Hasil Penelitian 1. PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian IV.1.1. PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation IV.1.1.1. Sejarah singkat perusahaan Perusahaan Coca Cola Company berawal pada bulan Mei 1886, pada saat seorang ahli farmasi yang bernama Dr. John Pamberton dan juga ahli minuman di Atlanta,Georgia, Amerika Serikat mencampurkan suatu ramuan yang khusus dengan gula murni menjadi suatu sirup yang mempunyai suatu aroma yang segar dan berwarna caramel. Kemudian diaduk dengan air murni di dalam periuk tembaga. Rekan usaha dan juga merangkap akuntan Dr. Pemberton, yaitu Frank M Robinson menamakannya “Coca Cola”. Sehingga lahirlah minuman segar baru di dunia. Sebelum meninggal pada tahun 1888, Dr. Pamberton mewariskan penemuannya kepada Asa Candler seorang manager ulung yang kemudian pada tahun 1892 mendirikan perusahaan The Coca Cola Company yang sampai sekarang masih berdiri megah di Atlanta, Georgia. Ide cemerlang untuk menyediakan Coca Cola dalam botol dating dari seorang pemilik took di Mississippi pada tahun 1899 yang bernama Josep Biedenham. Bekerja sama dengan pengusaha dari Tennessee, Biedenham mendirikan pabrik Coca Cola pertama dengan membeli Concentrate bahan baku dasar dari The Coca Cola Compan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pengusaha Tennessee ini juga menemukan cara penjualan Coca Cola secara langsung kepada pelanggan. Inilah awal dari suatu sistem dagang yang unik dalam sejarah perdagangan yang disebut Franchise System, yaitu sistem kerja sama yang saling menguntungkan antara dua perusahaan The Coca Cola Company dan pabrik minuman yang sama sekali terpisah modal kepemilikannya dan menajemennya. Robert W Woodruff, presiden The Coca Cola Company 1919 – 1955 adalah pencetus pertama gagasan agar Coca Cola tidak hanya dinikmati oleh orang-orang Amerika tetapi juga seluruh bangsa di dunia. Sehingga berdirilah The Coca Cola Export Corporation pada tahun 1929. Coca Cola lahir di Indonesia sekitar tahun 1972, ketika Netherlands Indische Mineral Water Fabric Pabrik Air Mineral Hindia Belanda membotolkannya untuk pertama kali di Batavia Jakarta. Produksi Coca Cola lumpuh pada jaman penjajahan Jepang 1942 – 1945, tetapi tepat setelah kemerdekaan Republik Indonesia, kemudian beroperasi di bawah naungan The Indonesia Bottles Ltd – NV IBL dengan status perusahaan Nasional. Pada tahun 1971 dengan pertambahan partner usaha dan modal, didirikanlah pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT Djaya Beverage Bottling Company. Di Indonesia sampai saat ini tercatat 10 pabrik Coca Cola yang beroperasi yaitu: a. Tahun 1971 PT Djaya Beverage Bottling Company, Jakarta. b. Tahun 1973 PT Brasseries Del Indonesia, Medan. c. Tahun 1976 PT Tirtalina Bottling Company, Surabaya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Tahun 1976 PT Coca Cola Van Java Bottling Company, Semarang. e. Tahun 1981 PT Tirta Pertama Sari Bottling Company, Ujung Pandang. f. Tahun 1983 PT Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung. g. Tahun 1985 PT Tribina Jaya Nusantara Bottling Company, Padang. h. Tahun 1985 PT Banya Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar. i. Tahun 1985 PT bangun Wenang Sejahtera Beverages Company, Menado. j. Tahun 1991 PT Eka Ticma Manunggal Bottling Company, Banjarmasin. Lima dari sepuluh pabrik pembotolann Coca Cola di Indonesia dimiliki oleh PT Coca Cola Van Java Bottling Company, perusahaan Nasional yang kemudian pada tahun 1992 berafiliasi dengan Coca Cola Limited, satu grup perusahaan pembotolan Coca Cola terkemuka di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur yang bermarkas di Sidney Australia. Mugijanto, karyawan muda PT Pantraco Ltd, Jakarta mendapat tantangan dari pimpinan P. Hutabarat untuk menggarap bidang usaha baru dibidang industri minuman ringan di Jawa Tengah di beri nama dengan PT Van Java Bottling Company. Kegiatan pada tahap awal adalah sebagai penyalur Coca Cola, Fanta, dan Sprite yang diproduksi di Jakarta. Ternyata pemasaran minuman tersebut di Jawa Tengah berkembang dengan pesatnya sehingga persediaan produk terus minta ditingkatkan. Pada tanggal 5 Desember 1976, berdirilah pabrik yang syaratnya dengan standar-standar mutu, di sebuah lereng bukit yang indah yaitu pegunungan Ungaran, tepatnya di desa Hardjosari, Kecamatan Bawen, Semarang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Beberapa tahun kemudian berturut-turut empat pabrik pembotolan Coca Cola lainnya diakui oleh PT Coca Cola Van Java Bottling Company, termasuk pabrik pembotolan Coca Cola di Medan yang dibangun semenjak tahun 1973, Pabrik pembotolan Coca Cola di Medan sebelumnya dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia. Namun sejak 22 Mei 1994 diambil alih oleh PT Coca Cola Van Java Bottling Company. Beberapa bulan kemudian pabrik Coca Cola di Medan meluncurkan produk-produk barunya yaitu Fanta, Soda Water, FresTea yang beraroma melati dan segar. IV.1.1.2. Struktur organisasi Suatu perusahaan akan dapat melaksanakan kegiatannya dengan lancar dan efisien apabila adanya sarana manajemen berupa struktur organisasi, yang merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuannya. Pekerjaan dalam perusahaan dapat diarahkan dan dibagi-bagi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Mengingat besarnya peranan dan sumbangan dari struktur organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan, maka PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan turut serta memilih struktur organisasi yang baik yaitu struktur organisasi garis, seperti terlihat dalam gambar berikut ini: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber: P T . C O C A - C O L A B O T T L I N G INDONESIA MEDAN Cold Drink Eq. Officer Logistic Manager HR. Manager Supervisor Tax Officer Channel Manager Secretary Gen. Sales Mkt. Mgr Mkt. Tech SC.Managrr SC Examiner Financial A Accountant Mgr Finance Manager Business BIS Manger Purchasing Manager Purchasing Officer PPIC Manager SC.Mgr Medan Tech Desktop Technical Operation Manager Prodution Manager IT Gen. Affars Manager Enginering Manager General Manager QA Manager Gambar IV.1. Struktur Organisasi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

V.1.2. Karakteristik Responden PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation yang terdata pada bagian administrasi. Karakteristik Responden dideskripsikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pangkat, masa kerja, pendidikan terakhir, jumlah pelatihan yang diikuti, metode pelatihan yang pernah diikuti. IV.1.2.1. Karakteristik responden berdasarkan umur Karakteristik responden berdasarkan umur, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berumur antara 31 - 40 tahun berjumlah 35 orang 44,8 persen, yang berumur antara 20 – 30 tahun berjumlah 22 orang 27,6 persen, yang berumur antara 41 – 50 tahun berjumlah 16 orang 20,7 persen, dan yang berumur antara 50 tahun berjumlah 6 orang 6,9 persen. Tabel IV.17. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Tahun Jumlah Orang Persen 20 – 30 22 27.8 31 – 40 35 44.3 41 – 50 16 20.3 50 6 6.6 Total 79 100.0 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut terlihat bahwa mayoritas responden berumur antara 31 - 40 tahun. Bila dikaitkan dengan tahapan dalam siklus hidup, pada umur 31 – 40 tahun adalah masa kedewasaan untuk berkarier dengan baik. Pada umur 20 – 30 tahun adalah masa awal dalam memulai bekerja, kemudian pada umur 41 - 50 tahun adalah masa puncak dalam karier seseorang dan 50 tahun adalah masa untuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mempersiapkan diri menghadapi pensiun seorang pegawai. Artinya, perusahan merekrut pegawai yang memiliki umur produktif untuk bekerja dengan harapan pegawai-pegawai ini memiliki semangat yang tinggi pula dalam penyelesaian tugas- tugas yang diberikan. IV.1.2.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menjadi pegawai berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 60 orang 75,9 persen, sedangkan responden berjenis kelamin wanita berjumlah 19 orang 24,1 persen. Tabel IV.18. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Orang Persen Laki – laki 60 75.9 Perempuan 19 24.1 Total 79 100.0 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Tingginya permintaan di daerah pelosok dan luasnya daerah pemasaran produk Coca-Cola merupakan salah satu alasan perekrutan karyawan laki-laki lebih banyak dari karyawan perempuan. Walaupun tidak menutup kemungkinan perusahaan merekrut perempuan berdasarkan potensi yang lebih baik dari laki-laki. IV.1.2.3. Karakteristik responden berdasarkan pangkat Karakteristik responden berdasarkan pangkat, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menjadi pegawai berdasarkan pangkat grade B berjumlah 25 orang 31,7 persen, C berjumlah 16 orang 20,3 persen, A berjumlah 14 orang 17,7 persen, D berjumlah 12 orang 15,2 persen, E berjumlah 5 orang 6,3 persen, F berjumlah 4 orang 5,0 persen dan G berjumlah 3 orang 3,8 persen. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel IV.19. Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat Pangkat Grade Jumlah Orang Persen A 14 17.7 B 25 31.7 C 16 20.3 D 12 15.2 E 5 6.3 F 4 5.0 G 3 3.8 Total 79 100.0 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Hasil dari Tabel IV.19 bila dikaitkan dengan kepangkatan dapat dikatakan bahwa perusahaan merekrut dan juga mempertahankan pegawai-pegawai yang memiliki kemampuan, pengalaman dan prestasi dalam pekerjaan. Itu sebabnya responden yang memiliki pangkat grade A, B, dan C masih dominan. IV.1.2.4. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja Karakteristik responden berdasarkan masa kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan masa kerja berada antara 1 - 5 tahun berjumlah 34 orang 43,0 persen, masa kerja 10 tahun berjumlah 30 orang 38,0 persen dan yang masa kerja 6 - 10 tahun berjumlah 15 orang 19,0 persen. Tabel IV.20. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Tahun Jumlah Orang Persen 01 - 05 34 43.0 06 - 10 15 19.0 10 30 38.0 Total 79 100.0 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut terlihat bahwa mayoritas responden berdasarkan masa kerja merupakan pegawai baru yang belum lama bekerja. Hal ini merupakan indikasi bahwa perusahaan melakukan pelatihan-pelatihan secara rutin bagi karyawan untuk menambah keterampilan dalam bekerja. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA IV.1.2.5. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menjadi pegawai berdasarkan pendidikan terakhir SMA berjumlah 33 orang 41.8 persen, S1 berjumlah 23 orang 29,1 persen, D3 berjumlah 22 orang 27,8 persen, S2 berjumlah 1 orang 1,3 persen. Tabel IV.21. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Orang Persen SMA 33 41.8 D3 22 27.8 S1 23 29.1 S2 1 1.3 Total 79 100.0 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Berdasarkan Tabel IV.21 dapat dikatakan bahwa perusahaan berupaya untuk menggunakan tenaga kerja pada umur produktif. Itu sebabnya mayoritas responden berdasarkan pendidikan terakhir berada pada tingkat SMA sampai S1. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan rendah adalah pegawai yang sudah mengabdi lebih lama dibandingkan dengan pegawai-pegawai lain dan sudah banyak memberikan kontribusi pada perusahaan. Karena umur pegawai ini sudah memasuki masa pensiun maka perusahaan berusaha untuk mempertahankan pegawai yang bersangkutan sampai mengakhiri masa kerjanya pada perusahaan. IV.1.2.6. Karakteristik responden berdasarkan metode pelatihan Karakteristik responden berdasarkan metode pelatihan yang pernah diikuti, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang pernah mengikuti UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pelatihan dalam kerja berjumlah 45 orang 57,0 persen, sedangkan responden yang pernah mengikuti pelatihan luar kerja berjumlah 34 orang 43,0 persen. Tabel IV.22. Karakteristik Responden Berdasarkan Metode Pelatihan Metode Pelatihan Jumlah Orang Persen Pelatihan dalam kerja 45 57.0 Pelatihan luar kerja 34 43.0 Total 79 100.0 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Karakteristik responden berdasarkan metode pelatihan ini dilihat dari berapa banyak seorang pegawai mengikuti program pelatihan dan pengembangan. Apabila dilihat dari total 79 orang responden, maka 45 orang 57,0 persen responden pernah mengikuti pelatihan dalam kerja dan 34 orang 43,0 persen pernah mengikuti pelatihan luar kerja. Hal ini berarti bahwa ada beberapa responden yang pernah mengikuti pelatihan dalam kerja dan pernah pula mengikuti pelatihan luar kerja. Pelatihan dalam kerja menjadi mayoritas dikarenakan perusahaan hampir secara rutin mengadakan pelatihan dengan metode seperti ini, walaupun jumlah pelaksanaan sedikit berkurang. Metode seperti ini akan memiliki dampak langsung pada pegawai dan tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi pegawai untuk mengaplikasikan hasil pelatihan tersebut dalam penyelesaian pekerjaan. Selain itu perusahaan tidak membutuhkan dana yang besar untuk mengadakan program pelatihan dan pengembangan seperti ini.

IV.1.3. Penjelasan Responden PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

IV.1.3.1. Penjelasan responden atas variabel pelatihan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mengenai pernyataan tentang perubahan yang terjadi bagi kinerja seorang karyawan ditempat pekerjaan dengan adanya pelatihan, 43 responden 54,4 menyatakan sangat berubah. Selanjutnya 27 responden 34,2 menyatakan berubah, 6 responden 7,6 menyatakan sangat berubah sekali dan 3 responden 3,8 menyatakan kurang berubah. Untuk pernyataan yang menyatakan perubahan terjadi bagi perusahaan dengan adanya pelatihan, 43 responden 54,4 menyatakan sangat berubah. Selanjutnya 27 responden 34,2 menyatakan berubah, 7 responden 8,9 menyatakan sangat berubah sekali dan 2 responden 2,5 menyatakan kurang berubah. IV.1.3.2. Penjelasan responden atas variabel kecerdasan emosional Mengenai pernyataan tentang pemahaman atau mampu menangani perasaan sendiri dengan baik berkaitan dengan kecerdasan emosional seorang karyawan ditempat pekerjaan, 47 responden 59,5 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 19 responden 24,1 menyatakan mampu, 12 responden 15,2 menyatakan sangat mampu sekali dan 1 responden 1,3 menyatakan kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan membaca sekaligus menghadapi perasaan orang lain dengan efektif berkaitan dengan kecerdasan emosional seorang karyawan ditempat pekerjaan, 46 responden 58,2 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 17 responden 21,5 menyatakan sangat mampu sekali, 12 responden 15,2 menyatakan mampu dan 4 responden 5,1 menyatakan kurang mampu. IV.1.3.3. Penjelasan responden atas variabel kinerja UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mengenai pernyataan tentang kemampuan dalam memenuhi target sasaran yang ditetapkan perusahaan berkaitan kinerja seorang karyawan ditempat kerja, 47 responden 59,5 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 23 responden 29,1 menyatakan mampu, 5 responden 6,3 menyatakan sangat mampu sekali dan 4 responden 5,1 menyatakan kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan seorang karyawan ditempat kerja, 39 responden 49,4 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 30 responden 38,0 menyatakan mampu, 5 responden 6,3 menyatakan sangat mampu sekali dan 5 responden 6,3 menyatakan kurang mampu. Mengenai pernyataan tentang kemampuan penggunaan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan perusahaan berkaitan kinerja seorang karyawan, 50 responden 63,3 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 24 responden 30,41 menyatakan mampu, 3 responden 3,8 menyatakan sangat mampu sekali dan 2 responden 2,5 menyatakan kurang mampu. Mengenai pernyataan tentang kemampuan bekerja dalam tim dalam upaya mencapai target pekerjaan di perusahaan berkaitan kinerja seorang karyawan, 42 responden 53,2 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 20 responden 25,3 menyatakan sangat mampu sekali, 16 responden 20,3 menyatakan mampu dan 1 responden 1,3 menyatakan kurang mampu. IV.1.3.4. Penjelasan responden atas variabel penilaian kebutuhan pelatihan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mengenai pernyataan tentang kesesuaian antara pelatihan yang dilaksanakan dengan kebutuhan akan pelatihan, 34 responden 43, menyatakan sangat sesuai. Selanjutnya 25 responden 31,6 menyatakan sesuai, 14 responden 17,7 menyatakan kurang sesuai dan 6 responden 7,6 sangat sesuai sekali. Tentang pernyataan kesesuaian antara pelatihan yang dilaksanakan dengan kebutuhan perusahaan akan pelatihan, 34 responden 43 menyatakan sangat sesuai. Selanjutnya 29 responden 36,7 menyatakan sesuai, 14 responden 17,7 menyatakan kurang sesuai dan 2 responden 2,5 menyatakan sangat sesuai sekali. IV.1.3.5. Penjelasan responden atas variabel rancangan Mengenai pernyataan tentang kesesuaian antara kriteria pelatihan dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan, 34 responden 43,0 menyatakan sangat sesuai. Selanjutnya 32 responden 40,5 menyatakan sesuai, 9 responden 11,4 menyatakan kurang sesuai dan 4 responden 5,1 sangat sesuai sekali. Tentang pernyataan perencanaan pelatihan yang baik akan mampu memberikan hasil yang maksimal bagi kinerja, 39 responden 49,4 menyatakan mampu. Selanjutnya 27 responden 34,2 menyatakan sangat mampu, 11 responden 13,9 menyatakan kurang mampu dan 2 responden 2,5 menyatakan sangat mampu sekali. Tentang pernyataan kesesuaian metode yang digunakan pelatihan selama ini dengan tujuan program, 33 responden 41,8 menyatakan sesuai. Selanjutnya 32 responden 40,5 menyatakan sangat sesuai, 9 responden 11,4 menyatakan sangat sesuai sekali dan 5 responden 6,3 menyatakan kurang sesuai. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA IV.1.3.6. Penjelasan responden atas variabel penyampaian Mengenai pernyataan tentang pengaruh tempatfasilitas terhadap tercapainya maksud dan tujuan dari sebuah pelatihan, 36 responden 45,6 menyatakan berpengaruh. Selanjutnya 30 responden 38,0 menyatakan sangat berpengaruh, 8 responden 10,1 menyatakan kurang berpengaruh dan 5 responden 6,3 sangat berpengaruh sekali. Tentang pernyataan kemampuan instruktur dalam penyampaian materi pelatihan, 39 responden 49,4 menyatakan mampu. Selanjutnya 26 responden 32,9 menyatakan sangat mampu, 7 responden 8,9 menyatakan kurang mampu dan 7 responden 8,9 menyatakan sangat mampu sekali. Tentang pernyataan kemampuan instruktur dalam penguasaan materi pelatihan, 36 responden 45,6 menyatakan mampu. Selanjutnya 23 responden 29,1 menyatakan sangat mampu, 10 responden 12,7 menyatakan sangat mampu sekali dan 10 responden 12,7 kurang mampu. IV.1.3.7. Penjelasan responden atas variabel evaluasi Mengenai pernyataan tentang perlunya pengukuran keefektifan pelatihan, 43 responden 54,4 menyatakan sangat perlu. Selanjutnya 22 responden 27,8 menyatakan perlu, 11 responden 13,9 menyatakan tidak perlu dan 3 responden 3,8 sangat perlu sekali. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tentang pernyataan perlunya evaluasi pelatihan yang telah diadakan guna merancang pelatihan yang akan diadakan berikutnya, 40 responden 50,6 menyatakan sangat perlu. Selanjutnya 24 responden 30,4 menyatakan perlu, 9 responden 11,4 menyatakan sangat perlu sekali dan 7 responden 7,6 menyatakan tidak perlu. IV.1.3.8. Penjelasan responden atas variabel pemahaman emosi diri Mengenai pernyataan tentang kemampuan dalam menyadari emosional diri ketika akan marah, 36 responden 45,6 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 30 responden 38,0 menyatakan mampu, 8 responden 10,1 menyatakan sangat mampu sekali dan 5 responden 6,3 kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan dalam menyadari pikiran yang negatif, 33 responden 41,8 menyatakan mampu. Selanjutnya 32 responden 40,5 menyatakan sangat mampu, 9 responden 11,4 menyatakan sangat mampu sekali dan 5 responden 6,3 menyatakan kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan kesadaran dalam bertindak ketika terlibat dalam suatu pertemuan, 43 responden 54,4 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 25 responden 31,6 menyatakan mampu, 8 responden 10,1 menyatakan sangat mampu sekali dan 3 responden 3,8 menyatakan kurang mampu. IV.1.3.9. Penjelasan responden atas variabel manajemen diri Mengenai pernyataan tentang kemampuan agar tetap tenang dalam bertindak walaupun dalam situasi yang penuh dengan tekanan, 32 responden 40,5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 32 responden 40,5 menyatakan mampu, 8 responden 10,1 menyatakan sangat mampu sekali dan 7 responden 8,9 kurang mampu. Tentang pernyataan Kemampuan dalam membangun kepercayaan dengan orang lain, 45 responden 57,0 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 21 responden 26,6 menyatakan mampu, 8 responden 10,1 menyatakan kurang mampu dan 5 responden 6,3 menyatakan sangat mampu sekali. Tentang pernyataan kemampuan melibatkan diri dengan orang lain secara langsung maupun tidak langsung, 35 responden 44,3 menyatakan mampu. Selanjutnya 28 responden 35,4 menyatakan sangat mampu, 10 responden 12,7 menyatakan sangat mampu sekali dan 6 responden 7,6 menyatakan kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan menyelesaikan tugas sesuai dengan batasan waktu yang diberikan, 36 responden 45,6 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 32 responden 40,5 menyatakan mampu, 7 responden 8,9 menyatakan sangat mampu sekali dan 4 responden 5,1 menyatakan kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan memberikan jalan keluar untuk orang lain sebagaimana yang dibutuhkan, 40 responden 50,6 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 28 responden 35,4 menyatakan mampu, 6 responden 7,6 menyatakan sangat mampu sekali dan 5 responden 6,3 menyatakan kurang mampu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tentang pernyataan kemampuan memberikan perhatian untuk pekerjaan yang tidak menarik, 40 responden 50,6 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 19 responden 24,1 menyatakan mampu, 14 responden 17,7 menyatakan sangat mampu sekali dan 6 responden 7,6 menyatakan kurang mampu. IV.1.3.10. Penjelasan responden atas variabel kesadaran sosial Mengenai pernyataan tentang merasakan perasaan orang lain dan membuatnya merasa nyaman, 38 responden 48,1 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 25 responden 31,6 menyatakan mampu, 13 responden 16,5 menyatakan sangat mampu sekali dan 3 responden 3,8 kurang mampu. Tentang pernyataan Kemampuan membangun jaringan dengan pola-pola baru dalam suatu lingkungan organisasi, 36 responden 45,6 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 27 responden 34,2 menyatakan mampu, 13 responden 16,5 menyatakan sangat mampu sekali dan 3 responden 3,8 menyatakan kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan dalam memberikan dukungan kepada grup atau tim kerja, 35 responden 44,3 menyatakan mampu. Selanjutnya 31 responden 39,2 menyatakan sangat mampu, 10 responden 12,7 menyatakan sangat mampu sekali dan 3 responden 3,8 menyatakan kurang mampu. IV.1.3.11. Penjelasan responden atas variabel manajemen hubungan Mengenai pernyataan tentang kemampuan membawa grup atau kelompok ke suasana hati yang menyenangkan, 39 responden 49,4 menyatakan sangat mampu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selanjutnya 20 responden 25,3 menyatakan mampu, 12 responden 15,2 menyatakan sangat mampu sekali dan 8 responden 10,1 kurang mampu. Tentang pernyataan kemampuan dapat segera bangkit dari suatu kemunduran kekalahan, 29 responden 36,7 menyatakan mampu. Selanjutnya 28 responden 35,4 menyatakan sangat mampu, 12 responden 15,2 menyatakan kurang mampu dan 10 responden 12,7 menyatakan sangat mampu sekali. Tentang pernyataan kemampuan merubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang efektif dalam suatu organisasi, 32 responden 40,5 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 26 responden 32,9 menyatakan mampu, 11 responden 13,9 menyatakan kurang mampu dan 10 responden 12,7 menyatakan sangat mampu sekali. Tentang pernyataan kemampuan menjadi penengah dari suatu konflik yang terjadi dalam kelompok, 34 responden 43,0 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 21 responden 26,6 menyatakan mampu, 12 responden 15,2 menyatakan sangat mampu sekali, 11 responden 13,9 menyatakan kurang mampu dan 1 responden 1,3 menyatakan sangat tidak mampu. Tentang pernyataan kemampuan bekerjasama dengan teman sekerja, 39 responden 39,2 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 24 responden 30,4 menyatakan mampu, 12 responden 15,7 menyatakan sangat mampu sekali, 10 responden 12,7 menyatakan kurang mampu dan 2 responden 2,5 menyatakan sangat tidak mampu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tentang pernyataan kemampuan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, 31 responden 39,2 menyatakan sangat mampu. Selanjutnya 26 responden 32,9 menyatakan mampu, 12 responden 15,2 menyatakan sangat mampu sekali, 8 responden 10,1 menyatakan kurang mampu dan 2 responden 2,5 menyatakan sangat tidak mampu.

IV.2. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelatihan Dalam Menghasilkan Karyawan Yang Berkualitas Pada Coca-Cola Bottling Indonesia Medan.

8 59 95

Analisis Pengaruh Penempatan Karyawan Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia

0 35 1

Analisis Realisasi Anggaran Pada PT. Coca Cola Bottling, Indonesia-Medan

0 43 85

PENGARUH UPAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA-COLA BOTTLING Pengaruh Upah Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Ungaran Semarang.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Upah Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Ungaran Semarang.

0 0 7

PENGARUH UPAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA-COLA BOTTLING Pengaruh Upah Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Ungaran Semarang.

0 0 11

Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Penelitian Terdahulu - Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation

0 0 12

ANALISIS PENGARUH PELATIHAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA NORTHERN SUMATRA OPERATION TESIS

0 0 21