Perancangan papertoy sebagai media untuk bercerita

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Riki Satria Ramadhansyah

Kampus Rumah

Jl. Dipati Ukur No 112 Jl.Dago Pojok No. 79 Bandung – Indonesia 40132 Bandung – Indonesia 40123

022 2504119 085720006320

www.unikom.ac.id [email protected]

Konsentrasi

Desainer Grafik (Desain Grafik, Ilustrasi, Desain Kemasan, Desain Produk, Fotografi).

Pendidikan

Tingkat akhir Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia, 2008

Pengalaman Kerja

- Perancangan Cover Novel “Aku, Kamu dan Mereka” (2009) - Pembuatan Font “Dayak Font” (2009)

- Pembuatan Buku Ilustrasi Flip-up “Raja Jambi” (2011) - Pembuatan Buku Kunjungan Kerja “Gubernur Jambi” (2011) - Pembuatan Logo dan Buku Manual “Javatrans” (2011)

- Pembuatan Ulang Videoclip “Micelle Branch – Together” (2011) - Pembuatan Infotainment Map “SMK 1 Bandung” (2011)

- Pembuatan Font “Silidi Font” (2011) - Pembuatan Kalender 2012 “Tree” (2011)


(5)

- Pembuatan Video Dokumenter “Jalan Braga” (2012)

- Pembuatan Animasi 3D Menggunakan Aplikasi 3D MAX (2012) - Pembuatan Iklan Poster “Sirup ABC Special Delight” (2012) - Pembuatan Iklan Poster “Permen Asem Tamarind” (2012) - Pembuatan CD Interaktif Flash “Metamorfosis Nyamuk” (2012) - Pembuatan Manual Book “Bukit Bintang” (2012)

- Pembuatan Poster “Visit Bandung With No Car” (2013) - Perancangan Wesite “Posyandu Ibu dan Anak” (2013) - Pembuatan Poster “Bobotoh” (2013)

- Kerja Praktek di Hoosloox (2013)

- Pembuatan Papertoys Bawang Merah Bawang Putih (2013) - Pembuatan Buku Cerita Bawang Merah Bawang Putih (2013)

- Pembuatan Media Tulis Menulis Bawang Merah Bawang Putih (2013) - Pembuatan Media Promosi Papertoys Bawang Merah Bawang Putih (2013)

Kemampuan dan Bahasa Bahasa

Bahasa 1 : Indonesia (Berbicara, Baca, Tulis) Bahasa 2 : English (Pasif, Baca, Tulis)

Kemampuan

Sistem Operasi Windows, Adobe Photoshop, Adobe Ilustrator, Adobe Indesign, Adobe Flash.


(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN PAPERTOY SEBAGAI MEDIA UNTUK BERCERITA

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2013-2014

Oleh :

Riki Satria Ramadhansyah 51908158

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucakan kepada Allah SWT, karena bimbingan-Nya lah maka bisa terselesaikannya laporan Tugas Akhir “Perancangan Papertoy Sebagai Media Untuk Bercerita”. Laporan ini dibuat dengan berbagai cara pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan laporan yang bisa dipertanggungjawabkan. Terimakasih diucapkan kepada pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam kegiatan penyusunan laporan ini bertujuan memberikan alternatif cara bercerita yang baru yang membuat suatu cerita bukan hanya merupakan sesuatu yang dapat didengar saja melainkan merupakan sesuatu yang dapat dimainkan menggunakan suatu bentuk media . Sehingga diharapkan dengan adanya laporan ini pembaca dapat lebih terdidik dan termotivasi meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.

Laporan ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir perkuliahan Desain Komunikasi Visual, walaupun disadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu, mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga laporan ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Bandung, 27 Januari 2014


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... xii

KOSAKATA / GLOSASARY... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Identifikasi Masalah... 4

I.3 Rumusan Masalah... 4

I.4 Batasan Masalah... 4

I.5 Tujuan Perancangan... 5

BAB II PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI PERANCANGAN PAPERTOY SEBAGAI MEDIA UNTUK BERCERITA II.1 Paper... 6

II.1.1 Definisi Paper... 6

II.1.2 Sejarah Paper / Kertas... 6

II.1.3 Sifat Paper / Kertas... 9

II.1.4 Jenis Paper / Kertas... 10

II.2 Craft... 11

II.2.1 Definisi Craft... 11

II.2.2 Kategori Craft... 11

II.3 Papercraft... 12

II.3.1 Definisi Papercraft... 12

II.3.2 Sejarah Papercraft... 13


(9)

II.4 Papertoy... 18

II.4.1 Definisi Papertoy... 18

II.4.2 Manfaat Papertoy... 20

II.4.3 Keunggulan Dan Kekurangan Papertoy... 20

II.5 Cerita... 21

II.5.1 Definisi Cerita... 21

II.5.2 Jenis Cerita... 21

II.5.3 Hubungan Cerita dengan Papertoy ... 22

II.6 Pembahasan Permasalah... 23

II.7 Solusi Permasalah... 25

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan... 26

III.1.1 Pendekatan Komunikasi... 27

III.1.1.1 Pendekatan Komunikasi Visual... 27

III.1.1.2 Pendekatan Komunikasi Verbal... 28

III.1.2 Strategi Kreatif... 29

III.1.2.1 Unique Selling Promotion (USP)... 29

III.1.2.2 Positioning... 30

III.1.2.3 Sinopsis... 30

III.1.2.4 Storyline... 31

III.1.2.5 Storyboard... 35

III.1.3 Strategi Media... 39

III.1.4 Strategi Distribusi... 40

III.2 Konsep Visual... 41

III.2.1 Format Desain... 41

III.2.2 Layout... 41

III.2.3 Tipografi... 42

III.2.4 Ilustrasi... 43

III.2.4.1 Studi Karakter...43

III.2.5 Warna... 52


(10)

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Proses Perancangan Papertoy Bawang Merah Bawang Putih... 55

IV.2 Media Utama... 55

IV.2.1 Papertoy...55

IV.2.1.1 Media... 55

IV.2.1.2 Teknis Produksi Media... 56

IV.3 Media Kreatif... 60

IV.3.1 Buku Cerita... 60

IV.3.1.1 Media... 60

IV.3.1.2 Teknis Produksi...60

IV.3.2 Template Papertoy...61

IV.3.2.1 Media... 61

IV.3.2.2 Teknis Produksi...61

IV.4 Media Promosi...62

IV.4.1 Poster... 62

IV.4.1.1 Media... 62

IV.4.1.2 Teknis Produksi...62

IV.4.2 Mini X Banner... 63

IV.4.2.1 Media... 63

IV.4.2.2 Teknis Produksi...63

IV.5 Media Pengingat... 64

IV.5.1 Notebook...64

IV.5.1.1 Media... 64

IV.5.1.2 Teknis Produksi...64

IV.5.2 Pembatas Buku... 65

IV.5.2.1 Media... 65

IV.5.2.2 Teknis Produksi...65

IV.5.3 Tempat Pensil Papertoy...66

IV.5.3.1 Media... 66

IV.5.3.2 Teknis Produksi...66

IV.5.4 Pensil... 67


(11)

IV.5.4.2 Teknis Produksi...67

IV.5.5 Penghapus... 68

IV.5.5.1 Media...68

IV.5.5.2 Teknis Produksi...68

IV.5.6 Penggaris... 69

IV.5.6.1 Media... 69

IV.5.6.2 Teknis Produksi...69

IV.5.7 Gantungan Kunci... 70

IV.5.7.1 Media... 70

IV.5.7.2 Teknis Produksi...70

IV.5.8 Pin... 71

IV.5.8.1 Media... 71

IV.5.8.2 Teknis Produksi...71

DAFTAR PUSTAKA... 72


(12)

DAFTAR PUSTAKA

- Kung , Hans. (1998). The Complete Book Of Papercraft. London : Hermes House

- Alwi, Hasan. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ke 3, pp. 210). Jakarta

- Subekti, Ari. Rantinah. Supriyantiningtyas. (2010). Seni Budaya Dan Keterampilan. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Pebukuan Kementerian Pendidikan Nasional

- Sitepu, Vinsensius. (2006). Panduan Mengenal Desain Grafis. Jakarta : Escaeva

- Subyantoro. (2006). Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18. Diakses pada

28 Oktober 2013, W.W.W :

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/221/9.%20S UBIYANTORO.pdf?sequence=1

- JoshB. (2007). Danboard. Diakses pada 28 Juni 2013, W.W.W : collectiondx.com/toy_review/2007/danboard

- Luchan. (2008). Mainan Anak. Diakses pada 1 November 2013, W.W.W : http://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/29/mainan-anak-2/Mainan Anak

- Perdana. Julius. (2008). Papercraft. Diakses pada 3 November 2013,

W.W.W :

http://www.paper-replika.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blo g&id=1&Itemid=77

- Ruhiyat. Achmad. (2009). Pengetahuan Tentang Kertas. Diakses pada 10

November 2013, W.W.W :

http://jasa-cetakan.blogspot.com/2009/05/pengetahuan-tentang-kertas.html

- Perikertas. Redaksi. (2009). Artikel Peri Kertas. Diakses pada 15 juni 2013, W.W.W : http://www2.perikertas.com/artikel

- Sudaryatno, Ari. (2010). Pengertian Kertas. Diakses pada 28 Oktober 2013, W.W.W : http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/03/pengertian-kertas.html


(13)

- Saad, Veroze Waworuntu. (2011). Papercraft, Seni (Menghidupkan) Kertas. Diakses pada 15 juni 2013, W.W.W : lifestyle.kompasiana.com/hobi/2011/11/13/papercraft-seni-menghidupkan-kertas-412133.html

- Ary, Komang. (2011). Sejarah Papercraft. Diakses pada 28 Juni 2013, W.W.W : seven7tutorial.wordpress.com/2011/09/20/sejarah-papercraft/ - Chris, Anis. (2012). Apakah Papercraft itu?. Diakses pada 28 Juni 2013,

W.W.W : rumahkertas.com/index.php/starting-guide/apakah-papercraft-itu-1

- Dimas, Setiawan. (2012). Definisi Kertas. Diakses Pada 30 Juni 2013, W.W.W : definisi-indo.blogspot.com/2012/08/definisi-kertas.html

- Filyamma, Jaka. (2012). Pengertian Cerita, Dongeng Dan Metode Bercerita. Diakses pada 27 Oktober 2013, W.W.W : http://jakafilyamma.blogspot.com/2012/07/pengertian-cerita-dongeng-dan-metode.html

- Redaksi. (2012). 12 Manfaat Membacakan Cerita Untuk Anak. Diakses pada 28 Oktober 2013, W.W.W : http://erlanggaforkids.com/read-a-story/manfaat-read-a-story.html

- Setiawan. Dimas. (2012). Definisi Karakter. Diakses pada 10 November 2013, W.W.W : http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-karakter.html

- Mahameru. (2012). Memahami Jenis & Type Kertas Cetak. Diakses pada 10 November 2013, W.W.W : http://www.mahamerubali.com/memahami-jenis-type-kertas-cetak.html#

- Elisabeth, Stevani. (2013). Uniknya Kreasi Kertas Tiga Dimensi. Diakses pada 15 juni 2013, W.W.W : shnews.co/detile-17399-uniknya-kreasi-kertas-tiga-dimensi.html\

- Irawan, Anang. (2013). Papercraft, Hobi dan Kreatifitas. Diakses pada 28 Oktober 2013, W.W.W : http://kerikils.blogspot.com/2013/02/papercraft-hobi-dan-kreatifitas.html


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Julius Perdana (2008) Webmaster dan Designer di Paper-replika.com. Kerajinan merupakan karya yang dibuat oleh manusia yang memiliki fungsi juga keindahan. Salah satu kerajinan yang banyak dikenal yaitu kerajinan dengan bahan kertas. Banyak yang mengira kertas hanya berfungsi sebagai media tulis menulis saja, padahal potensi kertas sungguh tak terbatas dan pada hakekatnya sifat kertas sungguh unik karena dapat diubah tampilan fisiknya dengan beragam teknik sesuai jenis kertasnya. Kertas dapat diubah tampilannya dengan berbagai cara, seperti diremas, dipotong, dibuat bubur kertas, digulung, dilubangi, dilipat, dijalin bahkan dijahit.

Julius Perdana (2008) Webmaster dan Designer di Paper-replika.com, kerajinan berbahan kertas disebut Papercraft. Papercraft merupakan suatu seni merakit kertas yang menggunakan beberapa lembar kertas yang di cetak dengan desain tertentu dan menggunakan beberapa teknik seperti menggunting, melipat, mengelem, dan membentuk kertas. Pada awalnya papercraft bernama 3D Papercraft, tapi sekarang biasa disebut papercraft saja karena lebih sederhana dan lebih mudah diucapkan. Papercraft adalah pengembangan dari seni origami. Di Indonesia bentuk papercraft beberapa tahun belakangan ini telah berkembang, sehingga kita dapat melihat begitu banyak wujud papercraft, mulai dari papercraft dengan teknik yang sederhana hingga suatu bentuk papercraft dengan model replika yang memerlukan teknik rumit dan keterampilan serta kesabaran untuk membuatnya, dimana hampir menyerupai bentuk asli suatu benda, yang hanya bisa dikerjaakan oleh para desainer dan pembuat papercraft yang sudah sangat paham dan menguasai segala macam teknik pengerjaan. Ada beberapa kategori papercraft yang dikenal di Indonesia, yaitu pepakura, papertoy, paper automata dan papermodel.

Kategori papercraft yang paling umum dan dikenal masyarakat adalah papertoy. Papertoy memiliki bentuk model yang sederhana namun sangat


(15)

menonjolkan desain pada model itu sendiri, papertoy lebih ke arah karakter kartun yang dibuat lebih sederhana dan lucu. Dengan bentuknya yang sederhana, mudah dibuat, tidak menggunakan teknik yang sulit dan bahan yang sedikit dalam pembuatan dan umumnya merupakan bentuk karakter-karakter yang lucu juga menggemaskan membuat papertoy banyak diminati dikalangan pencinta papercraft.

Gambar I.1. Contoh Papertoy

Sumber : http://www.t-shirtmagazineonline.com (1 November 2013)

Ada beberapa kegunaan papertoy yang umumnya menarik minat masyarakat, yaitu beberapa diantaranya yang sering terjadi adalah papertoy dijadikan sebagai souvenir atau hadiah dikarenakan bentuk papertoy sederhana dan dapat dibuat menyerupai karakter yang diinginkan pembuatnya. Tetapi hal itu pada akhirnya membuat papertoy hanya dijadikan sebagai hiasan dan pajangan semata.

Sering kali juga diadakan pameran dan workshop papertoy untuk memamerkan hasil-hasil karya papertoy guna menarik minat masyarakat akan papertoy. Tetapi itu tidak terlalu efektif untuk menarik perhatian, masyarakat cenderung hanya melihat papertoy lagi-lagi hanya sebagai barang untuk dipamerkan saja tanpa melihat fungsi lainnya yang lebih bermanfaat. Ada juga papertoy yang dibuat lengkap dengan diorama sehingga dapat menambah kesan


(16)

artistik dari suatu papertoy itu sendiri. Dengan adanya diorama membuat seakan-akan suatu papertoy memiliki suatu cerita yang mewakili satu adegan.

Cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau kejadian, baik yang sungguh terjadi ataupun hanya rekaan. Dari cerita tersebut dapat diketahui dimana, bagaimana dan apa yang dialami oleh pelaku cerita dari awal sampai akhir. Pelaku cerita dapat berupa tumbuhan, binatang maupun manusia. Pada zaman dahulu cerita dapat dituturkan secara lisan . Di tempat yang biasanya diramaikan oleh tukang cerita . Fungsinya sebagai penghibur. Cerita merupakan hal yang menarik untuk disampaikan ataupun didengar. Apalagi bila menggunakan cara yang menarik dalam menyampaikannya. Cerita mengandung berbagai macam informasi, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, kemampuan mendengar, berkomunikasi verbal, konseptual, memecahkan masalah, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas, kecerdasan emosi, wawasan, pengetahuan ragam budaya, menjadi relaksasi jiwa dan raga, mengakrabkan emosi antara pembicara dan pendengar dan menambah nilai moral.

Suatu cerita umumnya dibacakan oleh sang pencerita dan didengarkan oleh para pendengarnya. Ada juga cerita yang menggunakan ilustrasi untuk menggambarkannya. Para pendengar hanya dapat membayangkan dan menerka-nerka adegan per adegan dari suatu cerita yang dibacakan. Cara bercerita yang seperti itu membuat pembaca maupun pendengarnya menjadi lelah dan tidak bersemangat untuk menceritakan ataupun mendengarkan cerita tersebut. Tidak terlalu berkembangnya gaya bercerita dan tidak adanya alternatif cara bercerita yang baru membuat cerita-cerita semakin ditinggalkan, anak-anak lebih memilih hal-hal lain yang lebih seru seperti bermain vidio game ataupun hal-hal lainnya yang bisa dimainkan padahal hal tersebut belum tentu memiliki dampak positif.

Lidwina (2013) di Indonesia sendiri belum pernah ada suatu bentuk cerita yang diceritakan menggunakan media papertoy, padahal itu merupakan sesuatu yang menarik karena suatu cerita akan tampak lebih hidup bila diceritakan menggunakan karakter-karakter papertoy, dan sebuah papertoy akan menjadi lebih fungsional, sehingga para pembaca dan pendengarnya juga akan lebih tertarik.


(17)

I.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat diperoleh beberapa masalah. Adapun masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut, yaitu :

- Anak-anak lebih memilih hal-hal lain yang lebih seru seperti bermain video game dibandingkan mendengarkan cerita.

- Para pendengar tidak bersemangat mendengarkan cerita.

- Tidak terlalu berkembangnya gaya bercerita membuat cerita-cerita semakin ditinggalkan.

- Cerita yang hanya dibacakan hanya membuat lelah pembaca dan pendengarnya.

- Tidak adanya alternatif cara bercerita yang baru.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan yang ada pada identifikasi masalah mengenai pengetahuan dan pemahaman akan cerita yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diambil suatu perumusan masalah yang berhubungan dengan bidang desain komunikasi visual yaitu,

“Bagaimana mengembangkan alternatif cara bercerita yang baru sehingga dapat menarik perhatian”

I.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari permasalahan yang ada, maka batasan masalah dari media informasi mengenai alternatif cara bercerita yang baru dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

- Pembatasan masalah dari sisi subjek, dan subjek yang dimaksud tersebut adalah yang membacakan cerita dan pendengarnya usia 10 tahun keatas dikarenakan anak pada usia tersebut telah memahami akan sifat-sifat kertas.

- Pembatasan masalah dari sisi permasalahan, yaitu pada alternatif cara bercerita yang baru.

- Pembatasan masalah dari sisi geografis, dibatasi pada wilayah kota Bandung


(18)

- Pembatasan masalah dari sisi objek, adalah pada kategori cerita rakyat Indonesia.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan media tugas akhir kali ini berupa suatu perancangan alternatif cara bercerita yang baru yang dimaksudkan agar para pembaca dan pendengar cerita menjadi lebih tertarik dalam memainkan dan mendengarkan suatu cerita bahkan mungkin bisa mengajak para pembaca dan pendengar semakin tertarik dengan papertoy sehingga memunculkan ketertarikan untuk merakit suatu bentuk papertoy.


(19)

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI PERANCANGAN PAPERTOY SEBAGAI MEDIA UNTUK BERCERITA

II.1 Paper

II.1.1 Definisi Paper

Ari Sudaryatno (2010) penulis Science Magazine, paper merupakan bahasa Inggris dari “kertas”. Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaran -lembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret mempunyai sifat yang berbeda dari bahan bakunya, yaitu tumbuh-tumbuhan. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam.

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan membuat suatu kerajinan yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis-menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, Bangsa-Bangsa dahulu menggunakan lempengan dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban Bangsa Sumeria, prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah-naskah Nusantara beberapa abad lampau.

II.1.2 Sejarah Paper / Kertas

Hans Kung (1998) dalam bukunya The Complete Book Of Papercraft, pada masa awal-awal keberadaan kertas sangat dekat dengan kegiatan menulis. Dapat dikatakan bahwa sebuah peradaban mulai bersentuhan dengan kertas maka dapat diketahui kegunaan kertas sangat berkaitan dengan fungsinya sebagai media untuk menulis. Walaupun kertas dekat dengan dunia tulis-menulis ternyata tidak sesuai dengan kelahiran budaya tulis. Saat budaya tulis mulai dikenal oleh manusia, kertas bukanlah media pertama yang digunakan sebagai media untuk menulis. Sebelumnya, manusia menggunakan media lainnya seperti : tulang, batu, tanah liat, logam, kulit pohon, dan lembaran-lembaran kayu.


(20)

Mesir merupakan negeri yang pertama kali bersentuhan dengan budaya kertas. Kertas pertama kali dibuat dari sejenis tanaman, Cyperus papyrus. Setelah kertas produk Mesir hilang dari peredaran, muncul kertas produk baru dari Cina. Produk Cina mulai dikenalkan pada abad ke-2 M oleh seorang pegawai pemerintahan Cina. Orang yang berjasa mengenalkan kertas sebagai produk peradaban manusia adalah Ts’ai Lun, pegawai biasa pada kerajaan Cina semasa Kaisar Ho Ti. Kertas produk Ts’ai Lun yang berbahan dasar pohon murbei dalam waktu singkat menggantikan fungsi berbagai media tulis yang telah digunakan sebelumnya oleh Negara tersebut seperti, bambu dan kain sutera. Berkat jasanya menemukan kertas, Kaisar Ho Ti kemudian memberi gelar Bangsawan kepada Ts’ai Lun.

Gambar II.1. Ts’ai Lun Penemu Kertas Sumber : http://english.cntv.cn (17 Mei 2013)

Pada awal abad ke-7, terjadilah transfer pertama kali dalam hal teknologi perakitan kertas. Negeri pertama yang menerima transfer perakitan kertas adalah Jepang. Setelah Jepang menyusul Korea, Nepal dan India pada abad ke-9. Pada 793, kertas pertama kali dibuat di Baghdad, bertepatan dengan zaman keemasan budaya Islam. Dari sana pengetahuan tentang perakitan kertas menyebar lebih jauh ke barat, dan pada abad keempat belas sejumlah pabrik kertas bermunculan di seluruh Eropa.


(21)

Secara bertahap menyebar ke arah barat Eropa seperti Spanyol, pada pertengahn abad ke-12, kemudian Prancis, Italia, Jerman dan Swiss.

Seiring dengan perkembangan peradaban, perakitan kertas terus mengalami penyempurnaan baik dalam hal penggunaan bahan mentah, proses perakitan, maupun teknologi perakitan. Setelah menyebar ke Negara Eropa perakitan kertas tidak lagi dilakukan secara manual melainkan secara mekanis. Pohon murbei bukan lagi satu-satunya bahan mentah kertas, sebab digunakan pula bahan-bahan mentah lainnya seperti rumput esparto, jerami, dan kayu. Dalam kaitannya dengan inovasi dalam proses perakitan kertas dengan menggunakan mesin, kiranya perlu dicatat nama-nama penemu dan pengembang mesin perakit kertas, seperti Nicolas Louis Robert dan St. Leger Didot dari Prancis (1798) serta Henry dan Sealy Fourdriner dari Inggris.

Persentuhan budaya tulis di Indonesia dimulai pada abad ke-5, sebagaimana dibuktikan oleh temuan-temuan dari prasasti kerajaan tarumanegara dan yupa dari Kutai. Kertas belum menjadi media yang digunakan untuk menulis. Mereka menggunakan batu sebagai alat untuk menulis. Dengan demikian, kertas bukan media yang pertama kali digunakan sebagai alat untuk menulis di Indonesia.

Meski demikian, disebut-sebut ada dua jenis kertas pada masa awal-awal persentuhan Indonesia dengan kertas, yaitu kertas tradisional dan kertas pabrik. Kertas Tradisonal adalah kertas hasil kreasi Bangsa Indonesia yang dibuat melalui cara-cara yang tradisional dengan bahan mentah yang umumnya terbuat dari kulit kayu. Contoh kertas tradisional yang bernama “daluang” yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar dari kulit kayu pohon paper mulberry “ Broussonetia papyrifera vent” atau yang dalam tradisi masyarakat sunda dikenal dengan nama pohon saeh, Jawa (glulu/glugu), Madura (dhalubnag/dhulubang) dan di Sumba Timur dikenal kembala.

Di Indonesia kertas pada awalnya diproduksi dengan cara manual kemudian menggunakan mesin, dapat dikatakan bahwa persentuhan Indonesia dengan kertas sangat mungkin baru dimulai saat ada kontak dengan budaya asing yang telah menjadikan kertas sebagai media untuk kegiatan menulis.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah sangat mungkin persentuhan Indonesia dengan kertas telah dimulai sejak abad ke-13. Adapun kertas pabrik yang pertama


(22)

kali masuk ke Indonesia didatangkan oleh para pedagang muslim yang berasal dari Arab. Selanjutnya persentuhan Indonesia dengan kertas pabrik semakin mendalam pada zaman VOC.

II.1.3 Sifat Paper / Kertas

Achmad ruhiyat (2009) Potensi kertas sungguh tak terbatas dan pada hakekatnya sifat kertas sungguh unik karena dapat diubah tampilan fisiknya dengan beragam teknik sesuai jenis kertasnya. Kertas dapat diubah tampilannya dengan berbagai cara diremas, dilinting, dipotong (lurus/ panjang), dilem, interlock/berkaitan, saling menutup, dibuat bubur kertas/ paper mache, digulung, digores/ditoreh, dilubangi, dilipat, dirobek, dijalin bahkan dijahit.

Bahan utama kertas adalah selulosa sehingga sifat kertas pun dipengaruhi oleh sifat selulosa. Berikut adalah sifat-sifat utama selulosa yang mempengaruhi kertas:

1. Menyerap air

Umumnya kertas dapat menyerap air. 2. Berwarna putih

Warna kertas adalah putih kecuali kertas yang mengandungi lignin (sebagai impurity) atau pencelup.

3. Lentur

Kertas bersifat lentur atau artinya bisa di ubah ubah bentuknya. 4. Mudah terbakar

Kertas mudah terbakar.

Kertas merupakan media yang menarik untuk dieksperimentasikan, mulai dari berkreasi dengan kertas berukuran terkecil hingga mural kertas berukuran sangat besar, baik dengan bentuk 2D (lembaran) kertas maupun bentuk 3D. Kualitas dan tipe kertas yang digunakan mempengaruhi aktivitas dan keberhasilan yang dicapai. Beragam jenis kertas dapat digunakan untuk fungsi yang berbeda baik sebagai bahan dasar perakitan produk fungsional seperti; bungkus kado, buku tulis, tas kertas, poster, atau sebagai bahan-bahan dasar perakitan produk kriya, bahkan media artistik dapat dimanfaatkan sebagai bahan perakitan karya.


(23)

II.1.4 Jenis Paper / Kertas

Mahameru (2012) jenis kertas yang dipasarkan umumnya terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu :

1. Kertas berdasarkan jenis serat, terbagi menjadi 2 yaitu : a. Kertas mengandung kayu, dengan ciri-ciri :

Terdiri dari serat mekanis, tidak tahan disimpan lama, mudah berubah warna jika terkena matahari.

Contoh : Koran, HHI

b. Kertas bebas kayu, dengan ciri-ciri :

Terdiri dari serat kimia, tahan disimpan lama. Contoh : HVS, HVO

2. Kertas berdasarkan pekerjaan akhir (Finishing), yaitu : a. Kertas coated, dengan ciri-ciri :

Terdiri dari kertas dasae dan lapisan kapur dengan bahan perekat, permukaannya halus dan mengkilap, daya serap terhadap minyak lemah.

Contoh : Art paper, konstruk b. Kertas uncoated, dengan ciri-ciri :

Tidak diberi lapisan kapur, permukaan kertas kasar tapi bisa juga dihaluskan, daya serap minyak kuat.

Contoh : HHI, HVS, HVO

3. Kertas berdasarkan penggunaannya, yaitu : a. Kertas cetak, seperti HVO, koran, art paper. b. Kertas tulis, seperti HVS, kertas gambar.

c. Kertas bungkus, seperti kertas sampul, kertas Samson.


(24)

II.2 Craft

II.2.1 Definisi Craft

Simon Olding (2003) Director, Crafts Study Centre, Farnham, Surrey “An expression of human endeavour creatively realised on the borders of utility, design, architecture, sculpture and art. Craft is specific, recognizable and broad enough to carry loaded meaning with good cheer. It means little without its association to the

individual maker and the organisations that give it life and value”, yang berarti “Sebuah ekspresi manusia yang berusaha untuk kreatif, yang meliputi desain, arsitektur, seni pahat dan seni lainya."

Mark Jones (2011) Director, Victoria & Albert Museum “Craft is remembering that art is seen, felt and heard as well as understood, knowing that

not all ideas start with words, thinking with hands as well as head”, yang berarti “Kerajinan merupakan seni yang terlihat, dirasakan dan didengar serta dipahami. Tidak semua ide-ide mulai dengan kata-kata, berpikir dengan tangan yang sama seperti kepala”.

II.2.2 Kategori Craft

(Sumber : Buku BSE, Seni budaya dan keterampilan kelas IV SD/MI). Craft yang dalam bahasa Indonesia berarti kerajinan disebut kriya. Ada banyak jenis karya kriya. Jenis kerajinan dibedakan menjadi 3:

1. Berdasarkan bahan baku

Berdasarkan bahan bakunya ada berbagai jenis karya kerajinan, diantaranya sebagai berikut.

a. Karya kerajinan tekstil b. Karya kerajinan kulit c. Karya kerajinan bambu d. Karya kerajinan rotan e. Karya kerajinan kayu f. Karya kerajinan tembikar 2. Berdasarkan sifat bahannya

Berdasarkan sifat bahannya, karya kerajinan dapat dibedakan menjadi tiga jenis.


(25)

a. Karya kerajinan bahan lunak

Bahan-bahan lunak meliputi bahan-bahan yang mudah dibentuk, misalnya tanah liat. Contoh peralatan rumah tangga dari gerabah dan berbagai hiasan keramik.

b. Karya kerajinan bahan keras

Bahan keras adalah bahan yang sifatnya keras dan sulit dibentuk. Untuk membentuknya diperlukan teknik dan alat khusus. Contoh mebel kayu, tas rotan, dan cindera mata dari bahan batu atau kayu.

c. Karya kerajinan bahan semi keras

Bahan semi keras adalah bahan yang sifatnya tidak lunak, tetapi juga tidak keras. Contoh hiasan dari foam atau gabus, kreasi bunga dari kertas dan kelobot jagung, serta kreasi benda pakai dari kain perca. 3. Berdasarkan fungsi

Jenis karya kerajinan berdasarkan fungsinya sebagai berikut. a. Karya kerajinan benda pakai

Kerajinan benda pakai meliputi segala bentuk kerajinan yang dipakai sebagai alat, wadah, atau dikenakan pada tubuh manusia. Contoh pakaian, tas, sepatu, sandal, kain sprei, ikat pinggang, dompet, dan peralatan makan.

b. Karya kerajinan benda hias

Kerajinan benda hias meliputi segala bentuk kerajinan yang dibuat dengan tujuan untuk dipajang atau digunakan sebagai hiasan. Contoh patung, kaligrafi hiasan dinding, lukisan, dan kipas hias.

II.3 Papercraft

II.3.1 Definisi Papercraft

Julius Perdana (2008) Webmaster dan Designer di Paper-replika.com, papercraft adalah seni merakit kertas dari beberapa lembar kertas yang dicetak dengan desain tertentu dan menggunakan beberapa teknik seperti menggunting, melipat, mengelem, dan membentuk kertas. Pada awalnya papercraft bernama 3D Papercraft, tapi sekarang biasa disebut papercraft saja karena lebih sederhana dan lebih mudah diucapkan.


(26)

Papercraft adalah pengembangan dari origami, perbedaannya yaitu, origami adalah seni melipat kertas dengan menggunakan 1 lembar kertas berwarna yang berbentuk persegi dan tidak menggunakan lem. Sementara papercraft adalah seni merakit kertas dari beberapa lembar kertas yang di cetak dengan desain tertentu dan menggunakan beberapa teknik dibuat menjadi lebih kompleks dan realistis (mendekati bentuk aslinya).

Origami biasa berbentuk 2D atau semi 3D karena cuma bisa diliat dari 1 sisi saja. Sedangkan Papercraft adalah kerajinan kertas yang berbentuk 3 dimensi yang berarti bisa diliat dari berbagai sisi.

II.3.2 Sejarah Papercraft

Veroze Waworuntu Saad (2011) penulis kompasiana.com, sejarahnya dimulai dari paper model, berupa kendaraan perang atau bangunan pada tahun 1940an, di Amerika Serikat, Inggris dan Eropa. Awalnya papercraft ini dicetak di majalah yang dikenal sebagai card modeling. Biasa terdapat pada majalah berupa sebuah gambar atau poster yang mengharuskan pembacanya untuk melipat dan menggunting, inilah masa awalnya papercraft. Lalu sangat berkembang di Jepang sampai muncul jenis baru selain paper model, yaitu di sebut pepakura, miniatur dari kertas tapi tanpa skala. Tidak selalu bangunan dan kendaraan, tapi juga manusia, binatang bahkan makanan. Tahun 2000an muncul jenis baru lagi yaitu papertoys.

Popularitas papercraft juga di mulai semenjak perang dunia ke II dimana kertas pada saat itu tidak ada batasan dalam produksinya, dimana banyak orang membuat berbagai model peralatan perang seperti pesawat, tank, dan kapal tempur dengan bahan kertas. Pada tahun 1941, Inggris menerbitkan 100 model yang berbeda dan sangat populer termasuk papercraft arsitektur, kapal laut, dan pesawat. Menurut Julius Perdana bahwa papercraft sudah ada di Indonesia sejak tahun 1970an tapi sangat terbatas orang tertentu, dibawa dari Jepang. Di tahun 1980an majalah Bobo seringkali memberikan bonus “prakarya”, membuat kerajinan dari kertas, gunting dan lem. Di tahun 1990an majalah Angkasa mempunyai rubrik model kertas (paper model) yang terbit tiap bulan dengan jenis pesawat model terbaru. Pembaca diberikan kesempatan untuk mendesain sendiri model pesawat dan mengirimkannya untuk dimuat. Booming papermodel sendiri


(27)

mulai terasa sejak tahun 2000-an dimana template model kertas mulai dibagikan gratis melalui internet, hingga kini hampir 80% template model kertas dapat diperoleh secara gratis di website-website papercraft. Bahkan tiap-tiap orang dapat membuat papercraft tanpa harus bersusah-susah memikirkan desain bentuk suatu papercraft, karena ada salah satu cara membuat papercraft adalah dengan cara online.

II.3.3 Kategori Papercraft

Ada cukup banyak craft yang berbahan kertas, baik yang berbentuk 2D, semi 3D ataupun berbentuk 3D. Pada pengkategorian papercraft ini akan membahas khususnya papercraft yang berbentuk 3 dimensi. Julius Perdana (2008) ada 4 pengkategorian papercraft 3D dilihat dari sisi peminat, dan bentuk fisik papercraft yang memang memiliki perbedaan sehingga memberikan kemudahan untuk memilah-milah kategorinya, yaitu :

a. Pepakura

Pepakura adalah pengucapan kata papercraft dalam bahasa Jepang. Model-model pepakura sendiri lebih sebagai Model-model-Model-model yang lucu sesuai dengan bentuk aslinya, kebanyakan menggunakan model-model anime atau karakter dari komik Jepang.

Gambar II.2. Contoh Pepakura


(28)

b. Papertoy

Memiliki bentuk model yang sederhana namun sangat menonjolkan desain pada model itu sendir, papertoy lebih ke arah karakter kartun yang dibuat lebih sederhana dan lucu. Dengan kata lain papertoy sama seperti pepakura hanya lebih luas tidak hanya terbatas pada jenis anime/komik jepang.

Gambar II.3. Contoh Papertoys


(29)

c. Paper Automata

Paper automata adalah salah satu kategori papercraft dimana model yang digunakan dapat bergerak dengan konstruksi mekanik yang juga terbuat dari kertas, dan bisa bergerak. Biasanya berupa hiasan yang unik.

Gambar II.4. Contoh Paper Automata Sumber : http://crafting.squidoo.com (17 Mei 2013)


(30)

d. Papermodel

Atau dikenal juga dengan Paper-Replika, adalah model kertas yang merupakan replika dari benda asli, umumnya memiliki tingkat detail yang tinggi dan tingkat kerumitan yang juga tinggi, umumnya berbentuk perangkat militer, kendaraan, robot-robot dari anime/film, dengan rangkaian yang rumit.

Gambar II.5. Contoh Paper Model Sumber : http://www.toxel.com (17 Mei 2013)


(31)

II.4 Papertoy

II.4.1 Definisi Papertoy

Papertoy Merupakan kategori lain dari jenis papercraft. Papertoy merupakan sebuah gambaran berbagai mainan lucu yang terbuat dari kertas dalam bentuk tiga dimensi. perakitan paper toys tidak mudah dan membutuhkan ketelitian serta imajinasi yang tinggi. Papertoy memiliki bentuk model yang sederhana namun sangat menonjolkan desain pada model itu sendiri, papertoy lebih ke arah karakter kartun yang dibuat lebih sederhana dan lucu, umumnya menyerupai karakter-karakter yang dibuat sederhana.

Ada karakter papertoy yang dikenal didunia, yaitu DANBO. Danbo sendiri adalah kependekan dari Danboard, yang berarti dibuat dari kertas karton board. Danbo merupakan boneka yang melakukan aksi dengan penampilan seperti manusia. Ekspresi dari boneka kardus ini menjadi daya tarik utamanya . (sumber : collectiondx.com)

Gambar II.6. Papertoy Danbo


(32)

Dilihat dari bentuk papertoy sudah cukup berkembang, seperti hal nya papertoy Danbo yang sudah menggunakan teknologi tinggi berupa sistem mekanik robot disetiap persendiannya dan juga telah menggunakan sistem kelistrikan yang membuat matanya bisa menyala. Dilihat dari sejarahnya, papertoy berada pada kategori akhir dari suatu kerajinan kertas yang muncul pada sekitar tahun 2000an. Berikut adalah pola perkembangan papertoy berdasarkan sejarahnya :

Tabel II.1. Kerangka Perkembangan Papertoy yang dikembangkan oleh penulis Sumber : Narasumber

Karya

Art Design Craft

Bahan Baku Sifat Bahan Lunak Semi Keras

Kain Foam Kertas

Lembaran

Lipat

2D

Origami

Papercraft

Pepakura Papertoy Paper Automata

Paper Model Semi 3D 3D

Potong Gulung Daur Ulang Bubur Kertas Keras Fungsi


(33)

II.4.2 Manfaat Papertoy

Anang Irawan (2013) desainer dan perakit, membuat suatu bentuk papertoy merupakan hobi yang positif, karena mayoritas orang lebih suka menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak efektif, papertoy bisa jadi alternatif pengisi waktu luang untuk berbagai kalangan usia, dan sangat bermanfaat. Berikut adalah manfaat-manfaat dari mendesain dan membuat suatu papertoy :

– Mengembangkan kreatifitas dan kepekaan terhadap seni.

– Melatih untuk berfikir sistematis. Dalam membentuk papertoy dilatih untuk berfikir bagian mana yang dikerjakan terlebih dahulu.

– Melatih kesabaran. Karena perakitan papertoy memerlukan waktu dan proses.

– Melatih ketelitian, logika, dan motorik halus dari bentuk 3D. – Lebih ekonomis karena hanya menggunakan kertas.

– Mengembangkan imajinasi, dapat dibentuk sesuai dengan keinginan. – Meningkatkan pemahaman 3D suatu objek, karena dengan membuat

papertoy dilatih untuk mengimajinasikan 3D suatu objek yg masih berupa pola 2D atau latihan membuat objek 3D dari objek 2D.

– Mendapatkan sensasi kepuasan setelah menyelesaikan papertoy. II.4.3 Keunggulan Dan Kekurangan Papertoy

Keunggulan papertoy antara lain :

– Lebih ekonomis dari model plastik, besi atau resin. – Warna dan bentuk yang menarik.

– Flexible, dapat dimodifikasi sesuai keinginan. – Pola mudah didapat.

– Mudah untuk dibentuk.

– Banyak bentuk yang bisa dibuat.

– Hasil perakitan bisa menjadi hiasan, pajangan, menjadi media bercerita ataupun sarana edukasi hingga bisa dipamerkan dalam suatu pameran.


(34)

Kekurangannya papertoy antara lain :

– Hasil akhir mudah rusak dan tidak kokoh dikarenakan berbahan dasar kertas.

– Tingkat kerapihan tergantung kemampuan perakit.. – Tidak tahan air.

– Butuh kesabaran dan ketelatenan dalam proses perakitan. II.5 Cerita

II.5.1 Definisi Cerita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau kejadian, baik yang sungguh terjadi ataupun hanya rekaan.

Dari cerita tersebut dapat diketahui dimana, bagaimana dan apa yang dialami oleh pelaku cerita dari awal sampai akhir. Pelaku cerita dapat berupa tumbuhan, binatang maupun manusia. Pada zaman dahulu cerita dapat dituturkan secara lisan . Di tempat yang biasanya diramaikan oleh tukang cerita . Fungsinya sebagai penghibur.

II.5.2 Jenis Cerita

Menurut Subyantoro penulis Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18 2006, terdapat jenis-jenis cerita yang diklasifikasikan menurut asal-usulnya yaitu:

1. Berdasarkan Isi, berupa cerita anak-anak dapat berasal dari satra tradisional, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi sejarah, dan puisi.

Fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh pengarang. Cerita ini berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat, fantasi ilmiah ataupun cerita fantasi lain mengenai hewan atau robot. Fiksi realitas berisi tentang cerita petualangan, detektif, misteri atau humor dan sebagainya. Kemudian cerita tersebut dibedakan lagi dalam fiksi realistis komtemporer yang berisi masalah-masalah yang dahulu bersifat tabu seperti, perceraian, kematian, seksual, narkoba dan lainnya.

2. Berdasarkan Bentuk Penulisan, berupa buku bacaan bergambar, komik, buku ilustrasi, dan novel.


(35)

3. Berdasarkan Fungsi, berupa buku untuk pemula disebut sebagai buku konsep, buku pertisipasi, dan toybooks. Jenis-jenis ceritanya berupa mite, legenda, dan dongeng.

4. Berdasarkan Bahan Pembuatan, buku cerita yang dibedakan berdasarkan bahan pembuatnya.

II.5.3 Hubungan Cerita dengan Papertoy

Menurut erlanggaforkids.com, cerita merupakan hal yang menarik untuk disampaikan ataupun didengar. Cerita mengandung berbagai macam informasi, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, kemampuan mendengar, berkomunikasi verbal, konseptual, memecahkan masalah, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas, kecerdasan emosi, wawasan, pengetahuan ragam budaya, menjadi relaksasi jiwa dan raga, mengakrabkan emosi antara pembicara dan pendengar dan menambah nilai moral.

Salah satu cara bercerita adalah dengan menggunakan media papertoy. Dengan papertoy para pendengar tidak cuma bisa mendengarkan cerita tetapi dapat melihat tiap alur cerita, bagaimana latarnya hingga bentuk tiap-tiap karakter bahkan dapat menyentuh hingga memainkan papertoy tersebut. Dengan cerita maka karakter-karakter yang dibuat dalam bentuk papertoy akan lebih berfungsi.

Veroze Waworuntu Saad (2011) penulis kompasiana.com, di Eropa, para perakit papertoy sudah menggunakan papertoy sebagai media pembelajaran untuk anak-anak. Anak-anak diajak belajar sambil bermain, mengenal bentuk-bentuk binatang dengan menggunakan papertoy ataupun menghafal angka dan huruf menggunakan papertoy. Bentuk papertoy yang lucu dengan warna yang beragam sangat menarik perhatian anak-anak. Dengan demikian maka dapat terlihat fungsi lain dari suatu papertoy yang sangat bermanfaat.

Hubungan cerita dengan papertoy sangatlah erat dan saling berkaitan, suatu cerita akan tampak lebih hidup bila diceritakan menggunakan karakter-karakter papertoy, dan sebuah papertoy akan menjadi lebih fungsional, sehingga para pembaca dan pendengarnya juga akan lebih tertarik.


(36)

II.6 Pembahasan Permasalah

Ada suatu ungkapan ”Seorang Guru yang tidak bisa bercerita, ibarat orang yang hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para pembaca cerita keahian bercerita merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para pencerita mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati. Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, namun masih jarang tulisan dari para praktisi ahli cerita yang mampu mengarahkan secara khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini, sehingga penceritaan yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara khusus didasarkan pada material kurikulum pengajaran di TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku. Padahal panduan praktis semacam ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di seluruh Nusantara. Pada umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang metode bercerita. Laporan ini disusun dengan maksud agar menjadi salah satu media informasi ketrampilan bercerita bagi para pembaca cerita.

Umumnya cerita dibacakan oleh sang pencerita dan didengarkan oleh para pendengarnya., padahal ada banyak cara lain untuk bercerita agar suatu cerita menjadi lebih menarik. Untuk itu, peneliti melakukan pengumpulan data melalui media online, melalui forum-forum yang membahas tentang cara-cara bercerita.

Bambang Bimo Suryono (2010) Di Inggris pernah diadakan penyebaran angket kepada orang-orang dewasa. Kepada mereka ditanyakan pada saat apa mereka benar-benar merasa bahagia di masa kanak-kanak dulu. Jawaban mereka : “Pada saat orang tua mereka membacakan buku atau Cerita” Apabila pertanyaan yang sama diajukan kepada orang-orang dewasa di Indonesia, kiranya jawaban tak akan jauh berbeda. Bahkan, khusus mengenai cerita, sampai orang dewasapun masih tetap menggemarinya. Obrolan juga akan semakin menarik bila saling bercerita dengan penuh semangat, semua orang tak pandang usia, menyukainya. Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan dalam teks kitab sucipun banyak berisi cerita-cerita. Tuhan mendidik jiwa manusia menuju keimanan dan kebersihan rohani, dengan mengajak manusia berfikir dan merenung, menghayati dan meresapi pesan-pesan moral yang


(37)

terdapat dalam kitab suci, mengetuk hati manusia antara lain dengan cerita-cerita. Karena metode ini sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa anak-anak.

Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara terhadap responden. Adapun salah satu target wawancara tersebut adalah seorang admin di forum www2.perikertas.com, seorang perempuan bernama Lidwina dengan user id

dilaniw” yang berlokasi di Jakarta. Wawancara menggunakan media online, yaitu melalui forum Seputar Peri dan Papermodel di website www2.perikertas.com dan dengan seorang pendongen di blog paud-anakbermainbelajar.blogspot.com, seorang admin bernama Asolihin skb.

Berikut ini adalah sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk mengetahui persepsi tentang hubungan antara cerita dan papertoy.

- Bagaimana pendapat anda tentang papercraft khususnya papertoy yang dijadikan sebagai suatu media untuk bercerita?

Itu akan menambah daya tarik akan suatu papertoy itu sendiri. Jadi lebih fungsional. Bisa menjadi alternatif yang lebih baik ketimbang hanya menjadi pajangan. Sejauh ini hanya berupa diorama bukan cerita, hanya mewakili 1 adegan.

- Bagaimana cerita dengan menggunakan alat peraga?

Mendongeng dengan menggunakan bantuan alat peraga, seperti wayang kulit yang dimainkan oleh seorang dalang, wayang golek yang terbuat dari kayu juga dimainkan oleh dalang, "Laptop Si Unyil", film pendidikan yang ditayangkan pada salah satu stasiun televisi swasta. Tokoh yang dimainkan dengan tangan yang digerakkan oleh jari-jari tangan. Semua cerita yang menggunakan alat peraga tampak lebih hidup dan lebih menarik. Membuat para pembaca dan yang mendengarkan lebih antusias dan lebih menikmati suatu cerita.

Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bercerita dengan menggunakan papertoy merupakan sesuatu yang sangat menarik dan belum pernah ada.


(38)

II.7 Solusi Permasalah

Solusi untuk permasalah mengenai permasalahan bagaimana mengembangkan alternatif cara bercerita yang baru sehingga dapat menarik perhatian yang cukup tepat salah satunya adalah dengan mengembangkan papertoy menjadi suatu media untuk bercerita. Bercerita tidak hanya dapat dilakukan dengan hanya membaca buku cerita, melainkan dapat juga dengan menggunakan media papertoy yang sederhana, maka suatu cerita yang diceritakan tidak lagi hanya merupakan cerita yang hanya bisa didengar tetapi menjadi suatu cerita yang dapat dilihat melalui karakter-karakter papertoy yang dibuat untuk mewakili karakter yang ada dalam suatu cerita. Dengan adanya pengembangan dari cara untuk bercerita dengan menggunakan papertoy dimaksudkan agar para pembaca dan pendengar cerita menjadi lebih tertarik dalam memainkan dan mendengarkan suatu cerita.


(39)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Pengetahuan dan pemahaman akan alternatif cara bercerita yang baru penting untuk diketahui oleh para pembaca dan pendengar cerita agar perkembangan cara berceritasemakin maju. Dengan berkembangnya cara bercerita maka diharapkan terjadi perubahan pemikiran bahwa cerita tidak hanya menjadi sesuatu yang hanya bisa dibaca dan didengar saja melainkan dapat menjadi sesuatu yang bisa dimainkan. Konsep bercerita menggunakan media papertoy dipilih sebagai salah satu solusi yang tepat untuk diberikan kepada para pembaca dan pendengar cerita.

Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media bercerita adalah dengan merancang media papertoy sebagai sarana untuk bercerita. Ini merupakan sarana yang tepat dan efisien untuk memberikan gambaran akan suatu perkembangan informasi dari cara bercerita, serta yang dapat merubah paradigma pemikiran para pembaca dan pendengar cerita akan suatu bentuk cerita yang hanya dapat dibacakan dan didengarkan saja.

Hal-hal yang ingin disampaikan berupa gambaran bentuk papertoy yang sederhana yang dapat mewakili cerita yang akan dimainkan, dimaksudkan agar para pendengar cerita dapat lebih mengembangkan imajinasi dalam suatu cerita yang dibacakan.

Perancangan informasi ini dituangkan kedalam tiga media, yakni media utama yaitu papertoy, media pendukung sebagai pengingat yang berupa notebook, pembatas buku, tempat pensil papertoy, pensil, penghapus, penggaris, gantungan kunci, pin. Media promosi utama yang dipilih adalah poster dan mini x banner serta media kreatif berupa buku cerita yang berisi alur cerita dan percakapan yang ada didalam cerita dan template papertoy. Dimana bobot akan pengetahuan lebih mendalam terdapat pada media utamanya. Media pendukung dan media kreatif hanya berfungsi sebagai pelengkap yang tujuannya agar khalayak sasaran merujuk mendapat informasi dari media utama.


(40)

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam perancangan sarana bercerita menggunakan papertoy yang mengangkat cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih” ini bertujuan sebagai gambaran kepada para pembaca dan pendengar cerita untuk dapat bercerita dengan cara yang berbeda. Pemilihan papertoy sebagai strategi komunikasi didasarkan pada fakta-fakta bahwa papertoy memiliki kelebihan penggambaran akan suatu bentuk cerita, dikarenakan bentuknya yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Strategi komunikasi yang digunakan adalah pendekatan komunikasi visual dan verbal yang disesuaikan dengan hasil segmentasi target yang dituju yaitu para pembaca dan pendengar cerita. Adapun materi-materi pesan dari cerita yang disampaikan adalah sebagai berikut.

1. Memberikan gambaran akan bentuk media yang bisa digunakan dalam bercerita.

2. Merubah paradikma pemikiran akan suatu cerita yang hanya bisa dibacakan dan didengarkan saja.

3. Memberikan gambaran akan cerita Bawang Merah dan Bawang Putih yang diaplikasikan kedalam bentuk papertoy.

III.1.1.1 Pendekatan Komunikasi Visual

Dalam perancangan papertoy ini akan mengangkat cerita Bawang Merah dan Bawang Putih. Pendekatan visual yang akan ditampilkan berupa bentuk papertoy yang sederhana yang mewakili cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, baik karakter-karakter maupun bangunan dan keadaan yang menggambarkan cerita tersebut. Visual yang dimunculkan juga merupakan visualisasi yang sederhana.

Pembuatan papertoy ini menjadi pilihan yang tepat agar para pembaca dan pendengar cerita tidak bosan dengan cara bercerita yang begitu-begitu saja dan menambah ketertarikan akan suatu cerita. Salah satu contoh pendekatan visual yang ada dalam papertoy ini yaitu cerita, cerita yang diangkat adalah mengenai Bawang Merah dan Bawang Putih. Pemilihan cerita ini didasarkan pada psikologi umum masyarakat Indonesia yang telah mengenal cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, yang ilustrasinya disesuaikan dengan bentuk papertoy yang sederhana,


(41)

contohnya karakter Bawang Merah dan Bawang Putih dalam cerita ini berupa papertoy yang dapat digerakkan dan dimainkan.

Gambar III.1. Visualisasi papertoy Bawang merah dan Bawang putih Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

III.1.1.2 Pendekatan Komunikasi Verbal

Media bercerita menggunakan papertoy bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fungsi papertoy yang bisa digunakan sebagai media bercerita dan pembelajaran. Dalam konsep ini pencerita dituntun untuk bercerita menggunakan media yaitu papertoy, dengan menggerakkan karakter-karakter yang ada didalam cerita tersebut.

Pendekatan komunikasi verbal dalam strategi kreatif perancangan ini menggunakan penyampaian komunikasi dengan memberikan gambaran akan bentuk papertoy yang berupa media cerita. Para pembaca dan pendengar cerita dituntun untuk dapat membacakan cerita sambil menggerak-gerakkan papertoy -yang ada sesuai dengan alur cerita, dapat membuat cerita menjadi lebih hidup dan menghibur. Bentuk papertoy digunakan dikarenakan papertoy merupakan kategori dari papercraft yang bentuknya sederhana yang dibalut dengan desain dan


(42)

warna-warna yang menarik menarik pula. Berikut ini merupakan strategi bentuk papertoy yang digunakan, yaitu :

1. Papertoy menggunakan bentuk-bentuk karakter yang sederhana.

2. Papertoy menggunakan ilustrasi shading, yang dirasa merupakan ilustrasi yang paling cocok dengan bentuk dari papertoy itu sendiri.

3. Papertoy menggunakan desain dan warna-warna cerah yang menarik. 4. Papertoy menggambarkan bentuk-bentuk tiap karakter yang ada didalam

cerita sesuai dengan gambaran karakternya masing-masing, juga menggambarkan keadaan dan diorama sesuai dengan cerita.

III.1.2 Strategi Kreatif

Pada perancangan papertoy sebagai media bercerita yang mengangkat cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, yang menampilkan karakter-karakter yang ada pada cerita yang berbentuk papertoy, yang dimainkan layaknya mainan yang bisa digerakkan sesuai dengan adegannya, mulai kehidupan Bawang Putih yang menyenangkan pada awalnya sampai dengan penyiksaan yang didapat dari Ibu tiri dan saudara tirinya. Papertoy ini menggunakan diorama yang berbahan kertas yang dibentuk menyerupai pedesaan dan berlatarkan pegunungan yang diambil berdasarkan ilustrasi bukit barisan yang ada di Sumatera dikarenakan cerita Bawang merah dan Bawang putih yang berasal dari Sumatera tepatnya Riau. Pedesaan yang terbelah menjadi 2 bagian dikarenakan adanya aliran sungai seperti yang ada seperti didalam cerita, juga dikelilingi oleh persawahan dan pohon-pohon bambu yang rindang yang mencerminkan keadaan ditepian sungai. Bentuk karakter papertoy didesain untuk menggambarkan keadaan seperti didalam cerita.

III.1.2.1 Unique Selling Promotion (USP)

Keunggulan papertoy cerita Bawang Merah dan Bawang Putih ini dibanding dengan papertoy lain pada umumnya adalah :

1. Papertoy ini menceritakan kisah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih yang sifatnya bertolak belakang.


(43)

3. Papertoy ini menggunakan diorama yang menyerupai desa tempat tinggal Bawang Merah dan Bawang Putih.

4. Papertoy ini menghidupkan suatu cerita yang tadinya hanya dapat didengar saja menjadi sesuatu cerita yang dapat dimainkan secara langsung.

5. Dari segi produksi papertoy ini menggunakan double side matte inkjet paper 220gsm yang memiliki permukaan yang halus dan gramasi yang cukup tebal sehingga membuat papertoy ini tetap kokoh dengan warna dan bentuk yang menarik.

III.1.2.2 Positioning

Papertoy Bawang Merah dan Bawang Putih ini memposisikan dirinya sebagai sarana edukasi pertama dan satu-satunya papertoy yang bisa dimainkan dan memiliki diorama yang menggambarkan keadaan pada cerita Bawang merah dan Bawang putih serta merupakan papertoy yang memiliki alur cerita .

III.1.2.3 Sinopsis

Zaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama Bawang Putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Ayah Bawang Putih hanya pedagang yang sukses, namun mereka tetap hidup rukun dan damai. Namun suatu hari Ibu Bawang Putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka demikian pula ayahnya. Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak Ibu Bawang Putih meninggal, Ibu Bawang Merah sering berkunjung ke rumah Bawang Putih. Dia sering membawakan makanan, membantu Bawang Putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang Putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan Ibu Bawang Merah, supaya Bawang Putih tidak kesepian lagi. Tetapi bukan kasih sayang yang didapat oleh Bawang Putih melainkan derita. Ibu tiri dan saudara tirinya selalu menyiksanya dan memperlakukannya sebagai pembantu, tetapi Bawang Putih tetap sabar dan berharap suatu saat nanti Ibu tirinya dapat menyayanginya seperti anak sendiri. Pada suatu ketika Bawang Putih tak sengaja menghanyutkan pakaian kesayangan


(44)

milik Ibu tirinya yang membuat Ibu tirinya marah besar dan menyuruh Bawang Putih untuk mencarinya, hal itu pula yang membuat Bawang Putih bertemu dengan seorang nenek yang baik hari yang menemukan pakaian Ibunya dan memberikan labu berisi emas permata kepada Bawang Putih. Karena keserakahan maka Bawang Merah juga mengikuti Bawang Putih dan berharap mendapat emas permata yang lebih banyak lagi, tetapi bukan permata yang didapat melainkan kematian.

III.1.2.4 Storyline

Storyline cerita Bawang Merah dan Bawang Putih.

Adegan Alur Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih

1 Zaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang harmonis terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama Bawang Putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Ayah Bawang Putih merupakan seorang pedagang yang sukses, namun mereka tetap hidup rukun dan sederhana.

2 Suatu hari Ibu Bawang Putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

3 Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak Ibu Bawang Putih meninggal, Ibu Bawang Merah sering berkunjung ke rumah Bawang Putih. Dia sering membawakan makanan, membantu Bawang Putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol.

4 Akhirnya ayah Bawang Putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan Ibu Bawang Merah, supaya Bawang Putih tidak kesepian lagi. Dengan pertimbangan dari Bawang Putih, maka ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu Bawang Merah. Awalnya Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah sangat baik kepada Bawang Putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi Bawang Putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang.


(45)

Bawang Putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang Merah dan Ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang Putih tidak mengetahuinya, karena Bawang Putih tidak pernah menceritakannya.

5 Suatu hari ayah Bawang Putih harus pergi berdagang ke negeri yang jauh dan meninggalkan Bawang Putih. Sejak saat itu Bawang Merah dan Ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang Putih. Bawang Putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang Merah dan Ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang Putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat Ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

6 Setiap pagi Bawang Putih selalu pergi kesungai untuk mencuci. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu selendang telah hanyut terbawa arus. Celakanya selendang yang hanyut adalah selendang kesayangan Ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu. Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada Ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak Ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari selendang itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

7 Bawang Putih terpaksa menuruti keinginan Ibu tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang Putih belum juga menemukan baju Ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap


(46)

juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu selendang Ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang Putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan ternaknya. Maka Bawang Putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat selendang merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang Putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang Putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang Putih sudah sangat kelaparan.

8 Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang Putih segera menghampiri rumah itu.

“Permisi…!” kata Bawang Putih. Seorang perempuan tua berdiri didepan pintu.

“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang Putih nek. Tadi saya sedang mencari selendang Ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang Putih.

“Boleh nak. Apakah selendang yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.

“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang Putih. “Ya. Tadi selendang itu tersangkut di belakng rumahku. Sayang, padahal aku menyukai selendang itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi dengan syarat, kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek itu. Bawang Putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang Putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal


(47)

nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang Putih dengan tersenyum.

9 Selama seminggu Bawang Putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang Putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya sudah 1 minggu.

Nenek pun memanggil Bawang Putih. “Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa selendang Ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.

Mulanya Bawang Putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang Putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar, dan juga dirumah kami hanya bertiga, saya, saudara perempuan saya dan Ibu saya nek. Labu kecil ini saja sudah cukup untuk kami bertiga” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang Putih hingga depan rumah.

10 Bawang Putih bergegas untuk pulang kerumah. Sesampainya di rumah, Bawang Putih menyerahkan selendang merah milik Ibu tirinya sementara dia pergi untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya Bawang Putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke Ibu tirinya dan Bawang Merah yang dengan serakah langsung merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa Bawang Putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang Putih pun menceritakan dengan sejujurnya. 11 Mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah dan Ibunya

berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini Bawang Merah yang akan melakukannya. Akhirnya Bawang Merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti Bawang Putih,


(48)

Bawang Merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti Bawang Putih yang rajin, selama seminggu itu Bawang Merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan Bawang Merah untuk pergi.

“Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya Bawang Merah. Nenek itu terpaksa menyuruh Bawang Merah untuk mengambil labu yang ditawarkan. Dengan cepat Bawang Merah mengambil labu besar itu dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi. 12 Sesampainya di rumah Bawang Merah segera menemui Ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut Bawang Putih akan meminta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang berbisa seperti ular dan kalajengking yang langsung menyerang Bawang Merah dan Ibunya hingga tewas.

Tabel III.1. Storyline

Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

III.1.2.5 Storyboard

Sceen Ilustrasi Keterangan


(49)

2 Setting : Dilahan kosong sekitar rumah Bawang Putih

3 Setting : Didepan rumah Bawang

Merah

4 Setting : Didepan rumah Bawang

Putih

5 Setting : Diperkarangan rumah


(50)

6 Setting : Ditepi sungai

7 Setting : Dijembatan sungai

8 Setting : Didepan rumah nenek


(51)

10 Setting : Dirumah Bawang Putih

11 Setting : Dirumah nenek

12 Setting : Dirumah Bawang Putih

Tabel III.2. Storyboard Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(52)

III.1.3 Strategi Media

Dalam perancangan papertoy sebagai media bercerita, media merupakan sesuatu sarana yang dianggap bisa memberikan gambaran dan sangat berpengaruh terhadap penyebaran informasi. Karena media sebagai alat utama, pendukung, perantara serta sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target yang dituju.

Dalam perancangan papertoy sebagai media bercerita “Bawang Merah dan Bawang Putih” ini, telah dipertimbangkan akan beberapa penggunaan media yang terkait pada target yang dituju dengan efisien dan efektif dari penggunaan media tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Media Utama

Media utama berupa bentuk papertoy yang didesain menyerupai bentuk pada cerita. papertoy dipilih sebagai media utama dikarenakan papertoy dianggap sebagai media yang tepat untuk penggambaran akan sesuatu bentuk papertoy yang fungsional. Papertoy menampilkan penggabungan antara berbagai elemen, yang tidak didapat pada buku ataupun e-book. Dengan papertoy suatu cerita menjadi lebih hidup, cerita dapat didengar, dilihat bahkan dimainkan sehingga dapat lebih berfungsi.

2. Media Kreatif

Buku cerita dan template papertoy dipilih sebagai media kreatif dalam media cerita papertoy. Berisi cerita dan karakter mengenai Bawang Merah dan Bawang Putih hingga percakapan-percakapan dan hasil cetakkan papertoy yang belum melalui proses pembuatan.

3. Media Promosi

Media promosi merupakan suatu sarana penunjang yang sangat penting, karena dengan media promosilah maka konsumen dapat mengetahui akan suatu media bercerita yang berbentuk papertoy. Media promosi utama yang dipilih adalah poster dan mini x banner. Dan sebagai media pengingat yang berupa notebook, pembatas buku, tempat pensil papertoy, pensil, penghapus, penggaris, gantungan kunci, pin.


(53)

III.1.4 Strategi Distribusi

Distribusi merupakan suatu proses yang menunjukkan penyaluran barang yang dibuat dari produsen agar sampai kepada para konsumen. Fungsi distribusi ialah melakukan atau mengantarkan atau memperlihatkan barang atau jasa (Menurut ekokusnur.com).

Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian :

- Objek : Penjualan dengan sistem paket lengkap dengan harga Rp.1.000.000 tidak termasuk media pendukung, media pendukung dijual terpisah.

- Waktu : Waktu penjualan perdana adalah pada bulan Mei 2014. - Secara geografis : Lebih difokuskan pada kota Bandung.

- Lokasi penyebaran media : Tempat penyebaran pada toko buku, pameran/workshop papertoy.

Tabel III.3. Perencanaan distribusi Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

No Media Jenis Harga Februari Maret April Mei

1. Papertoy Utama Rp.1000.000

2. Buku cerita Kreatif Rp.50.000 3. Template

papertoy

Kreatif Rp.30.000

4. Poster Promosi -

5. Mini x banner Promosi -

6. Notebook Pendukung Rp.15.000

7. Pembatas buku Pendukung Rp.3.000 8. Tempat Pensil

Papertoy

Pendukung Rp.20.000

9. Pensil Pendukung Rp.4.000

10. Penghapus Pendukung Rp.1.500 11. Penggaris Pendukung Rp.4.000 12. Gantungan

Kunci

Pendukung Rp.12.000


(54)

III.2 Konsep Visual

Konsep visual dari perancangan media untuk bercerita berbentuk papertoy yang menampilkan visualisasi sederhana dengan bentuk yang menarik. Penyampaian secara informatif dan edukatif dengan menggunakan perpaduan teknik ilustrasi, tipografi dan layout desain yang disesuaikan pada konsep penggunaan dasar elemen-elemen desain yang sesuai dengan cerita .

III.2.1 Format Desain

Format yang digunakan dalam pembuatan media papertoy sebagai media cerita menggunakan ukuran latar diorama 88,5 x 42 Cm. Hal ini dimaksudkan agar ruang lingkup cerita menjadi luas dan leluasa untuk digerak-gerakkan. Latar diorama berupa penggabungan 3 bagian yang 1 bagian berupa ukuran kertas A3, yang dimaksudkan agar mudah dalam packagingnya. Format latar diorama berupa latar dengan format landscape yang terdapat bermacam papertoy pendukung seperti papertoy karakter ataupun papertoy bangunan dan papertoy pendukung lainnya.

III.2.2 Layout

Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan (menurut satriamultimedia.com).

Gambar III.2. Sketsa layout diorama Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(55)

III.2.3 Tipografi

Tipografi adalah perpaduan antara seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual. Pengolahan tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain (menurut satriamultimedia.com).

Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf harus dapat merangkum karakteristik, kesan, suasana hati ataupun atmosfer yang terdapat didalamnya. Tipografi utama yang dipakai dalam diorama papertoy Bawang Merah dan Bawang Putih ialah font KG Second Changes Sketch, dimaksudkan untuk menambah nilai estetika dan semakin mempertajam efek shading pada ilustrasi.

A B C D E F G H I

J K L M N O P Q

R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

`~!@#$%^&*()_+><:”{}?’”;:

Gambar III.3. Aplikasi font KG Second Changes Sketch Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(56)

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan gambar atau bentuk visual lainnya yang digunakan sebagai pendukung, memperjelas, mengurai pesan suatu cerita atau tulisan. Ilustrasi adalah proses penggambaran objek, baik visual maupun audio dan lain-lain.

Komunikasi visual merupakan suatu komunikasi melalui wujud yang dapat diserap oleh indera pengelihatan. Gaya ilustrasi merupakan salah satu pendekatan yang tepat dalam media papertoy. Dengan ilustrasi yang baik maka suatu papertoy akan lebih hidup. Papertoy dapat dinikmati dari berbagai sudut yang beragam atau perspektif. Ilustrasi merupakan hal yang penting dalam komunikasi papertoy ini. Karena ilustrasi pada tiap papertoy mewakili kesan dari setiap papertoy itu sendiri. Untuk mendukung kualitas visual dalam desain papertoy ini, pewarnaan menggunakan teknik digital dengan efek shading dimaksudkan sebagai penambah nilai estetika dalam ilustrasi tersebut.

III.2.4.1 Studi Karakter

Karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Menurut Setiawan Dimas).

Karakter dalam papertoy ini menggunakan karakter manusia yang terdiri dari karakter Bawang Merah dan Bawang Putih sebagai karakter utama serta karakter Ayah, Bunda, Ibu tiri, Paman penggembala, Nenek tua sebagai karakter pendukung. Karakter papertoy ini dapat digerak-gerakkan layaknya seperti didalam cerita. Karakter dibuat sesuai dengan karakter masing-masing dari setiap tokoh dalam cerita sehingga dapat makin menggambarkan keadaan cerita dalam bentuk papertoy yang nyata.

Konsep ilustrasi pakaian karakter yang dibuat adalah berdasarkan kebudayaan yang ada di Indonesia agar bersifat universal dan dapat menonjolkan kebudayaan Indonesia, yaitu menggunakan kebaya dengan kain bagi karakter wanita ataupun menggunakan baju tradisional lengkap dengan ikat kepala bagi


(57)

karakter pria untuk mencerminkan derajat yang lebih tinggi atau topi caping bagi pengembala, sedangkan konsep ilustrasi wajah karakter terinspirasai dari bentuk mini papertoy yang dibuat oleh seorang desainer dan perakit papertoy Gustavo Santome, yaitu berbentuk persegi pada bagian wajah dikarenakan mudah dalam pengaplikasian pada bentuk papertoy, mudah dalam perakitan, berbentuk sederhana dan tetap terkesan lucu.

Gambar III.4. Contoh pakaian tradional Indonesia Sumber : http://3.bp.blogspot.com (Februari 2014)

Gambar III.5. Contoh papertoy Gustavo Santome Sumber : http://minipapercraft.blogspot.com (November 2013)


(58)

1. Bawang Putih

Gambar III.6. Visualisasi karakter Bawang Putih Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Bawang Putih Deskripsi : Tokoh Utama Jenis : Perempuan Umur : 18 Tahun

Sifat : Bawang Putih merupakan perempuan yang cantik dan riang yang memiliki sifat rajin dan baik hati, tidak serakah dan bertanggung jawab.

Karakteristik : Bawang Putih berambut pendek dan tebal berwarna hitam. Bermata bulat yang besar, kulit putih dan tanpa tata rias wajah.. Menggunakan pakaian berwarna putih.

Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian kedalam bentuk papertoy. Rambut diikat dan berkuncir mencerminkan perempuan desa yang masih belia, mata bulat dan pipi yang merona mencerminkan sifat yang baik, ramah dan lembut, kebaya putih memberikan identitasBawang Putih, dan kain coklat yang mencerminkan pakaian tradisional Indonesia.


(59)

2. Bawang Merah

Gambar III.7. Visualisasi karakter Bawang Merah Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Bawang Merah Deskripsi : Tokoh Utama Jenis : Perempuan Umur : 18 Tahun

Sifat : Bawang Merah merupakan kebalikan dari Bawang Putih. Anak perempuan pemarah yang sombong dan serakah.

Karakteristik : Bawang Merah merepakan perempuan yang glamor, selalu menggunakan tata rias. Berpenampilan cantik dan mencolok. Menggunakan pakaian berwarna merah.

Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian kedalam bentuk papertoy. Rambut berponi dan berkepang mencerminkan perempuan desa yang masih belia, wajah penuk make up menggambarkan kesan glamour, tahi lalat pada area bibir menggambarkan sifat yang cerewet, kebaya merah memberikan identitas Bawang Merah, dan kain coklat yang mencerminkan pakaian tradisional Indonesia.


(60)

3. Ayah

Gambar III.8. Visualisasi karakter Ayah Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Ayah

Deskripsi : Tokoh Pembantu Jenis : Pria

Umur : 43 Tahun

Sifat : Ayah adalah ayah kandung Bawang Putih yang berwibawah dan pengasih, memiliki kemampuan dalam berdagang. Selalu berfikir positif.

Karakteristik : Ayah merupakan pria dewasa berambut pendek, tipis dan berwarna hitam. Berpenampilan elegan, dan berkumis tebal. Menggunakan pakaian tradisional hitam dan menggunakan kain batik coklat. Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian

kedalam bentuk papertoy. Menggunakan ikat kepala yang mencerminkan pria yang mempunyai drajat tinggi (tuan tanah / pengusaha), mata bulat mencerminkan sifat yang baik dan ramah, kumis tebal mencerminkan pria yang tangguh dan mapan, baju hitam dan kain coklat mencerminkan pakaian tradisional Indonesia.


(61)

4. Bunda

Gambar III.9. Visualisasi karakter Bunda Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Bunda

Deskripsi : Tokoh Pembantu Jenis : Wanita

Umur : 40 Tahun

Sifat : Bunda adalah Ibu kandung dari Bawang Putih, merupakan sosok penyayang yang ramah terhadap semua orang. Sangat menyayangi keluarganya. Memiliki gangguan kesehatan.

Karakteristik : Bunda berpenampilan seperti Ibu pada umumnya. Memiliki rambut yang bersanggul, berwajah putih dan memiliki sepasang mata besar persis anaknya Bawang Putih. Menggunakan pakaian daster berwarna ungu muda khas Ibu-Ibu.

Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian kedalam bentuk papertoy. Rambut bersanggul menandakan khas ibu-ibu pedesaan dengan drajat tinggi, mata bulat dan pipi yang merona mencerminkan sifat yang baik, ramah dan lembut, kebaya dan kain coklat yang mencerminkan pakaian tradisional Indonesia.


(62)

5. Ibu Tiri

Gambar III.10. Visualisasi karakter Ibu tiri Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Ibu Tiri

Deskripsi : Tokoh Pembantu Jenis : Wanita

Umur : 38 Tahun

Sifat : Ibu Tiri merupakan Ibu kandung Bawang Merah, memiliki sifat kejam, serakah, pemalas dan suka akan kemewahan serta suka pamer.

Karakteristik : Ibu tiri berpenampilan glamor seperti Bawang Merah yang suka berdandan, menggunakan perhiasan. Menggunakan sanggul sebagai, menggunakan anting emas yang berkilau dan mengenakan pakaian berwarna merah.

Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian kedalam bentuk papertoy. Rambut bersanggul menandakan khas ibu-ibu pedesaan dengan drajat tinggi, mata tajam menandakan sifat yang jahat, warna kehitaman disekitar mata menandakan sifat yang pemarah, anting emas mencerminkan suka memamerkan harta, kebaya dan kain coklat yang mencerminkan pakaian tradisional Indonesia.


(63)

6. Paman Penggembala

Gambar III.11. Visualisasi karakter Paman penggembala Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Paman Penggembala Deskripsi : Tokoh Pembantu Jenis : Pria

Umur : 40 Tahun

Sifat : Paman penggembala merupakkan seorang pekerja keras, rajin dan suka menolong dan selalu tersenyum.

Karakteristik : Merupakan seorang pengembala kerbau yang sering memandikan kerbau-kerbaunya disungai. Menggunakan topi caping, baju kaos dan celana berwarna gelap.

Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian kedalam bentuk papertoy. Menggunakan topi caping mencerminkan penggembala atao petani bagi masyarakat desa, mata yang melengkung mencerminkan sifat yang suka senyum dan penolong, kulit yang gelap menandakan pekerja keras dibawah sinar matahari, baju kaos abu dan celana hitam mencerminkan masyarakan pedesaan kaum bawah (petani / pekerja) pada masyarakan pedesaan Indonesia.


(64)

7. Nenek Tua

Gambar III.12. Visualisasi karakter Nenek tua Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah

Nama : Nenek Tua Deskripsi : Tokoh Pembantu Jenis : Wanita

Umur : 77 Tahun

Sifat : Nenek memiliki sifat pengasih, penyayang dan merupakan seorang yang sangat dermawan. Suka memberi serta tidak suka pamer dan merupakan wanita tua yang kesepian karena hanya tinggal sendiri. Karakteristik : Nenek berpenampilan biasa, tidak mencerminkan seseorang yang

berada. Tinggal digubuk reot seorang diri. Menggunakan kebaya dan kain batik tradisional. Rambutnya diikat dan sudah tampak beruban. Studi Karakter : Wajah berbentuk persegi dikarenakan mudah dalam pengaplikasian kedalam bentuk papertoy. Rambut bersanggul menandakan khas ibu-ibu pedesaan, rambut berwarna abu-abu, mata bulat, kecil, lekungan dibawah mata , garis di sekitar mulut dan tonggat menandakan usia lanjut, kebaya dan kain coklat yang mencerminkan pakaian tradisional Indonesia.


(1)

Fungsi dari tempat pensil adalah sebagai tempat untuk meletakan berbagai alat tulis, seperti, penggaris, pulpen, pensil, penghapus, dsb. Tempat pensil berbentuk persegi panjang. Terdiri dari 2 bentuk yaitu karakter bawang merah dan bawah putih.

IV.5.3.2 Teknis Produksi

Menggunakan kertas duplex sebagai bahan utama pembuatannya dengan dilem dan dirangkai sehingga berbentuk balok yang kokoh. Dengan dimensi 7x7x15 cm. Dengan dilapisi oleh kertas stiker yang dicetak dengan teknik cetak offseet berbentuk karakter bawang merah dan bawang putih. Dan dilaminasi dengan laminasi doff.

Gambar IV.12. Tempat pensil papertoy Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(2)

IV.5.4 Pensil IV.5.4.1 Media

Pensil merupakan media untuk menulis. Pensil ini khususkan untuk anak-anak dengan menggunakan pensil yang bisa di isi ulang tanpa harus di serut, sehingga memudahkan bagi anak-anak. Pensil dilapisi dengan kertas stiker yang berbentuk baju karakter bawang merah dan bawang putih dan juga pada bagian atasnya terdapat tutup penghapus yang berupa wajah karakter dari bawang merah dan bawang putih. Dan terbuat dari kertas yang berbentuk kubus.

IV.5.4.2 Teknis Produksi

Pensil berukuran dengan tinggi 16 cm dan diameter 3 mm. Terdapat penghapus pada bagian atas pensil yang ditutup menggunakan kertas Double side matte inkjet paper 220 gsm yang di cetak dengan teknik cetak offset berbentuk kubus dengan ukuran 2x2x2 cm dan pada bagian badan pensil dilapisi dengan kertas stiker 120 gsm dengan design ilustrasi badab karakter bawang merah dan bawang putih.

Gambar IV.13. Pensil


(3)

Penghapus digunakan untuk menghapus tulisan atau gambar yang dibuat menggunakan pensil. Penghapus berbentuk balok berwarna hitam. Dengan design berupa karakter-karakter yang ada di dalam cerita.

IV.5.5.2 Teknis Produksi

Penghapus berukuran 4x1,8x1,1 cm. Dengan dilapisi kertas pembungkus dan terbuat dari kertas Double side matte inkjet paper 220 gsm yang berukuran 3,1x1,8x1,1 cm dan dicetak dengan teknik cetak offset.

Gambar IV.14. Penghapus Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(4)

IV.5.6 Penggaris IV.5.6.1 Media

Penggaris digunakan untuk membuat suatu garis bentuk yang lurus dengan ukuran yang proporsional. Penggaris berbahan plastik keras yang dilapisi dengan kertas stiker dengan design semua karakter pada cerita bawang merah dan bawang putih dan design ukuran perhitungan penggaris 20 cm.

IV.5.6.2 Teknis Produksi

Penggaris berukuran 21x2,6 cm dilapisi dengan kertas stiker 120 gsm yang dilaminasi dengan laminiasi doff dengan design pada kedua sisinya.

Gambar IV.15. Penggaris Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(5)

Salah satu media pengingat yang dipakai yaitu gantungan kunci yang dan pada suatu dapat digunakan sebagai gantungan pada suatu benda seperti tas, kunci, dsb. Berbentuk karakter wajah dari bawang merah dan bawang putih yang bertujuan sebagai pengingat dari pemain utama dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih.

IV.5.7.2 Teknis Produksi

Terbuat dari kain planel yang dibentuk menyerupai wajah bawang merah dan bawang putih dengan menggunakan lem yang di rangkai membentuk wajah karakter tersebut. Dan di pasang gantungan berupa rantai. Dengan ukuran 7x7 cm.

Gambar IV.16. Gantungan kunci Sumber : Karya Riki S Ramadhansyah


(6)

IV.5.8 Pin IV.5.8.1 Media

Media pengingat lainnya itu berupa pin. Pin bisa di tempelkan pada pakaian ataupun perlengkapan karena pin di lengkapi dengan peniti pada bagian belakang nya. Berbentuk karakter wajah dari bawang merah dan bawang putih yang bertujuan sebagai pengingat dari pemain utama dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih.

IV.5.8.2 Teknis Produksi

Terbuat dari kain planel yang dibentuk menyerupai wajah bawang merah dan bawang putih dengan menggunakan lem yang di rangkai membentuk wajah karakter tersebut. Berukuran 7x7 cm. Dan dipasang peniti yang terbuat dari logam dibagian belakang.