PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN

BEHAVIOR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

F. Ivana Yudiastri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

Kata kunci: bimbingan dan konseling, konseling kelompok, dandisiplin siswa di sekolah

ABSTRAK

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN

BEHAVIOR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

F. IVANA YUDIASTRI

Masalah penelitian ini adalah disiplin siswa di sekolah. Permasalahannya adalah apakah disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior? Tujuan penelitian untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior teknik positive reinforcement.

Metode yang digunakan bersifat quasi eksperiment dengan desain one-group pretest-posttest. Subjek sebanyak 10 siswa yang memiliki perilaku tidak disiplin. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior menggunakan uji wilcoxon, dari hasil analisis data post-test diperolehZhitung = -2,831 < Ztabel 0,05 = 1,645. Dengan demikian, Ha diterima, artinya bahwa disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior di SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2014/2015.

Kesimpulannya adalah disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior di SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2014/2015.

Saran yang diberikan adalah kepada, (1) Siswa hendaknya mengikuti kegiatan konseling kelompok untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah, (2) Guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan konseling kelompok secara rutin untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah, (3) Peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang disiplin siswa di sekolah menggunakan konseling kelompok dengan pendekatan behavior hendaknya dapat menggunakan subjek berbeda dan meneliti variabel lain dengan mengontrol variabel yang sudah diteliti sebelumnya.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

F. Ivana Yudiastri lahir di Baradatu tanggal 25 Juni 1992, merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak P. Suryanto dan Ibu E. Lusia.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal yang diawali dari: TK Bakti Baradatu tahun 1998; SD Fransiskus Pringsewu tahun 2004; SMP Xaverius Pringsewu tahun 2007; kemudian melanjutkan ke SMA Xaverius Pringsewu tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 2 Lambu Kibang, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Gunung Sari, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya

penulisan skripsi ini, dengan kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini

kepada:

Bapak dan ibuku tercinta, P. Suryanto dan E. Lusia yang selalu

memberikan inspirasi dan motivasi, terima kasih karena aku terlahir dari

kedua orangtua yang memberikan limpahan kasih kepada anak-anaknya

dengan tulus ikhlas, aku bersyukur karena memiliki kedua orangtua yang


(8)

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN

BEHAVIOR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

F. IVANA YUDIASTRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(9)

MOTTO

Barang siapa mengerjakan lebih dari apa yang dibayarkan kepadanya suatu

saat akan menerima lebih dari apa yang dikerjakan.


(10)

SANWACANA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kehadiran-Nya penulis mendapatkan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung serta selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi. selaku pembahas yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd., M.A. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA (Drs.Giyono, M.Pd., Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi., Ari Sofia, S.Psi.MA.,Psi, Diah Utaminingsih, S.Psi., M.A., Psi. Drs. Muswardi Rosra M.Pd., Drs. Syaifudin Latif, M.Pd., Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd., Citra Abriani Maharani, M.Pd.,


(11)

Kons., Yohana Oktariana, M.Pd dan semuanya) terima kasih untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah kalian berikan untukku selama perkuliahan.

7. Bapak Drs. Alamsyah sebagai kepala SMP Negeri 1 Gadingrejo yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu M.H.Rosmaladewi, S.Pd. selaku guru bimbingan dan konseling, serta seluruh dewan guru, staf tata usaha dan siswa-siswi SMP Negeri 1 Gadingrejo (RS, DW, MS, FS, RF, FW, AS, SM, FP, AE) yang telah bersedia membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

9. Kedua orangtuaku tercinta yang telah mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya serta membesarkanku dengan penuh kasih sayang.

10. Adik-adikku tersayang M. Pujiraharjo, C. Erico Dwi Cahyadi dan M. Yose Helda Aprili yang selalu memotivasi aku, serta mbak sepupuku V. Anita Sari yang selalu setia mendengarkan keluh kesahku dalam mengerjakan skripsi ini dan selalu memotivasiku, juga anjingku Browen dan Milo yang memberikan kecerian.

11. Patnerku D. Windi Anggoro terimakasih telah menjadi penyemangat baru. 12. Bulek Yuli sekeluarga, terimakasih telah memperhatikanku selama ini. 13. Pak Selamet dan Bu Elish terimakasih atas motivasinya.

14. Om Paulus sekeluarga, terimakasih telah memberikan motivasi.

15. Ibu Rombiah sekeluarga, terimakasih telah memperhatikanku selama dua tahun dikosan.

16. Ibu Tari beserta keluarga (Desty dan Ika), Elisabeth beserta keluarga, mba Ditta beserta keluarga, dan Lusi terimakasih telah memberikanku tempat. 17. Sahabatku (Ditta Anggraeni, Elisabeth Ocktarina Tarigan, Desty Wahyuning,

Lusi Mauludiah, Maisaroh Megga) yang sudah memberi motivasi, dukungan serta mendengarkan keluh kesahku selama mengerjakan skripsi ini.

18. Sahabat satu kontrakan (Mbak Ema dan Nesi) yang sudah aku anggap sebagai saudara dan adik-adik tingkatku BK 2012 (Riska, Vita, Devi, Ayu) yang sempat tinggal bersama terimakasih sudah menemaniku di kontrakan.

19. Sahabatku di SMP (Tyas, Vanny, Lia, Asih dan Windy) dan di SMA (Vira, Karina, Meilani dan Nia) yang masih mengingat persahabatan kita.


(12)

20. Sahabat seperjuangan Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010 (Emil, Nana Natalia, Nita, Erni, Novita, Bebby, Nay, Epi, Wella, Ajeng, Dyah, Nisa, Ayu, Lulu, Aan Pur, Amel, Desi, Eva, Jelita, Meilin, Noprita, Sefti, Wiwit, Adit, Dina, Efril, Fatwa, Febri, Galuh, Bang Boy, Nanang, Irsan, Ika, Putri, Sespita, Ara, Dewi, Tiwi, Edo, Dendra, dan Aan Edian) terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

21. Sahabat seperjuanganku di Desa Gunung Sari Yesi Elviyani, Dian Mustika, Rika Wildasari, Anggi Mutiara Putri, Farahita Maya Canty Dewi, Vandan Wiliyanti, Viola Indora, Arief Ardyansyah, Alexander Sitinjak, semuanya terima kasih atas canda tawa kalian, kekeluargaan dan kebersamaan itu membuat KKN dan PLBK begitu menyenangkan dan berarti dalam pengalaman hidup.

22. Teman-teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling (Angkatan 2007-2013) yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas masukan, saran, dan motivasinya.

23. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap agar skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 7

3. Pembatasan Masalah ... 7

4. Perumusan Masalah ... 8

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... ... 8

C. Kerangka Pemikiran ………... 9

D. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Disiplin Siswa di Sekolah dalam Bimbingan dan Konseling ... 15

1. Bimbingan Sosial ... 15

a. Pengertian Bimbingan ... 15

b. Pengertian Bimbingan Sosial ... 16

c. Tujuan Bimbingan Sosial ... 17

d. Fungsi Bimbingan Sosial ... 18

2. Pengertian Disiplin Siswa di Sekolah ... 19

3. Tujuan Disiplin Sekolah ... 19

4. Fungsi Disiplin Sekolah ... 20

5. Karakteristik Disiplin Siswa di Sekolah ... 21

6. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan... .. 22

7. Bentuk-bentuk Perilaku Pelanggaran Disiplin Sekolah... . 23

8. Aspek-aspek Kedisiplinan... ... 23

B. Layanan Konseling Kelompok ... 24

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok ... 24

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 25

3. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok ... 25

4. Tahap Penyelenggaraan Layanan Konseling Kelompok ... 28

5. Evaluasi kegiatan ……….. ... 34

6. Analisis Tindak Lanjut……… ... 34

C. Penggunaan Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Behavior dalam meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah ... 35


(14)

III. METODE PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian... .. 40

1. Variabel Penelitian ... 40

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Observasi ... 42

F. Uji Persyaratan Instrument ... 44

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reliabilitas ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

1. Gambaran Hasil Pra Konseling Kelompok ... 48

2. Deskripsi Data ... 50

3. Kegiatan Layanan Konseling Kelompok ... 51

4. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Konseling Kelompok ... 52

5. Data Hasil Penelitian ... 70

6. Deskripsi Hasil... ... 73

7. Analisis Data Hasil Penelitian... ... 99

8. Uji Hipotesis... ... 101

B. Pembahasan... ... 102

V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... ... 109 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Cheklist Observasi ... 43

4.1 Daftar Subyek Penelitian ... 49

4.2 Hasil Pretest ... 51

4.3 Hasil Posttest... ... 70

4.4 Hasil Pretest dan Posttest... ... 71

4.5 Data Disiplin Siswa di Sekolah Sebelum dan Sesudah Mengikuti Layanan Konseling Kelompok…... ... 73

1.6 Analisis hasil penelitian menggunakan uji Wilcoxon pada data Pretest-posttest... ... 100


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Observasi Disiplin Sekolah ... 110

2. Hasil Uji Ahli ... 113

3. Lembar Observasi ... 116

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 118

5. Data Pretest dan Posttest ... 124

6. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 126

7. Tabel Distribusi Z ... 127

8. Hasil Uji Wilcoxon ... 129

9. Peningkatan Presentase Disiplin Siswa di Sekolah ... 130

10. Modul... ... 133

11. Satuan Layanan ... 150

12. Narasi Konseling Kelompok ... 158


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 13

2.1 Tahap Pembentukan ... 30

2.2 Tahap Peralihan ... 31

2.3 Tahap Kegiatan ... 32

2.4 Tahap Pengakhiran ... 33

3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Rumus Uji Reliabilitas... ... 45

4.1 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah Siswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Layanan Konseling Kelompok ……… 72

4.2 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada RS……….... 75

4.3 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada DW ... 78

4.4 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada MS ... 81

4.5 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada FS... ... 83

4.6 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada RF... .... 86

4.7 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada FW... .... 88

4.8 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada AS... ... 91

4.9 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada SM... .... 93

4.10 Grafik Peningkatan Disiplin Sekolah pada FP... ... 96


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh pendidikan guna mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sekolah juga memiliki peraturan yang berlaku bagi warga sekolah yaitu tata tertib sekolah.

Gunawan (2012:266) mengatakan aturan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat negatif. Hukuman yang diberikan ternyata tidak ampuh untuk menangkal beberapa bentuk pelanggaran, malahan akan bertambah keruh permasalahan. Selain itu juga, dengan adanya tata tertib juga mencerminkan budaya sekolah yang baik, terutama dalam membina akhlak siswa.


(19)

2

Gunawan (2012:266) juga mengungkapkan bahwa disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal ini berkaitan dengan pengembangan karakter diri pada siswa sehingga dapat membangun pribadi yang disiplin selama menempuh pendidikan di sekolah. Artinya disiplin sekolah nantinya akan sangat bermaanfat bagi siswa di masa depannya untuk membentuk perilaku sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di tengah masyarakat.

Siswa yang disiplin adalah siswa yang taat terhadap peraturan dan tata tertib sekolah, taat terhadap kegiatan belajar di sekolah, taat terhadap norma-norma yang berlaku, taat dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan dilakukan.

Gunawan (2012:266) mengungkapkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasanya disebut disiplin siswa. Dari pengertian disiplin siswa di atas, maka yang dimaksud disiplin siswa di sekolah dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.


(20)

3

Siswa yang disiplin yaitu siswa yang menaati peraturan sekolah, contohnya; rajin masuk sekolah, masuk sekolah tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, mengikuti proses belajar dengan tertib, dll. Sedangkan siswa yang tidak disiplin yaitu siswa yang melanggar peraturan sekolah, contohnya; tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alpa), membolos, tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah), terlambat masuk sekolah, ribut saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dewasa ini peserta didik mulai tidak peduli lagi dengan kedisiplinan sekolah sehingga beberapa pihak sekolah mulai menerapkan peraturan yang lebih ketat agar siswa merasa lebih jera. Contohnya, sekarang ini beberapa sekolah menggunakan penerapan sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah yaitu dikenakannya sistem point bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Jika point yang dikenakan sudah memenuhi kapasitas sesuai dengan standar point yang ditentukan oleh peraturan sekolah maka pihak sekolah akan mengeluarkan siswa tersebut. Artinya masih banyak siswa yang melanggar tata tertib sekolah pihak sekolah memberikan bentuk peraturan baru dengan memberikan sanksi agar siswa merasa jera dengan perbuatan yang dilakukannya. Bentuk pelanggaran yang biasanya dilakukan oleh siswa seperti; terlambat, membolos, menyontek, tidak membawa PR (pekerjaan rumah), dan bentuk pelanggaran yang lainnya. Maka upaya pencegahan dan penanggulangan sangat dibutuhkan, dan di sinilah arti pentingnya disiplin siswa di sekolah.


(21)

4

Berdasarkan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Gadingrejo terdapat beberapa siswa yang memiliki disiplin siswa di sekolah rendah. Keterangan tersebut didapatkan saat melakukan observasi dengan mengamati perilaku siswa bersama dengan guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling lebih banyak berinteraksi dengan siswa dan mengetahui perilaku siswa dari catatan pelanggaran yang merupakan bentuk sistem poin di sekolah, guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo biasanya mengawasi siswa yang melakukan pelanggaran dengan mencatat perilaku siswa tersebut dibantu oleh ketua kelas yang mengetahui situasi yang terjadi di dalam kelas. Adapun siswa yang terlambat masuk sekolah atau tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) biasanya mencatat sendiri di dalam buku poin sehingga mereka mengetahui jenis pelanggaran apa yang dilakukan dan mendapatkan poin yang setara dengan jenis pelanggaran tersebut.

Dalam upaya peningkatan disiplin siswa di sekolah, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan sosial bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok sosial, bimbingan/konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior. Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sekelompok individu.


(22)

5

Sukardi (2002:58) mengungkapkan bahwa, “layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan

permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok”.

Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien-klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menggangu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.

Penggunaan layanan konseling kelompok disertai strategi dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah karena ketidakdisiplinan sekolah pada siswa merupakan bentuk tingkah laku maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan) sehingga peneliti mengunakan cara-cara pendekatan behavior untuk memodifikasi tingkah laku menjadi lebih


(23)

6

adaptif (dapat menyesuaikan diri dengan keadaan). Seperti yang dikatakan oleh Corey (Koswara, 2009:193) bahwa terapi tingkah laku menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.

Ketidakdisiplinan sekolah pada siswa merupakan tingkah laku yang kurang (deficit) sehingga tingkah laku tersebut perlu diterapi dengan menggunakan pendekatan untuk meningkatkan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Komalasari, dkk (2011) bahwa tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (execessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku deficit dapat diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Dalam hal ini positive reinforcement yaitu salah satu pendekatan behavior digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah pada siswa. Pengertian positive reinforcement menurut Walker dan Shea (Komalasari, dkk, 2011) adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa akan datang. Positive reinforcement digunakan dalam mengevaluasi proses konseling kelompok, dimana peneliti dapat mengamati tingkah laku yang diinginkan mucul kemudian diberikan stimulus sehingga diharapkan dengan pemberian positive reinforcement maka dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah pada siswa.


(24)

7

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti membuat suatu penelitian berjudul peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Terdapat siswa yang datang terlambat ke sekolah.

2. Terdapat siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alpa). 3. Terdapat siswa yang meninggalkan kelas tanpa izin (membolos). 4. Terdapat siswa yang memakai aksesoris berlebihan.

5. Terdapat siswa yang mengganggu temannya.

6. Terdapat siswa yang tidak mengerjakan tugas sekolah (PR). 7. Terdapat siswa yang menyontek saat ulangan.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar dalam penelitian ini tidak terjadi yang tidak diinginkan penulis membatasi masalah mengenai

“Peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.”


(25)

8

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan

masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: “Rendahnya disiplin siswa di sekolah.” Adapun permasalahannya adalah “Apakah terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015?”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan disiplin siswa di sekolah pada siswa kelas VIII dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a. Secara teoritis

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior.


(26)

9

b. Secara praktis

1. Siswa dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah melalui kegiatan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior.

2. Menambah pengetahuan guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior di sekolah terkait dengan peningkatan disiplin siswa di sekolah.

3. Bagi peneliti sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur berfikir peneliti serta keterkaitan antara variabel yang diteliti.

Berdasarkan judul penelitian yang telah peneliti ajukan, maka dapat disusun kerangka pemikiran yang diuraikan dibawah ini:

Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sedangkan sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan small community, suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan sekolah.


(27)

10

Gunawan (2012:266) mengungkapkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasanya disebut disiplin siswa. Dari pengertian disiplin siswa tersebut, maka yang dimaksud disiplin siswa di sekolah dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa disiplin sekolah pada siswa adalah sangat penting untuk keberhasilan siswa itu sendiri karena dapat dipergunakan untuk mengatur dan membatasi segala tindakan atau perbuatan agar kehidupan dan segala tindakannya terarah. Tata tertib merupakan satu hal yang sangat penting bagi kehidupan sebagai penyelenggara pendidikan. Faktor penting untuk dapat berlakunya tata tertib di sekolah adalah kedisiplinan sekolah pada siswa. Perilaku tertib disini erat kaitannya dengan disiplin, jika di sekolah siswa berperilaku tertib maka siswa tersebut dapat dikatakan sudah memaknai arti disiplin siswa di sekolah sepenuhnya dengan kata lain disiplin siswa di sekolah akan meningkat. Disiplin siswa di sekolah yang dimaksudkan disini yaitu seperti; datang ke sekolah tepat waktu, memakai seragam sesuai ketentuan sekolah, tidak membolos atau tidak meninggalkan kelas tanpa izin, rajin masuk sekolah, dll.

Namun kenyataannya, ketidakdisiplinan sekolah pada siswa masih banyak terjadi. Ketidakdisiplinan sekolah pada siswa yang dimaksud dalam hal ini


(28)

11

yaitu bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa siswa seperti; membolos, tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alpa), terlambat, tidak mengerjakan tugas sekolah, memakai seragam sekolah tidak lengkap, dll. Disiplin siswa di sekolah perlu ditingkatkan kembali agar perilaku siswa dapat dibentuk sehingga dimasa depannya menjadi pribadi yang terarah. Melalui layanan-layanan serta pendekatan yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya, siswa dapat merubah pola pikirnya bahwa apa yang dilakukannya itu salah dan apabila siswa tersebut melakukannya itu hanya akan merusak dirinnya. Sehingga setelah pemikiran siswa dirubah dan diarahkan kearah yang positif dan baik maka siswa mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya untuk merubah tingkah lakunya.

Untuk itu peran guru pembimbing sangat dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi permasalahan siswa. Berkenaan dengan itu, maka peneliti menggunakan layanan konseling kelompok. Ketidakdisiplinan siswa merupakan perilaku yang dilakukan berulangkali sehingga tanpa disadari perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan yang buruk. Untuk itu diperlukan upaya untuk merubah perilaku siswa yang sudah melekat pada diri siswa tersebut. Layanan konseling kelompok bersifat penyembuhan artinya disini dalam konseling kelompok dapat diberikan cara-cara yang ilmiah untuk memodifikasi perilaku yang diinginkan dengan bantuan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Sukardi (2002:58), bahwa layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh


(29)

12

kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Pendekatan behavior adalah metode yang tepat dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah karena pendekatan behavior mengunakan cara-cara yang lebih adaptif (dapat menyesuaikan diri dengan keadaan). Sesuai dengan pendapat Corey (Koswara, 2009:193) bahwa terapi tingkah laku menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Peneliti menggunakan positive reinforcement untuk mendorong siswa dalam memunculkan perilaku yang diinginkan. Walker dan Shea (Komalasari, dkk, 2011) positive reinforcement adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa akan datang. Ketidakdisiplinan sekolah pada siswa merupakan tingkah laku yang kurang (deficit) sehingga perlu diterapi dengan menggunakan pendekatan untuk meningkatkan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Komalasari, dkk (2011) bahwa tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (execessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku deficit dapat diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Diharapkan penggunaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah pada siswa.


(30)

13

Gambaran kerangka pikir dari penelitian ini:

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Dari gambar 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa disiplin siswa di sekolah yang rendah yaitu siswa yang melanggar tata tertib sekolah akan diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior sehingga diharapkan disiplin siswa di sekolah meningkat.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data atau fakta yang ada dan terjadi di lapangan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Disiplin siswa di sekolah rendah

Disiplin siswa di sekolah meningkat

Layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior


(31)

14

2) Hipotesis Nihil (Ho): Tidak terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melaluoi layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan uji statistik dengan uji wilcoxon. Jika Zhitung ≤ Ztabel maka Ho ditolak, sedangkan jika Zhitung ≥ Ztabel maka Ho diterima (Sudjana, 2002).


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Disiplin siswa di sekolah dalam Bimbingan Sosial 1. Bimbingan Sosial

a. Pengertian Bimbingan

Prayitno (1987:35), bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara continue dan sistematis. Bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksudkan adalah pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Sedangkan Winkel (1991:124), mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup.


(33)

16

Pada dasarnya bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai upaya pencegahan (preventive) dan pengembangan (developmental).

b. Pengertian Bimbingan Sosial

Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier. Penelitian ini membahas disiplin siswa di sekolah yang menyangkut pada layanan bimbingan dan konseling pada bimbingan sosial. Rahman (2003:41), bimbingan sosial adalah layanan yang diberikan kepada siswa untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik, menjadi pribadi yang bertanggungjawab.

Materi pokok dalam bidang bimbingan sosial antara lain;

1) Pengembangan kemampuan komunikasi, baik lisan maupun tulisan. 2) Kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat.

3) Pengembangan kemampuan bersosialisasi, baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat.

4) Pengembangan kemampuan menjalin hubungan secara harmonis dengan teman sebaya.

5) Pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara konsisten dan tanggung jawab.

6) Pemahaman tentang hubungan antar lawan jenis, dan akibat yang ditimbulkannya.

7) Pemahaman tentang hidup berkeluarga.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin siswa di sekolah termasuk ke dalam materi pokok dalam bidang bimbingan sosial yaitu terdapat pada poin kelima, pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara konsisten dan tanggung jawab.


(34)

17

c. Tujuan Bimbingan Sosial

Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai sesuatu perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan individu. Yusuf S. (Nurihsan, 2007:48), merumuskan beberapa tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan aspek sosial yakni sebagai berikut:

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lainnya, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat flukturatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai ajaran agama yang dianutnya.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

5) Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. 6) Memiliki kemampuan dan melakukan pilihan secara sehat.

7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.

10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik internal maupun dengan orang lain.

11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin siswa di sekolah termasuk ke dalam tujuan bimbingan sosial yaitu terdapat pada poin kedelapan, memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.


(35)

18

d. Fungsi Bimbingan Sosial

Fungsi merupakan bagian utama dari cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi aktivitas. Fungsi dalam bimbingan sosial menurut Nurihsan (2007:49), yaitu:

1) Berubah menuju pertumbuhan

Pada bimbingan sosial konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan bagi diri dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa, sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.

2) Pemahaman diri secara penuh dan utuh

Individu memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang.

3) Belajar berkomunikasi yang lebih sehat

Bimbingan sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya.

4) Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat

Bimbingan sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat.

5) Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh

Melalui bimbingan sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan dan inspirasinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin siswa di sekolah termasuk ke dalam fungsi bimbingan sosial yaitu terdapat pada poin keempat, bimbingan sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat.


(36)

19

2. Pengertian Disiplin Siswa di Sekolah

Prijodarminto (Tulus, 2004) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.

Kemudian Gunawan (2012:266) mengungkapkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasanya disebut disiplin siswa.

Dari pengertian disiplin menurut para ahli di atas, maka yang dimaksud disiplin siswa di sekolah adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

3. Tujuan Disiplin Sekolah

Adanya disiplin sekolah sebagaimana dikatakan Joan Gaustad Moles (Gunawan, 2012:269) mengemukakan:

School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an enviroment conducive to learning.” Ungkapan senada dikatakan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change.” Maka dengan demikian disiplin sekolah bertujuan untuk: (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.


(37)

20

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin sekolah yaitu sebagai pedoman bagi siswa agar dapat memilah mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak, sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. 4. Fungsi Disiplin Sekolah

Disiplin sekolah memiliki tujuan yang hendak dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Brown dan Brown (Gunawan, 2012: 269-270), tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal berikut:

a) Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.

b) Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungannya.

c) Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

d) Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

e) Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.

f) Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari disiplin sekolah yaitu sebagai model bagi siswa untuk dapat memilih tindakan mana yang


(38)

21

harus dilakukan sebagai seorang pelajar sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.

5. Karakteristik Disiplin Siswa di Sekolah

Hyman dan Snock (Gunawan, 2012:266), karakteristik dari disiplin siswa di sekolah, yaitu:

1. Disiplin berpakaian yaitu; cara berpakaian siswa dapat menggambarkan bagaimana siswa bersikap dan mencerminkan tingkat kerapian serta kemauan siswa dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang merupakan salah satu tujuan peningkatan disiplin siswa di sekolah. 2. Disiplin ketepatan waktu yaitu; datang ke sekolah tepat waktu

merupakan point pertama yang dapat di lihat bahwa sikap siswa mencerminkan kedisiplinan pada jam masuk sekolah. Masuk sesuai dengan jam yang telah ditentukan oleh pihak sekolah berarti memperlancar kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan sehingga tidak menggangu aktivitas belajar di sekolah. Selain itu, mengumpulkan tugas tepat waktu juga memperlancar proses pembelajaran di kelas.

3. Disiplin perilaku sosial yaitu; disiplin perilaku sosial digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana disiplin sekolah yang telah diterapkan mampu membawa dampak terhadap perubahan perilaku sosial pada siswa kearah yang lebih baik. Disiplin perilaku sosial lebih dominan dibandingkan dengan disiplin sekolah yang lainnya, karena baik buruknya perilaku siswa menjadi tolok ukur utama keberhasilan peningkatan disiplin siswa di sekolah. Selain itu, disiplin berpakaian, disiplin ketepatan waktu dan disiplin dalam etika belajar tidak dapat dilepas dari pengaruh perilaku sosial pada siswa.

4. Disiplin dalam etika belajar yaitu; kegiatan belajar mengajar memerlukan kedisiplinan dalam etika belajar karena berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Etika belajar yang dimaksud yaitu tata krama di dalam kelas saat berlangsungnya aktivitas belajar mengajar sesuai dengan nilai-nilai dasar di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik disiplin siswa di sekolah adalah siswa yang taat akan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Keempat karakteristik tersebut berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang meliputi waktu masuk sekolah dan keluat


(39)

22

sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktivitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktivitas belajar di sekolah.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Ekosiswoyo dan Rachman (2000), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:

Dari sekolah, contohnya:

a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.

b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.

c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.

Dari keluarga, contohnya:

a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.

b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak hanya dari faktor internal saja yang mempengaruhi kedisiplinan siswa di sekolah, ada juga faktor eksternal yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang dapat mendukung rasa taat siswa akan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.


(40)

23

7. Bentuk-Bentuk Perilaku Pelanggaran Disiplin Sekolah

Kooi dan Schutx (Sukadji, 2000) menyebutkan hal-hal yang dianggap sebagai perilaku pelanggaran disiplin dapat digolongkan dalam lima kategori umum, yaitu:

a. Agresi fisik (pemukulan, perkelahian, perusakan, dan sebagainya). b. Kesibukan berteman (berbincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung

ke tempat duduk teman tanpa izin).

c. Mencari perhatian (mengedarkan tulisan-tulisan, gambar-gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari pelajaran).

d. Menantang wibawa guru (tidak mau nurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan sebagainya), dan membuat perselisihan (mengkritik, menertawakan, mencemoohkan).

e. Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos, dan ”kabur”, mencuri dan menipu, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan, mengompas (memeras teman sekolah), serta menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pelanggaran disiplin sekolah yaitu dengan berbagai bentuk perilaku negatif yang menyimpang dari peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

8. Aspek- aspek Kedisiplinan

Prijodarminto (1994), menyebutkan disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah :

a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

b. Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

c. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kedisiplinan adalah pemahaman yang baik akan peraturan dan tata tertib, sikap mental


(41)

24

yang taat akan peraturan dan tata tertib, dan sikap kelakuan yang positif dalam mentaati peraturan dan tata tertib.

B. Layanan Konseling Kelompok

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling memperdulikan di antara peserta konseling kelompok. Klien-klien dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persolan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.

Sukardi (2002:58), “layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok”.


(42)

25

Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, layanan konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok adalah kegiatan konseling yang dilakukan dalam suasana kelompok sehingga diharapkan individu dapat mandiri dengan bantuan anggota kelompok.

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok bertujuan untuk memecahkan masalah individu dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Menurut Prayitno (Tohirin, 2007:67) tujuan layanan konseling kelompok yaitu:

“Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain yang menjadi peserta layanan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan konseling kelompok yang jelas menjadi suatu keharusan agar kegiatan tersebut dapat terarah dan terlaksana secara optimal.

3. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok

Prayitno (2004:4-12) dalam layanan konseling kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.


(43)

26

a. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah komponen yang penting dalam konseling kelompok. Dalam kegiatan konseling kelompok, pemimpin kelompok memiliki peranan. Prayitno (1995), menjelaskan peranan pemimpin kelompok adalah memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan konseling kelompok, memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok, memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok, dan sifat kerahasian dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.

b. Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok, tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota konseling kelompok. Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana seharusnya. Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok), dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.


(44)

27

c. Dinamika kelompok

Selain pemimpin kelompok dan anggota kelompok, komponen konseling kelompok yang tak kalah penting adalah dinamika kelompok. Dalam kegiatan konseling kelompok dinamika konseling kelompok sengaja ditumbuhkembangkan, karena dinamika kelompok adalah interaksi interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok. Interaksi yang interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung dan cenderung untuk membentuk interaksi yang berarti dan bermakna di dalam kelompok.

Cartwright dan Zander (Wibowo, 2005) mendeskripsikan dinamika kelompok sebagai suatu bidang terapan yang dimaksudkan untuk peningkatan pengetahuan tentang sifat/cirri kelompok, hukum perkembangan, interelasi dengan anggota, dengan kelompok lain, dan dengan anggota yang lebih besar. Prayitno (1995), menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kelompok antara lain :

“tujuan dan kegiatan kelompok; jumlah anggota; kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok; kedudukan kelompok; dan kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berinteraksi sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima, kebutuhan akan rasa aman, serta kebutuhan akan bantuan moral.” Kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Dinamika


(45)

28

kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan konseling kelompok. Konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Dinamika kelompok unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.

Melalui dinamika kelompok, setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan kediriannya dalam interaksi dengan orang lain. Dinamika kelompok akan terwujud dengan baik apabila kelompok tersebut, benar-benar hidup, mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai, dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok, juga sangat ditentukan oleh peranan anggota kelompok.

4. Tahap penyelenggara layanan konseling kelompok

Ada empat (4) tahap yang harus dilaksanakan dalam layanan konseling kelompok, yaitu:

a. Tahap Pembentukan

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah seperti pengenalan dan pengungkapan tujuan, terbangunnya kebersamaan, keaktifan pemimpin kelompok, penglibatan diri dan pemasukan diri .


(46)

29

b. Tahap Peralihan

Tahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.

c. Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan pencapaian tujuan atau penyelesaian tugas. Dalam tahap ini, kegiataan yang dilakukan seperti mengemukaan masalah, pemilihan masalah atau topik, serta pembahasan masalah atau topik.

d. Tahap Penutup

Tahap ini merupakan tahap penilaian atau tindak lanjut. Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan seperti frekuensi pertemuan, pembahasan, keberhasilan kelompok, dan pola keseluruhan. Tahap– tahap ini merupakan suatu kesatuan dalam seluruh kegiatan kelompok.


(47)

30

Gambar 2.1 Tahap Pembentukan dalam Layanan Konseling Kelompok TAHAP I

PEMBENTUKAN

Tema : - Pengenalan diri - Pelibatan diri - Pemasukan diri

Tujuan:

1. Angggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.

2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota

mengikuti kegiatan kelompok. 4. Tumbuhnya saling mengenal,

percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota.

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.

6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

Kegiatan :

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan konseling kelompok.

2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan

kelompok.

3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.

4. Teknik khusus. 5. Permainan

penghangatan/pengakraban.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan.

2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.

3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.


(48)

31

Gambar 2.2 Tahap Peralihan dalam Layanan Konseling Kelompok TAHAP II

PERALIHAN

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan:

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan. 3. Makin mantapnya minat untuk

ikut serta dalam kegiatan kelompok.

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.

2. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang

terjadi.

4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. 5. Kalau perlu kembali ke

beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaan atau permasalahan.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.


(49)

32

Gambar 2.3 Tahap Kegiataan dalam Layanan Konseling Kelompok TAHAP III

KEGIATAN

(Dalam Konseling Kelompok) Pembahasan Masalah Klien

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan, yaitu pembahasan masalah klien

Tujuan:

1. Terbahasnya dan terentaskannya masalah klien (yang menjadi anggota kelompok). 2. Ikutsertanya seluruh anggota kelompok dalam menganalisis masalah klien serta mencari jalan keluar dan pengentasannya.

Kegiatan :

1. Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapat bantuan kelompok untuk pengentasannya.

2. Kelompok memilih masalah mana yang

hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua, ketiga, dst.

3. Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci masalah yang dialaminya.

4. Seluruh anggota kelompok ikut serta membahas masalah klien melalui berbagai cara, seperti bertanya, menjelaskan,

mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan pengalaman pribadi, menyarankan.

5. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan kelompok.

6. Kegiatan selingan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.

3. Mendorong, menjelaskan, memberi penguatanm menjembatani dan mensikronisasi, memberi contoh, (serta, jika perlu melatih klien) dalam rangka mendalami permasalahan klien dan mengentaskannya.


(50)

33

Gambar 2.4 Tahap Pengakhiran dalam Layanan Konseling Kelompok TAHAP IV

PENGAKHIRAN

Tema : Penilaian dan Tindak Lanjut

Tujuan:

1. Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. 2. Terungkapnya hasil kegiatan

kelompok yang telah dicapai. 3. Terumuskannya rencana

kegiatan lebih lanjut.

4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa

kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok

mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Peminpin kelompok dan anggota mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan

harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota.

3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4. Penuh rasa persahabatan dan empati.


(51)

34

5. Evaluasi Kegiatan

Penilaian kegiatan konseling kelompok tidak ditujukan pada “hasil belajar” yang berupa penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh para peserta, melainkan diorientasikan pada pengembangan pribadi klien dan hal-hal yang dirasakan oleh mereka berguna. Dalam konseling kelompok, penilaian hasil kegiatan dapat diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya dibahas. Peserta tersebut diminta mengungkapkan sampai seberapa jauh kegiatan kelompok telah membantunya memecahkan masalah yang dialaminya.

6. Analisis Tindak Lanjut

Analisis dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggara layanan. Dari sini akan dikaji apakah hasil pembahasan/pemecahan masalah sudah tuntas atau masih ada aspek yang belum dijangkau dalam pembahasan tersebut. Dalam analisis, konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau kembali secara cermat hal-hal tertentu yang perlu diperhatikan seperti: penumbuhan dan jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas/heterogenitas anggota kelompok, kedalaman dan keluasan pembahasan, kemungkinan keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimunculkan dalam kelompok, dampak pemakaian teknik tertentu oleh pemimpin kelompok, dan keyakinan penerapan teknik-teknik baru, masalah waktu, tempat, dan bahan acuan, perlu narasumber lain dan sebagainya. Dengan demikian, analisis tersebut dapat tolehan kebelakang dapat pula tinjauan kedepan.


(52)

35

C. Penggunaan Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Behavior Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah

Myers (Prayitno, 2004:113), mengemukakan bahwa pengembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri sendiri individu merupakan tujuan dari semua upaya bimbingan dan konseling. Maka dari itu, perubahan siswa yang memiliki disiplin siswa di sekolah yang rendah agar menjadi meningkat merupakan perubahan positif yang menjadi bagian dari tujuan bimbingan dan konseling.

Keterkaitan antara disiplin siswa di sekolah dan konseling kelompok tampak jelas dalam pelaksanaan konseling kelompok. Dalam pelaksanaan konseling kelompok terdapat suatu keadaan yang membangun suasana menjadi lebih aktif dan lebih bersahabat, keadaan itu adalah dinamika kelompok. Dengan adanya dinamika kelompok itulah siswa mengembangkan diri dan memperoleh banyak keuntungan.

Masalah disiplin siswa di sekolah pada siswa yang rendah seperti melanggar tata tertib di sekolah merupakan bentuk perilaku siswa. Dengan konseling kelompok siswa dapat menggungkapkan masalah-masalah yang dialaminya kepada anggota kelompok yang memiliki masalah sama terkait dengan disiplin siswa di sekolah yang rendah.

Layanan konseling kelompok memiliki dua fungsi yaitu fungsi pencegahan dan penyembuhan, dikaitkan dengan perilaku ketidakdisiplinan pada siswa maka dalam memberikan layanan konseling kelompok dapat dilakukan upaya pendekatan untuk memodifikasi perilaku tersebut agar meningkat. Seperti


(53)

36

pendapat Fudyartanto (2002) yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia dapat diubah atau dimanipulasi, dengan cara mengendalikan tingkah laku manusia, yaitu dengan mengontrol perangsang-perangsang yang ada di lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku disiplin siswa di sekolah pun dapat dikembangkan dengan jalan memanipulasinya menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior, layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior menekankan pada penguatan perilaku positif. Pendekatan behavior adalah metode yang tepat dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah karena pendekatan behavior mengunakan cara-cara yang lebih adaptif (dapat menyesuaikan diri dengan keadaan). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Gadingrejo, bentuk perilaku tidak disiplin siswa di sekolah seperti; membolos, alpa, terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah), dll merupakan bentuk tingkah laku maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan) sehingga perlu dilakukan upaya pengubahan tingkah laku siswa tersebuh kearah yang lebih adaptif. Sesuai dengan pendapat Corey (Koswara, 2009:193) bahwa terapi tingkah laku menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Melalui penerapan layanan konseling kelompok pendekatan tingkah laku akan dapat dibentuk perilaku disiplin siswa di sekolah yang lebih baik.

Siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo yang melanggar peraturan sekolah belum terbiasa dengan keadaan yang terjadi dalam lingkup sekolah sehingga perilaku maladaptif muncul, yaitu perilaku yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan atau situasi yang ada di sekitarnya. Siswa tersebut perlu dibiasakan


(54)

37

untuk menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada di sekolah, seperti jam masuk sekolah, waktu untuk mengumpulkan PR (pekerjaan rumah), mengunakan seragam sesuai ketentuan sekolah, mengikuti proses belajar dengan tertib dan lain sebagainya. Kebiasaan tersebut perlu ditanamkan dalam diri siswa. Pendekatan behavior dilakukan untuk memodifikasi perilaku siswa yaitu dengan memberikan positive reinforcement yang bermakna bagi siswa tersebut sehingga diharapkan setelah pemberian penguat tersebut perilaku siswa dapat terus berlanjut dan menetap dalam dirinya. Walker dan Shea (Komalasari, dkk, 2011) mengartikan bahwa positive reinforcement adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa akan datang. Positive reinforcement merupakan peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi karena bersifat disenangi. Dalam kaitannya dengan disiplin siswa di sekolah yaitu ketika siswa mampu menunjukkan peningkatan disiplin siswa di sekolah maka siswa tersebut diberikan penguatan berupa penghargaan dengan harapan akan kembali meningkat dan mempertahankan peningkatan perilaku tersebut.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Gadingrejo yang berlokasi di Jalan Raya Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi eksperiment. Sukardi (2008:16), mengemukakan penelitian quasi experiment dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Peneliti melihat hasil dari pemberian layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII menggunakan satu kelompok eksperimen dan subjek dipilih dari hasil observasi perilaku disiplin siswa di sekolah pada siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo.

Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yaitu suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah pemberian perlakuan (Sugiyono, 2010:110-111). Pada desain ini dilakukan dua kali pengukuran, pengukuran pertama dilakukan dengan menggunakan observasi


(56)

39

O1 X O2

disiplin siswa di sekolah sebelum diberi konseling kelompok dengan pendekatan behavior dan pengukuran kedua dilakukan dengan menggunakan observasi disiplin siswa di sekolah setelah diberi konseling kelompok dengan pendekatan behavior. Pendekatan ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.

Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

O1 = Keadaan disiplin siswa di sekolah pada siswa sebelum diberi perlakuan. X = Perlakuan yang diberikan (layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior).

O2 = Keadaan disiplin siswa di sekolah pada siswa setelah diberi perlakuan. C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo yang memiliki disiplin siswa di sekolah rendah. Untuk mengetahui disiplin pada siswa yang rendah atau untuk mendapatkan subjek penelitian, peneliti mengumpulkan data-data siswa kelas VIII yang pernah melanggar tata tertib sekolah dalam buku catatan pelanggaran. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terlebih dahulu dengan guru bimbingan dan konseling yang mengasuh kelas VIII sehingga dari hasil wawancara dan pengumpulan data-data tersebut maka siswa yang sering melanggar tata tertib


(57)

40

sekolah yang berarti disiplin siswa di sekolahnya rendah dijadikan sebagai subjek penelitian. Karena penelitian ini akan melihat perilaku pada subyek, maka yang dijadikan subyek adalah siswa yang berperilaku tidak disiplin. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo terdapatlah 10 orang siswa yang memiliki perilaku tidak disiplin.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Hadi (Arikunto, 2010:159), mendefinisikan variabel sebagai objek penelitian yang bervariasi. Jadi yang dimaksud variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas (indpendent) dan variabel terikat (dependent), yaitu :

a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang dalam sebuah penelitian dijadikan penyebab atau berfungsi mempengaruhi variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior.

b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel utama dalam sebuah penelitian. Variabel ini akan diukur setelah semua perlakuan dalam penelitian selesai dilaksanakan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah disiplin siswa di sekolah.


(58)

41

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep yang digunakan. Definisi operasional variabel dalam penelitian meliputi :

1) Disiplin siswa di sekolah

Disiplin siswa di sekolah adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Adapun indikator dari disiplin siswa di sekolah terbagi ke dalam beberapa macam, antara lain:

1. Disiplin berpakaian 2. Disiplin ketepatan waktu 3. Disiplin perilaku sosial 4. Disiplin dalam etika belajar

2) Layanan Konseling Kelompok Pendekatan Behavior

Konseling Kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilakukan melalui dinamika kelompok dan terfokus membahas permasalahan pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Pendekatan behavior digunakan dalam kegiatan konseling kelompok.


(59)

42

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan, guna mencapai objektifitas yang tinggi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi. Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data dengan mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama pengamatan, baik secara langsung atau tidak langsung, sehingga diperoleh data tingkah laku tampak, apa yang dikatakan dan apa yang diperbuatnya. Observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Gadingrejo untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior. Perilaku disiplin siswa di sekolah adalah perilaku yang tampak sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data siswa yang memiliki disiplin siswa di sekolah yang rendah, seperti terlambat datang ke sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, dan sebagainya.


(60)

43

Berikut ini merupakan kisi-kisi observasi yang akan digunakan sebagai instrumen pengumpulan data:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Cheklist Observasi

Variabel Indikator Deskriptor No. Item Disiplin siswa di sekolah 1. Disiplin Berpakaian 2. Disiplin Waktu 3. Disiplin perilaku sosial 4. Disiplin dalam etika belajar

1.1Memakai seragam tidak sesuai dengan ketentuan sekolah

1.2Tidak memakai atribut sekolah

1.3Memakai aksesoris berlebihan

2.1Terlambat datang ke sekolah atau ke kelas 2.2Meninggalkan kelas

tanpa izin

2.3Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 2.4Mengumpulkan tugas

tidak tepat waktu 3.1Mencuri atau merusak

barang milik orang lain atau milik sekolah 3.2Mengintimidasi atau

mengancam sesama siswa secara non-verbal 4.1 Menggangu teman saat

KBM berlangsung 4.2 Membuat kegaduhan

sehingga kelas menjadi ribut

4.3 Tidak membawa buku pelajaran atau tugas (PR) atau mengerjakan PR di sekolah

4.4 Mencontek saat ulangan

1, 2, 3, 4

5, 6, 7, 8, 9, 10

11, 12, 13 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

Kisi- kisi cheklist observasi telah mengalami perubahan saat di uji ahli dan di uji cobakan sehingga ada beberapa pernyataan dan item yang


(61)

44

gugur. Hasil sebelum dan sesudah gugur dapat di lihat pada lampiran 1 halaman 110-112.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka instrumen pengumpulan data harus memenuhi persyaratan yang baik, instrumen yang baik dalam suatu penelitian harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. 1. Uji Validitas

Pada penelitian ini, peneliti mengunakan validitas isi (Content Validity). Sugiyono (2010:182) menyatakan bahwa pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan atau untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat para ahli (judgment experts). Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi isi adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Sehingga untuk mendapatkan validitas observasi yang berupa checklist peneliti akan melakukan uji ahli untuk mengetahui sejauh mana aitem-aitem checklist mencerminkan disiplin siswa di sekolah. Dalam hal ini, setelah kisi-kisi lembar observasi disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku tidak disiplin yang akan diukur, maka selanjutnya di uji ahli oleh dosen pembimbing dan pengajar di program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (hasil yang diperoleh dari


(1)

Keterangan:

KK = koefisien kesepakatan

S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama N1 = jumlah kode yang dibuat pengamat I

N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Dalam melakukan uji penelitian ini digunakan 20 item yang valid dan di uji cobakan di SMP Negeri 1 Pringsewu. Hasil yang didapat melalui uji koefisien kesepakatan yaitu 0,785 (lampiran 4 halaman 123). Kriteria hasil reliabilitas dalam penelitian ini tergolong tinggi, maka dapat dikatakan instrumen ini reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan penelitian, dengan adanya peningkatan disiplin siswa di sekolah setelah pemberian layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior dapat dihitung menggunakan rumus uji Wilcoxon.

Alasan peneliti menggunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian kurang dari 25, distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2005), maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan

Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini akan menguji Pretest dan

posttest, dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest

dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Pelaksanaan uji Wilcoxon untuk

menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science)16.


(2)

47

Kaidah keputusan:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).

Pada output didapat nilai z hitung adalah -2,831 (lampiran 8 halaman 129). Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga Ztabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka Ztabel = 1,645 (lampiran 7 halaman 127-128). karena z

output < z table (-2,831 < 1,645) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 1 Gadingrejo, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik disiplin siswa di sekolah yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon, Zhitung = -2,831 < Ztabel = 1,645 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Kesimpulan Penelitian

Konseling kelompok pendekatan behavior dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa di sekolah kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo. Hal ini ditunjukkan dari adanya perubahan perilaku dari sepuluh subyek dalam


(4)

109

penelitian ini, yang sebelumnya memiliki perilaku tidak disiplin, dan setelah diberikan perlakuan dengan layanan konseling kelompok pendekatan behavior kepada sepuluh subyek tersebut, perilaku disiplin siswa di sekolah mengalami peningkatan.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan dari penelitian ini, maka dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa

Siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo hendaknya mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah.

2. Kepada guru bimbingan dan konseling

Guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan layanan konseling kelompok secara rutin untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah yang rendah pada khususnya, dan untuk memecahkan berbagai permasalahan lain pada umumnya.

3. Bagi peneliti lain

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior hendaknya dapat menggunakan subjek yang berbeda dan meneliti variabel lain seperti disiplin belajar, disiplin diri dan ketidakdisiplinan dengan mengontrol variabel-variabel yang sudah diteliti sebelumnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

_______. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Ekosiwoyo, R. Dan Rachman, M. 2000. Menejemen Kelas. Semarang: IKIP Press

Fudyartanto, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Jogjakarta: Global Pustaka Ilmu

Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta

Komalasari. G, Wahyuni. E, dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik konseling.

Jakarta Barat: Indeks

Koswara, E. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama

Mungin, W. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UPT Unnes Press.

Nurihsan dan Yusuf. 2007. Psikologi Remaja. Surabaya: PT Usaha Nasional Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil). Padang: Ghalia Indonesia.

_______. 1987. Profesionalisme Konseling & Pendidikan Konselor. Padang: FIP.IKIP

_______. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang


(6)

Prijodarminto, S. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Abadi, Cet. IV Rahman, H. S. 2003. Bimbingan & Konselling pola 17. Yogyakarta: UCY

Press Yogyakarta.

Soetarlinah, S. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sukardi, D. K. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, S. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah .Jakarta: PT Grafindo

Persada.

Tololiu, D. 2005. Meningkatkan Disiplin Siswa Melalui Bimbingan Individual

Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo

Tulus, T. 2004. Peran dan Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo


Dokumen yang terkait

UPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

5 35 71

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 69

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 70

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR DI SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 50 68

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENINGKATAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP TRIMULYA KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 2 73

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 18 81