Faktor Eksogen Diagnosis Depresi

Dari berbagai hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan depresi dapat terjadi akibat menurunnya kadar neurotransmitter di dalam otak, atau akibat perubahan sensitivitas reseptor dari neurotransmitter tersebut maupun akibat perubahan kesetimbangan baik komposisi atau jumlah dari neurotransmitter yang dianggap bertanggung jawab pada keadaan depresi. Selain kesetimbangan neurotransmitter, faktor genetika juga berperan dalam menyebabkan kejadian depresi. Gen dominan yang diduga berperan pada depresi terikat pada kromosom 11. Hormon juga berperan penting dalam mencetuskan keadaan depresi. Pada perempuan, faktor hormonal ikut mendorong terjadinya depresi. Hal ini umumnya terjadi saat siklus haid, kehamilan atau pasca persalinan, dan menjelang menopause. Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis sistem limbik-hipotalamus-hipofisis-adrenal yang menyebabkan peningkatan sekresi kortisol. Selain itu pada depresi juga ditemukan penurunan hormon lain seperti growth hormone, luteinizing hormone, folicle stimulating hormone dan testosteron.

b. Faktor Eksogen

Faktor eksogen diduga berperan sangat penting dalam mencetuskan timbulnya depresi, seperti adanya peristiwa dalam kehidupan dan stress lingkungan. Para klinikus percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan penting dalam terjadinya depresi, seperti kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun, kehilangan pasangan, kehilangan orang yang dicintai, terisolasi dari pergaulan sosial, perubahan hidup yang besar, kesulitan keuangan, pola asuh penuh keharusan, dan sebagainya. Selain faktor endogen dan eksogen, tipe kepribadian tertentu juga diduga ikut berperan terhadap keadaan depresi. Tipe kepribadian yang dimaksud seperti kepribadian dependen, obsesi kompulsif, perfeksionis, pemalu, sensitif, mudah khawatir, harga diri kurang, mengkritik diri sendiri, tidak asertif, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

II.3 Gejala Klinis Depresi

Gejala klinis depresi tampak dari emosional, sikap fisik, intelektual dan psikomotorik penderita.

1. Gejala Emosional

‐ Kehilangan ketertarikan dan kesenangan pada aktivitas yang biasa dilakukan hobbi atau pekerjaan ‐ Perasaan sedih yang berlebihan ‐ Pesimis ‐ Ingin bunuh diri ‐ Cemas dialami oleh 90 pasien ‐ Rasa bersalah yang tidak realistis ‐ Pasien merasa seperti dihukum dan melihat penyakit yang mereka derita seperti suatu hukuman ‐ Simptomp psikotik, dapat mendengar suara auditori halusinasi yang mengatakan bahwa mereka orang yang buruk dan mereka seharusnya bunuh diri.

2. Gejala Fisik

‐ Rasa lelah yang tidak hilang dengan beristirahat ‐ Nyeri, terutama nyeri kepala ‐ Gangguan tidur ‐ Gangguan selera makan meningkat atau menurun ‐ Kehilangan ketertarikan seksual penurunan libido ‐ Keluhan pada saluran pencernaan dan jantung palpitasiberdebar

3. Gejala Intelektual

‐ Penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir agak lambat Universitas Sumatera Utara ‐ Ingatan yang kurang untuk peristiwa yang baru terjadi ‐ Bingung

4. Gejala Psikomotorik

‐ Retardasi psikomotor yaitu berupa pergerakan fisik dan berbicara yang lamban ‐ Psikomotor yang bergejolak, yaitu berupa perbuatan yang tidak diketahui maksudnya. Misalnya : meremas-remas tangan, melangkah tanpa tujuan, dll.

II.4 Diagnosis Depresi

Menurut DSM-IV-TR Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th ed., Text Revision. Washington, American Psychiatric Association, 2000 . diagnosis depresi dapat ditegakkan sebagai berikut : A. Terdapatnya 5 atau lebih gejala berikut dalam satu periode 2 minggu berturut-turut yang merupakan perubahan dari fungsi sebelumnya, minimal terdapat satu dari 2 gejala berikut ini yaitu 1 suasana hati tertekan atau 2 hilangnya minat atau kesenangan 1. Mood depresi sepanjang hari dan hampir setiap hari 2. Berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata dalam semua hal sepanjang hari dan hampir setiap hari 3. Perubahan berat badan yang signifikan tanpa adanya diet terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan lebih dari 5 dalam satu bulan, diakibatkan adanya kenaikan atau penurunan nafsu makan hampir setiap hari 4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari keadaan ini diamati pula oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif 6. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari 7. Perasaan tidak berharga atau bersalah berlebihan delusi hampir setiap hari Universitas Sumatera Utara 8. Berkurang kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keraguan hampir setiap hari. 9. Pikiran berulang tentang kematian tidak hanya takut akan kematian, berulang kali memiliki rencana untuk bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau usaha untuk bunuh diri. B. Gejala yang dapat menyebabkan keadaan menderita atau keadaan yang buruk pada kehidupan sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. C. Gejala yang tidak terkait langsung dengan efek fisiologis dari suatu obat seperti penyalahgunaan obat atau akibat penggunaan obat tertentu, atau kondisi medis umum seperti: hipotiroidisme. Untuk memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, antara lain : pemeriksaan darah rutin, uji fungsi tiroid serta elektrolit darah. D. Gejala yang tidak dapat dikaitkan dengan reaksi yang dialami akibat kehilangan orang yang dicintai; gejala bertahan selama lebih dari 2 bulan atau ditandai dengan gangguan fungsional yang signifikan; dipenuhi pemikiran yang tidak wajar mengenai perasaan tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikosis, retardasi psikomotor. Tabel II.1 Beberapa penyakit, psikiatrik danatau obat yang bisa menginduksi terjadinya depresi Penyakit Endokrin  Hipotirodisme  Penyakit Addison  Penyakit Cushing Gangguan Metabolisme  Ketidakseimbangan elektrolit ‐ Hiponatremia ‐ Hipokalemia  Ensefalopati hepatik Psikiatrik  Kecanduan alkohol  Kecemasan  Gangguan pola makan  Skizofrenia Keadaan Defisiensi  Anemia pernisiosa  Ensefalopati wernicke  Anemia berat Penyakit Kardiovaskular  Penyakit arteri koroner  Gagal jantung kongestif  Infark miokard Terapi Antihipertensi  Klonidin  Diuretik  Guanetidin sulfat  Hidralazin HCl  Metildopa  Propranolol Universitas Sumatera Utara  Reserpin Infeksi  AIDS  Ensefalitis  Influenza  Mononukleosis  Penyakit menular seksual  TBC Penyakit Saraf  Penyakit alzheimer  Epilepsi  Penyakit huntington  Multiple sklerosis  Nyeri  Penyakit parkinson  Pasca stroke Terapi Hormon  Kontrasepsi oral  Hormon steroidadrenokor tikotropik Gangguan kolagen  Lupus eritematosus sistemik Penyakit Ganas Terapi Jerawat  Isotretionin Lainnya  Interferon-beta-1a Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III PPDGJ III Diagnosis depresi ditegakkan sebagai berikut Tabel II.2 Gejala depresi berdasarkan PPDGJ III Gejala Utama Gejala Tambahan Suasana perasaan yang sedihmurung Konsentrasi dan perhatian berkurang Kehilangan minat dan kegembiraan Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Perasaan bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri Gangguan tidur Berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas Nafsu makan berkurang Berdasarkan gejala di atas, maka dapat ditentukan derajat depresi berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien tersebut. Universitas Sumatera Utara Tabel II.3 Derajat depresi No Derajat Depresi Kriteria 1 Ringan Mild Jika terdapat sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala tambahan yang sudah berlangsung minimal 2 minggu. Tidak boleh ada gejala yang berat 2 Sedang Moderate Jika terdapat sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 3 sebaiknya 4 gejala tambahan 3 Berat Severe Jika terdapat 3 gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala tambahan, beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Untuk menentukan derajat depresi seorang pasien dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu Hamilton Depression Rating Scale, Beck’s Depression Inventory , Zung Self Depression Scale. Tabel II.4 Metode pengukuran derajat depressi No Metode Pengukuran Penjelasan 1 Hamilton Depression Rating Scale HDRS Suatu skala pengukuran depresi terdiri dari 21 items pernyataan dengan fokus primer pada gejala somatik dan penilaian dilakukan oleh pemeriksa 2 Beck’s Depression Suatu skala pengukuran depresi terdiri dari 21 items Universitas Sumatera Utara Inventory BDI pernyataan yang diberikan oleh pemeriksa, namun dapat juga digunakan oleh pasien untuk menilai derajat depresinya sendiri. 3 Zung Self Depression Scale Suatu skala depresi terdiri dari 20 kalimat dan penilaian derajat depresinya dilakukan oleh pasien sendiri. Bab III Terapi Depresi Terapi depresi dapat dilakukan secara non farmakologi, farmakologi ataupun kombinasi keduanya tergantung tingkat keparahan depresi yang dialami oleh seseorang. Namun terapi depresi dengan kombinasi keduanya menunjukkan efikasi yang jauh lebih baik dibandingkan bila salah satu saja. Adapun tujuan terapi episode depresi akut adalah untuk mengeliminasi atau mengurangi gejala depresi, meminimalkan efek samping, memastikan kepatuhan terhadap pengobatan, membantu pengembalian ke tingkat fungsi sebelum sakit dan mencegah episode depresi lebih lanjut. III.1 Terapi Non Farmakologi Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat-obatan. Terapi ini kerap diberikan karena pemberian obat antidepresi kadangkala tidak langsung memberikan hasil yang optimal atau bahkan tidak memberikan hasil. Yang termasuk ke dalam terapi ini adalah cognitive behavioral therapy, electro convulsive therapy , bright light therapy, serta repetitive transcranial magnetic stimulation.

a. Cognitive Behavioral Therapy CBT