Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Arab Saudi (Kurun Waktu 2007-2009)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh : Ira Merdekawati

44306029

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

i

2007-2009)”. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2011.

Masalah dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana upaya pemerintah Indonesia dapat melindungi warganya yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Salah satu upaya tersebut dengan adanya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.39 Tahun 2004, tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, melalui Peraturan Presiden RI No.81 Tahun 2006.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, dimana dengan menggunakan metode ini dapat menggambarkan bagaimana upaya dari pemerintah Indonesia yang melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan berbagai upaya yang dilakukan dapat meminimalisir permasalahan yang ada.

Hipotesis yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu: “Upaya pemerintah Indonesia dalam melindungi warganya sebagai TKI di Arab Saudi dimaksimalkan melalui BNP2TKI, sehingga dapat meminimalisasi pelanggaran HAM seperti tindak kekerasan, pelecehan seksual, serta upah yang tidak dibayar khususnya pada pekerja rumah tangga (PRT)”

Maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa secara keseluruhan upaya tersebut belum mendapatkan hasil yang maksimal, namun jauh dari itu semua pemerintah terus berupaya untuk melindungi TKI, dan sedikit demi sedikit permasalahan TKI dapat diselesaikan. Walaupun kinerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) belum terasa maksimal namun seiring proses kerjanya yang dimulai di tahun 2007, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terus berusaha keras untuk menjalankan tugas dan kewajiban sebagai mana mestinya.

Kata kunci : Arab Saudi, Tenaga Kerja Indonesaia (TKI), Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)


(3)

ii

International Relations Science, Faculty of Social and Political Sciences, Indonesia Computer University, 2011.

The problem of this study is to describe how the Indonesian government's efforts to protect its citizens who worked as Indonesian Workers (TKI) in Saudi Arabia. One such effort by the National Agency for Placement and Protection of Indonesian Workers (BNP2TKI) established under Act No.39 of 2004, about the placement and protection of Indonesian Workers Abroad, through the Presidential Regulation No. 81 of 2006.

The research method used in this research is descriptive method of analysis, where by using this method can describe how the efforts of the Indonesian government that protects the Indonesian Workers (TKI) with the various efforts made to minimize the problem.

Hypotheses generated from this research is: "The government's efforts in protecting its citizens as Indonesian migrant workers in Saudi Arabia is maximized through BNP2TKI, so as to minimize human rights abuses such as violence, sexual harassment and unpaid wages, especially on domestic workers (PRT)"

It can be concluded from these results that the overall effort is not getting maximum results, but far from all that the government continue its efforts to protect migrant workers, and little by little the problems migrant workers can be resolved. Although the performance of the National Agency for Placement and Protection of Indonesian Workers (BNP2TKI) has not felt the maximum but as the process of work that began in 2007, the National Agency for Placement and Protection of Indonesian Workers (BNP2TKI) continue to strive to perform the duties and obligations as where it should.

Keywords: Saudi Arabia, Labor Indonesaia (TKI), the National Agency for Placement and Protection of Indonesian Workers (BNP2TKI)


(4)

iii

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya pemerintah Indonesia Dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi (Kurun Waktu 2007-2009)”. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat pokok dalam menempuh Ujian Sidang Strata 1 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia.

Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, mohon maaf atas segala kekurangannya tetapi karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dalam susunan kata, kalimat maupun sistem pembahasannya. Penulis berharap penulisan skripsi ini setidaknya dapat memberikan sumbangan yang cukup positif bagi penulis khususnya dan khalayak pada bidang yang sama. Penulis merasa segala sesuatu yang diiringi dengan niat yang baik dan tulus, maka segalanya diberikan kemudahan dan kelancaran. Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak yang sangat besar artinya. Dan pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bpk. DR. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(5)

iv

3. Bpk. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Rejo,. Drs,. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Atas segala kemudahan dalam perijinan peneliti untuk melaksanakan penelitian. 4. Bpk. Andrias Darmayadi, S.IP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional sekaligus Dosen dan Pembimbing Utama. Terimakasih untuk segala bimbingan, ilmu, nasihat, dan dukungannya yang bapak berikan selama ini dan juga terimakasih atas kepercayaan Bapak untuk menerima saya menjadi anak bimbingannya.

5. Ibu. Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si, selaku Dosen. Terima kasih atas dukungan, segala bantuan dan masukannya. Salam sayang untuk para jagoan Ibu.

6. Bpk. Budi Mulyana S.IP., M.Si, selaku Dosen Hubungan Internasional dan dosen wali saya,terima kasih atas dukungan dan bimbingannya, Ilmu yang telah bapak berikan sangat bermanfaat dan berarti.

7. Ibu. Yesi Marince, S.IP., M.Si, selaku Dosen Hubungan Internasional terima kasih atas dukungan dan bimbingannya. Segala masukan yang ibu berikan telah membantu saya.

8. Ibu. Silvia Octa Putri S.IP, selaku Dosen, terima kasih atas dukungan dan bimbinganya, dan juga masukan-masukan yang bermanfaat bagi kelancaran skripsi saya. Salam hangat keluarga kecil.


(6)

v

10.My husband, Pap terimakasih udah selalu ada dalam susah maupun senang, udah jadi pemimpin untuk keluarga kecil kita, big hug pap semangat terus y cari uang yang banyak.

11.My little angle, makasih y sayang udah jadi anak yang pinter, g pernah rewel, selalu ingetin n nemenin mama solat, dan selalu ceria, jadi mama selalu semangat selesein semua kewajiban mama, love u full Nakisha. 12.Mami makasih ya udah luangin waktu untuk nemenin Nakisha, Papa

makasih ya atas segala bimbingan dan dukungannya, ade, semua keluarga di Bandung makasih atas semua bantuannya dan dukungannya. Support dari kalian yang membuat saya yakin untuk tetap meneruskan penulisan skripsi ini.

13.Jakarta family, untuk mertuaku tersayang, mama n papa terimakasih atas bimbingan, masukan, segala dukungannya dalam bentuk apapun, mama maaf y kita selalu repotin mama selama di Jakarta, adik iparku Ian, Vien, terimakasih banyak atas segala bantuan, dan perhatiannya. Vanya makasih yah udah temenin Nakisha selama K‟Ira cari data di Jakarta, rajin belajar, jangan lupa solatnya OK!. Makasih juga untuk Endwien atas supportnya. 14.Sahabat-sahabat seperjuangan sepenanggungan, Tri Farida Iryani & Nopi

Jusarohwati (g lupa pengalaman kita di Jakarta cari data bareng, jangan lupain si “56 merah bata jurusan UKI, ayo kumpulin ongkosna”.


(7)

vi

16.Opik, Adit, Cece, Irwan, Bie, Edo, Vina, Ica, Landung semangat yah kita berjuang bersama, makasih sudah saling mendukungan. Temen-temen yang udah selesai terlebih dahulu Susi, Ncip, makasi udah mau bantuin kasih masukan kalian tetep ada buat kita-kita yang membutuhkan, Hidup Geng Teguh!

17.Ibu Anna Sek. Khusus, Bpk. Edy SUBDIT Perlindungan (terimakasih sudah meluangkan waktu untuk diwawancara) , Bpk. I Wayan Pageh Kep. Puslitfo (mari terus perjuangkan apa yang sudah menjadi haknya para TKI…), dan seluruh staf yang pada saat itu telah membantu saya dalam mencari data di BNP2TKI, terima kasih atas masukan dan bantuannya. 18.Bpk. Zulfiyandi dari Pusat Data dan Informasi Kemenakertrans RI Jakarta,

terimakasih sudah diperbolehkan mencari data, apa yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi kelancaran skripsi saya.

19.Ibu Anis Hidayah, Mbak Ai, Mas Annas, dan seluruh keluaraga yang pada saat itu telah membantu saya dalam mencari data Migrant Care Jakarta, terima kasih atas masukan dan bantuannya.

20.Seluruh pihak Kedutaan Arab Saudi, terimakasih telah berkenan untuk saya wawancara, terimakasih bingkisan Al-Qur‟annya, Insyaallah saya gunakan sebaik-baiknya untuk bekal akhirat nanti, amien.


(8)

vii

yang tidak dicantumkan, namun saya tetap berterimakasih....

Bandung, 20 Agustus 2011


(9)

1

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan populasi sebesar 240.271.522 juta jiwa di tahun 2010 ini, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia, diakses tanggal 14 februari 2011).

Di Indonesia masih banyak orang yang tergolong miskin karena sulitnya atau terbatasnya lapangan kerja. Sebelum krisis ekonomi 1997, penyerapan tenaga kerja cukup tinggi. Meskipun saat ini sudah membaik, penyerapan tenaga kerja belum sebaik sebelum krisis.

Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan program nasional dalam upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya serta pengembangan kualitas sumberdaya manusia. Penempatan tenaga kerja ke luar negeri dilakukan dengan memanfaatkan pasar kerja internasional melalui peningkatan kualitas kompetensi tenaga kerja disertai dengan perlindungan yang optimal sejak sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri dan sampai tiba kembali di Indonesia.


(10)

Adanya upaya pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya sudah disusun dalam Rencana strategi (Renstra) Depnakertrans 2005-2009. Untuk itu langkah-langkah dalam Rencana Strategis (Renstra) Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2005-2009 antara lain visinya:

1. Terwujudnya tenaga kerja

2. Masyarakat transmigrasi yang produktif, kompetitif dan sejahtera. Sedangkan misinya yaitu:

1. Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan penempatan tenaga kerja serta penguatan informasi pasar kerja dan bursa kerja; 2. Peningkatan kompetensi keterampilan dan produktivitas tenag kerja

dan masyarakat transmigrasi;

3. Peningkatan hubungan industrial serta perlindungan sosial tenaga kerja dan masyarakat transmigrasi;

4. Peningkatan pengawasan ketenagakerjaan;

5. Penerapan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif dan terpadu dengan prinsip good governance (kepemerintahan yang baik), yang didukung oleh penelitian, pengembangan dan pengelolaan informasi yang efektif

Dalam visi misi daripada Renstra tersebut terdapat langkah-langkah agar warga Indonesia mendapatkan haknya dan pemerintah menjalankan kewajibannya terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) (http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39 32&Itemid=286, diakses tanggal 22 februari 2011).


(11)

Pengiriman TKI dilakukan dikarenakan adanya push factor dan pull factor. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi TKI sangat beragam, antara lain faktor pendorong dan penarik bagi orang untuk melakukan migrasi Internasional, beberapa hal bersangkutan dengan kesejahteraan kehidupan dan juga adanya hal mengenai perubahan hidup ke hal yang lebih baik.

Umumnya penyaluran TKI melalui agen tenaga kerja, baik yang legal maupun ilegal. Agen TKI mengontrol hampir seluruh proses awal, mulai dari rekrutmen, paspor dan aplikasi visa, pelatihan, transit, dan penempatan TKI. Rendahnya pendidikan calon TKI mengakibatkan mereka menghadapi risiko mudah ditipu pihak lain. Mereka tidak memahami aturan dan persyaratan untuk bekerja di luar negeri. Kurangnya laporan TKI yang mengalami kasus tertentu ke pihak berwenang juga didasarkan kekhawatiran mereka karena memiliki identitas palsu. Banyak TKI usianya masih terlalu muda, namun demi kelancaran proses, usia di dokumen dipalsukan. Pemalsuan tidak hanya usia, tetapi juga nama dan alamat. Oleh karena itu, tidak mudah melacak para TKI bermasalah di luar negeri.

Dalam pelaksanaannya pun masih banyak permasalahan yang terjadi menyangkut pengiriman TKI ke luar negeri, perlindungan atas hak yang dimiliki oleh setiap TKI belum mendapatkan porsinya yang pas, terutama antara ketidaksesuaian antara yang diperjanjikan dengan kenyataan, serta adanya kesewenangan sepihak majikan dalam mempekerjakan TKI.


(12)

Ada beberapa penyebab terjadinya ketidakamanan yang diderita oleh para TKI, khususnya para Pembantu Rumah Tangga (PRT), yaitu:

1. Tingkat pendidikan TKI di luar negeri untuk sektor PRT yang rendah 2. Perilaku pengguna tenaga kerja yang kurang menghargai dan

menghormati hak-hak pekerjanya

3. Regulasi atau peraturan pemerintah yang kurang berpihak pada TKI di luar negeri, khususnya sektor PRT (http://hukum.kompasiana.com/ 2010/ 12/ 15/ perlindungan-hukum- terhadap-tenaga-kerja- indonesia-

sektor-pembantu- rumah-tangga-di-luar-negeri-bagian-ii/, diakses

pada tanggal 3 April 2011).

Untuk permasalahan tenaga kerja khususnya TKI yang dibahas dalam Renstra, dalam mewujudkan perlindungan bagi TKI, pemerintah Indonesia sendiri telah membuat UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, dan dibentuknya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Dari aspek yuridis saling terkait antara perangkat hukum Indonesia dan negara tujuan TKI. Kita bisa memanfaatkan ketentuan konvensi ILO agar bisa melahirkan suatu sistem hukum yang juga melindungi para migrant workers, termasuk TKI. Hal ini mengingat TKI sering dijadikan objek trafficking in person, termasuk perbudakan, korban kekerasan dan segala perlakuan yang melanggar HAM. Sesuai amanat konstitusional (UUD 1945 dan UU No. 39 tahun 2004) Pemerintah wajib melindungi HAM para TKI. Baik TKI formal maupun ilegal, harus dilindungi berdasarkan prinsip


(13)

persamaan hak, keadilan sosial dan kesetaraan gender (http://www. aksesdeplu.com/merajut%20ukhuwah%20menjerat%20TKI.htm, diakses tanggal 11 Februari 2011).

Dalam dunia migrasi Indonesia, persoalan hubungan dan tatacara buruh migran dan penyelenggaraannya diatur dalam sebuah peraturan yang disebut sebagai UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN) yang dibuat semasa pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Berbagai hal mengenai penempatan dan perlindungan TKI telah diatur dalam UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, antara lain dalam : Pasal 1 ayat (1) : memberikan definisi yuridis “Tenaga Kerja Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah”. Pasal 3 : menegaskan bahwa penempatan dan perlindungan TKI bertujuan : (a) memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dengan manusiawi, (b) menjamin dan melindungi calon TKI/TKW sejak di dalam negri, di negara tujuan sampai kembali ke tempat asal di Indonesia, dan (c) meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya. Pasal 5 ayat (1) : dinyatakan bahwa “Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan buruh migran di luar negeri.” Dan dalam Pasal 6 UU Nomor 39 Tahun 2004 bahwa Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan


(14)

upaya perlindungan buruh migran di luar negeri (http://www.bpkp.go.

id/unit/hukum/uu/2004/39-04.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2011).

Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri diawali dan terintegrasi dalam setiap proses penempatan TKI, sejak proses rekrutmen, selama bekerja dan hingga pulang ke tanah air. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 77 UU Nomor 39 Tahun 2004 bahwa setiap calon TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan tersebut seperti tertuang dalam ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan masa setelah penempatan (http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2004/39-04.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2011).

Terbentuknya BNP2TKI melalui Perpres No. 81 Tahun 2006 adalah dalam rangka mewujudkan tujuan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, perlu membentuk BNP2TKI sebagai lembaga pemerintah untuk melaksanakan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi, dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 97 UU Nomor 39 Tahun 2004. Adapun tugas dari BNP2TKI yang terdapat dalam pasal 3 Perpres No. 81 Tahun 2006, antara lain mengenai pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan penempatan, dan pemberian pelayanan untuk para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja


(15)

di luar negeri (http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/283.pdf, diakses pada tanggal 22 Februari 2011).

Terbentuknya BNP2TKI memiliki visi misi yang memiliki korelasi dengan Renstra yang dibuat oleh Departemen tenaga Kerja dan Transmigrasi, yakni:

Visi : "Terwujudnya TKI yang Berkualitas, Bermartabat dan Kompetitif" Misi :

1. Menciptakan Kekesempatan Kerja di Luar Negeri Seluas-luasnya. 2. Meningkatkan Keterampilan/Kualitas dan Pelayanan Penempatan

TKI.

3. Meningkatkan Pengamanan, Perlindungan dan Pemberdayaan TKI. 4. Meningkatkan Kapasitas Lembaga Penempatan dan Perlindungan

TKI.

5. Meningkatkan Kapasitas Lembaga Pendukung Sarana Prasarana Lembaga Pendidikan Dan Kesehatan (http://www.bnp2tki.go.id/

organisasi-mainmenu-176/visi-dan-misi-bnp2tki-mainmenu-161/79-visi-dan-misi.html, diakses tanggal 30 juni 2011).

Dengan adanya Reformasi Penempatan dan Perlindungan yang dibuat oleh BNP2TKI yaitu mengenai Program/Kegiatan di Luar Negeri yang meliputi kerjasama luar negeri, promosi dan perlindungan TKI di luar negeri. Dan juga Program/Kegiatan di dalam negeri yang meliputi pemberdayaan, penempatan dan perlindungan CTKI/TKI purna (http://www.


(16)

bnp2tki.go.id/info-mainmenu-281/reformasi-mainmenu-222/339-reformasi-penempatan-dan-perlindungan.html, diakses tanggal 30 Juni 2011).

Arab Saudi merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan yang erat dengan Indonesia. Hubungan ini diperkuat dengan adanya hubungan agama, budaya, politik selama bertahun-tahun.Indonesia dan Arab Saudi telah membentuk Sidang Komisi bersama yang berfungsi sebagai forum bilateral yang membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan perkembangan terakhir antara kedua Negara di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi perdagangan energi, sosial-budaya, dan ketenagakerjaan.

Negara-negara Arab berpenduduk mayoritas muslim senantiasa menjunjung tinggi nilai persaudaraan yang didasarkan pada persamaan agama atau ukhuwah Islamiyyah. Sebagai wujud ukhuwah Islamiyyah hubungan kerjasama antara kedua negara diekspresikan melalui penandatanganan suatu “Perjanjian Persahabatan”, pada tanggal 24 Nopember 1970 di kota Jeddah. Pemerintah RI diwakili oleh Dubes Aminuddin Aziz dan Kerajaan Arab Saudi oleh Menlu Omar Sakkaf (Perjanjian Persahabat Persahabatan RI - Arab Saudi 1970) (http://www. aksesdeplu. com/merajut%20ukhuwah%20menjerat%20TKI. htm, diakses tanggal 12 Februari 2011).

Sangat dimungkinkan masalah TKI di Arab Saudi dapat dijadikan suatu agenda khusus untuk dibahas dan dicarikan solusinya melalui “Perjanjian Persahabatan”. Namun dalam kenyataannya ikatan ukhuwah ini, tidak cukup mempengaruhi untuk mencari terobosan baru memecah


(17)

kebuntuan persoalan TKI di Arab Saudi. Selama 37 tahun keberadaan “Perjanjian Persahabatan” tersebut hanya sebatas excellent on paper saja, menjadi janji kosong dan komitmen bisu Dilihat dari aspek yurisdiksi hukum nasional Arab Saudi, terdapat dikotomi pekerja migran profesional dan domestic workers. Tidak ada persamaan persepsi Indonesia dengan Arab Saudi mengenai kompetensi dan yuridiksi tenaga kerja non formal dalam UU Perburuhan Arab Saudi (http://www.aksesdeplu.com/merajut% 20ukhuwah%20menjerat%20TKI.htm, diakses tanggal 12 Februari 2011).

Masalah inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengambil judul penelitian.

Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi (Kurun Waktu 2007-2009)”.

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Komputer Indonesia, yaitu :

1. Studi Ekonomi Politik Negara Berkembang. Pada mata kuliah ini melihat permasalahan yang terjadi di negara-negara berkembang, yang masih mengalami permasalahan banyaknya pengangguran yang disebabkan karena sempitnya lapangan pekerjaan.

2. Politik Internasional. Pada mata kuliah ini dipelajari bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lainnya, dan dalam interaksi tersebut masing-masing negara membawa kepentingan negaranya


(18)

yang dituangkan dalam kebijakan luar negerinya sehingga dapat terjalin kerjasama antara negara satu dengan yang lainnya.

3. Politik Luar Negeri Republik Indonesia. Pada mata kuliah ini mempelajari bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia yang dimana kebijakan ini menggambarkan apa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai pemerintah Indonesia.

4. Diplomasi Hubungan Internasional di Asia Pasifik. Pada mata kuliah ini mempelajari hubungan diplomatik antara negara-negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah, terutama kerjasama dalam bidang jasa tenaga kerja.

1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah

Melihat dari uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti mencoba mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Faktor apa yang melatar belakangi Indonesia mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi?

2. Upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi?

3. Apa saja yang menjadi kendala dengan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi?


(19)

4. Sejauh mana hasil dari upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi ?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahannya dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. Sebagai variable Independent (Bebas), penelitian ini akan memusatkan pada perlindungan yang akan dilakukan oleh pemerintah terhadap TKI. Sedangkan untuk variable Dependent (Terikat) yang dipilih adalah upaya pemerintah dalam melindungi warganya yang bekerja di luar negeri. Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi tenaga kerja dalam penelitian ini adalah tenaga kerja Indonesia yang bermasalah yang telah bekerja di Negara Arab Saudi, dimana rentang waktu yang digunakan adalah dari tahun 2007-2009.

Karena luasnya permasalahan, maka berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan memiliki lingkup-lingkup pembahasan terhadap fenomena yang akan diteliti. Penelitian ini akan dibatasi pada kajian terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam melindungi TKI di Arab Saudi. Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam kurun waktu 2007-2009. Tahun 2007-2009 dipilih karena di tahun tersebut pemerintah telah mengeluarkan Perpres No. 81/2006 mengenai BNP2TKI yang dibentuk melalui UU No. 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenega


(20)

Kerja Indonesia di Luar Negeri. Diawali di tahun 2007 karena berjalannya BNP2TKI baru dimulai ditahun tersebut. Dengan adanya Renstra Depnakertrans 2005-2009, maka pembatasan waktu dibatasi sampai 2009. Melalui BNP2TKI segala permasalahan TKI dapat terminimalisasi dan dapat memperbaiki pelayanan serta perlindungan ketenagakerjaan dan transmigrasi, khususnya dalam penelitian ini pada TKI sebagai fokus permasalahannya.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Upaya Pemerintah Indonesia Melakukan Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi dalam Kurun Waktu 2007-2009

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap Arab Saudi dalam mengatasi TKI yang bermasalah. Suatu kegiatan yang dilakukan hendaknya memiliki suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatar belakangi Indonesia mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi.


(21)

2. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.

3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala dengan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.

4. Untuk mengetahui sejauh mana hasil dari upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.

1.3.2Kegunaan Penelitian 1.3.2.1Kegunaan Teoritis

Penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai keberadaaan tenaga kerja Indonesia (TKI) bermasalah yang berada di Negara Arab Saudi.

1.3.2.2 Kegunaaan Praktis

Adapun kegunaan Praktis dari penelitian ini adalah:

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih jauh bagi penulis mengenai kondisi tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi.

2. Diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para penulis dan para akademisi ilmu Hubungan Internasional dalam meningkatkan kemampuan menggunakan metode dan teknik penelitian serta


(22)

kemampuan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama menjalankan studi.

3. Sebagai sumbangan ilmiah terhadap perkembangan ilmu Hubungan Internasional dan menambah wawasan mengenai upaya-upaya pemerintah yang melindungi TKI di Arab Saudi.

4. Sebagai syarat bagi penulis dalam menyelesaikan studi ilmu Hubungan Internasional (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Komputer Indonesia.

1.4Kerangka Pemikiran, Hipotesis, dan Definisi Operasional 1.4.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasarkan pada teori-teori dan konsep-konsep yang dapat menjadi landasan teoritis bagi penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, dalam memahami dinamika Hubungan Internasional, maka penulis meninjau beberapa teori dan pendapat dari para ahli dalam Ilmu Hubungan Internasional sekaligus sebagai dasar-dasar untuk mempermudah penelitian, penulis menggunakan kerangka pemikiran yang akan mengutip dari teori-teori atau pendapat para ahli sehingga dapat diungkapkan suatu hipotesis yang akan diajukan untuk kemudian diuji kebenarannya dalam penelitian ini. Seperti pengertian Hubungan Internasional yang dirumuskan dalam buku Hubungan Internasional Kontemporer Dan Masalah-masalah Global, bahwa :


(23)

“pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku-pelaku negara (state actors) maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (non-state actors). Pola hubungan interaksi tersebut dapat berupa kerjasama (Cooperation), persaingan (Competition) dan pertentangan (Conflict)” (Rudy, 2003:2).

Begitu juga dengan pengertian hubungan internasional menurut George Scwarzenberger adalah sebuah bentuk hubungan yang melintasi batas negara, yang meliputi berbagai bentuk interaksi, baik negara dengan negara maupun negara dengan non-negara, sehingga hampir seluruh bentuk interaksi akan terjadi dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional, Scwarzenberger mendefinisikan hubungan internasional sebagai berikut :

“Ilmu Hubungan Internasional adalah bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional (sociology of international relations), Ilmu Hubungan Internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial dan budaya” (Perwita & Yani, 2005: 1).

Pengertian Hubungan Internasional lainnya, menurut Mc. Clelland yaitu : Hubungan Internasional secara jelas sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi (Perwita & Yani, 2005:4). Dapat diartikan maksud dari definisi tersebut ialah bahwa Hubungan Internasional adalah kegiatan-kegiatan atau semua bentuk interaksi antar anggota suatu masyarakat lainnya, tidak terlepas dari apakah interaksi tersebut disponsori atau tidak oleh pemerintahnya. Interaksi biasanya dilakukan atas dasar kepentingan bersama.


(24)

Hubungan Internasional berkembang menjadi sebuah kajian dimana hal tersebut dilakukan untuk memahami adanya interaksi antara state actor dan non state actor yang meliputi multi dimensi bidang. State actor tentu saja negara yang menjadi kajiannya tetapi untuk non state actor terdapat banyak pelakunya.

Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun dalam perkembangannya konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperlukan hanya oleh para diplomat. Sedangkan dalam konsep baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional.

Hubungan tindak tanduk manusia melampaui batas-batas suatu negara yang kita kenal dengan istilah kerjasama internasional diperlukan dibangun Komunikasi Internasional diantara aktor-aktor yang terlihat didalamnya. Komunikasi internasional adalah komunikasi yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara dan menyangkut interaksi hubungan cukup luas dan intens dengan bangsa lain.

Adapun kerjasama internasional yang dilakukan baik oleh negara dengan negara lain maupun negara dengan lembaga internasional merupakan tindakan yang merupakan suatu konsep dalam politik internasional. Pengertian politik Internasional, Menurut DR. Anak Agung Banyu Perwita &


(25)

DR. Yanyan Mochamad Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional menyatakan bahwa;

“Politik Internasional merupakan suatu proses interaksi yang berlangsung dalam suatu wadah atau lingkungan, atau suatu proses interaksi, interrelasi antar aktor dalam lingkungannya. Dalam politik internasional terdapat interaksi antar negara khususnya interaksi yang didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara. Interaksi tersebut kemudian akan membentuk pola-pola hubungan yang dilihat dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbal balik tersebut yang berbentuk kerjasama, persaingan atau konflik” (Perwita & Yani, 2005: 40).

Artinya, dalam ruang lingkup hubungan internasional, aktor-aktor yang terkait langsung dalam berbagai interaksi, baik kerjasama, persaingan ataupun konflik sangat berelasi langsung dengan kepentingan masing-masing negara.

Setiap Negara mau melakukan setiap perjanjian dan kerjasama karena memiliki national interest dari masing-masing Negara, dalam buku pengantar Ilmu Hubungan Internasional yang ditulis oleh Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochmamad Yani, dijelaskan bahwa :

“…konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini dapat melalui teknik paksaan, atau kerjasama (cooperation), karena itu kekuasaan nasional dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu negara untuk bertahan hidup dalam politik internasional” (Perwita & Yani, 2005: 40).

Dalam menganalisa interaksi yang terjadi dalam sistem internasional terdapat pula suatu kerjasama internasional. Kerjasama internasional dapat diartikan sebagai bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan


(26)

negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing.

Kerjasama internasional terbagi lagi antara lain yaitu :

1. Kerjasama bilateral yaitu kerjasama yang terjadi antara dua negara 2. Kerjasama multilateral yaitu kerjasama yang terjadi di antara dua atau

lebih Negara (Perwita & Yani, 2005:34).

Sebagai aktor dalam hubungan internasional, pemerintah dianggap memberi keuntungan terhadap negara, dimana ia berperan aktif didalamnya. Kerjasama yang dilakukan antara negara-negara dalam satu area dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan untuk negara-negara tersebut.

Saat ini kerjasama internasional diantara dua negara menyangkut segala aspek / bidang diantaranya kerjasama dalam penempatan Tenaga Kerja suatu negara ke negara lainnya yang dituangkan dalam bentuk kerjasama bilateral. Tenaga kerja merupakan modal dasar dalam keberhasilan pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk banyak, begitu juga dalam hal tenaga kerjanya.

Oleh karena itu suatu negara perlu melakukan kerjasama yang dalam hal ini kerjasama internasional dengan negara lain untuk mencapai kepentingannya. Dalam kerjasama internasional, UU mengenai buruh sudah diatur dalam International Labour Organisation (ILO). Untuk International Labour Organisation (ILO), menghormati kebebasan berserikat di seluruh


(27)

dunia merupakan persyaratan fundamental yang tidak dapat dihindari karena sifat strukturalnya yang paling penting, yaitu tripartisme, dan tanggung jawab penting berdasarkan Konstitusi dan instrumen ILO dimana organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja dianjurkan untuk melaksanakannya dalam kerangka Organisasi itu sendiri maupun di Negara-negara anggota. Deklarasi ILO yang baru tentang prinsip-prinsip fundamental dan hak di tempat kerja yang telah diadopsi oleh Konferensi Perburuhan Internasional pada tahun 1998 ”menetapkan bahwa semua Anggota, walaupun mereka belum meratifikasi Konvensi tersebut, berkewajiban, karena keanggotaannya dalam Organisasi ini, untuk menghormati, mempromosikan serta mewujudkan prinsip-prinsip tentang hak fundamental dengan cara yang jujur dan sesuai dengan UU,” yang mencakup kebebasan berserikat (http://www. aksesdeplu. com/ merajut%20ukhuwah%20menjerat%20TKI. htm, diakses tanggal 11 Februari 2011).

Dari sebuah kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Arab Saudi tentu saja akan melahirkan sebuah perjanjian yang menjadi suatu kelaziman bila negara-negara berdaulat menghendaki suatu persoalan diselesaikan melalui perangkat norma yang disusun atas dasar kesepakatan bersama dengan tujuan dan akibat-akibat hukum tertentu, maka secara formal lahir dalam bentuk perjanjian internasional.

Dalam konteks seperti yang dimaksud di atas, perjanjian internasional dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu:


(28)

1. "Law making treaties", adalah perjanjian internasional yang mengandung kaidah-kaidah masyarakat bangsa-bangsa; sehingga dengan demikian dikategorikan perjanjian-perjanjian internasional yang berfungsi sebagai sumber langsung hukum internasional

2. "Treaty contracts", mengandung ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan-hubungan atau persoalan-persoalan khusus antara pihak yang hukum yang dapat berlaku secara universal bagi anggota mengadakannya saja, sehingga hanya berlaku khusus bagi para peserta perjanjian (Rudy, 2002:44).

Dalam permasalahan tenaga kerja yang berada di luar negeri diharuskan pemerintah dari Negara pengirim melakukan sebuah perjanjian internasional atau law making treaties guna menjamin segala sesuatu yang berhubungan dengan warganya sendiri selama bekerja di luar negeri.

Berdasarkan kamus Oxford, diplomasi dapat diartikan sebagai manajemen relasi diantara negara-negara melalui negosiasi. Negosiasi yang dimaksudkan di sini biasanya berupa negosiasi terhadap pembuatan suatu perjanjian atau persetujuan eksekutif, atau tawar menawar dengan negara lain dalam persetujuan yang ingin dicapai sesuai kepentingannya masing-masing. Diplomasi itu sendiri merupakan alat untuk melaksanakan politik luar negeri. Lester Pearson pernah berkata bahwa: “diplomasi tidak merumuskan kebijaksanaan, tetapi menyampaikan dan menjelaskan kebijaksanaan itu dan mencoba merundingkan pengaturan- pengaturan baru”. Diplomasi, menurut


(29)

A.M. Taylor, mencerminkan suatu upaya membuat “kebajikan dari suatu keterpaksaan” .

Untuk melakukan diplomasi dibutuhkan seorang diplomat, adapun fungsi dari seorang diplomat antara lain:

1. Representasi, mewakili negara pengirim di negara penerima

2. Proteksi, melindungi kepentingan negara pengirim dan kepentingan warga negaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum internasional

3. Negosiasi, melakukan perundingan dengan pemerintah negara penerima

4. Memperoleh kepastian dengan semua cara yang sah tentang keadaan dan perkembangan negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim.

5. Meningkatkan hubungan persahabatan antara dua negara serta mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan

(http://www.deplu.go.id/dubai/Pages/Divisions.aspx?IDP=1&l=id). Kurangnya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan mengharuskan warga Indonesia mencari ke Negara lain. Adanya diplomasi sebagai praktek pelaksanaan kebijakan luar negeri suatu Negara dengan Negara lainnya membantu berjalannya kerjasama antar kedua Negara. Dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja diharapkan dapat mengurangi kemiskinan yang ada. Tidaklah mudah


(30)

bersosialisasi dengan lingkungan kerja yang tempatnya bukan di negeri sendiri, kajian migrasi dari sudut psikologi tidak banyak, dari sedikit kajian yang ada orientasinya cenderung pada persoalan berbau klinis seperti kesehatan mental migran atau aspek psikologis yang statis seperti karakteristik migran. Proses adaptasi migran di daerah baru lebih terbatas pembahasannya (Basok, 2000).

Oleh karena itu apabila tenaga kerja dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan, maka hal ini akan menjadi sumbangan yang besar dalam pembangunan ekonomi. Dibanyak negara berkembang jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah utama disebagian negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia.

Banyak upaya yang dilakukan agar jumlah tenaga kerja diimbangi oleh perluasan lapangan pekerjaan. Tapi hal ini sulit dilakukan mengingat adanya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.

Pengertian Tenaga Kerja menurut Hadi Setia Tunggul, adalah sebagai berikut :

“Tenaga kerja adalah setiap orang, baik laki-laki atau perempuan yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat” (Tunggul, 2009: 18).

Di banyak negara berkembang jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah utama di sebagian negara-negara berkembang,


(31)

khususnya di Indonesia. Hal ini menimbulkan banyak tenaga kerja melakukan migrasi ke luar negeri guna mendapatkan pekerjaan.

Melihat adanya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di Indonesia, kemiskinan pun semakin terasa, mendorong semua orang untuk memenuhi kehidupannya agar lebih layak, tetapi dengan lapangan pekerjaan yang sempit medorong orang-orang untuk bekerja ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Dikaitkan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka penempatan TKI di negara Arab Saudi berkaitan dengan salah satu pendorong dan penarik bagi migrasi Internasional, yaitu kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memperoleh standar kehidupan dan tempat tinggal yang lebih baik.

Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan program nasional dalam upaya peningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya serta pengembangan kualitas sumber daya manusia. Penempatan tenaga kerja keluar dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasar kerja internasional melalui peningkatan kualitas kompetensi tenaga kerja disertai dengan perlindungan yang optimal sejak sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri sampai tiba kembali ke Indonesia (Keputusan Menteri


(32)

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP-104A/MEN/2002 ).

Akan tetapi, setelah dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004, maka Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia diatur dengan Undang-undang tersebut. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengatakan dengan keluarnya Undang-undang tersebut semua keputusan menteri, SK Eselon I yang terkait dengan masalah penempatan dan perlindungan TKI tidak berlaku lagi.

Pengertian Tenaga Kerja Indonesia menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, adalah :

“ Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah”.

Dalam pengiriman TKI ke luar negeri diperlukan suatu perjanjian agar terhindar dari permasalahan yang tidak diinginkan. Hal ini seperti dikemukakan didalam buku Hukum Imigrasi, sebagai berikut :

“Perjanjian kerja adalah perjanjian tertulis antara Tenaga Kerja Indonesia dengan pengguna tenaga kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban masing-masing pihak” (Sihombing, 2009:103).

Dengan adanya tenaga kerja yang terkena masalah di Arab Saudi diharapkan pemerintah dapat melakukan hal-hal yang dapat melindungi warganya yang bekerja di luar negeri misalnya dengan cara Indonesia


(33)

melakukan diplomasi untuk meringankan beban kepada para TKI yang dijatuhkan hukuman di Arab Saudi.

Teori di atas dapat menjadi sebuah landasan atas apa yang terjadi pada TKI yang bekerja di Arab Saudi. Adanya UU maupun lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas seluruh keperluan yang mengurusi TKI yang bekerja di luar negeri dapat bekerja secara maksimal. Sedangkan pada kenyataannya segala hal yang dilakukan pemerintah tidak dapat dirasakan dampak baik secara keseluruhan oleh para TKI. Dengan banyaknya permasalahan yang telah terjadi diharapkan pemerintah bisa lebih peka atau mencari jalan untuk menyelesaiakan setiap permasalahan yang ada.

1.4.2 Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hipotesis didalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“ Upaya pemerintah Indonesia dalam melindungi warganya sebagai TKI di Arab Saudi dimaksimalkan melalui BNP2TKI, sehingga dapat meminimalisasi pelanggaran HAM seperti tindak kekerasan, pelecehan seksual, serta upah yang tidak dibayar khususnya pada pekerja rumah tangga (PRT)“

1.4.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan hipotesis yang penulis ambil yaitu: Upaya pemerintah Indonesia dalam melindungi warganya sebagai TKI di Arab Saudi dimaksimalkan melelui BNP2TKI, sehingga dapat meminimalisasi pelanggaran HAM seperti tindak kekerasan, pelecehan seksual, serta upah


(34)

yang tidak dibayar khususnya pada pekerja rumah tangga (PRT), oleh sebab itu terdapat beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan judul tersebut, diantaranya yaitu:

1. Tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timur Tengah, Taiwan, Australia dan Amerika Serikat) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW). 2. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (BNP2TKI) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen di Indonesia yang mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi, yang memiliki tugas pokok antara lain ; melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau Pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan; memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai: dokumen, pembekalan akhir pemberangkatan (PAP).

3. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang


(35)

baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

4. Pekerja Rumah Tangga (PRT) adalah orang yang bekerja di dalam lingkup rumah tangga majikannya, atau sering disebut “pembantu”, sebuah istilah yang kini kerap digunakan sebagai istilah konotasi negatif untuk pekerjaan ini. Pekerja rumah tangga mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak serta menghidangkan makanan, mencuci, membersihkan rumah, dan mengasuh anak-anak. Di beberapa negara, pembantu rumah tangga dapat pula merawat orang lanjut usia yang mengalami keterbatasan fisik.

1.5 Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.5.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian bermakna sempit maupun luas. Dalam artian sempit, metode penelitian berhubungan dengan rancangan penelitian dan prosedur-prosedur pengumpulan data serta analisis data. Menurut Ida Bagoes Mantra dalam bukunya “Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial” menyebutkan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks yang lahir dalam masyarakat (Mantra, 2004:38) sedangkan Analisis adalah sebuah metode yang digunakan dengan cara menganalisis isi dari beberapa materi tertulis (Mantra, 2004:89)


(36)

Sehingga metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif-Analisis, yaitu mendeskripsikan tentang kondisi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang terkena masalah di Arab Saudi dan menganalisa upaya pemerintah Indonesia dalm melindungi TKI yang bekerja di Arab Saudi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan (library research), dengan mengumpulkan data dan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah, buku-buku teks, makalah, jurnal, dan dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian serta penggunaan jasa internet melalui website yang berhubungan dengan penelitian yang diteliti, sehingga mendapatkan data-data tertulis yang dapat didokumentasikan.

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian 1.6.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Februari 2011 sampai dengan Agustus 2011, yang dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1.6.1 Tabel Waktu Penelitian

No KEGIATAN Waktu Penelitian

2011

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Pencarian Data

2 Pengajuan Judul

3 Pembuatan Usulan Penelitian 4 Seminar Usulan Penelitian 5 Pengumpulan Data 6 Bimbingan Skripsi


(37)

7 Sidang

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di beberapa lokasi, yaitu:

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jl. Dipati Ukur 116. Bandung.

2. Perpustakaan FISIP Universitas Padjajaran, Jl. Raya Jatinangor Km 21, Sumedang.

3. Perpustakaan FISIP Universitas Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No 94. Bandung.

4. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 51, Jakarta Pusat.

5. Migrant Care, Jl. Cipinang Pulo Maja No. 41F Kel. Cipinang Besar Utara Jatinegara, Jakarta Timur.

6. BNP2TKI, Jl. M.T. Haryono Kav. 52, Jakarta.

7. Royal Embassy of Saudi Arabia, Jl. M.T. Haryono Kav. 27, Cawang Atas, Jakarta 13630.

8. Direktorat Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (Kementerian Luar Negeri RI), Jl. Pejambon No.6. Jakarta Pusat, 10110 Indonesia, Telp : (021) 344 15 08.

9. Perpustakaan Kemlu (Kementerian Luar Negeri RI), Jl. Pejambon No.6. Jakarta Pusat, 10110 Indonesia, Telp : (021) 344 15 08


(38)

1.7Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang disesuaikan dengan keperluan penelitian guna mendapatkan penulisan ilmiah yang baik secara umum, secara sistematis penulisan ini ditulis sebagai berikut;

BAB I, Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah. Selanjutnya akan dipaparkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang akan diuji, metodologi penelitian dan teknik penelitian serta lokasi dan waktu penelitian.

BAB II, Bab ini memaparkan tinjauan kepustakaan dari literatur-literatur yang dipilih untuk menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti, antara lain Hubungan Internasional, Kerjasama Internasional, Kerjasama Bilateral, Perjanjian Internasional, Politik Luar Negeri, Diplomasi, dan Migrasi Internasional.

BAB III, Bab ini akan memaparkan mengenai variabel-variabel yang akan dideskripsikan, yaitu mengenai Objek Penelitian, menjelaskan mengenai Pemerintahan di Indonesia, menjelaskan Konsep TKI, tentang Kondisi TKI di Arab Saudi, Kebijakan dan Strategi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.


(39)

BAB IV, Bab ini akan memaparkan hasil penelitian dari hubungan antar variabel, yaitu mengenai Faktor yang melatar belakangi TKI bekerja di Arab Saudi, Upaya apa saja yang untuk melindungi TKI di Arab Saudi, apa saja yang menjadi kendala dalam upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia , serta sejauh mana hasil dari upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia tersebut.

BAB V, Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian yang dilakukan, meliputi penolakan atau penerimaan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, serta saran-saran bagi peneliti selanjutnya yang berminat mengamati objek penelitian yang serupa.


(40)

32

2.1 Hubungan Internasional

Kebutuhan suatu negara tidak dapat dipenuhi sepenuhnya dari dalam negeri. Guna memenuhi kebutuhan suatu negara, kadangkala pihak pemerintah sebagai aktor utama melakukan kerjasama dengan negara lain yang bersifat lintas batas negara. Kerjasama seperti ini dikenal pula dengan istilah Hubungan Internasional.

Mengingat kebutuhan akan suatu negara dari tahun ketahun semakin meningkat, pembelajaran mengenai ilmu Hubungan Internasional menjadi penting adanya sebagai kunci negara dalam melakukan interaksi dengan negara-negara lain dalam dunia internasional. Pasca perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990-an menjadikan isu-isu Hubungan Internasional menjadi semakin meluas. Isu-isu Hubungan Internasional yang pada awalnya hanya berkisar pada high politic issues yang meliputi isu politik dan keamanan menjadi low politic issues yang meliputi isu hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup dan terorisme (Perwita & Yani, 2005: 7).

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila fenomena-fenomena hubungan internasional kini telah memasuki dimensi baru yang perlu ditangani dengan perangkat teoritis dan metodologi yang memadai dan akurat sehingga mengakibatkan munculnya beragam definisi mengenai hubungan internasional dari para ahli hubungan internasional.


(41)

Hubungan internasional ini merupakan studi mengenai interaksi antar aktor, baik negara maupun aktor non-negara, yang berlangsung di dalam sistem internasional. Menurut Perwita dan Yani, Hubungan Internasional adalah :

”Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar” (Perwita dan Yani 2005: 3-4).

Seperti pengertian Hubungan Internasional yang dirumuskan dalam buku Hubungan Internasional Kontemporer Dan Masalah-masalah Global, bahwa :

“pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku-pelaku negara (state actors) maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (non-state actors). Pola hubungan interaksi tersebut dapat berupa kerjasama (Cooperation), persaingan (Competition) dan pertentangan (Conflict)” (Rudy, 2003:2).

Pengertian Hubungan Internasional lainnya, menurut Mc. Clelland yaitu : “Hubungan Internasional secara jelas sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi” (Perwita & Yani, 2005: 4).

Dapat diartikan maksud dari definisi tersebut ialah bahwa Hubungan Internasional adalah kegiatan-kegiatan atau semua bentuk interaksi antar anggota suatu masyarakat lainnya, tidak terlepas dari apakah interaksi tersebut disponsori atau tidak oleh pemerintahnya. Interaksi biasanya dilakukan atas dasar kepentingan bersama.

Hubungan Internasional berkembang menjadi sebuah kajian dimana hal tersebut dilakukan untuk memahami adanya interaksi antara state actor dan non


(42)

state actor yang meliputi multi dimensi bidang. State actor tentu saja negara yang menjadi kajiannya tetapi untuk non state actor terdapat banyak pelakunya.

Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun dalam perkembangannya konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperlukan hanya oleh para diplomat. Sedangkan dalam konsep baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional.

Fenomena Hubungan Internasional digambarkan sebagai semua aspek kehidupan sosial manusia berbentuk hubungan tindak-tanduk manusia yang melampaui batas-batas suatu negara dan berpengaruh terhadap tindak-tanduk manusia lain diluar batas negara tersebut.

Guna memahami seberapa pentingnya ilmu Hubungan Internasional, diperlukan adanya pemahaman mengenai apa yang pada dasarnya terjadi dalam negara, permasalahan maupun karakteristik dari suatu Negara, apa dampaknya, seberapa penting dan bagaimana kita harus menghadapinya.

Sebagian negara mungkin bersahabat, tidak mengancam, cinta damai dan membenci peperangan. Namun sebagaian negara mungkin memiliki sifat yang agresif, bermusuhan, mengancam tanpa adanya pemerintahan dunia yang mengontrol mereka. Adanya perbedaan karakteristik negara seperti ini dapat menimbulkan masalah pada Hubungan Internasional, bahkan bisa mengancam keamanan nasional.


(43)

Untuk menghadapi kemungkinan masalah seperti ini, sebagian besar negara memiliki angkatan bersenjata. Adanya angkatan bersenjata ini menjadikan kekuatan militer sebagai suatu kebutuhan wajib sehingga negara-negara dapat hidup berdampingan dan berhadapan satu sama lainnya tanpa terintimidasi dan takluk. Fakta seperti ini merupakan yang terjadi pada Hubungan Internasional, bahkan banyak pula negara-negara yang bergabung dengan aliansi-aliansi keamanan untuk meningkatkan keamanan nasionalnya.

Keberadaan aliansi-aliansi ini dapat ditujukan pula untuk menjamin agar tidak adanya negara yang berkekuatan besar (great power) yang berhasil mencapai posisi hegemoni atas dominasi keseluruhan, berdasarkan intimidasi, paksaan atau pengunaan kekuatan yang sewenang-wenang. Memelihara dan membangun kekuatan militer menjadi sangat penting keberadaannya bila mengingat hal itu. Keamanan menjadi hal yang sangat penting dalam Hubungan Internasional. Pendekatan tersebut pada studi politik dunia adalah ciri khas dari kaum realis Hubungan Internasional (Jackson Robert & Sorensen, 2005:5).

2.2 Kerjasama Internasional

Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi bidang, seperti ideologi,


(44)

politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita dan Yani, 2005: 34).

Seperti yang dijalankan oleh Pemerintah Australia dengan Pemerintah Republik Indonesia, kerjasama yang di jalin adalah guna untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing negara. Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri (Perwita dan Yani, 2005: 33).

Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerjasama internasional :

1. Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil.

2. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara – negara anggotanya, tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri. (Sugiono, 2006: 6).

Joseph Grieco mengatakan dalam bukunya Cooperation among Nations. Europe, America, and Nontariff Barriers to Trade bahwa kerjasama internasional


(45)

hanya berlangsung jika terdapat kepentingan „objektif‟ dan, oleh karenanya, kerjasama akan berakhir jika kepentingan obyektif ini berubah (Sugiono, 2006: 6). Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi langsung diantara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau menghadapi masalah yang sama secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional.

Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam hubungan internasional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan (Perwita dan Yani, 2005: 33-34).

Kerjasama internasional tidak dapat dihindari oleh negara atau aktor-aktor internasional lainnya. Keharusan tersebut diakibatkan adanya saling ketergantungan diantara aktor-aktor internasional dan kehidupan manusia yang semakin kompleks, ditambah lagi dengan tidak meratanya sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan oleh para aktor internasional.


(46)

Sifat kerjasama internasional biasanya bermacam-macam, seperti harmonisasi hingga integrasi (kerjasama internasional paling kuat). Kerjasama demikian terjadi ketika ada dua kepentingan bertemu dan tidak ada pertentangan di dalamnya. Ketidakcocokan ataupun konflik memang tidak dapat dihindarkan, tapi dapat ditekan apabila kedua belah pihak bekerjasama dalam kepentingan dan masalahnya. Lingkup aktivitas yang dilaksanakan melalui kerjasama internasional antar negara meliputi berbagai kerjasama multidimensi, seperti kerjasama ekonomi, kerjasama dalam bidang sosial dan kerjasama dalam bidang politik. Tujuan akhir dari kerjasama yang terjalin ditentukan oleh persamaan kepentingan yang dari masing-masing pihak yang terlibat.

Namun demikian kesejahteraan kolektif tersebut tidak dapat dicapai hanya dengan kerjasama kolektif antara individu dan negara saja namun diperlukan kerjasama yang lebih luas seperti kerjasama internasional. Kerjasama internasional menurut Coplin dan Marbun:

“Kerjasama yang awalnya terbentuk dari satu alasan dimana negara ingin melakukan interaksi rutin yang baru dan lebih baik bagi tujuan bersama. Interaksi-interaksi ini sebagai aktifitas pemecahan masalah secara kolektif, yang berlangsung baik secara bilateral maupun secara multilateral (Coplin & Marbun, 2003:282).

Untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi, setiap negara di dunia mengadakan hubungan kerjasama dengan negara lain. Pada dasarnya, semua negara menginginkan keuntungan timbal balik yang optimal demi kesejahteraan rakyatnya. Karena itu, negara-negara di dunia saling tukar menukar barang dan jasa, mengerahkan sumber daya, melakukan perluasan penggunaan


(47)

teknologi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi domestik untuk meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran bangsa.

Sebagai aktor dalam hubungan internasional, pemerintah dianggap memberi keuntungan terhadap negara, dimana ia berperan aktif didalamnya. Kerjasama yang dilakukan antara negara-negara dalam satu area dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan untuk negara-negara tersebut.

Saat ini kerjasama internasional diantara dua negara menyangkut segala aspek / bidang diantaranya kerjasama dalam penempatan Tenaga Kerja suatu negara ke negara lainnya yang dituangkan dalam bentuk kerjasama bilateral. Tenaga kerja merupakan modal dasar dalam keberhasilan pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk banyak, begitu juga dalam hal tenaga kerjanya.

2.3 Kerjasama Bilateral

Hubungan bilateral adalah suatu hubungan politik, budaya dan ekonomi di antara dua negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara bilateral. Misalnya perjanjian politik-ekonomi, pertukaran kedutaan besar, dan kunjungan antar negara. Alternatif dari hubungan bilateral adalah hubungan multilateral; yang melibatkan banyak negara, dan unilateral; ketika satu negara berlaku semaunya sendiri (freewill).

“Dalam diplomasi bilateral konsep utama yang digunakan adalah sebuah negara akan mengejar kepentingan nasionalnya demi mendapatkan keuntungan yang maksimal dan cara satu-satunya adalah dengan membuat hubungan baik dan berkepanjangan antar negara” (Rana, 2002:15-16).


(48)

Sebagian besar transaksi dan interaksi antar Negara dalam sistem internasional sekarang bersifat rutin dan hampir bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional, atau global yang bermunculan memerlukan perhatian lebih dari satu Negara. Dalam kebanyakan kasus yang terjadi, pemerintah saling berhubungan dengan mengajukan alternative pemecahan, perundingan, atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan semua pihak.

Perjanjian bilateral bersifat khusus (treaty contract) karena hanya mengatur hal-hal yang menyangkut kepentingan kedua negara saja. Oleh karena itu, perjanjian bilateral bersifat tertutup. Artinya tertutup kemungkinan bagi negara lain untuk turut serta dalam perjanjian tersebut. Seperti perjanjian yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi dalam hubungan kerjasama antara kedua Negara diekspresikan melalui penandatanganan suatau “Perjanjian Persahabatan” sebagai perwujudan ukhuwah Islamiyah (http://www. aksesdeplu. com/merajut%20ukhuwah%20menjerat%20TKI. htm, diakses tanggal 12 Februari 2011).

Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi diantara dua pemerintah yang memilki kepentingan atau menghadapi masalah serupa secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional. Beberapa organisasi seperti PBB menetapkan bahwa kerjasama yang berlangsung diantara negara


(49)

anggota organisasi tersebut dilakukan atas dasar pengakuan kedaulatan nasional masing-masing negara. Kerjasama yang dilakukan antar pemerintah dua negara yang berdaulat dalam rangka mencari penyelesaian bersama terhadap suatu masalah yang menyangkut kedua negara tersebut melalui perundingan, perjanjian, dan lain sebagainya disebut sebagai kerjasama bilateral. Kerjasama bilateral merupakan suatu bentuk hubungan dua negara yang saling mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik yang dimanifestasikan dalam bentuk kooperasi. Pola kerjasama bilateral merupakan bagian dari pola hubungan aksi reaksi yang meliput proses :

1. Rangsangan atau kebijakan actual dari negara yang memprakarsai.

2. Persepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara penerima.

3. Respon atau aksi balik dari negara penerima.

4. Persepsi atau respons oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa (Perwita dan Yani, 2005:42).

2.4 Perjanjian Internasional

Dari sebuah kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Arab Saudi tentu saja akan melahirkan sebuah perjanjian yang menjadi suatu kelaziman bila negara-negara berdaulat menghendaki suatu persoalan diselesaikan melalui perangkat norma yang disusun atas dasar kesepakatan bersama dengan tujuan dan akibat-akibat hukum tertentu, maka secara formal lahir dalam bentuk perjanjian internasional.


(50)

Seperti yang didefinisikan oleh Mochtar Kusumaatmaja, perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan anatara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu. Dalam definisi ini subyek hukum internasional yang mengadakan perjanjian adalah anggota masyarakat bangsa-bangsa, lembaga-lembaga internasional dan negara-negara.

Definisi lain Perjanjian Internasional adalah kesepakatan antara dua atau lebih subyek hukum internasional yang menurut hukum internasional menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan. Dalam interaksi antarnegara terdapat hubungan pengaruh dan respons. Pengaruh dapat langsung ditujukan pada sasaran tetapi dapat juga merupakan limpahan dari suatu tindakan tertentu. Kemudian, dalam interaksi antarnegara, interaksi dilakukan didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara. Menurut DR. Anak Agung Banyu Perwita & DR. Yanyan Mochamad Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional bahwa kepentingan nasional adalah tujuan utama dan merupakan awal sekaligus akhir perjuangan suatu bangsa (Perwita & Yani, 2005: 41).

Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum tertentu (Pasal 2 Konvensi Wina). Dalam konteks seperti yang dimaksud di atas, perjanjian internasional dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu:

1. "Law making treaties", adalah merupakan perjanjian internasional yang mengandung kaidah hukum yang dapat berlaku secara universal;


(51)

dikategorikan sebagai perjanjian internasional yang bersumber langsung pada hukum internasional; selalu terbuka pada pihak lain yang tidak menandatanganinya.

2. "Treaty contracts", mengandung ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan-hubungan atau persoalan-persoalan khusus antara pihak yang hukum yang dapat berlaku secara universal bagi anggota mengadakannya saja, sehingga hanya berlaku khusus bagi para peserta perjanjian (Rudy, 2002:44).

Dalam permasalahan tenaga kerja yang berada di luar negeri diharuskan pemerintah dari Negara pengirim melakukan sebuah perjanjian internasional atau law making treaties guna menjamin segala sesuatu yang berhubungan dengan warganya sendiri selama bekerja di luar negeri.

2.5 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan sistem tindakan-tindakan dari suatu pemerintah terhadap pemerintahan lainnya. Politik luar negeri adalah sekumpulan kebijakan yang berperan dan berpengaruh, dalam hubungan suatu negara (pemerintah) dengan negara (pemerintah) lainnya, dengan mempertimbangkan juga tanggapan (respon terhadap kejadian dan masalah di lingkungan dunia internasional). Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.


(52)

Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu.

Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :

1. Menjabarkan pertimbangan kepentingan nasional kedalam bentuk tujuan dan sasaran yang spesifik

2. Menetapkan faktor situasional dilingkungan domestik dan internasional yang berkaitan dengan tujuan kebijakan luar negeri. 3. Menganalisis kapabilitas nasional untuk menjangkau hasil yang

dikehendaki.

4. Mengembangkan perencanaan atau strategi untuk memakai kapabilitas nasional dalam menanggulangi variabel tertentu sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Melaksanakan tindakan yang diperlukan.

6. Secara periodik meninjau dan melakukan evaluasi perkembangan yang telah berlangsung dalam menjangkau tujuan atau hasil yang dikehendaki (Perwita dan Yani, 2005:50).

Tujuan politik luar negeri dapat dikatakan sebagai citra mengenai keadaan dan kondisi dimasa depan suatu negara, dimana pemerintah melalui para pembuat kebijaksanaan nasional mampu menyebarkan pengaruhnya kepada negara-negara lain dengan mengubah atau mempertahankan tindakan negara lain.


(53)

Ditinjau dari sifatnya, tujuan politik luar negeri dapat bersifat konkret dan abstrak, apabila disangkutpautkan dengan adanya peranan suatu negara terhadap kondisi yang terjadi maupun yang sedang terjadi pada suatu negara.

Pendapat C.D.F. Luhulima sejalan dengan pendapat Mohtar Mas‟oed dalam Sidik Jatmika (2000: 152) kajian mengenai Teori Proses Pembuatan Keputusan Luar Negeri menjelaskan bahwa politik luar negeri dipandang sebagai hasil pertimbangan rasional yang berusaha menetapkan pilihan atas berbagai alternatif yang ada dengan keuntungan sebesar-besarnya ataupun kerugian kelebihan sekecil-kecilnya (optimalisasi hasil) (Sidik Jatmika, 2000: 152).

2.6Diplomasi

Berdasarkan kamus Oxford, diplomasi dapat diartikan sebagai manajemen relasi diantara negara-negara melalui negosiasi. Negosiasi yang dimaksudkan di sini biasanya berupa negosiasi terhadap pembuatan suatu perjanjian atau persetujuan eksekutif, atau tawar menawar dengan negara lain dalam persetujuan yang ingin dicapai sesuai kepentingannya masing-masing. Diplomasi itu sendiri merupakan alat untuk melaksanakan politik luar negeri. Lester Pearson pernah berkata bahwa: “diplomasi tidak merumuskan kebijaksanaan, tetapi menyampaikan dan menjelaskan kebijaksanaan itu dan mencoba merundingkan pengaturan- pengaturan baru”. Diplomasi, menurut A.M. Taylor, mencerminkan suatu upaya membuat “kebajikan dari suatu keterpaksaan” .

Untuk melakukan diplomasi dibutuhkan seorang diplomat, adapun fungsi dari seorang diplomat antara lain:


(54)

1. Representasi, mewakili negara pengirim di negara penerima

2. Proteksi, melindungi kepentingan negara pengirim dan kepentingan warga negaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum internasional

3. Negosiasi, melakukan perundingan dengan pemerintah negara penerima 4. Memperoleh kepastian dengan semua cara yang sah tentang keadaan dan

perkembangan negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim.

5. Meningkatkan hubungan persahabatan antara dua negara serta mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan (http://www.deplu.go.id/dubai/Pages/Divisions.aspx?IDP=1&l=id). Diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan kebijakan luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.

2.7Migrasi Internasional

Migrasi Internasional saat ini masuk dalam pembahasan yang penting dalam studi Hubungan Internasional. Definisi migrasi Internasional menurut UNDP (United Nations Development Programme, HDI Report 2009) adalah proses perpindahan manusia melewati batas negara dalam kurun waktu lebih dari satu tahun(http://www.scribd.com/doc/61351774/11/Tabel -2-4-Variabel-Kunci-dari-tiap-Teori-Migrasi-Internasional).

Tujuan dan motif utama melakukan migrasi menurut buku Economic Development in The Third World, adalah untuk memperbaiki status dan


(55)

keadaan ekonomi melalui pekerjaan dan pendidikan, yang diduga bisa diperoleh di kota atau negara lain. Banyak studi dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli menjelaskan bahwa sebagian besar orang melakukan migrasi karena keadaan ekonomi” (Todaro, 1997 : 174).

2.7.1 Tenaga Kerja

Banyak upaya yang dilakukan agar jumlah tenaga kerja diimbangi oleh perluasan lapangan pekerjaan. Tapi hal ini sulit dilakukan mengingat adanya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.

Pengertian Tenaga Kerja menurut Hadi Setia Tunggul, adalah sebagai berikut : “Tenaga kerja adalah setiap orang, baik laki-laki atau perempuan yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat” (Tunggul, 2009: 18).

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (Undang -Undang No.13 Tahun 2003).

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, di dalamnya meliputi buruh, karyawan, dan pegawai (Sastrohadiwiryo, 2003 : 27). Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik secara lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

Dalam penelitian ini yang dimaksud Tenaga Kerja Indonesia adalah buruh. Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan


(1)

138

dan proses yang cukup panjang, mengingat segala permasalahan pada TKI sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Pemerintah melakukan upaya diplomasi, pengajuan Memorandum of Understanding (MOU) dengan Negara yang bersangkutan agar TKI mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya. Upaya lain yang dilakukan pemerintah Indonesia ialah dengan mengeluarkan asuransi dan bantuan hukum bagi TKI yang bermasalah melalui BNP2TKI yang berkoordinasi dengan instansi lainnya seperti Kemenakertrans, Kemlu, POLRI dll.

5.2 Saran

1. Perlu meningkatkan seleksi Negara penempatan dan membangun kerjasama sehingga mengikat pihak-pihak di luar negeri untuk perlindungan TKI. Pendataan TKI sejak tiba di negara penempatan, selama penempatan dan kepulangan atau perpanjangan kontrak harus dilakukan, sehingga dapat dijadikan bahan untuk menyusun rencana perlindungan warga negara (TKI) bagi instansi terkait.

2. Menghapus perekrutan tidak resmi (ilegal) dan melalui makelar dengan meningkatkan pengawasan dan fasilitasi kegiatan perekrutan dan menambah keterlibatan pemerintah tingkat kabupaten dan provinsi. Untuk menangani migrasi ilegal, perlu pembuatan peraturan dan kebijakan yang adil dan masuk akal harus bisa melindungi pihak-pihak yang mudah dieksploitasi. Kalau tidak ada kebijakan yang mampu melindungi tenaga kerja, maka perlu menciptakan tahapan siklus pemulangan dan mendaur ulang tenaga kerja antara Indonesia dan negara tujuan.


(2)

139

3. Perlu dilaksanakan sosialisasi oleh pihak BNP2TKI yang sebgaimana menjadi tugasnya, rekruit terkontrol, pelatihan (bahasa, teknis, peraturan dalam/luar negeri, sosial budaya negara penempatan) oleh pihak berkompeten, Pembekalan Akhir Penempatan (PAP) melibatkan pihak yang memiliki pengalaman tentang negara penempatan. Harus ada alat ukur dan pengawasan untuk menentukan apakah calon TKI benar-benar siap bekerja di luar negeri. Menyediakan bantuan hukum bagi tenaga kerja yang masih berkasus.

4. Merevisi UU No. 39 Tahun 2004 untuk memasukkan kewajiban Pemerintah Indonesia terhadap TKI, memastikan perlindungan dari semua pihak dan termasuk memasukkan pasal yang berperspektif jender. Kebanyakan TKI yang bekerja di luar negeri adalah perempuan. Kementerian Pemberdayaan Perempuan berperan penting dalam proses revisi ini.

5. Pemerintah harus terus melakukan segala upaya perlindungan tersebut secara konsisten, membuat Memorandum of Understanding (MOU) antar negara pengirim dan negara tujuan yang menjelaskan hak dan kewajiban antara tenaga kerja dan pengguna juga mengenai perlindungan tenaga kerja pada saat bekerja di negara tujuan yang disepakati oleh kedua belah pihak.


(3)

140

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Basok, Tanya. 2000. “He came, he saw, he … stayed: guest worker programs and

the issue of non-return”, Internasional Migration. Monteral: McGill-Queen's Press.

Haslam, S. Alexander. 2001. Pscichology in Organization: the Social Identity Approach. London: Sage.

Kishan, S. Rana. 2002. Bilateral Diplomacy. New Delhi. Manas Publications. Mantra ,Ida Bagoes. 2006. Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : Rosdakarya

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rudy, T. May. 2005. Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat Internasional Bandung : Refika Aditama.

Sihombing, Sihar. 2009. Hukum Imigrasi. Bandung: Nuansa Aulia.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara. Suryana, Mirza Jaka dan Asrudin. 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional :

dari Tradisional ke Kontemporer”

Tunggul, Hadi Setia. 2009. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : Harvavindo


(4)

141 Daftar Artikel dan Jurnal :

Wardoyo, Teguh. 2010. Diplomasi Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Jakarta : Jurnal diplomasi.

Dokumen :

Kompleksitas Mekanisme Penempatan BMP ke Luar Negeri. produk staf Bank Dunia. 2007.

Kesewenang-wenangan terhadap Pekerja Rumah Tangga Asia di Arab Saudi. Human Rights Watch. 2008.

MIGRASI TENAGA KERJA DARI INDONESIA. International Organization of Migration (IOM). 2010.

Referensi Situs :

http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia, diakses tanggal 14 februari 2011

http:// maid-online. blogspot. com/ 2009/08/merajut-ukhuwah-menjerat-tki.html, diakses tanggal 11 Februari 2011

http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2004/39-04.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2011

http://hukum.kompasiana.com/2010/12/15/perlindungan-hukum-terhadap-tenaga-kerja-indonesia-sektor-pembantu-rumah-tangga-di-luar-negeri-bagian-ii/, diakses pada tanggal 3 April 2011


(5)

142

http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/283.pdf, diakses pada tanggal 22 Februari 2011

http://kalyanamitra.or.id/index.php, diakses pada tanggal 22 Februari 2011 http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/22627111767064 30507/36812111176778855281/36857821177041038317/Kompleksitas.Mekanis me.Penempatan.BMP.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2011

http://www. aksesdeplu.com/ merajut%20ukhuwah%20menjerat%20TKI.htm, diakses tanggal 12 Februari 2011

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1700&It emid=195, diakses pada tanggal 05 Maret 2011

http://www.bnp2tki.go.id/peraturankabnp2tkimainmenu175.html, diakses pada tanggal 05 Maret 2011

http://www.hrw.org, diakses pada tanggal 17 April 2011

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/documents/publication/wcm_041893.pdf, diakses tanggal 17 April 2011 http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/Permen_No_8_Th _2005.pdf, diakses tanggal 19 April 2011

http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/BUKU%20%20Nasib%20Migran%20Internasional .pdf, diakses pada tanggal 11 Agustus 2011

http://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/hrlaw/19, diakses pada tanggal 18 Agustus 2011


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Ira Merdekawati

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jambi, 17 Agustus 1987 3. Nomor Induk Mahasiswa : 44306029

4. Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional 5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat di Bandung : Jl. Bagusrangin II No. 94/50, Bandung 40132

9. Telepon : 022-92710617

10. Status Marital : Menikah 11. Orang Tua

1. Nama Ayah : M. HusienUmar Pekerjaan : Wiraswasta 2. Nama Ibu : Tini Husein

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Alamat Orang Tua : Jl. Bagusrangin II No. 94/50, Bandung 40132 12. Hobi : Olahraga, Jalan-jalan

13. Pendidikan : SD Negeri Ciujung II (1993-1999) SMP Negeri 44 Bandung (1999-2002) SMA BPI 2 Bandung (2002-2005) UNIKOM (Ilmu HI FISIP) Bandung (2006-2011)