Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Vaksin HPV.

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA

PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI VAKSIN HPV

Oleh :

ADEODATA LILY WIBISONO

070100354

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA

PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI VAKSIN HPV

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ADEODATA LILY WIBISONO

070100354

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI VAKSIN HPV Nama : Adeodata Lily Wibisono

NIM : 070100354

Pembimbing Penguji

(dr. Alfred C. Satyo, MSc., MHPE., Sp.F(K)) (dr. Johny Marpaung, Sp.OG)

NIP : 19450920 198003 1 001 NIP: 19710224 200801 1 007

Medan, 29 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Vaksin Human Papillomavirus (HPV) merupakan salah satu pencegahan terhadap infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker leher rahim yang masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan pada wanita. Penyebab tingginya kejadian dan kematian akibat infeksi HPV adalah kurangnya pengetahuan akan bahaya, cara penyebaran, dan khususnya pengetahuan akan pencegahan terhadap infeksi tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai vaksin HPV.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 15.0.

Dari 90 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai vaksin HPV mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu sebesar 72,2%. Sementara kategori baik sebanyak 16,7%, dan kategori kurang sebanyak 11,1%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai vaksin HPV berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu, Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat memberikan topik kuliah mengenai vaksin HPV serta imunisasi lainnya.

Kata Kunci: pengetahuan, mahasiswa, vaksin, Human Papillomavirus (HPV),


(5)

ABSTRACT

Human Papillomavirus (HPV) vaccine is one of prevention of HPV infection which causes cervical cancer that still occupies the first level in the order of malignancy in women. The high number of incidence and mortality related to HPV infection is due to lack of information regarding the hazard, spreading and most importantly the knowledge of prevention against this infection.

This study aims to determine the knowledge of undergraduate medical students in the University of North Sumatera towards HPV vaccine.

The method of this research is a descriptive study with a cross sectional approach. The sample collecting was done with stratified random sampling technique. Thereafter, sample was distributed evenly. Data were collected by giving questionnaires and then analyzed using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) program version 15.0.

From 90 respondents, the results of the study have shown that the level knowledge relating HPV vaccine mostly found in moderate category, which is 72.2%. While the good category is 16.7% and the less category is 11.1%.

Based on the results mentioned above, we can conclude that undergraduate medical students from University of Sumatera Utara have a moderate knowledge. Hence, Faculty of Medicine in the University of North Sumatra will be expected to give lectures related to HPV vaccine and other immunizations.

Key Words: knowledge, university student, vaccine, Human Papillomavirus (HPV), prevention, cervical cancer


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, proposal penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu penulis akan menerima segala kritik maupun tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Alfred C. Satyo, MSc., MHPE., Sp.F(K) selaku dosen pembimbing penulis

yang telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penulisan Karya Tulis Ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Johny Marpaung, Sp.OG selaku dosen penguji pada seminar proposal dan

hasil penelitian yang telah memberikan kritik dan masukan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG selaku dosen penguji pada seminar proposal.

5. dr. Yusuf R. Surbakti, Sp.OG(K) yang telah memberikan persetujuan mengenai


(7)

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Antonius Harkingto Wibisono, Sp.PA dan dr. Johannus Susanto Wibisono,

Sp.A yang telah banyak memberikan informasi, kritik dan saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Carolin, Delfina, Ervina, Sri Wahyuni, Huriah MP, Thomson, Anna, dan

senior-senior yang telah banyak membantu proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2007, 2008, dan 2009 yang turut berpartisipasi

dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

10.Serta orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan nasehat

kepada penulis.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya.

Sebagai akhir kata dari penulis, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua dimasa yang akan datang dan kiranya dapat menjadikan rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.

Medan, November 2010

Penulis

Adeodata Lily Wibisono


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujun Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Bagi Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran USU ... 3

1.4.2 Bagi Fakultas Kedokteran USU ... 3

1.4.3 Bagi Peneliti ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1 Pengetahuan ... 5

2.2 Human Papillomavirus ... 6

2.2.1 Virologi Human Papillomavirus ... 6


(9)

2.3 Kanker Leher Rahim ... 8

2.3.1 Definisi Kanker Leher Rahim ... 8

2.3.2 Penyebab Kanker Leher Rahim ... 8

2.3.3 Epidemiologi Kanker Leher Rahim ... 9

2.3.4 Faktor Resiko Kanker Leher Rahim... 9

2.3.5 Pencegahan Kanker Leher Rahim ...11

2.4 Kutil Kelamin ...12

2.4.1 Definisi Kutil Kelamin ...12

2.4.2 Penyebab Kutil Kelamin ...12

2.4.3 Epidemiologi Kutil Kelamin ...13

2.4.4 Faktor Resiko Kutil Kelamin ...13

2.4.5 Pencegahan Kutil Kelamin ...13

2.5 Vaksin Human Papillomavirus ...14

2.5.1 Definisi Vaksin HPV ...14

2.5.2 Pengembangan Vaksin HPV ...15

2.5.3 Mekanisme Perlindungan Vaksin HPV ...16

2.5.4 Vaksin Bivalen ...17

2.5.5 Vaksin Quadrivalen ...18

2.5.6 Efek Samping Setelah Vaksinasi HPV ...18

2.5.7 Vaksin HPV pada Beberapa Kondisi Khusus ...18

2.5.8 Tantangan dalam Vaksinasi HPV ...19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...21

3.2 Definisi Operasional ...21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Rancangan Penelitian ...22


(10)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...22

4.3.1 Populasi Penelitian ...22

4.3.2 Sampel Penelitian ...22

4.4 Metode Pengumpulan Data ...23

4.4.1 Data Primer ...23

4.4.2 Data Sekunder ...23

4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ...24

4.5 Metode Analisis Data ...25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...26

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden...26

5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan ...27

5.3.1 Hasil Analisa Data ...27

5.3.2 Pembahasan ...31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1 Kesimpulan ...34

6.2 Saran ...34

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 24

5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

stambuk

27

5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin

27

5.3 Distribusi jawaban responden mengenai vaksin HPV 28

5.4 Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai

vaksin HPV

29

5.5 Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan stambuk 30

5.6 Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis

kelamin


(12)

DAFTAR SINGKATAN

CDC The U.S. Central of Disease Control and Prevention

CIN Cervical Intraepithel Neoplasm

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DNA Deoxyribonucleic Acid

FDA The U.S. Food and Drug Administration

HIV Human Immunodeficiency Virus

HPV Human Papillomavirus

HSV Herpes Simplex Virus

IgG Immunoglobulin G

IMS Infeksi Menular Seksual

IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat

L/P Laki-laki / Perempuan

No Nomor

PMS Penyakit Menular Seksual

POM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Rb Retinoblastoma

SPSS Statistical Product and Service Solutions

URR Upstream Regulatory Region

USU Universitas Sumatera Utara

VLP Viral Like Particles Vaccines


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Peserta Penelitian

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Peserta Penelitian (Informed Consent) Lampiran 5. Lembar Validitas Konten

Lampiran 6. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan FKUSU Lampiran 7. Data Induk (Master Data)


(14)

ABSTRAK

Vaksin Human Papillomavirus (HPV) merupakan salah satu pencegahan terhadap infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker leher rahim yang masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan pada wanita. Penyebab tingginya kejadian dan kematian akibat infeksi HPV adalah kurangnya pengetahuan akan bahaya, cara penyebaran, dan khususnya pengetahuan akan pencegahan terhadap infeksi tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai vaksin HPV.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 15.0.

Dari 90 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai vaksin HPV mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu sebesar 72,2%. Sementara kategori baik sebanyak 16,7%, dan kategori kurang sebanyak 11,1%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai vaksin HPV berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu, Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat memberikan topik kuliah mengenai vaksin HPV serta imunisasi lainnya.

Kata Kunci: pengetahuan, mahasiswa, vaksin, Human Papillomavirus (HPV),


(15)

ABSTRACT

Human Papillomavirus (HPV) vaccine is one of prevention of HPV infection which causes cervical cancer that still occupies the first level in the order of malignancy in women. The high number of incidence and mortality related to HPV infection is due to lack of information regarding the hazard, spreading and most importantly the knowledge of prevention against this infection.

This study aims to determine the knowledge of undergraduate medical students in the University of North Sumatera towards HPV vaccine.

The method of this research is a descriptive study with a cross sectional approach. The sample collecting was done with stratified random sampling technique. Thereafter, sample was distributed evenly. Data were collected by giving questionnaires and then analyzed using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) program version 15.0.

From 90 respondents, the results of the study have shown that the level knowledge relating HPV vaccine mostly found in moderate category, which is 72.2%. While the good category is 16.7% and the less category is 11.1%.

Based on the results mentioned above, we can conclude that undergraduate medical students from University of Sumatera Utara have a moderate knowledge. Hence, Faculty of Medicine in the University of North Sumatra will be expected to give lectures related to HPV vaccine and other immunizations.

Key Words: knowledge, university student, vaccine, Human Papillomavirus (HPV), prevention, cervical cancer


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human papillomavirus (HPV) adalah virus deoxyribonucleic acid (DNA)

untaian ganda yang menular secara seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan mukosa epitel (Kahn, 2009). Infeksi HPV pada genitalia merupakan infeksi yang sering terjadi dan bersifat asimtomatik (Rusmil, 2008). Terdapat 100 tipe HPV yang telah diketahui. Beberapa diantaranya berperan dalam terbentuknya lesi prakanker, kanker leher rahim, dan kutil kelamin (WHO, 2007).

Depkes RI melaporkan bahwa penderita kanker leher rahim di Indonesia diperkirakan mencapai 90-100 diantara 100 000 penduduk pertahun (Pradipta & Sungkar, 2007) dan masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan pada wanita (Suwiyoga, 2007). Sekitar 70% kejadian kanker leher rahim disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18 (WHO, 2007).

Kutil kelamin merupakan penyakit yang sangat menular dan hampir selalu menular secara seksual, tetapi transmisi vertikal dan autoinokulasi juga dapat terjadi walaupun jarang (Scheinfeld & Lehman, 2006). Sekitar 90%-100% kejadian kutil kelamin disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Walaupun penyakit kutil kelamin tidak selalu menyebabkan kematian, penyakit ini dapat menyebabkan morbiditas yang bermakna dan membutuhkan biaya perawatan kesehatan yang besar (WHO, 2007).

Pada tanggal 8 Juni 2006, FDA (The U.S. Food and Drug Administration) telah mengesahkan vaksin HPV (FDA, 2006) dan sudah mendapat izin edar dari BPOM RI di Indonesia. Vaksin ini mempunyai efektivitas 96%-100% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18 (Rusmil, 2008).

Pada tanggal 16 Oktober 2009, FDA telah mengesahkan pemakaian vaksin HPV sebagai pencegahan kutil kelamin pada pria. Vaksin ini mempunyai efektivitas


(17)

sekitar 90% untuk mencegah kutil kelamin yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Vaksin ini diberikan kepada wanita dan pria yang berusia 9 sampai 26 tahun dan diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu (FDA, 2009).

Adapun penyebab tingginya angka kejadian dan kematian akibat infeksi HPV adalah kurangnya pengetahuan akan bahaya, cara penyebaran, dan khususnya pencegahan terhadap infeksi tersebut (Tarigan, 2009). Hal tersebut juga terbukti dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh Lenehan, et al. (2007), Giuseppe, et al. (2008), Walsh, et al. (2008), dan Ragin, et al. (2009) yang menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai vaksin HPV masih rendah. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam memperbaiki pengetahuan masyarakat mengenai vaksin HPV, perlu diketahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran sebagai calon dokter yang berkewajiban untuk memahami manfaat dari vaksin HPV.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) mengenai vaksin HPV?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU mengenai vaksin HPV.


(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU mengenai vaksin HPV sesuai dengan stambuk dan jenis kelamin.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran USU

1. Mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU dapat menambah pengetahuan mengenai vaksin HPV sehingga pemahaman akan vaksin HPV semakin meningkat.

2. Mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU dapat meningkatkan perhatiannya untuk melindungi diri sendiri dan pasiennya kelak sehingga cakupan vaksinasi HPV dapat lebih ditingkatkan dan angka kesakitan akibat kanker leher rahim dan kutil kelamin dapat menurun.

3. Data dan informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan vaksin HPV.

1.4.2 Bagi Fakultas Kedokteran USU

1. Data dan informasi dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh fakultas kedokteran untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU mengenai vaksin HPV.

2. Data dan informasi dapat dijadikan pertimbangan dalam merencanakan strategi pembelajaran bagi mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran selanjutnya.


(19)

1.4.3 Bagi Peneliti

1. Dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai vaksin HPV serta beberapa hal yang berkaitan (HPV, kanker leher rahim, dan kutil kelamin).

2. Dapat mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian serta melatih kemampuan analisis peneliti.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

a. Tahu (know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(21)

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita simpulkan menjadi sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

b. Media

Media adalah sarana yang dapat dipergunakan seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan secara khusus dirancang untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Contohnya: televisi, radio, koran, dan majalah.

c. Paparan informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Human Papillomavirus

2.2.1 Virologi Human Papillomavirus

Human papillomavirus (HPV) adalah anggota famili Papoviridae, genus papillomavirus. HPV berukuran kecil dengan diameter 55 nm dan merupakan virus

DNA sirkuler dengan untaian ganda yang tidak berselubung. HPV memiliki kapsid ikosahedral (L1 dan L2) tersusun dari 72 kapsomer. Setiap kapsomer adalah satu pentamer kapsid mayor (L1). Setiap kapsid virion terdiri dari beberapa kapsid minor


(22)

(L2). Genom HPV secara fungsional terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah noncoding upstream regulatory region (URR). Bagian ini memiliki p97 yang merupakan promotor inti yang meregulasi replikasi DNA dengan mengatur transkripsi dari early region dan late region. Bagian kedua adalah early region berupa E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7, dan E8. Bagian ini terlibat dalam replikasi virus dan onkogenesis. Bagian ketiga adalah late region yang mengkode struktur protein L1 dan L2 untuk kapsid (Gomez & Santos, 2007).

Menurut Richart (2000) dalam Prince (2005), sampai saat ini sudah diketahui lebih dari seratus tipe HPV, dengan 33 tipe diantaranya diketahui menginfeksi saluran genital dan sekurangnya 13 tipe dapat menyebabkan kanker. HPV yang menginfeksi mukosa anogenital dibagi dalam 3 grup, yaitu tipe high risk oncogenic (tipe 16, 18, 45, 56), tipe intermediate risk oncogenic (tipe 31, 33, 35, 51, 52, 54), dan tipe low

risk oncogenic (tipe 6, 11, 42, 43, 44) (Doeberitz, et al., 1991).

Infeksi HPV meningkat sejak tahun 1960 karena meningkatnya penggunaan kontrasepsi oral. Keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor, seperti timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan

papillomavirus, perkembangan kutil kelamin menjadi karsinoma, angka kejadian

kanker leher rahim meningkat pada infeksi HPV, dan DNA HPV yang sering ditemukan pada lesi intraepitel leher rahim. HPV tipe 6 dan 11 ditemukan 35% pada kutil kelamin dan Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN) I, 10% pada CIN II-III, serta hanya 1% ditemukan pada kutil yang invasif. HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada 10% kutil kelamin dan CIN I, 51% pada CIN II-III, serta pada 63% karsinoma invasif (Pradipta & Sungkar, 2007).

2.2.2 Patogenesis Human Papillomavirus

Menurut Khan (2009), siklus hidup HPV terjadi hanya pada keratinosit yang sedang berdiferensiasi. Pada infeksi yang tidak menyebabkan keganasan (lesi jinak), DNA virus diatur secara terpisah dengan DNA sel leher rahim (lokasinya ekstra


(23)

kromosom pada nukleus) sebagai episome. Pada infeksi yang menyebabkan keganasan, DNA virus akan berintegrasi dengan genom sel leher rahim yang menyebabkan terjadinya mutasi.

Integrasi HPV-DNA mengganggu atau menghilangkan bagian E2. Fungsi E2 adalah sebagai down-regulation transkripsi E6 dan E7. Gangguan fungsi E2 akan meningkatkan ekspresi E6 dan E7. Kedua protein tersebut masing-masing mensupresi gen p53 dan gen Rb (retinoblastoma) yang merupakan gen penghambat perkembangan tumor. Apabila fungsi gen tersebut terganggu, maka neoplasma akan terbentuk (Pradipta & Sungkar). Pada lesi jinak, protein E6 tidak mengakibatkan efek pada stabilitas p53 sedangkan E7 mengikat Rb dengan afinitas yang rendah. Selanjutnya produk protein E5 akan meningkatkan aktivitas mitogen-activated

protein kinase. Hal tersebut menyebabkan peningkatan respon seluler terhadap faktor

pertumbuhan dan diferensiasi (Gomez & Santos, 2007).

2.3 Kanker Leher Rahim

2.3.1 Definisi Kanker Leher Rahim

Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi sel-sel baru (neoplastic cells) yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali (Mills, 2002). Kanker leher rahim merupakan proses keganasan/kanker yang berasal dari sel-sel leher rahim yang tidak normal akibat pertumbuhan yang tidak terkendali (Cherath & Alic, 2006).

2.3.2 Penyebab Kanker Leher Rahim

Penyebab pasti kanker leher rahim sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya. Namun dalam beberapa tahun ini, penemuan biologi molekuler telah menunjukkan bahwa HPV turut berperan dalam terjadinya kanker leher rahim

(Hillegas, 2005). Sekitar 70% kejadian kanker leher rahim disebabkan oleh HPV tipe

16 dan 18 (WHO, 2007). Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan kanker leher rahim di beberapa rumah sakit di Indonesia menemukan bahwa kejadian infeksi HPV


(24)

tipe 16 sebesar 44%, tipe 18 sebesar 39%, tipe 52 sebesar 14%, dan sisanya terdeteksi infeksi HPV multipel (Andrijono, 2007).

Karsinogenesis bermula ketika DNA HPV tipe high risk oncogenic berintegrasi dengan genom sel leher rahim yang menyebabkan terjadinya mutasi (Tiro, Meissner, Kobrin & Chollette 2007). Proses karsinogenesis melalui tahap lesi prakanker yang terdiri dari CIN I, II, dan III. Lesi prakanker CIN I sebagian besar akan mengalami regresi, sebagian kecil yang berlanjut menjadi CIN II, dan kemudian berlanjut menjadi kanker invasif leher rahim (Andrijono, 2007).

2.3.3 Epidemiologi Kanker Leher Rahim

Secara global, kanker leher rahim menempati posisi kedua penyebab kematian wanita akibat kanker. Setiap tahun ditemukan 510 000 kasus baru, 288 000 kasus meninggal, atau setiap dua menit seorang wanita meninggal akibat penyakit ini

(Rusmil, 2008). Departemen Kesehatan RI melaporkan, penderita kanker leher rahim

di Indonesia diperkirakan 90-100 diantara 100 000 penduduk pertahun (Pradipta & Sungkar, 2007) dan masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan pada wanita (Suwiyoga, 2007). Angka kejadian kanker leher rahim mulai meningkat sejak usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 50 tahun. Ketahanan hidup seseorang tergantung stadium kanker leher rahim; five years survival rate untuk stadium I, II, III, IV adalah 85%, 60%, 33%, 7% (Pradipta & Sungkar, 2007).

2.3.4 Faktor Risiko Kanker Leher Rahim

Faktor risiko untuk kanker leher rahim adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan inisiasi transformasi atipik leher rahim dan perkembangan dari displasia (Aziz, 2002). Faktor-faktor resiko untuk kanker leher rahim terbagi dalam tiga. Faktor pertama adalah faktor reproduksi dan seksual yang meliputi jumlah mitra seksual, usia saat pertama kali berhubungan seksual, faktor pasangan pria, jumlah kehamilan, kontrasepsi oral dan infeksi menular seksual (IMS). Faktor kedua adalah


(25)

sosioekonomi. Faktor ketiga adalah faktor-faktor lainnya yang meliputi paparan tembakau, diet, kurangnya skrining yang tepat dan pengobatan lesi prakanker yang disebut CIN sebelumnya.

Berdasarkan studi epidemiologi, kanker leher rahim berhubungan erat dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti mitra seks dan usia saat melakukan hubungan seks pertama kali. Risiko meningkat lebih dari 10 kali bila wanita berhubungan seksual dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seksual pertama dibawah umur 15 tahun. Hamil pada usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan resiko (Rasjidi, 2009). Selain itu, risiko juga meningkat bila berhubungan seksual dengan pria berisiko tinggi (pria yang berhubungan seksual dengan banyak wanita) yang menderita kutil kelamin atau pria yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Pria yang tidak melakukan sirkumsisi juga dapat meningkatkan faktor risiko seorang wanita terkena kanker leher rahim. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko relatif seseorang menjadi 2 kali pada orang normal. Sebaliknya, sejumlah penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode barrier akan menurunkan faktor resiko kanker leher rahim.

Agen infeksius selain HPV adalah HSV (Herpes Simplex Virus) dan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Data mendukung HSV sebagai faktor resiko tidak sekuat pada HPV (Rasjidi, 2009). Penderita dalam keadaan supresi sistem imun seperti pada pasien transplantasi ginjal dan infeksi HIV juga meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasif (Pradipta & Sungkar, 2007).

Wanita dari kelas sosioekonomi yang terendah memiliki faktor resiko 5 kali lebih besar daripada wanita dikelas tertinggi. Selain itu, diperkirakan paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan (debu, logam, bahan kimia, atau oli) pada wanita maupun pasangannya dapat menjadi faktor resiko.

Paparan tembakau baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah mengandung bahan-bahan karsinogen. Selain itu, dari beberapa penelitian, defisiensi


(26)

asam folat, vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol berhubungan dengan peningkatan resiko kanker leher rahim (Rasjidi, 2009).

2.3.5 Pencegahan Kanker Leher Rahim

Menurut Rasjidi (2009), pencegahan kanker leher rahim terdiri dari 3 tahap, yaitu :

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan terhadap penyebab penyakit. Pencegahan primer kanker leher rahim dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko serta dengan pemberian vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV. Vaksin HPV terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 (FDA, 2006). Pentingnya penggunaan vaksin sebagai suatu program pencegahan adalah berdasarkan kenyataan bahwa perempuan di negara berkembang tidak dapat melakukan skrining terhadap kanker leher rahim karena kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan (Pradipta & Sungkar, 2007).

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini dan terapi dini terhadap kanker leher rahim. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti pap smear, kolposkopi, pap net, dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier berupaya meningkatkan angka kesembuhan, survival rate, dan kualitas hidup dalam terapi kanker. Perhatian terapi ditujukan pada penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi.


(27)

2.4 Kutil Kelamin

2.4.1 Definisi Kutil Kelamin

Kutil (wart atau verruca) adalah hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh

HPV tipe tertentu (Handoko, 1994). kutil kelamin ialah hiperplasia jinak dengan inti ditengah jaringan penyambung dalam struktur berbentuk seperti pohon dilapisi dengan epitelium, biasanya terdapat pada membran mukosa atau kulit genitalia eksternal atau pada daerah perianal; walaupun lesi ini biasanya berjumlah sedikit, mereka dapat mengumpul membentuk massa besar seperti kembang kol. Kutil kelamin disebut juga genital wart, venereal wart, atau condyloma acuminata (Harjono, et al., 1994).

Kutil kelamin sering terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah genitalia eksterna. Pada pria, tempat predileksinya adalah di perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, tempat predileksinya adalah di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri (Handoko, 1994).

2.4.2 Penyebab Kutil kelamin

Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi HPV. Tipe yang pernah ditemukan pada kutil kelamin adalah tipe 1-5, 6, 11, 10, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39-45, 51-59, 70, dan 83 (Chuang & Brashear, 2009). Namun, 90%-100% kejadian kutil kelamin disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 (WHO, 2007). Kedua tipe HPV tersebut bereplikasi sebagai episome dan jarang menggabungkan materi genetiknya dengan DNA manusia (Higgins, Naumann & Hall 2009). Virus ini akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadap virus ini pada kulitnya. Imunitas terhadap kulit ini belum jelas dimengerti (Stawiski & Price, 2005).


(28)

2.4.3 Epidemiologi Kutil Kelamin

Menurut CDC (The U.S Center for Disease Control and Prevention), penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria; perbandingannya adalah 1,4:1 (Chuang & Brashear, 2009). Angka kejadian meningkat pada wanita berusia 15-24 tahun dan pria berusia 20-29 tahun; puncak angka kejadian adalah pada wanita dan pria berusia 20-29 tahun (WHO, 2007).

2.4.4 Faktor Risiko Kutil Kelamin

Kutil kelamin termasuk penyakit menular seksual, sehingga seseorang yang aktif melakukan hubungan seksual, memiliki banyak mitra seks, dan tidak menggunakan kondom, memiliki risiko yang tinggi untuk menderita penyakit ini.

Faktor risiko lainnya adalah kebersihan yang buruk, wanita hamil, rokok, imunitas yang buruk dan pria yang tidak disirkumsisi. Kebersihan yang buruk (contohnya pada seorang wanita yang banyak mengeluarkan fluor albus) dan pada wanita hamil dapat mempercepat pertumbuhan penyakit. Penderita dengan supresi sistem imun akibat obat atau infeksi HIV, memiliki risiko tinggi timbulnya giant

condyloma (Buschke-Löwenstein tumours) atau menjadi kutil kelamin yang bersifat

menetap (Handoko, 1994). Penatalaksanaan dapat menghilangkan kutil, tetapi tidak dapat menghilangkan HPV sehingga kutil dapat timbul kembali dan juga dapat menghilang secara spontan dalam waktu 2 tahun kalau sudah terbentuk imunitas terhadap virus (Stawiski & Price, 2005).

2.4.5 Pencegahan Kutil Kelamin

Kutil kelamin merupakan penyakit menular seksual (PMS) sehingga pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan melalukan hubungan seksual hanya dengan satu mitra seks yang bebas dari penyakit menular dan mengurangi frekuensi aktivitas seksual. Kutil kelamin juga dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit disekitar kutil (Higgins, Naumann & Hall, 2009)


(29)

sehingga penggunaan kondom tidak sepenuhnya dapat melindungi seseorang dari penyakit ini. Meskipun demikian, HPV dapat menular walaupun tanpa kutil yang terlihat atau gejala lainnya sehingga kondom harus tetap digunakan. Selain itu, kondom dapat mengurangi resiko untuk tertular penyakit menular seksual lainnya (Storck, 2009).

Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan, menghentikan merokok, sirkumsisi (Handoko, 1994), dan vaksinasi. Perkembangan vaksin untuk mencegah infeksi HPV telah menjadi fokus penelitian selama kurang lebih 2 dekade. Pemberian vaksin quadrivalen yang telah disahkan FDA terbukti memiliki efektif dalam mencegah terjadinya kutil kelamin (Higgins, Naumann & Hall 2009).

2.5 Vaksin Human Papillomavirus 2.5.1 Definisi Vaksin HPV

Vaksin adalah suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit-penyakit menular (Harjono, et al., 1994). Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi seseorang atau sel T sebagai hasil infeksi atau pajanan alami suatu antigen. Pada beberapa kasus, suntikan ulangan diberikan untuk menstimulasi ulang memori imun dan mempertahankan tingkat perlindungan yang tinggi (Pradipta & Sungkar, 2007). Vaksinasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan (Harjono, et al., 1994).

Vaksin HPV adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah terjadinya kanker. Sebelumnya, terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah kanker hati (Pradipta & Sungkar, 2007). Di Indonesia, vaksinasi HPV telah masuk kedalam program imunisasi yang dianjurkan (Hadinegoro, 2008).


(30)

2.5.2 Pengembangan Vaksin HPV

Menurut Pradipta & Sungkar (2007), teknologi untuk memproduksi vaksin HPV adalah dengan rekombinan DNA. Terdapat 3 jenis teknologi yang digunakan untuk memproduksi vaksin HPV, yaitu:

a. Viral Like Particles Vaccines (VLP)

Vaksin dibentuk dengan protein virus, L1, yang bertanggung jawab dalam membentuk kapsid virus. Protein tersebut memiliki fungsi untuk membentuk dirinya sendiri menjadi partikel yang menyerupai virus. Partikel tersebut tidak mengandung DNA virus sehingga tidak bersifat infeksius dan dapat menghilangkan risiko seseorang terkena infeksi dari vaksin itu sendiri. Partikel tersebut dapat menstimulasi produksi antibodi yang dapat mengikat dan menetralkan virus yang bersifat infeksius. Saat ini penelitian mengenai penambahan polipeptid nonstruktural dari protein virus ke protein minor L1 dan L2 sedang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan sifat proteksi vaksin. b. Recombinant Fusion Proteins and Peptides

Teknologi ini merupakan gabungan ekspresi antigen dengan peptida sintetik yang dapat berespons terhadap epitop imunogenik protein virus. Pada binatang percobaan vaksin ini memiliki kapasitas untuk menginduksi respons antitumor. Vaksin ini diharapkan dapat memberikan efek terapeutik terhadap subyek yang sudah terinfeksi.

c. Live Recombinant Vectors.

Vaksin berasal dari virus hidup yang direkombinan dengan virus vaccinia untuk mengekspresikan gen HPV tipe 16 dan 18.

Pengembangan vaksin saat ini lebih menitikberatkan pada penggunaan teknologi VLP dengan tujuan utama melindungi manusia terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18. Terdapat dua jenis vaksin yang telah dipasarkan dan sudah melewati uji klinis yakni vaksin bivalen (untuk HPV tipe 16 dan 18) dan vaksin quadrivalen (untuk HPV tipe 6, 11, 16, dan 18). Pemikiran terbaru adalah penambahan VLP dari


(31)

HPV tipe lain. Meskipun demikian, penambahan VLP pada satu vaksin tunggal ditakutkan akan memberikan persoalan teknis dalam produksi vaksin.

Pada tanggal 8 Juni 2006, FDA (The U.S. Food and Drug Administration) telah mengesahkan vaksin HPV (FDA, 2006) dan sudah mendapat izin edar dari BPOM RI di Indonesia (Rusmil, 2008).

Pada awalnya vaksin ditujukan bagi remaja wanita ini, namun saat ini pemberian vaksin diupayakan dapat diperluas untuk remaja pria (Depkes RI). Pemberian vaksin HPV sebagai pencegahan kutil kelamin pada pria telah disahkan oleh FDA pada tanggal 16 Oktober 2009 (FDA, 2009).

2.5.3 Mekanisme Perlindungan Vaksin HPV

Secara langsung, alasan utama dari mekanisme perlindungan ditandai oleh tingginya kadar serum neutralizing antibody yang dihasilkan oleh vaksin. Penelitian menunjukkan bahwa serum IgG dapat bersifat melindungi terhadap infeksi HPV dan kadar IgG yang tinggi dalam darah disebabkan oleh adanya vaksin L1 HPV yang telah diberikan sebelumnya.

Pada prinsipnya IgG pada cairan yang keluar dari mulut rahim bersifat melindungi terhadap infeksi HPV dan hal ini diperantarai oleh serum IgG yang biasa melakukan transudasi pada epitel mulut rahim terutama pada daerah

squamo-columnar junction dan dalam konsentrasi tinggi mengikat partikel virus yang

akhirnya mencegah infeksi. Kadar sistemik dari IgG secara substansial lebih tinggi dibandingkan pada cairan mulut rahim, sehingga biasanya menimbulkan kekebalan sistemik terhadap infeksi virus HPV pada lokasi lain seperti kulit dan selaput lendir permukaan epitel lainnya.

Dari data tentang percobaan tentang vaksin HPV ditunjukkan bahwa kadar antibodi menurun setelah mencapai puncaknya setelah imunisasi dan kemudian menetap, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan respon kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami HPV dan kadar tersebut menetap pada 48 bulan setelah


(32)

vaksinasi. Bagaimanapun juga, infeksi HPV dapat berulang setelah beberapa tahun dan risiko mendapat infeksi baru sangat bergantung ada perilaku seksual dari individu tersebut. Kadar antibodi kapsid pada infeksi alami HPV biasanya stabil pada beberapa tahun dan apabila diikuti, sebesar 50% dari wanita akan menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah ditemukannya infeksi virus HPV pada daerah

cervico vaginal (Rasjidi, 2009).

2.5.4 Vaksin Bivalen

Vaksin bivalen adalah vaksin yang mengandung protein L1 dari VLP HPV tipe 16 dan 18 yang diekspresikan oleh rekombinan vektor baculovirus. Tiap 0,5 ml vaksin mengandung 20 µg protein HPV 16 L1, 20 µg protein HPV 18 L1, 50 µg

3-O-desacyl-4’-monophosphoryl lipid A, 0,5 mg aluminium hydroxide, 4,4 mg NaCl,

0,624 mg sodium dihydrogen phosphate dehydrate, residu dari sel serangga, protein viral (<40 ng) dan protein bakteri (<150 ng). Vaksin ini tidak mengandung bahan pengawet dan harus disimpan pada suhu 2°-8°C.

Vaksin bivalen diberikan pada wanita berusia 10-25 tahun (GlaxoSmithKline, 2009). Vaksin ini diberikan secara intramuskular pada daerah deltoid sebanyak 0,5 ml dan diberikan 3 kali. Pemberian kedua dilakukan 1 bulan setelah pemberian pertama dan pemberian ketiga dilakukan 6 bulan setelah pemberian yang pertama (Rusmil, 2008).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan Diana M Harper, didapatkan bahwa vaksin bivalen sangat efektif dalam menurunkan angka kejadian infeksi HPV dan infeksi menetap HPV tipe 16 dan 18 pada individu yang sudah mendapatkan vaksinasi HPV lengkap. Efektivitas vaksin juga sangat tinggi pada wanita yang tidak mendapatkan protokol vaksin secara lengkap (Rasjidi, 2009).


(33)

2.5.5 Vaksin Quadrivalen

Vaksin quadrivalen adalah vaksin yang mengandung protein L1 dari VLP HPV tipe 6, 11, 16,dan 18 yang diekspresikan melalui suatu rekombinan vektor

Saccharomyces cerevisiae. Tiap 0,5 ml vaksin mengandung 20 µg protein HPV 6 LI,

40 µg protein HPV 11 L1, 40 µg protein HPV 16 L1, dan 20 µg protein HPV 18 L1. Tiap 0,5 ml vaksin mengandung 225 µg Amorphous Aluminium Hidroxyphosphatase

Sulfate, 9,56 mg NaCl, 0,78 mg L-Histidine, 50 µg polysorbate 80, 35 µg sodium borat, dan <7 µg protein ragi. Vaksin ini tidak mengandung bahan pengawet atau

antibiotika. Vaksin ini seharusnya disimpan pada suhu 2°-8°C.

Vaksin quadrivalen diberikan pada wanita dan pria yang berusia 9-26 tahun (Merck & Co., Inc., 2009). Vaksin ini diberikan secara intramuskular pada daerah deltoid sebanyak 0,5 ml dan diberikan sebanyak 3 kali. Pemberian kedua dilakukan 2 bulan setelah pemberian pertama dan pemberian ketiga dilakukan 6 bulan setelah pemberian yang pertama (Rusmil, 2008).

Efektivitas vaksin quadrivalen dalam mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18 adalah 96%-100% (Rusmil, 2008). Sementara itu, efektivitas vaksin dalam mencegah kutil kelamin yang disebabkan oleh infeksi HPV tipe 6 dan 11 adalah sekitar 90% (FDA, 2009).

2.5.6 Efek Samping Setelah Vaksinasi HPV

Setelah pemberian vaksin, dilakukan evaluasi pada tempat vaksinasi dan efek sistemik yang ditimbulkan (Rasjidi, 2009). Efek samping lokal dari vaksinasi HPV adalah nyeri, reaksi kemerahan, dan bengkak pada tempat suntikan. Efek samping sistemik dari vaksinasi HPV adalah demam, nyeri kepala, dan mual (Rusmil, 2008).

2.5.7 Vaksin HPV pada Beberapa Kondisi Khusus

Wanita yang mempunyai hasil tes pap smear yang abnormal bisa saja terinfeksi HPV tipe 16 dan 18. Vaksinasi pada keadaan ini kurang atau mungkin tidak


(34)

memberi manfaat perlindungan, tetapi pemberiannya dilaporkan tidak memberikan efek yang merugikan (Andrijono, 2007). Vaksinasi pada individu yang memiliki riwayat pernah atau sedang menderita kutil kelamin tidak akan memberikan perlindungan yang berarti.

Keamanan dari vaksin HPV pada penderita HIV positif dan penderita penurunan sistem imun yang lain sampai sekarang masih dalam penelitian (Rasjidi, 2009). Namun menurut Bocchini, et al. (2007), vaksinasi dapat dilakukan bersama dengan imunsiasi lain dan dapat diberikan pada individu dengan supresi sistem imun akibat penyakit atau obat.

Vaksin quadrivalen tidak direkomendasikan untuk wanita hamil. Keamanan dari vaksin HPV pada wanita hamil sampai sekarang masih dalam penelitian. Sebaiknya vaksin diberikan setelah wanita tersebut melahirkan. Apabila vaksin sudah terlanjur diberikan dan kemudian diketahui bahwa wanita tersebut hamil, pemberian vaksin ulangan berikutnya lebih baik ditunda sampai wanita tersebut melahirkan. Vaksin ini aman untuk diberikan pada wanita menyusui.

Vaksin HPV dapat diberikan pada keadaan sakit akut yang ringan, tetapi pada keadaan berat, sebaiknya pemberian vaksin ditunda sampai benar-benar dinyatakan sembuh. Vaksin ini tidak boleh diberikan pada individu yang memiliki alergi terhadap komponen vaksin atau terhadap jamur (Rasjidi, 2009).

2.5.8 Tantangan dalam Vaksinasi HPV

Menurut Pradipta & Sungkar (2007), terdapat berbagai tantangan dalam pengembangan vaksin HPV yang sempurna. Salah satunya adalah kesulitan untuk mengembangkan HPV di laboratorium untuk menciptakan vaksin dari virus yang dilemahkan. HPV juga merupakan virus yang hanya menginfeksi spesies tertentu sehingga belum ada model binatang yang dapat meniru manusia secara sempurna.

Tantangan lainnya adalah diperlukannya vaksin multivalen yang dapat melindungi dari berbagai tipe infeksi HPV karena antibodi terhadap tipe HPV tertentu


(35)

tidak dapat melindungi infeksi HPV tipe lain. Oleh karena itu, penggunaan vaksin yang memiliki potensi untuk mengurangi untuk mengurangi insiden kanker leher rahim serta lesi prakanker lainnya bukan berarti tidak diperlukannya skrining lagi seumur hidupnya.

Vaksin HPV juga mendapat tantangan berupa perlawanan dari kaum agama dan etik karena pemberian vaksin terhadap penyakit menular seksual dianggap dapat memberikan kebebasan seksual pada anak-anak.

Tantangan terakhir adalah komunikasi kepada pemerintah mengenai pentingnya pencegahan PMS yang umum dan tidak berbahaya namun dapat menjadi penyakit ganas setelah 20-30 tahun. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tipe virus HPV yang paling banyak menginfeksi suatu negara sebab walaupun vaksin tersebut 100% efektif, tetap tidak melindungi virus yang tidak terdapat di dalam vaksin.


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2 Definisi Operasional

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui responden mengenai pengertian, manfaat, sasaran dan cara pemberian vaksin HPV. Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai vaksin HPV diperoleh berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan. Penilaian menggunakan sistem skoring, dimana skor 2 untuk jawaban yang benar, skor 1 untuk jawaban yang salah, dan skor 0 untuk jawaban salah.

Dengan menggunakan skala pengukuran menurut Pratomo & Sudarti (1986), selanjutnya hasil skoring dikategorikan atas baik, sedang dan buruk dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari nilai tertinggi yaitu > 16.

b. Sedang, bila jawaban responden benar 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 9-16.

c. Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari nilai tertinggi yaitu < 9.

Pengetahuan Mahasiswa


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat

pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU mengenai vaksin HPV.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama bulan Agustus sampai September 2010.

4.3 Populasi dan sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran. Populasi terjangkau adalah mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU stambuk 2007, 2008, dan 2009. Populasi terjangkau pada penelitian ini berjumlah 1332 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau yang berada di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama penelitian berlangsung. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa stambuk 2007, 2008, dan 2009. Adapun kriteria eksklusi adalah mahasiswa yang tidak bersedia untuk mengisi kuesioner.


(38)

Besarnya sampel pada penelitian ini diperoleh dari rumus dibawah ini:

n : Besar sampel minimum

Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (Z1-α/2

p : Harga proporsi populasi (p = 0,5)

= 1,96)

d : Kesalahan absolut yang dapat ditolerir (d = 0,1)

N : Jumlah populasi (N = 1332)

Setelah dilakukan perhitungan dan diketahui jumlah populasi mahasiswa pendidikan kedokteran USU adalah 1332 orang, maka didapati besar sampel minimal adalah 90 orang.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada setiap stambuk dan dipilih secara acak.

4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(39)

4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Instrumen penelitian yang berupa kuesioner akan diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson.

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha).

Sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Sampel yang digunakan pada uji validitas dan reliabilitas kuesioner sebanyak 20 subjek yang diambil dari salah satu fakultas kedokteran universitas swasta di Medan pada bulan Agustus 2010. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada table 4.1

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,656 Valid 0,810 Reliabel

2 0,554 Valid Reliabel

3 0,533 Valid Reliabel

4 0,548 Valid Reliabel

5 0,559 Valid Reliabel

6 0,535 Valid Reliabel

7 0,669 Valid Reliabel

8 0,513 Valid Reliabel

9 0,620 Valid Reliabel

10 0,643 Valid Reliabel


(40)

Setelah kuesioner valid dan reliable, peneliti mulai membagikan kuesioner pada subjek penelitian yang telah diminta informed consent-nya terlebih dahulu. Apabila jumlah subjek penelitian sudah mencapai jumlah yang diinginkan, yaitu 90 orang, pencarian subjek dihentikan.

4.5 Metode analisis Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan mengunakan software SPSS versi 15.0. Analisis statistik untuk data deskriptif dilakukan dengan menggunakan persentase (data kategorik). Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, dimana fakultas ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan

b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU

c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan

d. Batas Barat : Fakultas Psikologi, USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skill lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400 lebih orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak universitas.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU stambuk 2007, 2008 dan 2009 yang terpilih, yaitu sebanyak 90 orang mahasiswa. Dari keseluruhan responden, gambaran


(42)

karakteristik yang diamati meliputi stambuk dan jenis kelamin. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi stambuk responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan stambuk

Stambuk Jumlah %

2007 30 33,3

2008 30 33,3

2009 30 33,3

Total 90 100

Dari tabel diatas terlihat jumlah sampel pada setiap stambuk adalah 30 orang (33,3%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Pria 47 52,2

Wanita 43 47,8

Total 90 100

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden pria sebanyak 47 orang (52,2%) dan responden wanita sebanyak 43 orang (47,8%).

5.3 Hasil Analisa data dan Pembahasan 5.3.1 Hasil Analisa Data

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden mengenai vaksin HPV. Data lengkap distribusi jawaban responden mengenai vaksin HPV dapat dilihat pada tabel 5.3.


(43)

Tabel 5.3 Distribusi jawaban responden mengenai vaksin HPV

Pertanyaan

Tidak

Tahu Salah Benar

f % f % f %

Vaksinasi HPV merupakan imunisasi yang

dianjurkan 18 20,0 28 31,1 44 48,9

Vaksinasi HPV merupakan pencegahan

sekunder pada kanker leher rahim 3 3,3 75 83,3 12 13,3

Vaksin HPV melindungi seseorang dari

kanker leher rahim dan kutil kelamin 5 5,6 5 5,6 80 88,9

Vaksin HPV hanya penting untuk wanita

dengan lebih dari satu mitra seks 4 4,4 22 24,4 64 71,1

Vaksin HPV dapat diberikan pada laki-laki 27 30 33 36,7 30 33,3

Vaksinasi HPV hanya dapat diperoleh dari

dokter spesialis kandungan dan kebidanan 16 17,8 39 43,3 35 38,9

Lokasi penyuntikkan vaksin HPV 54 60 25 27,8 11 12,2

Usia pemberian vaksinasi HPV 37 41,1 27 30,0 26 28,9

Frekuensi pemberian vaksinasi HPV 42 46,7 12 13,3 36 40,0

Jenis vaksin HPV yg telah dipasarkan 52 57,8 19 21,1 19 21,1

Setelah mendapat vaksin HPV, wanita tidak perlu melakukan pemeriksaan Pap smear

9 10,0 5 5,6 76 84,4

Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan yang paling banyak dijawab tidak tahu adalah nomor 7 dan 10, yaitu sebanyak 54 orang (60%) dan 52 orang (57,8%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui lokasi penyuntikan vaksin HPV dan jenis vaksin HPV yang telah dipasarkan.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah nomor 2, yaitu sebanyak 75 orang (83,3%). Sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban yang


(44)

salah mengenai vaksinasi HPV sebagai pencegahan sekunder pada kanker leher rahim.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah nomor 3, 4, dan 11, yaitu sebanyak 80 orang (88,9%), 64 orang (71,1%), dan 76 orang (84,4%). Sebagian besar mahasiswa mengetahui dengan benar bahwa vaksin HPV dapat melindungi seseorang dari kanker leher rahim dan kutil kelamin, dimana vaksin ini tidak hanya penting bagi wanita dengan lebih dari satu mitra seks dan setelah vaksinasi, wanita tetap perlu melakukan pemeriksaan pap smear.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini ditentukan melalui seluruh jawaban responden. Tingkat pengetahuan dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu baik, sedang, dan kurang. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan respon dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden

Variabel Kategori f %

Pengetahuan Kurang 10 11,1

Sedang 65 72,2

Baik 15 16,7

Total 90 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling besar, yaitu sebanyak 65 orang (72,2%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 15 orang (16,7%), dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 10 orang (11,1%).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa sarjana kedokteran USU mengenai vaksin HPV berdasarkan karakteristik stambuk dapat dilihat pada tabel 5.5.


(45)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan stambuk

Stambuk

Tingkat Pengetahuan

Total

Kurang Sedang Baik

f % f % f %

2007 5 50 19 29,2 6 40 30

2008 1 10 27 41,5 2 13,3 30

2009 4 40 19 29,2 7 46,7 30

Total 10 100 65 100 15 100 90

Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi terbesar, yaitu 7 orang (46,7%) yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai vaksin HPV adalah stambuk 2009. Sementara untuk tingkat pengetahuan yang sedang, mayoritas responden adalah stambuk 2008, yaitu sebanyak 27 orang (41,5%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebagian besar berasal dari stambuk 2007, yaitu sebanyak 5 orang (50%).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU mengenai vaksin HPV berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.6.


(46)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total

Kurang Sedang Baik

f % f % f %

Pria 3 30 35 53,8 9 60 47

Wanita 7 70 30 46,2 6 40 43

Total 10 100 65 100 15 100 90

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya baik mengenai vaksin HPV adalah pria, yaitu sebanyak 9 orang (60%). Sementara proporsi terbesar yang berpengetahuan sedang juga adalah pria, yaitu sebanyak 35 orang (53,8%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang paling banyak adalah wanita, yakni sebanyak 7 orang (70%).

5.3.2 Pembahasan

Menurut Roger dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila dilihat dari hasil penelitian, ternyata 16,7% mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU memiliki pengetahuan yang baik mengenai vaksin HPV sedangkan mahasiswa yang berpengetahuan sedang mengenai vaksin HPV sebesar 72,2% dan selebihnya berpengetahuan kurang, yakni sebesar 11,1%. Hasil ini melebihi hasil penelitian yang dilakukan Walsh, et al. (2008) pada 420 masyarakat umum sebagai responden di Birmingham dengan menggunakan sistem skoring (0-6), diperoleh sebanyak 81% responden memiliki skor 0, dan hanya 5,9% responden yang mendapatkan skor 4 atau lebih.


(47)

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan stambuk dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran memiliki pengetahuan baik, yaitu 46,7% yang berasal dari stambuk 2009. Sementara untuk tingkat pengetahuan yang sedang, mayoritas responden adalah stambuk 2008, yaitu sebesar 41,5% sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebagian besar berasal dari stambuk 2007, yaitu sebesar 50%.

Sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Faktor yang mungkin menyebabkan perbedaan tingkat pengetahuan pada setiap stambuk adalah sudah belumnya mendapatkan vaksinasi HPV dan banyaknya paparan informasi yang diperolehnya karena dalam program pendidikan sarjana kedokteran USU hanya diberikan materi kuliah mengenai kanker leher rahim dan kutil kelamin, namun tindakan pencegahannya sering kali terlupakan.

Perlunya peningkatan informasi akan vaksin HPV ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Donders, et al. (2009) di empat klinik ginekologi di daerah Tienen, Belgia. Satu tahun setelah pengenalan vaksin HPV, lebih dari 75% wanita yang menghadiri klinik ginekologi tersebut mengetahui bahwa HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim dan vaksinasi HPV dapat mencegah penyakit tersebut. Dibandingkan satu tahun sebelumnya, wanita muda dan wanita dengan tingkat pendidikan lebih rendah memperlihatkan peningkatan pengetahuan mengenai vaksin HPV secara dramatis.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan sedang mengenai vaksin HPV adalah pria, yaitu 60% dan 53,8%. Sementara responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak adalah wanita, yakni sebesar 70%. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Walsh, et al. (2008) diperoleh bahwa proporsi terbesar untuk setiap skor (0-6) adalah wanita.


(48)

Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut dapat disebabkan perbedaan kondisi masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Ragin, et al. (2009) dan Walsh (2008) yang menyatakan bahwa etnisitas, lokasi geografi, dan tingkat sosial memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran mengenai

vaksin HPV di Universitas Sumatera Utara sebanyak 15 orang (16,7%) dikategorikan baik, 65 orang (72,2%) dikategorikan sedang, dan 10 orang (11,1%) dikategorikan kurang.

2. Berdasarkan karakteristik stambuk, 7 orang (46,7%) mahasiswa pendidikan

sarjana kedokteran USU memiliki pengetahuan yang baik secara umum berasal dari stambuk 2009. Sementara 27 orang (41,5%) mahasiswa yang berpengetahuan sedang berasal dari stambuk 2008 dan 5 orang (50%) mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari stambuk 2007.

3. Tingkat pengetahuan mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran USU

mengenai vaksin HPV berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki memiliki pegetahuan baik, yaitu sebanyak 9 orang (60%). Proporsi terbesar mahasiswa berpengetahuan sedang juga adalah pria, yaitu sebanyak 35 orang (53,8%). Sementara mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang kurang paling banyak adalah wanita, yaitu sebanyak 7 orang (70%).

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan


(50)

Pemberian topik kuliah mengenai vaksin HPV serta imunisasi lainnya dapat dilakukan sehingga dengan meningkatnya pengetahuan, maka diharapkan aplikasinya juga akan meningkat.

2. Mahasiswa diharapkan dapat segera meningkatkan pengetahuan mengenai

vaksin HPV sekaligus perhatiannya untuk melindungi diri sendiri dan pasiennya kelak sehingga cakupan vaksinasi HPV dapat lebih ditingkatkan.

3. Peneliti juga mengharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan pedoman

dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andrijono, 2007. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks.

Majalah Kedokteran Indonesia, 57(5): 153-158.

Aziz, M.F., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Ramli, H.M., et al. eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 97-110.

Bocchini, J.A., et al., 2007. Prevention of Human Papillomavirus Infection: Provisional Recommendations for Immunization of Girls and Women With Quadrivalent Human Papillomavirus Vaccine. Pediatrics, 120(3): 666-668.

Cherath, L. & Alic, M., 2002. Cervical Cancer. Available from:

[Accesed 23 April

2010]

Chuang, T.Y. & Brashear, R., 2009. Genital Warts, University of Southern

California. Available from:

DepKes RI. Vaksin HPV Untuk Perangi Kanker Serviks. Available from:

Doeberitz, M., et al., 1991. Papillomaviruses and Human Cancer. In: Maza, L.M. &

Peterson, E.M., eds. Medical Virology. 10th ed. New York: Plenum Press,


(52)

Donders, G.G.G., et al. 2009. Change in Knowledge of Women about Cervix Cancer, Human Papilloma Virus (HPV), and HPV Vaccination due to Introduction of HPV Vaccines. European Journal of Obstetrics and Gynecology and

Reproductive Biology, 145(1):93-5.

FDA, 2006. FDA Licenses New Vaccine for Prevention of Cervical Cancer and Other

Diseases in Females Caused by Human Papillomavirus. Available from:

____, 2009. FDA Approves New Indication for Gardasil to Prevent Genital Warts in

Men and Boys. Available from:

GlaxoSmithKline, 2009. Hightlights of Prescribing Information Cervarix. Available

from:

February 2010]

Gomez, D.T. & Santos J.L., 2007. Human Papillomavirus Infection and Cervical

Cancer: Pathogenesis and Epidemiology, University Hospital of Guadalajara.

Available from: [Accesed 23 April 2010]

Guiseppe, G.D., et al., 2008. Human Papillomavirus and Vaccination: Knowledge, Attitudes and Behavioural Intention in Adolescents and Young Women in Italy. British Journal of Cancer, 99(2): 225-229.


(53)

Hadinegoro, S.R.S., 2008. Jadwal Imunisasi. In: Ranuh, I.G.N., et al, eds. Pedoman

Imunisasi di Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 97-116.

Handoko, R.P., 1994. Penyakit Virus. In: Djuanda, A., Djuanda, S., Hamzah, M. & Aisah, S., eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 94-109.

Harjono, R.M., et al., 1994. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: EGC, 420; 2012.

Higgins, R.V., Nauman, R.W. & Hall, J., 2009. Condyloma Acuminatum, University of North Carolina. Available from:

2010]

Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H., Susi, N., Wulansari, P. & Mahanani, D.A., eds. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, vol 2. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1295-1297.

Khan, J.A., 2009. HPV Vaccination for the Prevention of Cervical Intraepithelial Neoplasia. The New England Journal of Medicine, 361(3): 271-278.

Lenehan, J.G., et al., 2007. Women’s Knowledge, Attitudes, and Intentions

Concerning Human Papillomavirus Vaccination: Findings of a Waiting Room Survey of Obstetrics-Gynaecology Outpatients. J Obstet Gynaecol Can, 30(6): 489-499.


(54)

Meliono, I., 2007. Pengetahuan. In: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 33-35.

Merck & Co., Inc., 2009. Highlights of Prescribing Information Gardasil. Available from:

[Accesed 14 February 2010]

Mills, K., 2002. Molecular Analysis of Cancer. In: Boultwood, J. & Fidler, C., eds.

Methods in Molecular Medicine, vol 86. Totowa: Humana Press, 1-4.

Notoatmodjo, S., 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. In: Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 139-142.

Pradipta, B. & Sungkar, S., 2007. Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus dalam Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(11): 391-396.

Pratomo, H. & Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan dan

Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud, 23-26.

Prince, N.A., 2005. Infeksi Saluran Genital. In: Hartanto, H., Susi, N., Wulansari, P. & Mahanani, D.A., eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

vol 2. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1332-1355.

Ragin, C.C., et al., 2009. Knowledge About Human Papillomavirus and The HPV

Vaccine – a Survey of The General Population, University of Pittsburgh.

Available from:


(55)

Rasjidi, I., 2009. Kanker Serviks. In: Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada

Wanita. Jakarta: Sagung Seto, 97-159.

________, 2009. Prinsip-prinsip Skrining dan Deteksi Dini. In: Deteksi Dini &

Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto, 5-16.

Rusmil, K., 2008. Human Papilloma Virus. In: Ranuh, I.G.N., et al, eds. Pedoman

Imunisasi di Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 267-270.

Scheinfeld, N. & Lehman, D.S., 2006. An evidence-based review of medical and surgical treatments of genital warts. Dermatology Online Journal, 12(3): 5.

Stawiski, M.A. & Price, S.A., 2005. Infeksi Kulit. In: Hartanto, H., Susi, N., Wulansari, P. & Mahanani, D.A., eds. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, vol 2. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1443-1444.

Storck, S., 2009. Genital Warts, University of Washington School of Medicine.

Available from:

April 2010]

Suwiyoga, I.K., 2007. Beberapa Masalah Pap Smear sebagai alat Diagnosa Kanker

Serviks di Indonesia. Denpasar : Laboratorium Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Udayana. Available from:


(56)

Tarigan, I., 2009. Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks. Available from :

Tiro, J.A., Meissner, H.I., Kobrin, S. & Chollette, V., 2007. What do Women in the US know about Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Cancer

Epidemiology, Biomarkers & Preventions, 16(2): 288-294.

Wahyuni, A.S., 2007. Metode Penarikan Sampel dan Besar Sampel. In: Biostatistika

Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 108-122.

Walsh, C.D., et al., 2008. Public Knowledge and Attitudes Towards Human

Papillomavirus (HPV) Vaccination, University of Birmingham. Available

from:

[Accesed 6 March 2010]

WHO, 2007. Human Papillomavirus and HPV Vaccines. Available from: March 2010]


(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1

Nama : Adeodata Lily Wibisono

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 18 Oktober 1989

Agama : Katolik

Alamat : Jl. HOS Cokroaminoto No. 26/14b Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Sutomo 1 Medan

2. SD Sutomo 1 Medan 3. SMP Sutomo 1 Medan 4. SMA Sutomo 1 Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta PMB FKUSU 2007

2. Panitia PMB FKUSU 2010


(58)

Lampiran 2

Kuesioner

Identitas Subjek

Usia :

(wajib diisi)

Jenis Kelamin : L/P

Kelas : A1 / A2 / B1 / B2*

Stambuk : 2007 / 2008 / 2009*

(*) coret yang tidak perlu

Berilah tanda (√) pada SATU jawaban yang PALING BENAR

No

menurut Anda

Pertanyaan Benar Salah Tidak Tahu

1. Di Indonesia, vaksinasi HPV telah masuk

kedalam program imunisasi yang dianjurkan.

2. Vaksinasi HPV merupakan salah satu pencegahan

sekunder pada kanker leher rahim.

3. Vaksin HPV dapat melindungi seseorang dari

kanker leher rahim dan kutil kelamin.

4. Vaksinasi HPV hanya penting untuk wanita yang

memiliki lebih dari satu mitra seks.

5. Vaksinasi HPV dapat diberikan pada laki-laki.

No. Subjek : ______ - ______


(59)

6. Vaksinasi HPV hanya dapat diperoleh dari dokter spesialis kandungan dan kebidanan.

7. Terdapat 1 jenis vaksin HPV yang telah

dipasarkan.

8. Vaksinasi HPV dilakukan pada daerah deltoid

secara subkutan.

9. Vaksin HPV diberikan pada usia 9 sampai 26

tahun.

10. Vaksinasi HPV dilakukan sebanyak 3 kali. 11. Setelah mendapatkan vaksinasi HPV, seorang

wanita tidak perlu melakukan pemeriksaan Pap smear.Vaksinasi HPV dapat diberikan bersama imunisasi lain.


(60)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Adeodata Lily Wibisono / NIM 070100354 adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU). Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran USU mengenai Vaksin HPV”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada Block Community Research Program.

Karena itu, saya memohon kesediaan saudara/ri untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaanya untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Jika saudara/ri bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan. Saya berharap saudara/ri bersedia mengikuti penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dipahami, saudara/ri dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan saudara/ri menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Medan, - - 2010

Partisipan, Peneliti,


(61)

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

Lampiran 4

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Vaksin HPV”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ...2010


(62)

(63)

(64)

Master Data Uji Validitas dan Reliabilias Lampiran 7

Nama/

kode stambuk JK p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 P 10

P 11

P 12

P 13

P 14

P 15 Tot

v1 2008 L 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 0 2 0 2 2 21

v2 2008 L 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 15

v3 2008 P 2 0 2 1 2 0 2 2 2 2 2 1 2 1 2 23

v4 2007 P 2 2 2 1 1 1 0 1 0 2 2 0 0 0 1 15

v5 2007 P 0 0 1 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8

v6 2007 P 2 0 2 2 1 0 1 2 1 1 0 0 1 2 1 16

v7 2007 P 1 0 1 2 2 1 1 2 0 0 0 1 2 1 2 16

v8 2009 P 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 0 21

v9 2009 P 1 0 2 2 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 11

v10 2009 L 2 1 2 2 2 0 0 1 0 2 0 1 1 1 2 17

v11 2009 P 2 2 1 2 2 1 1 1 0 2 2 0 1 2 2 21

v12 2009 L 1 0 0 1 1 0 2 2 0 2 0 1 1 1 1 13

v13 2007 P 1 0 0 2 1 1 0 2 1 1 0 0 0 2 2 13

v14 2007 P 2 0 2 1 2 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 14

v15 2007 P 2 1 2 1 1 0 1 2 0 1 0 1 2 1 2 17

v16 2007 L 1 1 2 1 2 2 0 1 0 2 2 0 1 2 1 18

v17 2008 P 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 1 8

v18 2007 L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 28

v19 2008 P 1 0 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 6


(65)

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 ptotal p1 Pearson

Correlati on

1 ,561 * ,575* * -,17 3

,190 ,000 ,355 ,303 ,400 ,330 ,347 ,31 6

,12 5

,26 4 ,264

,656* * Sig.

(2-tailed) ,010 ,008 ,46

7 ,424 1,00

0 ,125 ,195 ,081 ,155 ,134 ,17

5 ,60

1 ,26

1 ,261 ,002 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p2 Pearson

Correlati on

,561* 1 ,328 ,00 0 ,293

,445

* -,042 -,065 ,143 ,432 ,513 * ,24 8 -,08 9 ,14

1 ,047 ,554* Sig.

(2-tailed) ,010 ,158 1,0

00 ,210 ,050 ,860 ,786 ,549 ,057 ,021 ,29

2 ,70

9 ,55

2 ,844 ,011 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p3 Pearson

Correlati on

,575** ,328 1 ,02

8 ,346 ,261 ,038 ,195 ,331 ,106 ,383 ,26 4 ,06 0 -,04 3

,064 ,533* Sig.

(2-tailed) ,008 ,158 ,90

7 ,135 ,267 ,873 ,410 ,154 ,656 ,096 ,26

0 ,80

1 ,85

9 ,789 ,015 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p4 Pearson

Correlati on

-,173 ,000 ,028 1 ,092 ,211 -,200 ,146 ,193 -,292 -,215 ,21 4 -,24 1 ,22

3 ,064 ,089 Sig.

(2-tailed) ,467 1,00

0 ,907 ,701 ,373 ,398 ,539 ,415 ,211 ,362 ,36

6 ,30

7 ,34

4 ,789 ,709 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p5 Pearson

Correlati on

,190 ,293 ,346 ,09 2 1

,529

* ,073 -,027 ,207 ,204 ,364 ,34 1 ,08 8 -,08 2

,502* ,548* Sig.

(2-tailed) ,424 ,210 ,135 ,70

1 ,016 ,759 ,911 ,381 ,387 ,115 ,14

1 ,71

2 ,73

2 ,024 ,012 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p6 Pearson

Correlati on

,000 ,445 * ,261

,21 1

,529

* 1 -,124 -,106 ,219 ,038 ,398 ,24 2 -,41 3 ,25

3 ,138 ,416 Sig.

(2-tailed) 1,000 ,050 ,267 ,37

3 ,016 ,603 ,658 ,353 ,872 ,083 ,30

3 ,07

0 ,28

1 ,561 ,068 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p7 Pearson

Correlati on

,355 -,042 ,038

-,20 0

,073 -,124 1 ,552

* ,501* ,328 ,238 ,55

5* ,28

9 ,30

6 ,306 ,559* Sig.

(2-tailed) ,125 ,860 ,873 ,39

8 ,759 ,603 ,012 ,024 ,158 ,312 ,01

1 ,21

6 ,18

9 ,189 ,010 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p8 Pearson

Correlati on

,303 -,065 ,195

,14

6 -,027 -,106 ,552

* 1 ,508* ,140 ,147 ,45

5* ,31

7 ,28

0 ,280 ,535* Sig.

(2-tailed) ,195 ,786 ,410 ,53

9 ,911 ,658 ,012 ,022 ,557 ,536 ,04

4 ,17

4 ,23

3 ,233 ,015 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p9 Pearson

Correlati on

,400 ,143 ,331 ,19

3 ,207 ,219 ,501

* ,508

* 1 ,079 ,384 ,50 0* -,08 0 ,39 0 ,074

,643* * Sig.

(2-tailed) ,081 ,549 ,154 ,41

5 ,381 ,353 ,024 ,022 ,740 ,094 ,02

5 ,73

8 ,08

9 ,757 ,002 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p10 Pearson

Correlati on

,330 ,432 ,106 -,29 2

,204 ,038 ,328 ,140 ,079 1 ,511 * ,18 5 ,03 8 ,14

2 ,346 ,513* Sig.

(2-tailed) ,155 ,057 ,656 ,21

1 ,387 ,872 ,158 ,557 ,740 ,021 ,43

5 ,87

2 ,54

9 ,136 ,021 N

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 p11 Pearson

Correlati on

,347 ,513 * ,383

-,21 5

,364 ,398 ,238 ,147 ,384 ,511 * 1

,07 4 -,03 5 ,10 1 ,101

,620* * Sig.

(2-tailed) ,134 ,021 ,096 ,36

2 ,115 ,083 ,312 ,536 ,094 ,021 ,75

5 ,88

5 ,67

3 ,673 ,004 N


(1)

76 10/08/2010 2007 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 20 baik 77 10/08/2010 2007 2 2 1 0 2 1 1 0 2 0 0 2 11 sedang 78 10/08/2010 2007 2 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0 2 10 sedang 79 10/08/2010 2007 1 2 1 2 2 1 0 2 0 1 0 2 13 sedang 80 10/08/2010 2007 2 0 1 2 2 2 0 2 2 0 0 2 13 sedang 81 10/08/2010 2007 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 19 baik 82 10/08/2010 2007 1 2 1 2 2 1 2 0 1 2 2 2 17 baik 83 10/08/2010 2007 1 1 1 2 2 0 2 0 2 0 2 2 14 sedang 84 10/08/2010 2007 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 19 baik 85 18/08/2010 2007 1 0 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 18 baik 86 18/08/2010 2007 2 2 1 2 1 1 2 0 0 0 0 2 11 sedang 87 18/08/2010 2007 2 0 1 2 2 0 1 0 1 1 2 2 12 sedang 88 18/08/2010 2007 2 0 1 2 2 0 0 0 1 0 0 2 8 kurang 89 19/08/2010 2007 2 2 1 2 1 1 2 0 0 0 0 2 11 sedang 90 19/08/2010 2007 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 baik


(2)

Stambuk

30 33,3 33,3 33,3

30 33,3 33,3 66,7

30 33,3 33,3 100,0

90 100,0 100,0

2007 2008 2009 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

JK

47 52,2 52,2 52,2

43 47,8 47,8 100,0

90 100,0 100,0

pria wanita Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

p1

18 20,0 20,0 20,0

28 31,1 31,1 51,1

44 48,9 48,9 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(3)

p2

3 3,3 3,3 3,3

75 83,3 83,3 86,7

12 13,3 13,3 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

p3

5 5,6 5,6 5,6

5 5,6 5,6 11,1

80 88,9 88,9 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

p4

4 4,4 4,4 4,4

22 24,4 24,4 28,9

64 71,1 71,1 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

p5

27 30,0 30,0 30,0

33 36,7 36,7 66,7

30 33,3 33,3 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(4)

16 17,8 17,8 17,8

39 43,3 43,3 61,1

35 38,9 38,9 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent Percent

p7

54 60,0 60,0 60,0

25 27,8 27,8 87,8

11 12,2 12,2 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

p8

37 41,1 41,1 41,1

27 30,0 30,0 71,1

26 28,9 28,9 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

p9

42 46,7 46,7 46,7

12 13,3 13,3 60,0

36 40,0 40,0 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(5)

p10

52 57,8 57,8 57,8

19 21,1 21,1 78,9

19 21,1 21,1 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

p11

9 10,0 10,0 10,0

5 5,6 5,6 15,6

76 84,4 84,4 100,0

90 100,0 100,0

,00 1,00 2,00 Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Distribusi Data Tingkat Pengetahuan Responden mengenai Vaksin HPV

ptingkat

15 16,7 16,7 16,7

65 72,2 72,2 88,9

10 11,1 11,1 100,0

90 100,0 100,0

baik sedang kurang Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent


(6)

Stambuk * pti ngka t Crosstabulati on

6 19 5 30

40,0% 29,2% 50,0% 33,3%

2 27 1 30

13,3% 41,5% 10,0% 33,3%

7 19 4 30

46,7% 29,2% 40,0% 33,3%

15 65 10 90

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within pt ingk at Count

% within pt ingk at Count

% within pt ingk at Count

% within pt ingk at 2007

2008

2009 St ambuk

Total

baik sedang kurang

ptingkat

Total

JK * ptingkat Crosstabulation

9 35 3 47

60,0% 53,8% 30,0% 52,2%

6 30 7 43

40,0% 46,2% 70,0% 47,8%

15 65 10 90

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within ptingkat Count

% within ptingkat Count

% within ptingkat pria

wanita JK

Total

baik sedang kurang

ptingkat

Total