5.1. Pembahasan
5.2.1. Pengetahuan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Gastritis
Hasil penelitian tentang pengetahuan mahasiswa mengenai faktor penyebab timbulnya gastritis menunjukkan mayoritas dalam kategori tinggi yaitu
81 mahasiswa 92,0 lihat tabel 5.3. Karena pengetahuan itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock 1999 yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan, maka hidup manusia semakin berkualitas, pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan,
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dari hasil penelitian diperoleh, semua mahasiswa merupakan tamatan dari SMU bahkan ada yang sudah
menamatkan diploma dan melanjutkan ke jenjang sarjana dan seluruhnya berpengetahuan baik hal ini mungkin disebabkan karena mereka merupakan
mahasiswa keperawatan dan sudah pernah menerima mata kuliah tentang gastritis pada mata kuliah medikal bedah atau ilmu penyakit dalam.
Dari data distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa mahasiswa cenderung memiliki pengetahuan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
2003, bahwa pengetahuan lebih banyak bergantung pada paparan informasi mengenai suatu hal. Dengan demikian, tingkat pengetahuan seseorang tergantung
dari faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi, seperti motivasi untuk mendapatkan informasi, serta akses terhadap berbagai
sumber informasi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan mahasiswa mengenai gastritis merupakan pengetahuan mahasiswa tentang radang jaringan dinding lambung yang timbul akibat infeksi
virus atau bakteri patogen yang masuk kedalam saluran pencernaan Endang, 2001. Mahasiswa telah banyak mengetahui mengenai gastritis, hal itu diketahui
dari jawaban mahasiswa yang menyatakan bahwa gastritis merupakan radang jaringan dinding lambung yang disebabkan karena waktu makan yang tidak
teratur, selain itu gastritis disebabkan karena asam lambung yang berlebihan. Para mahasiswa pernah mengalami gangguan pada daerah perut seperti rasa mual dan
lambung terasa perih. Hal ini sejalan dengan pendapat Raifudin 2010 bahwa gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada
perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit
seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula
disertai demam, menggigil kedinginan, cegukan hiccups Hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti kepada para mahasiswa
ternyata kebanyakan menunda waktu makan demi penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, sehingga waktu yang seharusnya dilakukan untuk makan, tidak
menjadi rutinitas penting, akibatnya lambung menjadi sakit dan perih akibat menunda makan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifianto, 2009 bahwa bila
penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka ulkus yang dikenal dengan tukak
lambung. Sejalan itu juga menurut Surya dan Marshall 2007 mengatakan bahwa .
Universitas Sumatera Utara
gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
Disamping itu mahasiswa merasa tidak lapar jika stress menghadapi suatu masalah baik mengenai pribadinya maupun mengenai perkuliahannya, selain itu
pola makan dan kebiasan makan yang tidak baik seperti mengkonsumsi snack, minuman kalengsoft drink sehingga kemungkinan mahasiswa dapat mengalami
gastritis. Hal ini sejalan dengan pendapat O’Connor 2007 bahwa stres dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat stres, orang cenderung makan
lebih sedikit, stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya,
lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa luka. Sejalan dengan itu, menurut Herlan 2001 bahwa sekitar 20 faktor etiologi dari gastritis akut yaitu
terlalu banyak makanan yang berbumbu atau pada orang yang sering meminum alkohol dan bahan kimia lainya yang dapat menyebabkan peradangan dan
perlukaan pada lambung. Berdasarkan hasil analisis data dari mahasiswa menunjukkan bahwa 52
mahasiswa mengalami gastritis 59,1 lihat tabel 5.1 dan gejala-gejala gastritis itu seperti rasa perih dan panas di bagian ulu hati hal, mual,kembung dan muntah
94,3 lihat lampiran 3 dan akan kambuh bila mahasiswa itu sendiri terlalu banyak makan, juga kurang asupan makanan serta diperberat oleh stres.92,4
lihat lampiran 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Melilea dan Fahrur 2009 bahwa orang yang mempunyai masalah dengan gastritis berupa nyeri atau rasa
panas di daerah ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan dan rasa
Universitas Sumatera Utara
cepat kenyang yang telah berlangsung minimal selama 3 bulan dalam rentang waktu selama 6 bulan. Dari definisi ini jelas bahwa tentunya orang mempunyai
penyakit gastritis yang fungsional jika merasakan keluhan pada lambung sudah berlangsung lama. Juga faktor stres yang dialami seseorang terutama faktor
kecemasan ansietas akan meningkatkan keluhan pada lambung.
5.2.2. Perilaku Pencegahan Gastritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa mayoritas dalam kategori kurang yaitu 61 mahasiswa 69,3 lihat
tabel 5.4. Menurut teori Green dalam Notoatmodjo 2003 berpendapat bahwa perilaku individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu,
kerentanan, faktor-faktor sosial dan psikologis, faktor sosio-demografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung dan rugi dari
perilakunya tersebut. Perilaku ini dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya. Pandangan seseorang tentang masalah kesehatanya saat
ini dan bagaimana dia menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan informasi seberapa jauh pengetahuanya mengenai masalahnya dan pengaruhnya
terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari Notoatmodjo, 2003. Dari hasil analisis tiap pertanyaan yang peneliti lakukan maka perilaku
yang sering dilakukan mahasiswa dalam pencegahan penyakit gastritis yaitu jarang sarapan pagi sebelum berangkat ke kampus 54 mahasiswa 61,4 dan
malas makan setiap menghadapi masalah yang berat.sebanyak 40 mahasiswa 45,5.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan analisis data dari perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa ada 41 mahasiswa 46,6 yang kadang-kadang makan tepat waktu
dan hanya 20 mahasiswa 22,7 yang selalu tepat waktu makan meskipun banyak tugas dari kampus, selain itu mahasiswa suka memakan makanan yang
asam ada sekitar 60 mahasiswa 68,2.Sekitar 51 mahasiswa 58,0 yang suka makan di pinggir jalan. Dari hasil analisis data perilaku pencegahan gastritis yang
dilakukan pada mahasiswa ada 54 mahasiswa 61,4 kadang-kadang sarapan pagi sebelum berangkat ke kampus dan ada 7 mahasiwa 8,0 yang selalu
sarapan pagi sebelum berangkat kekampus. Selain itu mahasiswa suka meminum minuman bersoda misal; coca-colal, sprite, dll sekitar 52 mahasiswa 59,1`,
dan mahasiswa kadang-kadang makan tidak teratur ada sekitar 48 mahasiswa 54,5. Dan hanya 10 mahasiswa yang makan teratur 11,4. Setiap
menghadapi masalah yang berat mahasiswa menjadi malas makan ada 40 mahasiswa 45,5 lihat lampiran 4. Hal ini disebabkan karena mahasiswa
menganggap bahwa gastritis itu merupakan penyakit yang tidak berbahaya dan dianggap biasa oleh mahasiswa, sesuai dengan teori Green dalam Notoatmodjo
2003 yang berpendapat bahwa perilaku individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu selain itu perilaku ini dibentuk oleh
pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya dan pandangan seseorang tentang masalah kesehatanya saat ini dan bagaimana dia menaruh perhatian
terhadap masalahnya dapat memberikan informasi seberapa jauh pengetahuanya mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari
Notoatmodjo, 2003. Selain itu sebagian besar mahasiswa tidak tinggal bersama
Universitas Sumatera Utara
orang tua, 50 mahasiswa 56,8 lihat tabel 5.1.sehingga kemungkinan waktu untuk makan menjadi tidak teratur dan sembarangan.
Perilaku yang dilakukan mahasiswa bertentangan dengan pengetahuannya yang tinggi tentang gastritis lihat lampiran 4. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ilmu pengetahuannya akan semakin baik, ternyata dari hasil
analisis data yang telah dilakukan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku seseorang akan semakin baik. Dari hasil
penelitian menunjukkan ternyata perilaku mahasiswa sangat kurang. dan tinggal di kost-kostan sehingga kemungkinan waktu untuk makan menjadi tidak teratur
dan sembarangan. Sakit pada lambung merupakan hal yang dianggap biasa terjadi oleh mahasiswa tersebut apabila terlambat makan. Perilaku pencegahan adalah
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam menghalngi sesuatu agar tidak terjadi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004.
Perilaku dalam pencegahan gastritis merupakan upaya pemeliharaan kesehatan untuk memelihara atau menjaga kesehatan untuk mencegah terjadinya gastritis
dan usaha untuk penyembuhan bilamana telah mengalami gastritis. Perlunya perubahan perilaku mahasiswa yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya sebagai mahasiswa fakultas keperawatan yang semestinya sudah mengetahui mengenai
gastritis. Perilaku yang memerlukan perubahan ini mencakup antar lain pengaturan waktu makan yang tepat, menu makanan yang seimbang dan tidak
banyak mengandung zat penyedap, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-
Universitas Sumatera Utara
minuman keras dan narkoba, Istirahat yang cukup, pengendalian stress, perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan Uripi, 2004.
Pandangan mahasiswa tentang masalah kesehatanya merupakan perhatian terhadap dirinya sendiri sehingga dapat memberikan informasi dan pengetahuanya
mengenai masalahnya pada orang lain dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari.Notoatmodjo, 2000.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan