Proyeksi Arus Kas

7.2 Proyeksi Arus Kas

  Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Aliran arus kas diproyeksikan selama 15 tahun sesuai dengan umur ekonomis pabrik. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis (pabrik kelapa sawit).

7.2.1 Outflow (Pengeluaran)

  Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan investasi pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri

  dari biaya investasi dan biaya operasional. Outflow menggambarkan pengeluaran- pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik..

7.2.1.1 Biaya Investasi

  Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan awal (star up cost) pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara. Biaya investasi ini meliputi bangunan pabrik beserta instalasi permesinan, perumahan, gudang, kendaraan dan jalan beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Total jumlah investasi keseluruhan sebesar Rp. 82.368.421.000. Berikut ini di sajikan rekapitulasi biaya investasi pada (Tabel 7) sedangkan rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

  Tabel 7. Rekapitulasi Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit

  umur Teknis

  Nilai(Rp.000)

  3 Perumahan + mess + gudang

  total Investasi Fisik

  Pembangunan pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam dilakukan selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek 15 tahun di tetapkan berdasarkan umur ekonomis pabrik.Biaya re-investasi yang dikeluarkan hanya untuk investasi kendaraan dan jalan dikarenakan umur ekonomisnya lebih pendek dari umur ekomonis proyek yaitu sebesar Rp. 4.161.175.000. Sementara untuk kebutuhan Pembangunan pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam dilakukan selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek 15 tahun di tetapkan berdasarkan umur ekonomis pabrik.Biaya re-investasi yang dikeluarkan hanya untuk investasi kendaraan dan jalan dikarenakan umur ekonomisnya lebih pendek dari umur ekomonis proyek yaitu sebesar Rp. 4.161.175.000. Sementara untuk kebutuhan

  perolehan hak atas HGU mengacu pada Undang-Undang No.12 tahun 1994 tentang pajak perolehan atas pengelolaan tanah dan bangunan.

7.2.1.2 Biaya Operasional

  Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala dalam rangka memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi agar pengoperasian pabrik berjalan dengan lancar. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta diasumsikan konstan untuk setiap tahunnya. Biaya tetap merupakan biaya rutin yang harus dikeluarkan sehubungan dengan pengoperasian pabrik yang terdiri dari biaya administrasi, pemeliharaan pabrik, biaya pemeliharaan asset lain dan asuransi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang timbul karena proses dan penggunaan input produksi yang terdiri dari gaji, pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Rekapitulasi biaya operasional secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

  Tabel 8. Biaya Operasional Pabrik Kelapa Sawit (Rp.000)

  Gaji Karyawan dan Staff

  B. Adm dan Kantor

  Pembelian Tbs

  B. Pemeliharaan Pabrik

  B. Pemeliharaan asset lainya

  B.B. Pembantu Proses Produksi

  Dari Tabel 8. di atas, tahun ke-0 merupakan tahun masa pembangunan pabrik sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga tidak membutuhkan biaya Dari Tabel 8. di atas, tahun ke-0 merupakan tahun masa pembangunan pabrik sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga tidak membutuhkan biaya

  komersial dengan kapasitas produksi awal diperkirakan sekitar 70 persen tahun ke-1 serta 90 persen pada tahun ke-2 dari kapasitas terpasang pabrik yang disebabkan oleh belum optimalnya pasokan bahan baku ke pabrik. Total biaya operasional pada tahun ke-1 adalah Rp. 68.869.554.000 dan Rp. 173.885.032.000 pada tahun ke-2. Selanjutnya tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-15 pabrik sudah dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan kapasitas terpasang mesin seiring dengan stabilnya pasokan bahan baku ke pabrik. Jumlah total biaya operasional per tahun sekitar Rp.192.461.032.000.

7.2.2 Inflow (Penerimaan)

  Arus penerimaan atau pendapatan dalam analisis kelayakan investasi pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari pendapatan hasil penjualan dan nilai sisa. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk yang terdiri dari CPO dan kernel. Sedangkan nilai sisa diperoleh dari nilai barang modal (asset) yang tersisa pada saat umur proyek berakhir.

  Pendapatan penjualan yang merupakan hasil penjualan produk sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi pabrik serta harga penjualan. Produksi CPO dan Kernel yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari kapasitas olah terpasang pabrik,tingkat rendemen CPO, rendemen Kernel dan pasokan bahan baku TBS ke pabrik. Kemampuan pasokan bahan baku TBS ke pabrik per hari ini kemudian dijadikan dasar penentuan tolok ukur pengoperasian pabrik per hari.

  Dalam penelitian ini, kapasitas olah terpasang pabrik adalah 30 ton TBS per jam, tingkat rendemen CPO 21 persen, rendemen Kernel 4 persen, harga jual

  CPO Rp. 8.861 per kg, Kernel Rp. 4.900 per kg serta waktu pengoperasian pabrik

  12 jam per hari atau 50 persen dari kemampuan maksimal per hari. Pada tahun pertama dan ke dua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70 dan 90 persen dari kapasitas rencana, baru pada tahun ke tiga pasokan bahan baku TBS di perkirakan normal. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada output produksi dan penerimaan hasil penjualan produk. Berikut ini disajikan Rekapitulasi penerimaan (inflow), produksi dan hasil penjualan selama umur proyek (Tabel 9).

  Tabel 9. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi Pabrik Kelapa Sawit

  Nilai Penjualan

  Produksi

  Nilai Penjualan

  Nilai Sisa Jumlah

  (Rp.000) (Rp.000)