalam Gibson 2005, akibat dari kekurangan
yodium pada masa pertumbuhan dan perkembangan dikenal sebagai Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY termasuk di antaranya adalah
retardasi mental, hipotiroidisme, goiter, kretinisme, dan beberapa derajat lainnya
pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal. Pada semua tahap
usia, GAKY yang paling umum adalah goiter, yaitu pembesaran kelenjar tiroid.
Hormon tiroid penting untuk perkembangan sistem saraf pusat yang paling
banyak aktif pada masa janin dan bayi. Oleh karena itu ketidakcukupan dari
ketersediaan asupan yodium pada masa ini akan mengakibatkan pertumbuhan
otak yang terganggu yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat intelektual
pada bayi tersebut.
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) disebabkan kekurangan yodium
pada saat tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok
dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan
mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang
dewasa. Ibu hamil dengan kadar tiroksin rendah mempunyai resiko abortus dan
kematian bayi

(Supariasa & Dewa, 2002). Rangkaian gangguan spektrum

kekurangan yodium dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Spektrum GAKY
Tahap perkembangan
Fetus

Bentuk gangguan
Aborsi, lahir mati, gangguan kongenital,
kretin neurologic, defisiensi mental, bisu,
tuli, diplegia spartika, mata juling, kretin
hipotiroidisme,

kerdil,

gangguan

psikomotorik
Neonates

Goiter neonatus, neonates hipotiroidisme

Anak dan remaja

Goiter,

hipotiroidisme

mental

terganggu,

juvenile,

perkembangan

fungsi
fisik

terganggu
Dewasa

Goiter dengan komplikasi, hipotiroidsme,
fungsi mental terganggu

Sumber : Gibson 2005

Kasus pada defisiensi yodium tingkat ringan dan sedang dicirikan dengan
gangguan fungsi tiroid. Kretin endemik merupakan akibat defisiensi yodium berat

6

pada masa fetal, dan merupakan indikator klinis penting bagi GAKY. Prevalensi
GAKY di daerah defisiensi yodium tingkat berat berkisar antara 1-15 %. Kretin
endemik umumnya lahir pada daerah defisiensi yodium sangat berat dengan
median yodium urin kurang dari 20 ug/l (Hetzel & Chandrakant 1996).
Yodium
Yodium adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan
nomor atom 53. Yodium yang tergolong unsur halogen ini tidak pernah
ditemukan dalam keadaan bebas di alam karena tingkat reaktifitasnya yang
tinggi. Oleh karena itu, halogen hanya ditemukan sebagai anion dalam bentuk
garam dan mineral. Berdasarkan konfigurasi elektronnya, yodium menempati
golongan VIIA dalam tabel periodik. Dari unsur golongan VII A, fluorlah yang
paling erat mengikat elektron-elektronnya, sedangkan yodium yang paling lemah.
Semua unsur halogen terdapat sebagai molekul diatom, yaitu F2, Cl2, Br2, dan I2.
Yodium berupa zat padat berwarna hitam mengkilap yang dapat menyublim
menghasilkan uap berwarna ungu.
Yodium ditemukan dalam bentuk iodida (I2) dalam jaringan tubuh.
Yodium menyusun tubuh kurang lebih 15-20 mg, sangat bervariasi antar individu,
tergantung wilayah tempat tinggal, tanah, air, dan tanaman (sumber yodium yang
dikonsumsi). Penyerapan yodium sangat cepat dan mudah. Yodium di dalam
tubuh terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sekitar 70-80%. Jumlah yodium dalam
kelenjar bisa jadi lebih kecil dari 1 mg, jika seseorang mengalami goiter dan
memiliki asupan yodium yang rendah. Yodium terjadi dalam jaringan sebagian
besar sebagai yodium yang terikat secara organik dan yodium anorganik ada
dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fungsi yodium sebagian besar sebagai
komponen dari hormon tiroid, thyroxin, dan 3,5,3-triidothyronin (T3). Hormon ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan jaringan seperti
sistem saraf pusat dan pendewasaan seluruh tubuh (Gibson 2005 ).
Hormon-hormon tersebut juga berfungsi mengatur tingkat metabolisme
basal dan metabolisme makronutrient. Selain itu, hormon tersebut diperlukan
untuk pengaturan suhu tubuh, sintesis protein, dan reproduksi. Bersama yodium,
hormon tiroid berfungsi dalam laju penggunaan oksigen oleh sel, pertumbuhan
linier, dan pembentukan panas tubuh.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan yodium adalah bioavailabilitas, zat
goitrogenik, dan faktor lainnya. Bioavailabilitas yodium lebih dari 90%, tetapi jika
tiroksin

diberikan

secara

oral

bioavailabilitasnya

mencapai

75%.

Pada

7

masyarakat yang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung goitrogenik
seperti singkong, jagung, rebung, ubi jalar, kebutuhan yodium menjadi lebih
tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mengkonsumsi bahan
makanan tersebut. Kecukupan yodium meningkat menjadi 200-300 µg/hari
(Syafiq 2007). Menurut WNPG (2004), kecukupan yodium untuk masing-masing
kelompok umur adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Angka Kecukupan Gizi Yodium yang Dianjurkan (µg/hari)
Kelompok

Anak

Pria

Pria

Wanita

Hamil
Menyusui

Usia
0-6 bln
7-11 bln
1-3 th
4-6 th
7-9 th
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
+
64 th
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
+
64 th
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
0-6 bln
7-12 bln

Yodium (µg/hari)
90
120
120
120
120
120
150
150
150
150
150
150
120
150
150
150
150
150
150
+50
+50
+50
+50
+50

Sumber : WNPG 2004

Proses Metabolisme Yodium
Yodium yang masuk dalam tubuh akan melewati tahap pencernaan
sampai tahap ekskresi. Yodium dalam bahan makanan setelah dicerna akan
diubah menjadi iodide, selanjutnya proses penyerapan akan terjadi dengan cepat
dalam waktu 3-6 menit. Sebagian besar yodium yang telah diubah menjadi iodide
diserap melalui usus kecil, kemudian langsung dibawa menuju kelenjar tiroid,
tetapi beberapa diantaranya langsung masuk ke dalam saluran darah melalui
dinding lambung. Yodium yang dibawa ke kelenjar tiroid sekitar 25 kali lebih
besar dari yodium yang ada dalam darah (Picauly 2004).
Dalam kelenjar tiroid, yodium bergabung dengan molekul tirosin dan
membentuk thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3). Hormon tersebut dikeluarkan

8

ke dalam saluran darah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan tubuh.
Komposisi T4 sekitar 95% dari hormon tiroid dalam darah atau lebih besar dari T3 .
Dalam kelenjar gondok T4 dan T3 bergabung dengan sebuah molekul protein
menjadi tiroglobulin dan merupakan bentuk yodium yang siap untuk disimpan.
Selanjutnya, T4 dan T3 mengalami metabolisme dalam hati dan dalam kelenjar
lainnya, sehingga dari sini dikeluarkan sekitar 60 µg ke dalam cairan ekstra sel.
Beberapa turunan hormon tiroid diekskresikan ke dalam empedu,
kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus. Dari sini sebagian mengalami
sirkulasi enterohepatik yang lepas dari reabsorpsi akan diekskresikan bersama
feses hampir mencapai 20 µg per hari. Ekskresi yodium sebagian besar
dilakukan melalui ginjal, sedangkan dalam jumlah yang lebih kecil dikeluarkan
juga melalui usus dan keringat. Khususnya bagi yodium yang tidak dapat diserap
atau berasal dari empedu akan dikeluarkan bersama feses (Picauly 2004).
Kekurangan dan Kelebihan Yodium
Efek

dari

kekurangan

yodium

pada

masa

pertumbuhan

dan

perkembangan disebut dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Hal-hal yang termasuk ke dalam kategori GAKY adalah retardasi mental,
hypotiroidisme, goiter, kretinisme, dan bermacam-macam derajat pertumbuhan
dan perkembangan abnormal yang lainnya. Pada semua usia, hal yang paling
umum dalam GAKY adalah pembesaran kelenjar tiroid. Hormon tiroid sangat
penting untuk sistem, yang mana paling aktif di masa kehamilan dan
perkembangan janin dan bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, tidak
mengejutkan bahwa ketidakcukupan asupan yodium selama masa kritis
pertumbuhan dan perkembangan otak memiliki efek yang besar pada
perkembangan intelektual bayi dan anak-anak. Goiter adalah konsekuensi kronis
dari defisiensi yodium. Hal ini biasanya terjadi ketika asupan yodium sehari-hari <
50 µg/d (Hetzel 2000 dikutip dalam Gibson 2005).
Selain itu, kekurangan yodium dapat menyebabkan tekanan darah rendah
dan gerakan menjadi lamban, gangguan pendengaran dan bisu. Stimulasi TSH
menjadi berlebihan karena tidak direspon oleh kelenjar tiroid akibat defisiensi
yodium. Gondok bisa juga terjadi akibat konsumsi pangan goitrogenik yang
berlebihan, seperti kubis, brokoli, toge, dan singkong. Kelebihan yodium dapat
menyebabkan resiko terjadinya iodine induce hyperthyroidism. Selain itu, dapat
menyebabkan tirotoksikosis terutama pada orang yang kekurangan yodium,
kemudian mendapatkan asupan yodium tinggi (Nasoetion & Damayanthi 2008).

9

Faktor kelebihan yodium terjadi apabila yodium yang dikonsumsi cukup
besar secara terus menerus. Yodium yang dikonsumsi dalam dosis tinggi akan
terjadi hambatan dalam pembentukan hormon tiroid, khususnya iodinasi tirosin
sehingga dapat berefek antitiroid. Selain itu penerimaan yodium sebanyak
2mg/hari atau 2000 µg/hari dapat merusak sintesis hormon tiroid yang
menyebabkan tingkat plasma T4 dan T3 menjadi rendah.
Determinan Kejadian GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala
atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium
secara terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pada umumnya masalah ini
lebih banyak tejadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsi
sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat
yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium yang rendah.
Lokasi
Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini
disebabkan kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY
secara umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena
yodium yang berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan
dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung
yodium rendah bahkan tidak ada (Rusnelly 2006). Menurut data Departemen
Kesehatan Tahun 1990 daerah pantai atau dataran rendah bebas dari penderita
GAKY. Daerah pantai atau dataran rendah secara teoritis mengandung cukup
yodium, dengan demikian maka tanaman sumber air minum dan hewan
mengandung yodium lebih banyak (Adriani dkk 2002).
Asupan Energi dan Protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat
disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan
diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan
alat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid
keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon (Picauly 2004)
Status Gizi
Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKY masih belum banyak diteliti,
namun secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan yodium.
Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai

10

dengan kondisi status gizinya. Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik
lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah
diberikan kapsul yodium selama 3 hari berturut-turut (Prihartini 2001). Status gizi
kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroid karena kurangnya
TBP (Thyroxin binding Protein),sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang
(Djokomoeljanto 1987).
Pangan Sumber Yodium
Defisiensi yodium dapat terjadi pada saat penerimaan yodium kurang dari
50 µg per hari. Asupan yodium pada manusia berasal dari makanan dan
minuman yang berasal dari alam sekitarnya. Oleh karena itu, masalah GAKY
sering dihubungkan dengan rendahnya konsumsi yodium dari makanan dan
minuman pada masyarakat daerah dataran tinggi atau pegunungan. Jika lahan di
sekitar kurang yodium di permukaan tanah maka semua tumbuhan dan air yang
hidup di daerah tersebut mempunyai kandungan yodium yang rendah.
Pangan sumber yodium umumnya adalah bahan makanan sumber
hewani, seperti ikan, kerang dan sumber nabati yang tinggi yodium adalah
rumput laut. Garam beryodium sebanyak 2 gram atau setara dengan ½ sdt dapat
memenuhi anjuran konsumsi yodium orang dewasa, pangan laut (ikan laut
mengandung 300-3000 µg I/kg) sedangkan ikan darat hanya mengandung 20-40
µg I/kg. Adonan roti, produk unggas dan tanaman yang ditanam di tanah kaya
yodium (Nasoetion & Damayanthi 2008). Berikut adalah kandungan yodium
dalam bahan makanan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Sumber yodium dalam Bahan Makanan
Bahan makanan

Berat (gram)

Kandungan yodium (µg)

Remis, kerang, salmon

100

200-250

Udang, ikan cod

100

120-130

Makarel, tuna, herring

100

50-75

Garam beryodium

19

15-40

Sumber : Zimmermann 2001

Proses Pengolahan Pangan
Pengolahahan pangan bertujuan untuk menambah macam atau jenis
makanan olahan dengan meningkatkan cita rasa dan daya cerna. Cara
pengolahan atau pemasakan yang biasa dilakukan di rumah tangga berupa
ditumis, direbus, dibakar dan digoreng.

11

Tabel 4 Kajian peneliti tentang pengaruh pengolahan terhadap kandungan
yodium dalam makanan*
Cara Pengolahan

29-35
23-25

Getardjali et al.
1995 (%kehilangan
pada semua jenis
pangan)
20
37

Picauly 2004
(%kehilangan pada
semua jenis
pangan)
**
20-50

58-70
**
**
**

**
20
6
27

>50
**
20 ºC) yodium akan
mudah terhidrolisis. Jadi apabila bahan pangan sumber yodium diperlakukan
dengan dua media tersebut dalam waktu yang lama maka kandungan yodium
akan berkurang atau bahkan habis selama proses pengolahan. Oleh karena itu,
untuk menghindari kerusakan yodium pada waktu pemasakan sebaiknya
dilakukan sesingkat mungkin dan wadah masak harus tertutup, terutama untuk
pengolahan sayur (Picauly 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Saksono dkk (2000) yang dikutip
dalam Picauly (2004), pada proses penyimpanan saja (tanpa proses pemasakan)
kandungan KIO3 dapat mengalami perubahan, hal ini disebabkan dalam jenis
garam yang digunakan secara umum tidak saja mengandung KIO3 tetapi juga
terdapat senyawa pengotor lainnya, yang bersifat oksidator sehingga cara titrasi
iodometri kurang sesuai untuk menganalisa kestabilan KIO3 itu sendiri.
Zat Goitrogenik
Kekurangan yodium merupakan penyebab terjadinyab gondok, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah
bahan pangan yang bersifat goitrogenik. Zat goitrogenik dalam bahan makanan
yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat yodium dalam tubuh tidak
berguna karena zat goitrogenik tersebut menghambat absorbsi dan metabolisme
mineral yodium yang telah masuk ke dalam tubuh.

12

Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat yodium
oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar tidak dapat
meningkat. Selain itu, zat goitrogenik dapat menghambat perubahan yodium dari
bentuk anorganik menjadi organik sehingga pembentukan hormon tiroksin
terhambat. Goitrogenik alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok sianida,
yaitu daun singkong, umbi singkong, gaplek, gadung, rebung, daun ketela,
kecipir, dan terong; kelompok mimosin, seperti petai china dan lamtoro;
kelompok isothiosianat, seperti daun papaya dan kelompok asam, seperti jeruk
nipis, belimbing wuluh dan cuka.
Bahan makanan yang goitrogen yang banyak dikonsumsi di negara
berkembang adalah singkong. Brody (1999) yang dikutip dalam Picauly (2004)
mengatakan

bahwa

singkong

mengandung

cyanogenik-glyceaside

yang

merupakan sumber sianida. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70
mg-400 mg/kg, bila kadar sianida singkong sekitar 400 mg/kg singkong, singkong
tersebut akan terasa pahit. Menurut WHO (2001) batas aman sianida adalah 10
mg/kg berat kering. Singkong yang akan dikonsumsi sebaiknya direbus terlebih
dahulu untuk mengurangi sianida yang ada pada singkong. Jika tidak dihilangkan
dengan baik, sianida akan terlepas dan dalam tubuh akan berubah menjadi
thiosianat, zat inilah yang akan menghambat penyerapan yodium dan akan
mengakibatkan gondok.
Parameter pengukuran status GAKY
Yodium pada Urin
Ginjal tidak mempunyai mekanisme penyimpanan yodium oleh karena itu
ginjal merupakan jalur utama (80-90%) dalam pembuangan yodium. Saluran
ekskresi utama yodium adalah melalui saluran urin dan cara ini merupakan
indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status yodium, sedangkan
pengeluaran yodium melalui feses hanya sekitar 20% dari total pengeluaran.
Sebagian besar yodium yang diserap tubuh dapat dilihat pada urin karena
eksresi yodium urin menggambarkan asupan yodium harian. Secara individu
ekskresi yodium dapat berubah tergantung konsumsi makanan setiap hari.
Penelitian telah membuktikan bahwa besar kandungan yodium dalam urin yang
dikumpulkan selama 12 jam per hari mempunyai nilai yang cukup berbeda
dengan yang dikumpulkan selama 24 jam per hari. Namun dalam skala besar
pengumpulan urin 24 jam menjadi tidak praktis (Picauly 2004).

13

Studi menunjukkan secara meyakinkan profil konsentrasi yodium pagi
hari atau sewaktu pada anak atau orang dewasa cukup untuk menilai status
yodium pada populasi. Menurut WHO (2001), dalam menggunakan metode ini
sampel urin selama 24 jam sulit diperoleh dan tidak perlu. Tingkat kepercayaan
indikator ini sangat tinggi, dan spesimen urine mudah diperoleh. Metode
pemeriksaan yodium urin tidak sulit untuk digunakan tapi membutuhkan ketelitian
untuk menghindari kontaminasi yodium pada semua tahap pemeriksaan,
khususnya di wilayah laboratorium, peralatan laboratorium terutama gelas dan
reagen dikhususkan untuk pemeriksaan ini.
Secara umum jumlah urin 0,5-1 ml sudah cukup sebagai bahan
pemeriksaan meskipun ini tergantung dari metode yang digunakan. Sampel
dapat disimpan di laboratorium satu bulan atau lebih tanpa perlu refrigator, suhu
dingin lebih diutamakan untuk menghindari bau urin (WHO 2001). Kriteria
epidemiologi yodium urin pada anak sekolah dasar selengkapnya pada Tabel 5.
Tabel 5 Kriteria Kadar Yodium Urin pada Anak Sekolah dasar
Median Urinary Iodine
(µg/L)
< 20
20-49
50-99
100-199
200-299
>300

Asupan Yodium
Tidak cukup
Tidak cukup
Tidak cukup
Cukup
Lebih dari cukup
Kelebihan

Dampak
Defisiensi berat
Defisiensi sedang
Defisiensi ringan
Optimal
Berisiko hipertiroid
Berisiko merugikan
kesehatan (hipertiroid,
autoimun tiroid disease)

Sumber : WHO 2001

Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Kelenjar Pituitary mengeluarkan TSH sebagai respon konsentrasi dari
kadar T4 di sirkulasi darah. TSH meningkat ketika T4 rendah, menurun bila T4
meningkat. Defisiensi yodium ditandai dengan rendahnya kadar T4 dalam darah
dan meningkatnya TSH. Jadi penderita defisiensi yodium pada populasi
umumnya mempunyai serum TSH lebih tinggi. Meskipun pemeriksaan nilai TSH
cukup akurat pada orang dewasa namun tidak dianjurkan untuk digunakan
secara rutin sebagai data survey (WHO 2001)
TSH pada bayi adalah indikator yang baik untuk kondisi defisiensi yodium.
Kadar homon tiroid pada bayi mengandung yodium lebih rendah dibandingkan
dengan orang dewasa ini karena pertukaran yodium yang tinggi. Pertukaran
tinggi bukanlah hal yang berlebihan pada keadaan defisiensi yodium, sebab
terjadi peningkatan stimulasi tiroid oleh TSH. Penyebab TSH meningkat pada

14

bayi dengan keadaan defisiensi yodium adalah fenomena yang disebut Transient
Hypertyrotopinemia. Prevalensi bayi dengan serum TSH meningkat merupakan
indikator akut defisiensi yodium pada populasi, juga sebagai bukti bahwa
defisiensi yodium berefek langsung pada pertumbuhan otak (WHO 2001)
Dampak GAKY pada Anak Usia Sekolah
Pada anak-anak sekolah yang tinggal di wilayah kekurangan yodium
pada sejumlah negara ditandai dengan nilai absensi sekolah yang tinggi dan IQ
yang rendah dibandingkan dengan kelompok serupa pada wilayah yang cukup
yodium. Studi terbaru di beberapa Negara sudah menunjukkan bahwa
perkembangan mental anak-anak di wilayah kekurangan yodium akan tertinggal
dari mereka yang hidup di wilayah cukup yodium. Selain itu, pada penelitian meta
analisis yang baru saja dilakukan pada 18 buah hasil peneliitian juga
menyimpulkan bahwa defisiensi yodium dapat menurunkan score IQ anak-anak
sebesar 13.5 point (Picauly 2004).
Semua penelitian yang dilakukan dalam bidang ini melaporkan bahwa
faktor yang