PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY TERHADAP KECEMASAN BERBICARA SISWA SMA NEGERI 1 SIANTAR NARUMONDA TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF

BEHAVIOR THERAPY TERHADAP KECEMASAN

BERBICARA SISWA SMA NEGERI 1 SIANTAR

NARUMONDA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Oleh :

RINEHART SIRAIT

NIM. 1123151033

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF

BEHAVIOR THERAPY TERHADAP KECEMASAN

BERBICARA SISWA SMA NEGERI 1 SIANTAR

NARUMONDA TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh :

RINEHART SIRAIT

NIM. 1123151033

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i ABSTRAK

Rinehart.Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2016.

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan pre test – post test group design, subjek penelitian adalah siswa yang

memiliki kecemasan berbicara tinggi yang berjumlah 10 siswa. Alat pengumpul data dilakukan dengan pemberian kuesioner (angket). Analisa data adalah uji wilcoxon untuk melihat perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil penelitian memperoleh rata – rata pre test sebesar 65,2 dan rata – rata post test 51,2. Dari hasil uji hipotesis diperoleh Zhitung < Ztabel pada taraf signifikansi 5% atau α = 0,05 yakni -2,803<-1,96, maka nilai rata – rata postest signifikan. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, menunjukan ada perubahan kecemasan berbicara siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy, maka dapat disimpulkan melalui konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy dapat menurunkan kecemasan berbicara siswa.


(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 6

1.3Batasan Masalah... 6

1.4Rumusan Masalah ... 7

1.5Tujuan Penelitian ... 7

1.6Manfaat penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kerangka Teori ... ..9

2.1.1 Kecemasan Berbicara ... 9

2.1.1.1Pengertian Kecemasan Berbicara ... 9

2.1.1.2Penyebab Kecemasan Berbicara ... 13

2.1.1.3Ciri-ciri Kecemasan Berbicara ... 15

2.1.1.4Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan Berbicara ... 17


(9)

vi

2.1.2.1Pengertian Konseling Kelompok ... 20

2.1.2.2Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 21

2.1.2.3Proses Konseling Kelompok ... 23

2.1.3 Pendekatan Rasional Emotif Behavior Therapy ... 25

2.1.3.1Pengertian Rasional Emotif Behavior Therapy ... 25

2.1.3.2Konsep-Konsep Dasar Rational Emotif Behavior Therapy ... 26

2.1.3.3Ciri-ciri Rational Emotif Behavior Therapy ... 28

2.1.3.4Tujuan Rational Emotif Behavior Therapy ... 29

2.1.3.5Peran dan Fungsi Konselor ... 30

2.1.3.6Tahap-tahap Konseling ... 30

2.2 Kerangka Konseptual ... 32

2.3 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Subjek Penelitian ... 34

3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 35

3.4 Desain Penelitian ... 36

3.5 Teknik Pengumpul Data ... 39

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 45


(10)

vii

4.2 Uji Coba Instrumen ... 46

4.2.1 Uji Validitas ... 46

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 48

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

4.3.1 Pre-test Kecemasan Berbicara Siswa... 48

4.3.2 Post-Test Kecemasan Berbicara Siswa ... 49

4.3.3 Hasil Analisis Pre-test dan Post-test ... 51

4.4 Penguji Hipotesis Penelitian ... 52

4.5 Pembahasan Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian SkorAngket Berdasarkan Skala Linkert... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Ciri-ciri Kecemasan Berbicara di Depan Umum... 40

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kecemasan Berbicara Siswa ... 47

Tabel 4.2 Hasil Pre-Test ... 48

Tabel 4.3 Hasil Post-Test ... 50

Tabel 4.4 Hasil Perbandingan Pre-Test dan Post-Test Kecemasan Berbicara Siswa ... 51


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Coba Angket Kecemasan Berbicara Siswa ... 59

Lampiran 2 Sebaran Validitas Angket ... 63

Lampiran 3 Perhitungan Validitas Kecemasan Berbicara Siswa ... 64

Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Angket Kecemasan Berbicara Siswa ... 67

Lampiran 5 Angket Kecemasan Berbicara Siswa ... 70

Lampiran 6 Sebaran Pre-Test ... 73

Lampiran 7 Perhitungan Pre-Test Kecemasan Berbicara Siswa... 74

Lampiran 8 Sebaran Post-Test ... 75

Lampiran 9 Perhitungan Post-Test ... 76

Lampiran 10 Tabulasi Data Penelitian Kelompok Eksperimen ... 77

Lampiran 11 Perhitungan KategoriPre-Test Kecemasan Berbicara Siswa... 78

Lampiran 12 Pengujian Hipotesis ... 81

Lampiran 13 Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon ... 84

Lampiran 14 Perhitungan Penurunan Kecemasan Berbicara Siswa ... 86

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Layanan ... 87

Lampiran 16 Dokumentasi ... 107

Lampiran 17 Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 110

Lampiran 18 Surat Izin Melaksanakan ... 111


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Terdapat kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi individu dalam berhubungan dengan individu lain, Salah satunya adalah adanya kecemasan sosial. Menurut Hudaniah (2006:24), kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran individu lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Salah satu bentuk interaksi sosial yang biasanya berusaha dihindari oleh individu adalah yang sering mendatangkan stress seperti berbicara di depan umum.

Kecemasan saat berbicara didepan umum adalah keberadaan orang lain, yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi ‘hantu’ yang menakutkan dalam pikiran. Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah sebuah keadaan yang wajar saja terjadi, bahkan dikatakan sebagai bagian dari pengalaman berbicara di depan publik, namun ketika kecemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa Anda barulah hal ini menjadi suatu masalah. Karena ketika performa Anda terganggu hal tersebut menunjukkan ketidakmampuan diri dalam menghadapi situasi.


(14)

2

Berbicara di depan umum dapat menimbulkan kecemasan karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia memiliki kecenderungan terjadinya kecemasan. Kecemasan biasanya direfleksikan lewat kata-kata berupa keluhan dan menunjukkan sikap pesimis. Menurut Sigmund Freud dalam Urban (2007:82), apa yang sedang terjadi di dalam diri memiliki sebuah cara untuk tergelincir keluar secara verbal. Kata-kata ini terkadang tidak disadari akan memberi dampak negatif pada individu. Menurut Urban (2007:56), gambaran yang dihadirkan kata-kata itu ke dalam kepala manusia akan memiliki efek yang kuat terhadap cara berpikir dan berbicara. Kata-kata negatif tersebut akan menjadikan individu semakin tidak percaya diri dan secara tidak langsung membuat individu tidak berhasil melalui kegiatan tersebut. Ketakutan dan rasa pesimis akan mendominasi pikiran individu karena kekhawatiran akan penilaian individu lain.

Menurut Osborne (2004:127) perasaan cemas ini muncul karena takut secara fisik terhadap pendengar, yaitu takut ditertawakan orang, takut bahwa dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang akan dikemukakan mungkin tidak pantas untuk dikemukakan, dan rasa takut bahwa mungkin dirinya akan membosankan.

Penelitian Zimbardo pada Universitas Stanford di California, AS (Rakhmat, 2006:98) menyatakan kecemasan membuat individu merasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap dirinya tidak menarik dan menganggap dirinya tidak menyenangkan untuk orang lain. Individu yang cenderung mengalami kecemasan ditandai dengan ketegangan otot dan adanya tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi. Kemudian, individu tersebut akan


(15)

3

menolak untuk bersosialisasi dengan orang lain, keadaan individu akan membaik ketika ketegangannya berkurang.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Rahayu, dkk (2003:38) pada mahasiswa Akta IV UIN Malang menghasilkan dari 45,56% mahasiswa mempunyai kecemasan tinggi, 5,27% mahasiswa mempunyai kecemasan sedang, dan 20,23% mahasiswa mempunyai kecemasan rendah dalam hal berbicara di depan umum. Berdasarkan hasil penelitian Suwandi (2004:45) di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, 32,8% mahasiswa mengalami kecemasan sedang, 48,3% mahasiswa mengalami kecemasan tinggi dan 12,1% mahasiswa mengalami kecemasan sangat tinggi dalam situasi berbicara di depan umum.

Individu yang pemalu dan cemas secara sosial cenderung untuk menarik diri dan tidak efektif dalam interaksi sosial, ini dimungkinkan karena individu tersebut mempersepsi akan adanya reaksi negatif. Kecemasan merupakan suatu kekurangan dalam hubungan sosial, karena individu yang gugup (nervous) dan terhambat mungkin menjadi kurang efektif secara sosial, misalnya ketika individu mengalami nervous, individu tersebut mungkin menunjukkan indikasi-indikasi seperti gemetar, gelisah, menghindari orang lain, tidak lancar berbicara dan kesulitan konsentrasi (Dayakisi & Hudaniah, 2003:92).

Kecemasan yang terjadi pada diri individu akan membuat individu tersebut merasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap dirinya tidak menarik dan menganggap dirinya tidak menyenangkan untuk orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang cenderung mengalami kecemasan ditandai dengan ketegangan otot dan adanya tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi. Kemudian, individu tersebut akan menolak untuk bersosialisasi dengan orang lain, keadaan individu akan membaik ketika ketegangannya berkurang (Teichman, 1974:23).


(16)

4

Kecemasan berbicara di depan publik tergolong pada kriteria fobia sosial maupun gangguan kecemasan sosial. Kondisi tersebut ditandai dengan ketakutan dalam menunjukkan performansi maupun situasi interaksionalnya dengan orang lain. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap kualitas kehidupan individu, mempengaruhi fungsi sosial dan relasi dengan komunitasnya.

Jika dilihat dari kenyataannya, perasaan cemas atau grogi saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

Gejala kecemasan saat berbicara di depan publik dapat dirasakan secara fisiologis dan juga psikologis, untuk fisiologis dapat berupa keluarnya keringat pada tubuh dan juga telapak tangan, kemudian detak jantung yang semakin cepat, ketegangan otot, serta gemetarnya tubuh terutama pada kaki, dan suara yang bergetar. Sedangkan untuk keadaan psikologis sendiri di dalam pikiran muncul ketakutan yang irasional, tidak mampu untuk berkonsentrasi dan rasa tidak tenang.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri 1 Siantar Narumonda pada tanggal 02 Maret 2016, terdapat siswa yang mengalami kecemasan berbicara. Baik faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara ini disebabkan faktor dari dalam diri maupun faktor dari luar diri siswa. Termasuk yang penulis peroleh berdasarkan hasil sharing pendapat dengan guru Bimbingan Konseling. Terdapat siswa yang mengalami masalah kecemasan berbicara seperti gugup saat ingin tampil di depan kelas atau di podium, tidak berani mengungkapkan pendapatnya saat di kelas maupun di luar kelas, gelisah saat tampil, sering lupa


(17)

5

tentang bahan presentasi yang sudah dihapal di rumah dan tidak mau berkomunikasi atau berbicara dengan teman-temannya. Hasil observasi peneliti pada siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda ditemukan siswa yang mengalami dirumuskan sebagai berikut : kecemasan tinggi sebanyak 15 orang, kecemasan sedang sebanyak 9 orang dan kecemasan rendah sebanyak 6 orang. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti berinteraksi dengan siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda di dalam kelas. Pendapat ini juga di dukung oleh guru bidang study yang mengajar di kelas yang mengatakn hal demikian.

Berdasarkan paparan di atas dan fakta yang telah penulis observasi, maka penulis terdorong meneliti dan memecahkan masalah kecemasan berbicara siswa melalui Konseling Kelompok menggunakan Pendekatan Rasional Emotif

Behavior Therapy. Konseling Kelompok merupakan upaya bantuan kepada

individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Pendekatan Rational Emotiv Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Menurut Corey (2009:276) Rational Emotive Behavior

Therapy memandang manusia pada dasarnya adalah memiliki kecenderungan

untuk berpikir rasional dan irasional. Rational Emotive Behavior Therapy memandang manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Menurut Ellis (2002:9) ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu dalam Rational Emotive Behavior Therapy, yaitu Antecedent event atau

Adversities (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Yang manaKerangka


(18)

6

digunakan dalam menyelesaikan masalah kecemasan berbicara siswa melalui pendekatan Rational Emotive Behavio Therapy.Selanjutnya penulis merumuskan penelitian dalam judul “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Adanya siswa yang mengalami kecemasan berbicara di dalam kelas 2) Adanya faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara siswa

3) Adanya hal yang mejadi penyebab siswa mengalami kecemasan berbicara 4) Kurang aktifnya siswa dalam berbicara di dalam kelas

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah yang diteliti. Penelitian ini dibatasi masalahnya mengenai pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda tahun ajaran 2016/2017.


(19)

7

1.4Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan peneliti kemukakan adalah “Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational

Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1

Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017?”.

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017”.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, antara lain sebagai berikut. 1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa.


(20)

8

1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1) Bagi Sekolah, dapat menjadi bahan evaluasi sekaligus memperkaya pengetahuan sekolah akan layanan Bimbingan Konseling dalam hal ini adalah layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif

Behavior Therapy.

2) Bagi Guru BK, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior

Therapy 2017 untuk lebih bisa mengurangi masalah kecemasan berbicara

siswa sehingga mengkikis kecemasan berbicara siswa sehingga dapat meningkatkan cara berbicara siswa.

3) Bagi Siswa, dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy. Siswa dapat mengetahui penyebab, ciri-ciri dan faktor dari kecemasan berbicara sehingga dapat meningkatkan cara berbicara mereka.

4) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang kecemasan berbicara siswa.


(21)

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji Wilcoxon, z n < z el yaitu -2,803<-1,96 sehingga Hipotesis diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya adalah “Ada pengaruh yang siginifikan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif

behavior therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1

Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017”

2. Dengan adanya pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy terhadap kecemasan berbicara siswa secara signifikan, maka layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan dalam BK yang mampu menurunakan kecemasan berbicara siswa.

5.2 Saran

Adapun saran – saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru Bimbingan Konseling

Disarankan kepada guru bimbingan konseling untuk meningkatkan pelayanan konseling kelompok terutama konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy dalam menurunkan kecemasan berbicara siswa.


(22)

56

2. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan Kepala Sekolah lebih memfasilitasi ruangan kegiatan layanan bimbingan konseling, sebagai upaya menyelesaikan masalah-masalah yang dialami siswa

3. Bagi Siswa

Disarankan kepada siswa agar lebih percaya diri dalam berbicara dengan orang-orang sekitarnya dan berusaha mengurangi kecemasan yang dialami diri sendiri dengan mengubah pemikirannya yang irasional menjadi rasional.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti kecemasan berbicara siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada teknik lain seperti

cognitif behavior dan Client-Centered lainnya. serta meneliti pengaruh

layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif


(23)

57

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L., Atkinson, K. C., & Benn, D. J. 1996. Pengantar Psikologi.

Terjemahan Kusuma, W. Jakarta : Erlangga.

Barlow, David H. & Durand, V. Mark. 1995. Abnormal Psychology. Amerika Serikat: Brook/Cole Publishing Company.

Chaplin. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Dr. Kartini Kartono.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Clark, Carolyn Chambers. 2006. Living Well with Anxiety: What Your Doctor

Doesn't Tell You... That You Need to Know. New York : Harpencollin.

Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Eresco.

Daradjat, Zakiah. 1961. Kesehatan Mental. Jakarta : PT Gunung Agung. Dayakisni, T., & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.

Dewi, A. P. & Andrianto, S. (2007). Hubungan Antara Pola Pikir dengan

Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan.(On-line.http://www28.indowebster.com/ac2d8c89734f144a0a1a

4f5790e6a83.phdf. Tanggal Akses: 04 Mei 2016)

Dinka, Radithya. 2010. Cara Cepat Belajar Public Speaking Secara

Profesional.Magelang: Damar Media Publishing.

F. Talis. 1992. Mengatasi Rasa Cemas. Jakarta: Meitasara.

http://www.scribd.com/doc/39539509/kecemasan-berbicara (diakses pada tanggal 28 April 2016)

http://www.sabdaspace.org/mengatasi_rasa_cemas_ketika_berbicara_di_depan_ umum (diakses pada 05 Mei 2016)

http://socialanxietydisorder.about.com/od/overviewofsad/a/overview.htm (diakses pada 20 April 2016)

http://www.psychologymania.com/2012/06/kecemasan-berbicara-di-depan umum .html (diakses pada 05 Mei 2016)

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


(24)

58

Kurnanto,E.M. 2013. Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.Lazarus, R. 1976.

Stress and Coping the Indian Experience . New Dhelhi: Saga Publication.

Lazarus, RS. 1976. Paterns of Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha Ltd.

McCroskey, J. (1984). The Communication Apprehension Perspective. [On-line]. http://www.jamescmccroskey.com/publications/bookchapters/003_1984_C1 .pdf. Tanggal akses : 7 Februari 2009.

Natawidjaya, Rochman. 2009. Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.

Nevid, J.S., Rathus, S.A.,& Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Olii, Helena. 2010. Public Speaking. Jakarta: PT Indeks.

Opt, S. K. & Loffredo, D. A. 2000. Rethinking Communication Apprehension :

AMyers-Briggs Perspective. The Journal Psycholog, 134(5), 556-570.

O'Connor, Frances. 2008. Frequently Asked Quetions about “academic anxiety. New York: Rosen.

Rahayu, Ardani. 2004. Hubungan Pola Pikir Positif dengan Kecemasan

Berbicara di Depan kelas. Jurnal Psikologi: UNDIP.

Safaria, Triantoro. 2012. Managemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana

Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Pengantar Teori Konseling. Cetakan II. Jakarta: Ghalia Indonesia.

________________. 2008. Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan Dan

Konseling di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta

Surya Mohammad. 1988. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan

Teori).Kota Kembang: Yogyakarta.

______________. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka bani Quraisy. Winkel, W.S. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.


(1)

1.4Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan peneliti kemukakan adalah “Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017?”.

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017”.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, antara lain sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa.


(2)

1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1) Bagi Sekolah, dapat menjadi bahan evaluasi sekaligus memperkaya pengetahuan sekolah akan layanan Bimbingan Konseling dalam hal ini adalah layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy.

2) Bagi Guru BK, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy 2017 untuk lebih bisa mengurangi masalah kecemasan berbicara siswa sehingga mengkikis kecemasan berbicara siswa sehingga dapat meningkatkan cara berbicara siswa.

3) Bagi Siswa, dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy. Siswa dapat mengetahui penyebab, ciri-ciri dan faktor dari kecemasan berbicara sehingga dapat meningkatkan cara berbicara mereka.

4) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang kecemasan berbicara siswa.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji Wilcoxon, z n < z el yaitu -2,803<-1,96 sehingga Hipotesis diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya adalah “Ada pengaruh yang siginifikan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017”

2. Dengan adanya pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy terhadap kecemasan berbicara siswa secara signifikan, maka layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan dalam BK yang mampu menurunakan kecemasan berbicara siswa.

5.2 Saran

Adapun saran – saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru Bimbingan Konseling

Disarankan kepada guru bimbingan konseling untuk meningkatkan pelayanan konseling kelompok terutama konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy dalam menurunkan kecemasan berbicara siswa.


(4)

2. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan Kepala Sekolah lebih memfasilitasi ruangan kegiatan layanan bimbingan konseling, sebagai upaya menyelesaikan masalah-masalah yang dialami siswa

3. Bagi Siswa

Disarankan kepada siswa agar lebih percaya diri dalam berbicara dengan orang-orang sekitarnya dan berusaha mengurangi kecemasan yang dialami diri sendiri dengan mengubah pemikirannya yang irasional menjadi rasional.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti kecemasan berbicara siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada teknik lain seperti cognitif behavior dan Client-Centered lainnya. serta meneliti pengaruh

layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy seperti kecemasan sosial .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L., Atkinson, K. C., & Benn, D. J. 1996. Pengantar Psikologi. Terjemahan Kusuma, W. Jakarta : Erlangga.

Barlow, David H. & Durand, V. Mark. 1995. Abnormal Psychology. Amerika Serikat: Brook/Cole Publishing Company.

Chaplin. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Dr. Kartini Kartono.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Clark, Carolyn Chambers. 2006. Living Well with Anxiety: What Your Doctor Doesn't Tell You... That You Need to Know. New York : Harpencollin. Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.

Eresco.

Daradjat, Zakiah. 1961. Kesehatan Mental. Jakarta : PT Gunung Agung. Dayakisni, T., & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.

Dewi, A. P. & Andrianto, S. (2007). Hubungan Antara Pola Pikir dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan.(On-line.http://www28.indowebster.com/ac2d8c89734f144a0a1a 4f5790e6a83.phdf. Tanggal Akses: 04 Mei 2016)

Dinka, Radithya. 2010. Cara Cepat Belajar Public Speaking Secara Profesional.Magelang: Damar Media Publishing.

F. Talis. 1992. Mengatasi Rasa Cemas. Jakarta: Meitasara.

http://www.scribd.com/doc/39539509/kecemasan-berbicara (diakses pada tanggal 28 April 2016)

http://www.sabdaspace.org/mengatasi_rasa_cemas_ketika_berbicara_di_depan_ umum (diakses pada 05 Mei 2016)

http://socialanxietydisorder.about.com/od/overviewofsad/a/overview.htm (diakses pada 20 April 2016)

http://www.psychologymania.com/2012/06/kecemasan-berbicara-di-depan umum .html (diakses pada 05 Mei 2016)

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Fifth ed.). Jakarta: Erlangga.


(6)

Kurnanto,E.M. 2013. Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.Lazarus, R. 1976. Stress and Coping the Indian Experience . New Dhelhi: Saga Publication. Lazarus, RS. 1976. Paterns of Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha Ltd.

McCroskey, J. (1984). The Communication Apprehension Perspective. [On-line]. http://www.jamescmccroskey.com/publications/bookchapters/003_1984_C1 .pdf. Tanggal akses : 7 Februari 2009.

Natawidjaya, Rochman. 2009. Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung: Rizqi Press.

Nevid, J.S., Rathus, S.A.,& Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Olii, Helena. 2010. Public Speaking. Jakarta: PT Indeks.

Opt, S. K. & Loffredo, D. A. 2000. Rethinking Communication Apprehension : AMyers-Briggs Perspective. The Journal Psycholog, 134(5), 556-570. O'Connor, Frances. 2008. Frequently Asked Quetions about “academic anxiety.

New York: Rosen.

Rahayu, Ardani. 2004. Hubungan Pola Pikir Positif dengan Kecemasan Berbicara di Depan kelas. Jurnal Psikologi: UNDIP.

Safaria, Triantoro. 2012. Managemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Pengantar Teori Konseling. Cetakan II. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

________________. 2008. Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan Dan Konseling di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta

Surya Mohammad. 1988. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori).Kota Kembang: Yogyakarta.

______________. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka bani Quraisy. Winkel, W.S. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN RENCANA STUDI LANJUT MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA DI SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 11 75

PENURUNAN KECEMASAN SISWA SAAT BERKOMUNIKASI DENGAN GURU MENGGUNAKAN PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TEKNIK RELAKSASI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGRI 1 WAY LIMA TA 2012-2013

15 116 52

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PENURUNAN TINGKAH LAKU MENYIMPANG DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

0 11 63

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 59

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 50 68

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PERILAKUMEROKOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA METROTAHUN AJARAN 2014-2015

0 9 72

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN KORBAN BULLYING PADA SISWA SMA

2 5 10

PENERAPAN MODEL KONSELING RATIONAL EMOTIVE THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN SISWA KELAS XI IPASMA 1 MEJOBO KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 20112012

0 1 19