Ideologi Pendidikan Penjelasan Konsep

Untuk menemukan makna yang tersembunyi orang harus membuka selubungnya, membuang semua hubungan yang ada dalam sebuah kata dengan konsep. Jadi dikonstruksi merupakan sebuah cara untuk memberikan penjelasan baru makna dari sebuah diskursus. Derrida lebih jauh mengatakan dalam Sumaryono 2013 bahwa: Yang menjadi primordial yang asli, mula-mula mestinya gagasan didasarkan atas jejak, dan bukan sebaliknya. Proto-writing ini mulai bekerja sebagai asal-usul arti. Karena bersifat sementara di alam ini, arti tidak pernah tampil begitu saja; tetapi selalu dalam keadaan terbawa dalam ‘gerak’ jejak, yaitu dimaksudkan sebagai “yang memberi arti” Derrida, 1967:85. Membongkar di dalam judul karya ini mengacu pada pandangan Derrida yaitu menunda sebuah makna dari sebuah jejak-jejak sejarah yang telah diberikan makna berbeda dengan makna baru yang didapatkan dari hasil penelitian ini. Tujuan pembongkaran lebih tegas dapat ditafsirkan agar dapat menemukan asumsi-asumsi, strategi-strategi retorika dan ’titik-titik tersembunyi’ dari sebuah ideologi dalam diskursus jejak sejarah dalam pendidikan nonformal atau formal dalam Baliseering, seperti jejak berupa relief, teks orientalis, hegemoni dan implikasi artikulasi budaya dalam pendidikan di Bali Utara.

2.2.3 Ideologi Pendidikan

Preire mengolongkan kesadaran manusia menjadi tiga kesadaran, yaitu kesadaran magis, kesadaran naïf dan kesadaran kritis. a Kesadaran magis adalah kesadaran yang tidak mampu mengetahui kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Semua peristiwa dikaitkan dengan faktor yang ada di luar manusia kekuatan supranatural. b Kesadaran naïf adalah lebih melihat “aspek manusia” yang menjadi akar permasalahan di masyarakat. Pada tingkat kesadaran ini “masalah etika, kreativitas, ‘need for acheivement’ dianggap sebagai penentu perubahan sosial. Satu-satunya diharapkan sebagai pemicu perubahan adalah penguasa “man power to be all development in a society life”. Tugas pendidikan adalah mengarahkan peserta didik agar masuk sekolah dan beradaptasi dengan sistem yang sudah ada. c Kesadaran kritisradikal adalah lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Kesadaran ketiga ini dijadikan dasar pembahasan di Bali Utara. Ideologi dalam praktik pendidikan sangat terkait, karena mempengaruhi cara berpikir, bertindak, bersikap, dan berbuat seseorang. Ideologi Pendidikan Baliseering dapat mempengaruhi berbagai hal terkait dengan praktik pendidikan di Bali, seperti dalam masalah kurikulum, metode, sarana-prasarana pendukung, pendidikan sebagai berikut Tabel 2.1. Tabel 2.1: Paradigma Pendidikan dan Implikasi Kesadaran ParadigmaMetode Konservatif Liberal Radikal Implikasi Sentralistik 1 2 3 Magis Partisipatif 4 5 6 Naif Egaliter 7 8 9 Kritis Sumber: Topasang, dkk. 2005 dalam Nanang Martono, Pendidikan Bukan Tanpa Masalah: Mengungkap Problematik dari Perspektif Sosiologis Yogyakarta: 2010:42. Pendidikan sentralistik diberikan pada peserta didik usia dini, pendekatan partisipatif antara guru dan murid sudah sejajar, pendekatan egaliter pendekatan kesetaraan digunakan pada peserta didik yang sudah dapat belajar mandiri. Ideologi pendidikan zaman kolonial memiliki keterkaitan dengan praktik pendidikan lihat Bagan 2.1 berikut. Gambar 2.1: Hubungan Ideologi Pendidikan dengan Praktik Pendidikan dalam Perspektif Sosiologis Kolonial Bagi Althussers 2010 ideologi lebih merupakan partisipasi segenap kelas sosial, terhadap kelas sosial lainnya. Roger Eatwell 2004:3 menjelaskan lebih jauh, bahwa ideologi cenderung menjadi istilah negatif terutama digunakan untuk mengelompokkan ide-ide yang bias atau ekstrim, dapat diklasifikasi menjadi: 1 kategori ideologi sebagai pemikiran politik, 2 ideologi sebagai kepercayaan dan norma, 3 ideologi sebagai bahasa, simbol, dan mitos, serta 4 ideologi sebagai kekuasaan elite. Fakta bahwa segenap kelas berpartisipasi di dalam praktik tersebut tidak berarti bahwa praktik tersebut sendiri tidak lagi melayani kepentingan kelas sosial dominan. Yang dimaksudkan oleh Althussers adalah ideologi bersifat lebih efektif dibandingkan apa yang dijelaskan oleh Marx, karena ideologi bekerja dari dalam, bukan dari luar, dan secara mendalam menginspirasikan cara berpikir dan cara hidup tertentu pada segenap kelas Althussers, 2010:ix. Model ideologi bekerja dalam masyarakat dapat dipahami dari pandangan John B. Thompson 2015 menyatakan: Model–model cara kerja ideologi dibagi ke dalam model umum seperti adanya legitimasi, penipuan, unifikasi, fragmentasi, dan reifikasi. Legitimasi dengan bentuk strategi konstruksi simbol disebutkan “rasionalisasi, universalisasi, narativikasi’; penipuan dengan bentuk pemindahan, eufemisasi, kisan sinekdot, etomini, metafora; unifikasi dengan bentuk standardisasi, simbolisasi dari kesatuan; fragmentasi dengan Ideologi Pendidikan Praktik Pendidikan Perspektif Sosiologis Pendidikan Kolonial bentuk diferensiasi, ekspurgasi yang lain; reifikasi dengan bentuk naturalisasi, eternalisasi, nominalisasipasivikasi Thompson, 2015:84. Demikian luasnya pengertian ideologi, terkait dengan tulisan ini ideologi kapitalis lebih didominasi oleh ideologi pasar dalam tulisannya Nyoman Dhana 2010 menyebutkan ideologi pasar atau disebut pula agama pasar mengacu pada gagasan yang tidak saja berbeda tetapi sekaligus bertolak belakang dengan karakteristik Agama Hindu 2010:29, terutama digunakan dalam menilai materialisasi gagasan mitologi timur dalam relief dan catus pata. Di samping itu digunakan konsep ideologi bervariasi disesuaikan dengan topik yang dikaji dalam tulisan ini.

2.2.4 Pendidikan Baliseering