Teori tentang Kecerdasan Emosional

II.2.3. Rancangan

Suatu rancangan pelatihan dapat dilakukan setelah tujuan pelatihan ditentukan, baik itu bersifat spesifik menurut pekerjaan atau lebih luas, pelatihan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah dinilai. Adapun unsur-unsur yang ada dalam rancangan pelatihan adalah gaya pembelajaran, kesiapan belajar, rancangan untuk transfer dan terakhir adalah pembelajaran.

II.2.4. Penyampaian

Setelah pelatihan dirancang maka tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Dalam tahap ini Ivanceevich 2001 menekankan langkah-langkah penting bagi pengorganisasian program pelatihan yaitu metode penyampaian materi, pemilihan instruktur, fasilitas pelatihan, dan pelaksanaan program.

II.2.5. Evaluasi

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi, dimana ada empat kritria yang diungkapkan oleh Dessler 1997 untuk mengevaluasi program pelatihan yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.

II.3. Teori tentang Kecerdasan Emosional

II.3.1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Daniel Goleman 1995: 411 emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Daniel Goleman 1995: 411 menyatakan bahwa ada beberapa macam emosi, yaitu: a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut : terkesiap, terkejut g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. malu : malu hati, kesal Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam The Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan Goleman, 2002: xvi. Menurut Mayer Goleman, 2002: 65 orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar- On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan Goleman, 2000:180. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind Goleman, 2000: 50- 53 mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematikalogika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional. Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari: “kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif” Goleman, 2002: 52. Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” Goleman, 2002: 53. Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey Goleman, 200:57 memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA orang lain empati dan kemampuan untuk membina hubungan kerjasama dengan orang lain. II.3.2. Perkembangan Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional pertama sekali diusulkan oleh psikolog Mayer dan Salovey 1990, menyatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai suatu bentuk kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan untuk mengetahui beberapa perasaan dan emosi yang dimiliki, dan mampu membedakan di antaranya, serta menggunakan informasi ini untuk membimbing pemikiran serta tindakan. Menurut identifikasi yang dilakukan oleh Mayer dan Salovey terdapat Empat bagian dari kecerdasan emosional, yaitu: 1. Pengidentifikasian emosi: kemampuan untuk mengenalisa satu perasaan yang dimiliki dan perasaan tersebut ada di sekitar mereka. 2. Pemahaman Emosi: kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memahami emosi, seperti apa yang diistilahkan Mayer dan Salovey sebagai emotional chains – transisi dari satu emosi ke lainnya. 3. Menggunakan emosi: kemampuan untuk mengakses satu emosi dan alasannya menggunakannya untuk membantu berpikir dan mengambil keputusan. 4. Mengelola emosi: kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri dan mengaturnya. Menurut Cooper dan Sawaf 2000: 13, EQ didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan, memahami serta mampu menerapkan secara efektif kekuatan serta UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kecerdasan emosi sebagai suatu sumber kekuatan manusia, informasi, hubungan dan pengaruh. Keterampilan kecerdasan emosional EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, kecerdasan emosional EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan Shapiro, 1998-10. Pada tahun 1995, seorang psikolog dan wartawan bernama Daniel Goleman menerbitkan tulisannya tentang Emotional Intelligence, yang disusun berdasarkan pada konsep kecerdasan emosional Emotional Quetion karya Mayer dan Salovey di atas. Kecerdasan Emosional didefinisikan sebagai kemampuan secara terus menerus untuk memotivasi diri sendiri dalam keadan frustasi; mengendalikan gerakan hati dalam suasana kegembiraan; pengendalian suasana hati yang dikarenakan kelebihan beban berfikir; berempathi dan selau optimis Goleman, 1996. Menurut Goleman 1995: 512, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi to manage our emotional life with intelligence; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya the appropriateness of emotion and its expression melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Selanjutnya pada tahun 1998 Goleman memperkenalkan satu kerangka kecerdasan emosional yang merupakan refleksi dari kemampuan seseorang dalam Kesadaran Diri, Manajemen Diri, Kesadaran Sosial, dan Manajemen Hubungan. Model ini selanjutnya menjadi dasar atas kemampuan kecerdasan emosional yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diidentifikasikan dalam penelitian yang dilakukan di PT Cocacola Bottling Northern Sumatra Operation. Kesadaran Diri merupakan komponen pertama dari kecerdasan emosional yang berarti kemampuan untuk memahami perasaan yang sedang ada yang mencakup kepada kompetensi pemahaman emosi diri, kemampuan penilaian diri sendiri, dan percaya diri. Manajemen Diri yang merupakan komponen kedua dari kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengatur tekanan atau stres yang sedang dihadapi, dan pengendalian terhadap impulsif dari emosional. Secara spesifik kompetensi manajemen diri mencakup kepada Pengendalian diri Transparansi, Kemampuan beradaptasi, Prestasi, Inisiatif, dan terakhir Optimis. Kesadaran Sosial merupakan komponen kecerdasan emosional yang ketiga dimana didefinisikan sebagai kemampuan berempati, yaitu kemampuan untuk membaca isyarat nonverbal terhadap emosi negatif terutama sekali marah dan ketakutan, dan untuk menilai kejujuran orang lain atau dapat juga dikatakan komptensi dalam hal empati, kesadaran organasasi, dan pelayanan. Terakhir adalah Management Hubungan, yang merupakan kemampuan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Kompetensi yang dimiliki dalam manajemen hubungan adalah Inspirasi, Pengaruh, Pengembangan, Memberi Perubahan, Manajemen Konflik, dan Kerjasama. Dari Tabel 2.2 dapat dilihat kerangka kompetensi kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman 2001. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel II.1. Kerangka Kompetensi Kecerdasan Emosional Domain Kompetensi Kesadaran Diri - Pemahaman emosi diri - Kemampuan penilaian diri sendiri - Percaya diri Manajemen Diri - Pengendalian diri - Transparansi - Kemampuan beradaptasi - Prestasi - Inisiatif - Optimis Kesadaran social - Empati - Kesadaran organisasi - Pelayanan Manajemen hubungan - Inspirasi - Pengaruh - Pengembangan - Memberi perubahan - Manajemen konflik - Kerjasama Sumber: Goleman, 2001

II.4. Teori tentang Kinerja

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelatihan Dalam Menghasilkan Karyawan Yang Berkualitas Pada Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.

8 59 95

Analisis Pengaruh Penempatan Karyawan Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia

0 35 1

Analisis Realisasi Anggaran Pada PT. Coca Cola Bottling, Indonesia-Medan

0 43 85

PENGARUH UPAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA-COLA BOTTLING Pengaruh Upah Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Ungaran Semarang.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Upah Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Ungaran Semarang.

0 0 7

PENGARUH UPAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA-COLA BOTTLING Pengaruh Upah Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Ungaran Semarang.

0 0 11

Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Penelitian Terdahulu - Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

0 0 12

ANALISIS PENGARUH PELATIHAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA NORTHERN SUMATRA OPERATION TESIS

0 0 21