Analisis Strategi Pemerikasaan Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak

(1)

Analysis of Tax Audit Strategy

On Tax Payer Formal Complience

(Study in Small Taxpayers Services Office Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

NAMA : REFLI AKBAR YUDIANSYAH NIM : 21107002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

v

TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA WILAYAH KOTA BANDUNG Strategi merupakan rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Pemeriksaan merupakanserangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel strategi pemeriksaan dan variabel kepatuhan formal wajib pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara strategi pemeriksaan dan kepatuhan formal wajib pajak. Untuk mengetahui pengaruh strategi pemeriksaan terhadap kepatuhan formal wajib pajak digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan softwareSPSS14.0for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan dalam kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung. Terdapat hubungan antara strategi pemeriksaan pajak dengan kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung yaitu sebasar 56,1%.


(3)

iv

ABSTRACT

ANALYSIS OF TAX AUDIT STRATEGY ON FORMAL TAXPAYER COMPLIANCE AT BANDUNG SMALL TAXPAYERS SERVICES OFFICE

Strategy is a comprehensive plan to achieve organizational goals. Audit is a series of activities to collect and process data, information, resources / evidence conducted objectively and professionally based on a standard examination to test compliance with the fulfillment of tax obligations and / or for other purposes in order to carry out the provisions law and taxation. While tax compliance is the act of the taxpayer in compliance with taxation obligations in accordance with the provisions of legislation and regulatory implementation of tax regulations in a State purpose of this study to determine the effect of the strategy of formal compliance checks on taxpayers in the at Bandung small taxpayers services office.

The method used in this research is descriptive method and verification. Descriptive methods are used to know the description of variables tax audit strategy and variable formal taxpayer compliance taxpayers, while verification to determine the relationship between strategy and adherence to formal examination of taxpayers. To determine the effect of a formal strategy for compliance checks of taxpayers use the test statistic. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.

The results of this study indicate that the tax audit strategy have a significantly effect in the formal taxpayer compliance at Bandung small taxpayers office. There is a relationship between the tax audit strategy with formal taxpayer compliance at Bandung small taxpayers office that is equal to 56.1%.


(4)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “ANALISIS STRATEGI PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung) ”. Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, sekaligus penguji sidang.


(5)

vii

5. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku penguji sidang. 6. Ony Widilestariningtyas SE., M.Si. selaku penguji sidang

7. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik – adikku Rivaldy Aditya Yudiansyah, Sisi Lilia Dewi Panggarila Yudiansyah yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk menyelesaikan skr ipsi ini.

9. Seluruh keluarga besar-ku terimakasih atas dukungan dan doanya serta kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

11. Lukman Effendi selaku Kepala Kantor Bagian Umum Wilayah DJP Jawa Barat I yang telah memberikan ijin penelitian di KPP Wilayah Kota Bandung. 12. Seluruh kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Wilayah Kota Bandung.

13. Seluruh Staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung yang telah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data guna penyusunan skripsi.


(6)

viii

Aditya sunarya, dan yang lainnya terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Semua teman-teman kelas AK-1 (2007) yang tidak penulis sebutkan.

16. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2011 Penulis

Refli Akbar Yudiansyah NIM. 21107002


(7)

1

1.1 Latar Belakang

1.2 Latar Belakang Penelitian

Saat ini pajak merupakan sumber utama penerimaan dalam Negeri Indonesia. Sebagian besar sumber penerimaan Negara yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak dan sekitar 73,7% dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak (www.fiskaldepkeu.go.id). Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya self assesment system. (www.fiskaldepkeu.go.id)

Beberapa tahun belakangan ini Negara kita sedang gencar-gencarnya melakukan suatu trobosan terutama dalam bidang perpajakan yang dirangkum dalam modernisasi perpajakan. Hal ini sebagai upaya dari Direktorat Jenderal Pajak yaitu dengan salah satu misinya adalah menghimpun penerimaan pajak, karena pajak merupakan sumber utama untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara. Dengan pajak suatu Negara dapat melaksanakan pembangunan disegala sektor, dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut Negara sangat bergantung kepada dana, baik dana dari dalam maupun luar negeri. Dana dari dalam negeri diperoleh dari pajak, karena pajak merupakan


(8)

sumber penerimaan Negara yang paling besar di bandingkan dengan penerimaan Negara selain pajak, sedangkan penerimaan Negara dari luar negeri diperoleh dari pinjaman luar negeri, bantuan atau hibah maupun biaya ekspor impor.

Mochamad Tjiptardjo juga mengungkapkan, bahwa realisasi penerimaan pajak negara dari sektor PPh nonmigas selama 3 tahun terakhir tidak tercapai sesuai dengan RAPBN-P, yaitu untuk tahun 2006 hanya Rp166 triliun sedangkan yang ditetapkan dalam RAPBN-P sebesar Rp175 triliun. Pada tahun 2007 realisasi PPh nonmigas hanya Rp194 triliun padahal target APBN-P ditetapkan sebesar Rp214 triliun. Pada tahun 2008 target APBN-P Rp251 tapi realisasinya Rp 250 triliun. Hal tersebut yang menyebabkan tax ratio Indonesia saat ini masih rendah yaitu antara 12%-13%. (Mochamad Tjiptardjo, 4 Januari 2010).

Dengan adanya fenomena penurunan tingkat penerimaan pajak pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tax ratio Indonesia yang masih rendah, maka ini akan menjadi tugas mulia bagi Direktorat Jenderal Pajak sebagai salah satu instansi pemerintahan yang secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan, dengan visi menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, dengan menetapkan salah satu misinya yaitu misi fiskal, adalah untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yaitu untuk menunjang kemandirian pembiyaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi yang tinggi.


(9)

Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2002 juga telah melakukan reforamsi perpajakan, yakni dengan berdirinya Kanwil KPP Wajib Pajak Besar (LTO/Large Taxpayer Office) merupakan model kantor pajak yang ideal, dan keberadaan kantor pajak tersebut dibutuhkan dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Untuk merespon semangat good governance dimana institusi pemerintah sebagai pelayanan publik dituntut untuk memberikan pelayanan publik yang profesional dengan berbasis kepada transparansi dan akuntabilitas. Hal ini bermaksud untuk memberantas praktek korupsi.

b. Untuk mengimplementasikan knowing yout tax player blue print Dirjen Pajak tahun 2002. Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak yang dicantumkan dalam cetak biru (Blue Print) tersebut diantaranya terdapat strategi sebagai berikut:

1. Reformasi moral, etika dan integritas. 2. Reformasi kebijakan perpajakan.

3. Reformasi pelayanan terhadap wajib pajak.

4. Reformasi pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

c. Untuk menciptakan citra dan kesan yang baik mengenai Dirjen Pajak melalui pemberian pelayanan yang profesional sekaligus mengawasi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya serta mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak.


(10)

d. Untuk mempersiapkan pelayanan kantor pajak otomasi yang memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dan juga melakukan administrasi perpajakan berbasis teknologi informasi, di antaranya pelayanan dengan konsep one stop service, yaitu pelayanan yang dilaksanakan oleh petugas account representative, dan pemanfaatan IT dalam layanan e-filling, adalah suatu cara penyampaian surat pemberitahuan yang dilakukan melalui sistem on-line dan real time, e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam penyampaian SPT, e-registration adalah sistem aplikasi bagi sebagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangakat lunak yang dihubungkan oleh perangakat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak, dan pembentukan call center untuk pelayanan informasi dan pengaduan.

(Amirudin Maruf, 2 Desember 2009).

Pemeriksaan pajak selain untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dapat meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa ketidakadilan dalam perlakuan perpajakan diantara sesama Wajib Pajak. Usaha melambagakan pemeriksaan sebagai salah satu alat pengawasan terhadap Wajib Pajak terus dikembangkan, dengan prinsip bahwa setiap Wajib Pajak tanpa kecuali terbuka kemungkinannya untuk dilakukan pemeriksaan. Meskipun demikian, prioritas


(11)

pemeriksaan tetap digunakan dengan harapan dapat memberikan pengaruh positif kepada Wajib Pajak lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa pemeriksaan pajak merupakan bagian vital dari fungsi pengawasan dalam self assesment system. Tujuan pemeriksaan adalah menguji kebenaran pajak terutang yang dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan data, informasi dan bukti pendukung. Dalam meningkatkan kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak diperlukan keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan ketentuan perpajakan, kesederhanaan ketentuan perpajakan, dan prosedur perpajakan dengan pelayanan prima terhadap Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakan, disamping pengawasan dan penegakan hukum. (Salip dan Tendy:2006)

Pemeriksaan pajak sampai saat ini masih dipandang sebagai sosok yang menakutkan dan terkesan angker bagi Wajib Pajak. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya pemeriksa yang berpilaku menakutkan sehingga image pemeriksaan sebagai hantu pemeriksaan sulit untuk dihilangkan. Dalam praktik perpajakan yang sehat seharusnya pemeriksaan tidak lagi dipandang sebagai hal yang menakutkan, hal ini dapat dibangun melalui meningkatkan profesionalisme petugas pemeriksa pajak melalui pendidikan pemeriksaan pajak, meningkatkan penanaman moral dan etika bagi pemeriksa dan melakukan sosialisasi secara yang diharapkan dapat terjangkau oleh seluruh Wajib Pajak. (Nur Hidayat:2002)

Selain itu, menurut pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung mereka menemukan kendala dalam pelaksanaan pemeriksaan yaitu kesulitan dalam peminjaman dokumen – dokumen kepada


(12)

wajib pajak yang akan diperiksa guna mendukung lancarnya pemeriksaan. (Ainun: 2011)

Begitu juga fenomena yang terjadi di KPP Pratama Bandung tegallega, sampai saat ini dalam peroses penyampaian SPT tahunan orang pribadi banyak Wajib Pajak yang sering menunda untuk menyampaikan kewajiban perpajakannya. Biasanya Wajib Pajak baru memberikan atau menyempaikan SPT jika Wajib Pajak sudah mendapat surat teguran. Hal ini memperlihatkan atau mengindikasikan bahwa kesadara Wajib Pajak masih sangat rendah.

(Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung 2011)

Wajib Pajak masih memadang pegawai pajak itu koruptor padahal cuma satu

fiskus/pegawai pajak yang melakukan kejahatan ”mafia pajak gayus tambunan”

tetapi imbasnya langsung secara nasional yang di rasakan oleh kantor pusat DJP yang langsung turunya jumlah Wajib Pajak di setiap Kantor Wilayah, Kantor Pelayanan Pajak Pratama di seluruh Indonesia.

(Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung 2011)

Wajib Pajak masih mengulur ulur waktu untuk membayar pajak padahal DJP sudah meringankan ketidak sadaran wajib pajak untuk mengajukan surat

permohonan perpajangan penyampainan SPT massanya. Hal ini yang

meyebabkan seringnya wajib pajak terkena sanksi dengan berupa kenaikan jumlah pajak nya tanpa sepengetahuan wajib pajak


(13)

Dari uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dari adanya strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak, dan akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS STRATEGI PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih banyaknya wajib pajak yang masih belum mau di periksa jumlah pajaknya.

2. Masih belum efektifnya pemeriksaan pajak untuk wajib pajak sehingga wajib pajak masih mengangap remeh masalah perpajakn yang ada di indonesia.

3. Masih banyaknya wajib pajak yang belum patuh untuk membayar kewajiban perpajakanya.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.


(14)

2. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.


(15)

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak.

2. Bagi instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai yaitu Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.


(16)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bndung.

1.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2011.

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan

Maret

2011

April

2011

Mei

2010

Juni

2011

Juli

2011

I

Tahap Persiapan:

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi 4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi 2. Meminta surat pengantar ke perusahaan 3. Penelitian di perusahaan

4. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi


(17)

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(18)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang akan kita teliti.

2.1.1 Pajak

Untuk membiayai semua kepentingan negara yang nantinya akan menjadi kepentingan umum juga, dibutuhkan suatu peran serta yang cukup aktif dari masyarakat untuk memberikan iuran kepada negara dalam bentuk pajak. Pajak ini nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi masyarakat.

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Sebelum membahas secara mendalam tentang pemeriksaan pajak, akan diuraikan dahulu mengenai pengertian pajak. Ada beberapa pengertian yang dijadikan acuan, tetapi dalam hal ini penulis hanya mengambil beberapa pengertian yang cukup mewakili unsur-unsur yang terkandung dalam pajak.


(19)

Definisi pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu yang dikemukakan oleh para ahli adalah:

Menurut P. J. A. Adriani menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan umum undang – undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran

umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

(2003.65) Menurut Rochmat Soemitro S.H dalam Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada k

ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

(1991.85) Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,

bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan”.


(20)

Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri atau unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu.

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang

Merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan pada peraturan perundang – undangan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.

Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah dibayarkan pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau penghargaan atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah dibayarkan oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan umum pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk – bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara maupun prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan negara telah dibiayai dengan pajak.


(21)

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah.

Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban, mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaanya. Dana yang diperoleh dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi – fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag – undangan.

5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend

pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu.


(22)

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum.

Pada umumnya dikenal 2 macam fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal funcition), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang – undang perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair.


(23)

2.1.2 Pengertian Strategi

Menurut Griffin, dalam Ernie Tisnawati tentang Strategi menjelaskan bahwa:

“Strategi adalah sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan

organisasi. (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an

organization’s goals).”

(2008.130)

2.1.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan cara pemeriksaan pajak (Tax Audit). Tax Audit yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegangan teguh pada Undang-undang perpajakan.

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari pilar-pilar penegakan hukum pajak. Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya dalam pencegahan tax evasion dan merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh Wajib Pajak.


(24)

Mardiasmo menjelaskan tentang Pemeriksaan Pajak menjelaskan bahwa:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.

(2009:50) Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 199/KMK.03/2007 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak, faktor-faktor tersebut adalah:


(25)

1. Teknologi informasi (Information Technology)

Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga memanfaatkan perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique

(CAAT).

2. Jumlah sumber daya manusia (The number of human resources)

Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka untuk mengatasi jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. Kualitas sumber daya (The quality of human resources)

Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment.


(26)

4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (Audit facilities)

Sarana prasarana pemeriksaan seperti computer Sangay diperluka. Audit Command Language (ACL), contohnya Sangay membantu pemeriksa di dalam mengolah data untuk tujuan analisa dan penghitungan pajak.

Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Psikologis

Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa pajak mengenai kepatuhan wajib pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila timbul ketimpagan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah pihak. Wajib pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.

2. Komunikasi

Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan. Komitmen wajib pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa. Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak menjelaskan dan memberikan buku,


(27)

catatan atau dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya pemeriksaan pajak.

3. Teknis

Terdiri dari ukuran perusahaan, pemenfaatan teknologi informasi, kepemilikan modal, cakupn transaksi. Semakin kompleks variable teknis akan berdampak terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak.

4. Regulasi

Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak pemajakan undang-undang domestik atas transaksi internasional.

2.1.3.1Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan Eksternal)

Kegiatan mengumpulkan berkas WP dan berkas data dimulai dengan meminjam berkas dari seksi terkait dan memanfaatkan data internal yang terdapat didalam sistem administrasi kantor pajak yang bersangkutan. Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah menjalankan sistem administrasi modern, berkas Wajib Pajak (WP) dapat diperoleh dari seksi pelayanan atau


(28)

dapat dilihat pada system informasi yang terhubung dengan seluruh komputer pegawai di KPP yang bersangkutan.

1. Sistem Informasi Administrasi 2. Data Tunggakan Wajib Pajak

3. Laporan Hasil Pemeriksaan terdahulu serta Kertas Kerja Pemeriksaannya 4. Riwayat Keberatan/Banding/Peninjauan Kembali

Selain data internal, pemeriksa dapat mengumpulkan informasi dari sumber-sumber data eksternal antara lain:

1. Media massa (media cetak dan elektronik) 2. Internet

3. Bursa

2.1.3.2 Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile)

Seluruh data dan informasi yang didapat baik itu dari internal maupun eksternal dirangkum dalam bentuk Tax Payer Profile (profil Wajib Pajak). Profil Wajib Pajak meliputi: Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, Alamat Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Tanggal Pengukuhan PKP, Kode Lapangan Usaha (KLU), Jenis Usaha, Merk Dagang, Contact Person, Pemegang Saham, Hubungan Istimewa, Pengurus (Direksi dan komisaris) dan lain-lain.


(29)

2.1.3.3 Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan analisis kuantitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan buku besar yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan pemeriksaannya.

2.1.3.4 Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup) pemeriksaan

Setelah dilakukan analisis data baik kuantitatif maupun kualitatif Pemeriksa akan mengetahui pos-pos apa saja yang memerlukan perhatian khusus dan masalah-masalah apa saja yang mungkin ada pada Wajib Pajak.

Atas alternatif-alternatif permasalahan tersebut Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi penyebab paling mungkin atas terjadinya masalah tersebut serta menentukan pos-pos atau rekening apa saja yang berkaitan dengan masalah yang ada. Pos-pos atau rekening inilah yang nantinya akan dilakukan pendalaman lebih jauh. Identifikasi masalah dan cakupan pemeriksaan yang telah ditentukan akan digunakan sebagai bahan untuk membuat program pemeriksaan.

2.1.3.5 Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam


(30)

Program pemeriksaan adalah suatu daftar langkah-langkah pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program pemeriksaan disusun berdasarkan cakupan pemeriksaan dan hasil penelaahan yang diperoleh pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya. Program pemeriksaan harus merujuk kepada identifikasi permasalahan serta cakupan (ruang lingkup) yang telah ditentukan. Hal ini perlu dilakukan agar arah pemeriksaan tidak terlalu melebar sehingga tidak fokus.

Program pemeriksaan meliputi prosedur-prosedur yang perlu dilaksanakan oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Berdasarkan program pemeriksaan dapat diidentifikasi buku-buku atau catatan yang akan dipinjam kepada Wajib Pajak.

2.1.3.6 Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan

Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka sebelum melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana-sarana.

2.1.3.7 Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak

Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan Pemeriksa di tempat/lokasi Wajib Pajak untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya guna mengetahui dan mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak, mengetahui dan menilai Sistem Pengendalian Intern, serta untuk meyakinkan


(31)

kebenaran atau keberadaan fisik aktiva tetap yang dilaporkan dan kepemilikannya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.3.8 Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Sistem ini terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran satuan usaha dapai dicapai. Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut pengendalian, dan secara bersama-sama membentuk struktur pengendalian intern suatu bentuk usaha.

Untuk mengetahui lemah/kuatnya Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebagai dasar untuk menentuka luasnya cakupan pemeriksaan dan dalamnya pengujian-pengujian yang akan/harus dilakukan.

2.1.3.9 Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan

Agar pemeriksaan lebih terarah kepada permasalahan yang factual sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Setelah kita melakukan penilaian SPI maka akan terlihat kearah mana sebaiknya program pemeriksaan dilakukan. Proram pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya akan dimutakhirkan seirama dengan hasil penilaian dan pengujian SPI.


(32)

2.1.3.10 Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen

Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen merupakan jantung dari tahap pelaksaan pemeriksaan. Seluruh rangkaian persiapan pemeriksaan sampai dengan langkah penilaian SPI tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan langkah pemeriksaan buku-buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak. Temuan atau koreksi bukanlah suatu sulap yang bias hadir begitu saja hanya dengan menjentikan jari.

Langkah pemeriksaan buku, catatan dan dokumen dilakukan dengan berpedoman pada program pemeriksaan yang telah disusun dan dimutakhirkan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan suatu teknik dan metode-metode tertentu.

2.1.3.11 Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga

Menegaskan kebenaran dan kelengkapan data atau informasi dari Wajib Pajak dengan bukti –bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.

2.1.3.12 Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak

1. Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal dan perhitungan pajak terutang kepada Wajib Pajak.

2. Melakukan pembahasan atas temuan dan koreksi fiskal serta perhitungan pajak terutang dengan Wajib Pajak.


(33)

3. Memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai temuan dan koreksi fiskal yang telah dilakukan.

2.1.3.13 Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan dan koreksi fiscal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangai oleh Wajib Pajak dan pemeriksa disertai lampiran yang menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh Wajib Pajak dan Pemeriksa.

2.2.1 Kepatuhan Formal Wajib Pajak

2.2.1.1 Pengertian Kepatuhan Formal Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak dalam Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

tercermin dalam situasi di mana:

1.Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”


(34)

Menurut Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu mengatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan

pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”

(2010:138) Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu

Negara.”

(2006:112) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT).

Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa:


(35)

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan

pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

(2008:21) Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kepatuhan merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

2.2.1.2 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajibannya dalam menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu jika:

“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan

sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajibannya.”

(2010: 138) Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.


(36)

2.2.1.3 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu (Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)

Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan keuangan dari WP Badan tersebut.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:

“Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk waktu penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.

(2009:46)

2.2.1.4 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati menjelaskan bahwa:

“Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak

masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar”.

(2009:46) Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan kewajibannya walaupun dengan keterlambatan waktu, namun dapat dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.


(37)

2.3. Hubungan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak

Pemeriksaan pajak adalah suatu keniscayaan yang harus diterima oleh Wajib Pajak sebagai penyeimbang dari pelaksanaan sistem perpajakan yang menganut self assesment. Tujuan utama yang ingin dicapai dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. Adapun konsep penghubung Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut Gunadi menjelaskan bahwa:

Tax compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu

sarana dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak”.

(2005.58) Menurut Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara menjelaskan bahwa:

“Penelitian ini menemukan hubungan yang positif antara pemeriksaan dan

kepatuhan sukarela. Temuan menunjukkan bahwa pengaruh pemeriksaan atas

kepatuhan sukarela akan meningkatkan pendapatan Negara.”

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah

merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa –masa selanjutnya menjadi lebih baik.”


(38)

(2010:262) Dalam ketiga penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak selain bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan ketepatan waktu dalam penyampaian SPT. Dengan dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh tingkat kebenaran laporan Wajib Pajak yang dituangkan dalam SPT. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, akan dapat diukur tingkat kepatuhan atau ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.

Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kepercayaan tersebut. Dengan sistem self assessment yang dianut


(39)

dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Hal utama yang dilakukan dalam pengawasan adalah melalui pemeriksaan pajak yang mana menjadi sarana untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak. Penting bagi DJP untuk memiliki Pemeriksa Pajak yang hadal dan tanggap dalam menjalankan tugasnya, dengan begitu akan memungkinkan diperolehnya manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu langkah penting yang dilakukan oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak serta mengoptimalisasikan penerimaan negara.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Wajib Pajak menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, peraturan yang responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.

Berdasarkan kelima penelitian tersebut diatas yang membedakan dengan penulis yaitu para peneliti sebelumnya menguji kepatuhan Wajib Pajak melalui


(40)

beberapa analisa risiko untuk mengetahui tingkat risikonya apakah akan berpengaruh tinggi, cukup tinggi atau rendah terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak, dan berbagai strategi pemeriksaan pajak untuk mengikur tingkat kepatuhan Wajib Pajak, namun pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pentingnya mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk dapat menjadi tolak ukur bagi kinerja DJP melalui pemeriksaan pajak dan dapat menambah pendapatan negara.

Berbagai faktor menjadi latar belakang munculnya ketidakpatuhan oleh Wajib Pajak di Wilayah Jawa Barat. Menurut dari Organisation for Ekonomi Co-operation and Development (2004) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap kewajiban perhitungan dan penyampaian SPTnya, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berhubungan secara langsung dengan beban keuangan yang akan dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam penyelesaian kewajibannya. Sedangkan faktor non-ekonomi berhubungan pada perilaku Wajib Pajak, dimana setiap individu memiliki perilaku yang berbeda sesuai dengan latar belakang, tingkat pendidikan serta kepribadian. Pada saat memiliki kesempatan untuk bisa menghindari kewajiban pajaknya, maka Wajib Pajak akan mengambil peluang tersebut demi mendukung faktor ekonomi yang melatarbelakangi.

Sedangkan menurut Widyaiswara mengelompokan bahwa ketidakpatuhan formal Wajib pajak yaitu Wajib Pajak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT, Wajib Pajak menyampaikan SPT yang isinya tidak


(41)

benar/ tidak lengkap/ melampirkan keterangan yang tidak benar, Wajib Pajak yang sengaja tidak bersedia meninjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lainnya, hal tersebut dapat terdeteksi dengan dilakukannya pemeriksaan pajak.

Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh pada pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan saran publik bagi masyarakat. Untuk itu pentingnya melihat peningkatan pengawasan dari DJP terhadap semua Wajib Pajak salah satunya melalui pelaksanaan pemerik saan pajak.

Menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem

administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum pajak, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak”.

(2010:140) Dari penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran yang timbul dalam diri Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam penyampaian Surat Pemberitahuan sesuai undang-undang yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(42)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Pegawai Pajak KPP

Pegawai Pajak

Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat waktu

* Menyampaiakan SPT Tahunan PPh Terlambat (Permohonan perpanjangan waktu)

* Menyampaikan SPT tahunan PPh Pembetulan

Hipotesis

Adanya pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan

Formal Wajib Pajak Strategi Pemeriksa

Pajak

*Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan Eksternal)

*Identifikasi Wajib Pajak (Tax Payer Profile) Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

*Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)pemeriksaan

*Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam

*Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan Pemeriksaan di Tempat Wajib Pajak

*Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) *Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan

*Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen *Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga

*Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

Kepatuhan Formal WP


(43)

2.5 Hipotesis

Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun

dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

(2010:93) Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak”


(44)

38

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Sugiyono (2010:13) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut;

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Maka yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi ini adalah Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan diambil kesimpulannya. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.


(45)

Sugiyono (2010;2) mengemukakan metode penelitian sebagai berikut:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan , data yang diperoleh terhadap informasi tertentu, dan kegunaannya untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:29) adalah sebagai berikut;

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan masalah kedua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Masyhuri (2010:45) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut :


(46)

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.” Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh Variabel X terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Sugiyono (2010:13) dapat disimpulkan proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:


(47)

1. Sumber masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah yang diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi, seperti Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Berikut rumusan masalah:

1. Bagaimana Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

2. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga


(48)

dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak.

5. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu:

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

2. Bagaimana Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung.


(49)

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai:

a. Strategi Pemeriksaan Pajak yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh Pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.

b. Kepatuhan Formal Wajib Pajakyang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh Pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir suatu periode penelitian yang berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(50)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T - 1 Deskriptif Deskriptif dan Survey

Pegawai Pajak (Seksi Pemeriksaan)

Cross Sectional

T - 2 Deskripif Deskriptif dan Survey

Pegawai Pajak (Seksi Pemeriksaan)

Cross Sectional

T - 3 Verifikatif Explanatory Survey

Pegawai Pajak (Seksi Pemeriksaan)

Cross Sectional

Dari tabel diatas kemudian peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan pertama penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi Pemeriksaan di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode deskriptif dan survey yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai pajak pada seksi Pemeriksaan.

2. Tujuan kedua penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana kepatuhan Formal Wajib Pajak di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode dekriptif dan survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai pajak khususnya di seksi Pemeriksaan.

3. Tujuan ketiga penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di KPP wilayah Kota Bandung, digunakan metode analisis dekriptif dan verifikatif dengan cara mengumpulkan data-data dan informasi tentang ke dua variabel


(51)

tersebut dan menganalisisnya secara kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan

3.2.2 Operasional Variabel

Operasional variabel diperlukaan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Adapun definisi operasional menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supono (2002:69) menjelaskan bahwa:

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran constructyang lebih baik.”

Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2010:58) sebagai berikut:

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Penelitian “Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung”, maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X)


(52)

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.

Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah data yang menjadi variabel bebas (variabel X) yaitu Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan Pajak. Dalam operasionalisasi variabel ini diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner.

2. Variabel Terikat / Dependent (variabel Y)

Menurut Sugiyono (2010:59) variabel dependent atau variabel terikat yaitu: “Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Data yang menjadi variabel terikat (variabel Y) adalah Kepatuhan Formal Wajib Pajak.

Adapun operasionalisasi setiap variabel adalah sebagai berikut Tabel 3.2

Operasional Variabel

VARIABEL KONSEP INDIKATOR SKALA Nomor

Kuesioner Strategi

Pemeriksaan

Strategi adalah sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an

organization’s goals)

Griffin, dalam Ernie Tisnawati sule Kurniawan saefullah (131-2008) Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk

 Mengumpulkan dan mempelajari Berkas Wajib Pajak (Data Internal dan Eksternal)  Identifikasi Wajib

Pajak (Tax Payer Profile)

 Analisis Kuantitatif dan Kualitatif  Mengidentifikasi masalah dan Menentukan cakupan (ruang lingkup)pemeriksaan 1-26


(53)

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan Mardiasmo(2009:50)

 Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam  Menyediakan sarana

dan prasarana pemeriksaan  Pemeriksaan di

Tempat Wajib Pajak  Melakukan Penilaian

Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)  Menyesuaikan Cakupan dan Program Pemeriksaan  Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen  Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga  Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak  Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan ORDINAL Kepatuhan Formal Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu

(2010:138)

 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

 Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu (Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)  Menyampaikan SPT

Tahunan PPh Pembetulan


(54)

Dalam operasionalisasi untuk variabel Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan dan Kepatuhan Formal Wajib Pajakmenggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indriantoro dan Bambang (2002:98) bahwa skala ordinal adalah:

“Skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan katagori, tetapi juga menyatakan peringkat constructdiukur.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal.

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negative).

Pada jawaban kuesioner diberikan skor pertanyaan yang memiliki jawaban positif dan pertanyaan yang memiliki jawaban negatif. Pertanyaan positif bertujuan untuk mengetahui jawaban yang sesuai dengan kebenaran, sedangkan jawaban negatif bertujuan untuk mengkroscek apakah responden menjawab secara konsisten dan benar-benar menjawab kuesioner.

Pemberian skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan adalah sebagai berikut:


(55)

Tabel 3.3

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Positif

Jawaban Responden Skor

A 5

B 4

C 3

D 2

E 1

Sumber: Sugiyono (2010:94)

Untuk pertanyaan negatif, tingkat jawabannya terdapat pada tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.4

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

A 1

B 2

C 3

D 4

E 5

Sumber: Sugiyono (2010:94) 3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai Analisis Strategi Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung..

Menurut Sugiyono (2009:137) sumber data primer adalah:

“Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.


(56)

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner, dalam hal ini para pegawai KPP seksi Pemeriksaan di wilayah Kota Bandung.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan peneliti. Menurut Sugiyono (2010:80) tentang pengertian populasi bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah 75 orang pegawai pajak seksi Pemeriksaan pada 5 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Wilayah Kota Bandung.

2. Sample

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.


(57)

“Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik Nonprobability sampling.

Nonprobability Sampling menurut Sugiyono (2009:120) mengatakan bahwa: “Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010:122) menjelaskan bahwa:

“Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel”.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan (field risearch) dan studi kepustakaan (library reseach). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:

1. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian Lapangan (Fiels Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek penelitian. Untuk mendapatkan data primer yaitu dengan cara :


(58)

a. Metode pengamatan (observasi) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan di KPP di Wilayah Kota Bandung. b. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh

dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti.

c. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai KPP di seksi Pemeriksaan, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur atau studi kepustakaan, dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah literatur berupa buku-buku (text book), peraruran perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.


(59)

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristrik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunkan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian

3.2.4.1Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2010:3) valid adalah:

“menunjukkan derajat ketepatan antara data yng sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.”

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson.


(60)

Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows dengan metode korelasi pearson yang rumusnya sebagai berikut:

r =

(

)

2

(

2

2

(

2

Sumber: Umi Narimawati (2011) Keterangan :

r = Koefisien korelasi Y = Kepatuhan Formal Wajib Pajak n = Banyaknya sampel X = Pelaksanaan Strategi Pemeriksaan

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:3) reliabilitas adalah

“Reliabilitas adalah derajat konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu.”

Berdasarkan definisi diatas, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistensian. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap ada toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.


(61)

Mencari reliabilitas digunakan rumus sebagai berikut:

r

i =

2

1+

Sumber: Umi Narimawati (2011)

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi antara belahan pertama dan kedua

Tabel 3.5

Standar Penilaian untuk Reliabilitas Reliability

Good 0,80

Acceptable 0,70 Marginal 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al, 2002:70

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif dan Metode Verifikatif. Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

1. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk


(62)

selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.

2. Penelitian Verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

1. Metode Deskriptif

Metode yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2 digunakan metode deskriptif. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

2) Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

3) Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

4) Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik. 5) Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,


(63)

RS = � ( −1)

Sumber: Umi Narimawati (2011)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diambil m = jumlah alternatif jawaban tiap item

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan dengan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak sebaga berikut:

%Skor aktual = �

� × 100%

Sumber: Umi Narimawati (2011)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden dengan kriteria pengklasifikasian sebagai berikut:


(1)

Bab IV Pembahasan

122

Strategi Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak dengan pengaruh sebesar 56,1%. Sedangkan sisanya sebesar 43,9% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti. Variable yang tidak di teliti yang di maksud adalah factor factor lain seperti saksi perpajakan, kualitas pelayanan pajak dan salf assesmet system.hal ini di perkuat oleh jurnal yang ada. micahel duran (2001)

Dapat di simpulkan harapan dari strategi pemeriksaan pajak yang semaikn baik sehingga kepayuhan formal wajib pajak akan meningkat atau semakin baik , sesuai dengan jurnal yang dikemukakan di atas hal yang diupayakan oleh otoritas pajak agar data yang di terima dapat di absakan keaslianya.


(2)

123

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai strategi pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama du Wilayah Kota Bandung, maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan sakaligus memberikan saran sabagai berikut :

1. Dilihat dari gambar di atas yang telah dihitung dengan menggunakan program SPSS dapat di tarik kesimpulan bahwa Strategi Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung telah diterapkan dengan sangat baik, yang ditunjukkan oleh uji SPSS yang telah saya lakukan yang ada di table perhitungan. Angka tersebut menunjukan bahwa strategi pemeriksaan pajak di wilayah kota bandung sudah sangat baik. Namun ada beberapa faktor yang meyebabkan persentase tersebut belum sempurna, karna masih ada beberapa indikator yang jawabanya di bawah angka persentase . Sehingga hasil survai yang saya lakukan di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung belum optimal hasilnya.

2. Kepatuhan Formal Wajib Pajak pada kantor pelayanan pajak di kota bandung sudah dapat di katakana cukup. Menyampaikan SPT tepat waktu, Perpanjangan SPT, SPT Pembetulan telah memenuhi kriteria cukup dalam menunjang Kepatuhan Formal Wajib Pajak. Namun masih terdapat masalah mengenai Penyampaian SPT yang tidak tepat waktu oleh wajib pajak.


(3)

Bab V Kesimpulan dan Saran

124

3. Strategi Pemeriksaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

5.2 Saran

1. Pihak DJP melalui KPP Paratama dalam hal ini sebaiknya memberikan soialisasi dan peyuluhan kepada wajib pajak mengenai pentingnya pemeriksaan pajak agar wajib pajak bisa mematuhi peraturan yang telah di tetapkan oleh Kantor DJP Pusat. 2. Strategi Pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota

Bandung sudah dapat dikatakan sangat baik. Namun alangkah baiknya jika pihak DJP dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan prasarana yang ada karna dengan pelayanan yang perima atau dengan prasarana yang memadai maka bukan tidak mungkin warga di kota bandung sudah menjadi wajib pajak di kemudain hari. 3. Agar kepatuhan wajib pajak meningkat, pegawai harus meningkatkan pemeriksaan secara berkala kepada wajib pajak agar realisasi penerimaan pajak yang telah di targetkan oleh KPP di Wilayah kota bandung dapat tercapai target penerimaan pajaknya.


(4)

125

DAFTAR PUSTAKA

Djibr il Muhammad dan Teguh Firmansyah. 2010. Komwas: Pemeriksaan Ditjen

Elly Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu. 2010. Auditing,Graha Ilmu:Bandung Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Kepatuhan

Iyan Andriana .2009.SPSS

Jonathan Sarwono. 2006. SPSS Teori dan Latihan SPSS Teori dan Latihan, Bandung : Andi Yogyakarta

Mardiasmo.2009.Perpajakan Edisi Revisi 2009.Yogyakarta: Andi

Mohammad Nazir, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mursyidi.1996.Perpajakan.Bandung: Tarsito

Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Agung Media.

Nonparametrik. Jakarta: Kencana

Pajak (Tax Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia.

Pajak Belum Memadai. Jakarta.

Perhitungan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Rochmat Soemitro, Kutipan dari Buku Mardiasmo Perpajakan, PengertianPajak, Andi, Yogyakarta, 2008.


(5)

126

Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.

Sony Devano, dan Siti Kur nia Rahayu, 2006, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supangat, Andi. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan

Tony Marsyahrul. 2006. “Pengantar Perpajakan” .Grasindo: Jakarta Waluyo dan wirawan.2000.Perpajakan Indonesia.Jakarta: Salemba Empat


(6)

157

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

Nama : Refli Akbar Yudiansyah

Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 31 Oktober 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat di Bandung : Jln. Sadang Sari NO.43 Bandung 40132 Alamat di Indramayu :Griya Pepabri Blok M. NO.1 (Kab Indramayu)

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT

1994 – 1995 TK Santo Mikail Indramayu

1996 - 2001 SDN Margadadi 5 Indramayu

2001 - 2004 SLTP Santo Mikail Indramayu

2004 - 2006 SMA PGRI 2 Sindang Indramayu Indramayu


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Medan/Sumatera Utara I)

30 203 130

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Kesadaran Dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan (Studi Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai)

5 92 143

Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 40 76

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

Analisis pengaruh kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap kinerja kantor pelayanan pajak (KPP) dengan pelayanan wajib pajak sebagai variabel intervening di kpp medan timur

9 52 93

Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

7 67 72

The Influence of Taxpayers Conciousness, Tax Sevices and Taxpayers Compliance on Tax Revenue Performance (Survey on The Individual Taxpayer in South Tangerang)

0 4 136

Analisis Kualitas Pelayanan Pajak Dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur

2 38 124

Analisis pengaruh persepsi penyandraan (gijzeling) wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

0 9 79