Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Otonomi Hasil Pemekaran dan Daerah Induknya di Provinsi Sumatera Barat

B. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Otonomi Hasil Pemekaran dan Daerah Induknya di Provinsi Sumatera Barat

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Sebelum Pemekaran Daerah

  Dari Tabel 11 ini terlihat bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Daerah Induk sebelum terjadinya pemekaran. Tabel 11. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Induk Sebelum Pemekaran Daerah

  di Provinsi Sumatera Barat sebelum pemekaran

  Tahun

  Padang Pariaman

  -3.55 -3.19 -3.88

  Sumber: BPS Sumatera Barat (data diolah) Catatan: ) tahun 1993 - 1999 menggunakan data ADHK 1993,

  ) tahun 2000 – 2003 menggunakan data ADHK 2000

  Dari Tabel 11 dapat terlihat bagaimana pertumbuhan ekonomi di daerah kabupaten induk. Pada tahun 1998 semua kabupaten mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus (-) hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Padang Pariaman sebelum dilakukan pemekaran. Pada tahun 1993 terjadi pertumbuhan

  ekonomi signifikan, hal ini disebabkan karena pada tahun sebelum tahun 1993 menggunakan harga dasar tahun 1983. Kemudian pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi di semua Kabupaten mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan karena pada tahun 1996 – 1998 menggunakan harga konstan tahun 1993, sedangkan pada tahun 2000 – 2003 menggunakan harga konstan tahun 2003.

b. Setelah Pemekaran Daerah

  Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk mengevaluasi hasil pembangunan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan pertumbuhan negatif menunjukkan terjadinya penurunan kinerja perekonomian dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel 12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten DOHP di Provinsi Sumatera Barat

  setelah Pemekaran (persen)

  Tahun

  Kep.Mentawai

  Dharmasraya

  Pasaman Barat

  Solok Selatan

  Sumber: BPS Sumatera Barat dalam beberapa tahun (data diolah)

  Dari Tabel 12 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di DOHP setelah pemekaran mengalami cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan ekonomi DOHP yang tertinggi yaitu Kabupaten Pasaman Barat sebesar 6,41 persen. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi DOHP yang terendah adalah Kabupaten Kepualauan Mentawai sebesar 4,66 persen.

  Setelah digambarkan bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kabupaten DOHP setelah pemekaran, pada Tabel 13 juga disajikan bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Induk setelah dilakukan pemekaran. Tabel 13. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Induk Setelah Pemekaran di

  Provinsi Sumatera Barat (persen)

  Tahun Kabupaten Induk

  Padang Pariaman

  2001 3.84 - 2002 4.66 - 2003 4.72 - 2004 5.27 - 2005 9.96 5,32 5,61 5,87 2006 19.01 5,95 5,77 6,02 2007 6.11 5,6 5,92 6,24 2008 6.24 5,32 6,08 6,35 2009 3.94 5,59 6,12 6,24 2010 5.14 5,51 6,14 6,05 2011 5.50 5,74 6,14 6,13 2012 6.03 6,08 6,16 6,26

  Rata-rata 6.70

  Sumber: BPS Sumatera Barat (data diolah)

  Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 – 2012 dan 2001 – 2012 (khusus Kabupaten Padang Pariaman) di kabupaten induk mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun Kabupaten Padang Pariaman laju pertumbuhan ekonominya berfluktuatif. Tetapi jika dirata-ratakan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah kabupaten induk dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 6,70 persen. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi daerah induk terendah yaitu Kabupaten Sijunjung yaitu sebesar 5,64 persen. Jika dirata-ratakan secara keseluruhan laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten induk yaitu sebesar 6,12 persen.

  Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi kabupaten induk yaitu sebesar 6,38 persen lebih besar dibandingkan dengan kabupaten DOHP yaitu sebesar 5,89 persen. Hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan ekonomi semua kabupaten DOHP lebih rendah dibandingkan kabupaten induknya, kecuali Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman Barat. Dan apabila dilihat dari PDRB Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2004 – 2012 lebih tinggi dibandingkan daerah induknya yaitu Kabupaten Pasaman. Dan PDRB Kabupaten Dharmasraya sepanjang tahun 2004 – 2012 lebih rendah dibandingkan daerah induknya yaitu Kabupaten Sijunjung (Lampiran 5). Namun, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Dharmasraya lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Sijunjung.

2. Klasifikasi Pertumbuhan Tipologi Klasen

a. Sebelum Pemekaran

  Pada periode 1995 – 2003 rata-rata laju pertumbuhan pendapatan ekonomi dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat lebih tinggi dibandingkan dangan Kabupaten Sijunjung, Pasaman dan Solok. Namun, Kabupaten Padang Pariaman yang dimekarkan pada tahun 1999 maka dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat tahun 1987 – 1999. Dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat, Pada periode 1995 – 2003 rata-rata laju pertumbuhan pendapatan ekonomi dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat lebih tinggi dibandingkan dangan Kabupaten Sijunjung, Pasaman dan Solok. Namun, Kabupaten Padang Pariaman yang dimekarkan pada tahun 1999 maka dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat tahun 1987 – 1999. Dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat,

  d dengan pend

  kapita Provin nsi Sumatera a Barat.

  T Tabel 14. H Hasil Analisi is Tipologi Klassen Ka abupaten Ind duk di Prov vinsi Sumate era

  Barat tahun 1 B 1995 – 2003 .

  Kabupate en Pendap patan

  K Kategori

  Laju

  Kategori K

  Induk

  Perka apita

  pertumbuh han

  Sijunjung g 3.214.4 25,56 Re endah (-)

  9.58 9 Re endah (-)

  Sumatera a 3.452.8 23,33

  Barat Sumber: BP S S Sumatera Barat (data d diolah)

  Untu uk memudah hkannya dal lam memban ndingkan pe endapatan p per kapita d dan l laju pertum mbuhan ekon nomi Kabup paten denga an pendapa atan per ka apita dan la aju p pertumbuhan n ekonomi p provinsi bisa dilihat pada a Gambar 1 d di bawah ini i.

  Sijunjung S Pasaman P

  Solok S

  Sumatera Bara at

  Pendapatan pe P rkapita

  Laju pertu umbuhan

  G Gambar 1. Grafik Has il Analisis Tipologi K Klassen Kabu upaten Indu uk di Provin nsi

  Sumatera B Barat tahun 1 1995 – 2003 .

  Selan njutnya unt tuk hasil a analisis Tip pologi Klas ssen Kabup paten Pada ang P Pariaman dis sajikan pada a tabel yang berbada pad da tabel 15. karena Kabu upaten Pada Pariaman dim mekarkan pa ada tahun 19 999. Sehingg ga tabel hasil l analisis Tip pologi Klass sen

  dibawah ini d merupakan data rata-rat ta laju pertu umbuhan eko onomi dan p pendapatan p per

  kapita sebelu k um pemekar ran Kabupat ten Padang Pariaman y yang dibandi ingkan deng gan

  d data rata-rata a laju pertum mbuhan ekon nomi dan pen ndapatan per r kapita prov vinsi Sumate era

  Barat pada ta B ahun 1987 – – 1999.

  T Tabel 15. Ha asil Analisis Tipologi Kl lassen Kabup paten Padan ng Pariaman tahun 1987 –

  Kabupaten n Pendapa atan

  Ka ategori

  Laju

  K Kategori

  Induk

  Perkap pita

  pertumbuh han

  Padang

  907.700 0,66 Ren ndah (-)

  Tinggi (+) T

  Pariaman Sumatera

  Barat S Sumber: BP S Sumatera Barat (data d diolah)

  Untu uk lebih jela as dalam m membandingk kan pendap patan per ka apita dan la aju pertumbuhan p n Kabupaten n Padang P ariaman den ngan pendap patan per k kapita dan la

  n ekonomi P Provinsi Sum matera Barat bisa dilihat p pada grafik di bawah ini i.

  Pa adang Pariama n

  Su umatera Barat

  P endapatan per rkapita

  Laju pertumb buhan

  Gambar 2. G G Grafik Hasil Analisis Tip pologi Klass sen Kabupate en Padang P Pariaman tah hun

  1 987 – 1999.

  Berdasarkan hasil pada Tabel 14 dan Tabel 15 dalam Tipologi Klassen, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

  Tabel 16. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Induk Sebelum Pemekaran

  Pendapatan per kapita

  Laju pertumbuhan (r)

  ri >r

  Kuadran I

  Kuadran II

  Kuadran III

  Kuadran IV

  ri

  Padang Pariaman - Sijunjung

  - Solok - Pasaman

  Sumber: Tabel 14 dan 15 (data diolah)

  Dari Tabel 16 dikemukakan bagaimana klasifikasi pertumbuhan ekonomi kabupaten daerah induk sebelum dilakukannya pemekaran yaitu sebagai berikut:

  i. Sebelum dilakukan pemekaran daerah, hanya ada satu kabupaten yang masuk ke dalam daerah Kuadran III (daerah berkembang) yaitu Kabupaten Padang Pariaman. Salah satu faktor yang menyebabkan Kabupaten Padang Pariaman masuk ke dalam daerah maju tapi tertekan adalah dominannya peranan sektor pertanian yang didukung oleh sektor industri pengolahan, bisa dilihat pada data sebelum terjadinya pemekaran yaitu tahun sebelum terjadinya (Tahun 1988 – 1999) kontribusi sektor industri di Kabupaten Padang Pariaman relatif lebih tinggi yaitu rata-rata sebesar 10,22 persen jika dibandingkan kabupaten induk lainnya.

  ii. Kemudian ada 3 (tiga) kabupaten yang masuk ke daerah kuadran IV (daerah relatif tertinggal) sebelum dilakukan pemekaran yaitu Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok dan Kabupaten Pasaman. Ketiga Kabupaten ini masuk ke dalam daerah relatif tertinggal karena dominannya sektor pertanian yang tidak didukung oleh peranan sektor industri pengolahan. Jika kontribusi sektor industri pengolahannya dibandingkan dengan kontribusi sektor industri pengolahan

  Kabupaten Padang Pariaman, terlihat kontribusi sektor industri pengolahannya masih relatif lebih rendah sebelum dilakukan pemekaran (Tahun 1995 – 2003), yaitu rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan Kabupaten Sijujung sebesar 6,41 persen, Kabupaten Pasaman sebesar 7,76 persen dan Kabupaten Solok sebesar 8,11 persen.

b. Setelah Pemekaran

  Selama periode setelah pemekaran ternyata pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat selalu berada di atas pendapatan per kapita Kabupaten DOHP, atau dapat dikatakan bahwa seluruh Kabupaten DOHP pendapatan per kapitanya di bawah pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan untuk laju pertumbuhan PDRB Sumatera Barat berada di bawah laju pertumbuhan PDRB Kabupaten DOHP kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai yang laju pertumbuhan PDRB daerahnya sebasar 4,66 persen yang lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera barat yaitu sebesar 5,98 persen.

  Tabel 17. Hasil Analisis Tipologi Klassen Kabupaten DOHP di Provinsi Sumatera

  Barat Tahun 2005 – 2012

  Kabupaten

  Pendapatan

  Kategori Laju Kategori

  5.702.222,22 Rendah (-)

  Tinggi (+)

  Solok Selatan

  4.270.000,00 Rendah (-)

  Tinggi (+)

  Pasaman Barat 6.937.777,78 Rendah (-)

  Tinggi (+)

  Sumatera Barat 7.391.111,11

  Sumber: BPS Sumatera Barat (data diolah)

  Dari tabel17. disajikan bagaimana perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Kabupaten DOHP dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi. Untuk kebih jelas dalam membandingkannya bisa dilihat pada Gambar 3 berikut.

  Dharmasra aya Solok Selat tan

  Pasaman B Barat

  Sumatera B

  Pendapatan Pe erkapita

  Laju Pe ertumbuhan

  Gambar 3. . Grafik Has sil Analisis Tipologi K Klassen Kabu upaten DOH HP di Provin nsi

  Sumatera B Barat Tahun 2005 – 2012 2. Untu uk tabel hasi il analisis Ti ipologi Klas ssen Kabupa aten Kepulau uan Mentaw wai

  d disajikan se ecara terpisa ah di bawa ah ini, karen na Kabupat ten Kepulau m memisahkan n diri dari K Kabupaten Pa adang Pariam man pada ta ahun 1999. Sehingga da ata rata-rata laju r u pertumbuh han ekonomi i dan pendap patan perkap pita yang di igunakan ya itu

  data tahun d 2000 – 20 12 yang di ibandingkan n dengan ra ata-rata laju pertumbuh han

  e ekonomi dan n pendapatan n per kapita Provinsi Sum matera Barat t. T Tabel 18. H Hasil Analisi is Tipologi Klassen Ka abupaten Ke pulauan Me entawai Tah hun

  2 2000 – 2012.

  Kabupa ten

  Pen ndapatan

  DOHP P

  Pe erkapita

  pertum mbuhan

  Kepulau uan

  6.50 09.230,77 Rendah (-) ) 4.6 66 Rendah (-) R

  Mentaw wai Sumatera B Barat 6.85 50.769,20

  Sumbet: BPS S S Sumatera B Barat (data d diolah)

  Untu uk lebih jela as dalam m membandingk kan pendap patan per ka apita dan la aju pertumbuhan p n kabupaten Kepulauan Mentawai d dengan pend dapatan per k kapita dan la

  n ekonomi P Provinsi Sum matera Barat bisa dilihat p pada grafik di berikut.

  Kep.Mentawai K

  Sumatera Bara S t

  Pe ndapatan Perk kapita

  Laju Pertum buhan

  Gambar 4. G G Grafik Hasil Analisis Tip pologi Klasse en Kabupate en Kepulaua n Mentawai

  T Tahun 2000 – – 2012 Kem mudian untuk k Kabupaten n induk selam ma kurun w waktu tahun 2005 - 201 12,

  pendapatan p per kapita s semua daera ah induk ber rada di baw wah pendapa atan per kap pita Provinsi Sum P matera Barat t. Sedangkan n untuk laju pertumbuha an PDRB kab bupaten ind duk

  berada di ata b as laju pertu umbuhan PD DRB provins si Sumatera Barat, kecu uali Kabupat ten

  Sijunjung ya S ang laju per rtumbuhan P PDRB daera ahnya sebesa ar 5,64 pers sen yang leb bih rendah diban r ndingkan de engan laju pe ertumbuhan PDRB Prov vinsi Sumate era Barat ya itu sebesar 5,98 s persen.

  T Tabel 19. Ha asil Analisis Tipologi Kl lassen Kabup paten Daera ah Induk di P Provinsi

  Su umatera Bara at Tahun 200 05 – 2012

  Kabupat ten

  Pend dapatan

  Kategori

  Laju u

  K Kategori

  Induk k

  Per kapita

  pertumbu uhan

  Sijunjun ng 6.22 20.000

  R Rendah (-)

  5,64 Rendah (-) R

  6,14 T Tinggi (+)

  Pasama an 4.931 1.111,11 R

  5,99 T

  Sumater ra 7.391 1.111,11

  Barat Sumber: BP PS Sumatera a Barat (data a diolah)

  Dari Tabel 19 terlihat bah hwa hanya K Kabupaten Sijunjung y yang memil iki pendapatan p per kapita a dan laju u pertumbu uhan ekono omi yang lebih rend dah

  dibandingka d an provinsi S Sumatera Ba arat. Untuk l lebih jelasny ya dalam me embandingk kan

  i ini bisa dilih hat pada Gam mbar 5 di baw wah ini.

  Sijun njung Solo ok

  Pasa aman

  Sum matera Barat

  Pe endapatan perk kapita

  Laju pertum mbuhan

  Gambar 5. Grafik Ha asil Analisis Tipologi K Klassen Kab bupaten Dae erah Induk di

  Provinsi S Sumatera Bar rat Tahun 20 005 – 2012. Kem mudia untuk hasil analisi is Tipologi K Klassen Kab bupaten Pad dang Pariam man

  setelah peme s ekaran bisa d dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Ha T asil Analisis Tipologi Kl lassen Kabu upaten Padan ng Pariaman Tahun 2000 0–

  Kabupa aten

  Pen ndapatan

  Induk k

  Pe erkapita

  pertumb buhan

  Padang Par riaman 5. 926.163

  Rendah (-) ) 6.7 70 Tinggi (+) T

  Sumatera B Barat 6.85 50.769,20

  Sumber: BP PS Sumatera a Barat (data a diolah)

  Dari Tabel 20 terlihat t bahwa Ka abupaten Pad dang Pariam man memilik ki pendapat tan p perkapita ya ang lebih ren ndah diband dingkan pend dapatan per kapita Prov vinsi Sumate era

  Barat namun B n memiliki la aju pertumbu uhan ekonom mi yang lebi h tinggi diba andingkan la aju

  pertumbuhan p n ekonomi P Provinsi Sum matera Barat. .

  Padan ng Pariaman

  Suma tera Barat

  Pen ndapatan Perka apita

  L aju Pertumbuh han

  Gambar 6. Grafik Has sil Analisis Tipologi K Klassen Kab bupaten Pad dang Pariam man

  Tahun 200 00 – 2012

  Dari Tabel 19 dan Tabel 20 di atas terlihat ba ahwa, sebelu um terjadin nya p pemekaran h hanya satu kabupaten y yang memil liki laju per rtumbuhan e ekonomi ya ang l lebih tinggi i dari laju pertumbuha an ekonomi i provinsi yaitu Kabu upaten Pada Pariaman, k P kemudian set telah terjadi i pemekaran n ada dua k abupaten in nduk lagi ya m memiliki laj u pertumbuh han ekonom mi yang lebih h tinggi dari provinsi ya aitu Kabupat ten S Solok dan Pasaman. N Namun Kab bupaten Sij unjung, bai ik sebelum dan sesud dah p pemekaran t tetap miliki laju pertum mbuhan ekon nomi yang le ebih rendah dibandingk kan laju pertumb l buhan ekono omi provinsi i. Dan berda asarkan hasil l pada Tabel l 19 dan Tab bel

  2 20 dalam Ti ipologi Klas ssen, maka d diperoleh has sil sebagai be erikut:

  Tabel 21. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten DOHP dan Kabupaten

  Daerah Induknya di Provinsi Sumatera Barat Setelah Pemekaran

  Pendapatan per kapita (Y)

  Yi >Y

  Yi

  Laju pertumbuhan (r)

  ri >r

  Kuadran I

  Kuadran II

  Kuadran III

  Kuadran IV

  Kepulauan Mentawai

  - Padang Pariaman, - Solok Selatan,, - Pasaman Barat, - Dharmasraya

  Sumber: Tabel 17, 18, 19 dan 20 (data diolah)

  Dari Tabel 21 dikemukakan bagaimana klasifikasi pertumbuhan ekonomi kabupaten DOHP dan kabupaten daerah induk yaitu sebagai berikut:

  i. Tidak ada kabupaten baik itu DOHP maupun kabupaten induk yang masuk ke daerah Kuadran I yaitu daerah maju. Karena laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita di kabupaten DOHP dan kabupaten induk lebih kecil dari pada laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat.

  ii. Tidak ada kabupaten DOHP dan kabupaten induk yang masuk dalam kategori daerah Kuadran II (daerah maju tapi tertekan). Karena tidak ada daerah baik kabupaten DOHP maupun kabupaten induk yang memiliki laju pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Barat.

  iii. Ada tiga kabupaten DOHP yang masuk dalam kategori daerah kuadran III (daerah berkembang) yaitu Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Solok Selatan. Dan juga ada tiga kabupaten induk yang masuk ke dalam Kuadran III ini yaitu Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Padang Pariaman. Faktor yang menyebabkan keenam kabupaten ini

  masuk dalam Kuadran III karena dominannya sektor pertanian yang didukung oleh sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor indutri pengolahan di enam kabupaten ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten yang masuk ke dalam Daerah relatif tertinggal. Bisa terlihat pada data, dimana kontribusi sektor industri pengolahan di keenam kabupaten ini. Untuk kabupaten DOHP yaitu Kabupaten Dharmasraya rata-rata kontribusi sektor indutri pengolahannya yaitu 6,72 persen, Kabupaten Pasaman Barat sebesar 22,52 persen, dan Solok Selatan 9,96 persen. Kemudian untuk kabupaten induk yaitu Kabupaten Pasaman rata-rata kontribusi sektor industri pengolahannya yaitu 4.45 persen, Kabupaten Solok sebesar 7.32 persen dan Kabupaten Padang Pariaman sebesar 12,99 persen. Khusus untuk Kabupaten Pasaman walaupun memiliki kontribusi sektor industri pengolahan yang relatif kecil jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang berada dalam Kuadran IV, faktor yang menyebabkan Kabupaten Pasaman masuk dalam Kuadran III yaitu karena Kabupaten Pasaman Barat memiliki sektor- sektor lain (diluar sektor pertanian dan industri pengolahan) yang relatif berkontribusi besar dalam PDRB daerahnya sehingga memiliki PDRB daerah yang relatif tinggi dibandingkan dengan daerah yang berada di Kuadran IV sehingga berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasaman.

  iv. Ada dua daerah yang masuk dalam kategori daerag Kuadran IV (daerah relatif

  tertinggal) yang terdiri dari satu jabupaten DOHP yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan satu dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Sijunjung. Masuknya kedua kabupaten ini disebabkan karena laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita lebih rendah dari pada laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat. salah satu faktor penyebabnya kedua daerah ini masuk ke dalam Kuadran IV yaitu dominannya sektor pertanian yang kurang didukung dengan peranan sektor indutri pengolahan. Bisa dilihat rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Sijunjung yaitu 5.20 persen dan Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 8,75 persen. Namun, khusus untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai walaupun dilihat kontribusi sektor industri tertinggal) yang terdiri dari satu jabupaten DOHP yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan satu dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Sijunjung. Masuknya kedua kabupaten ini disebabkan karena laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita lebih rendah dari pada laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat. salah satu faktor penyebabnya kedua daerah ini masuk ke dalam Kuadran IV yaitu dominannya sektor pertanian yang kurang didukung dengan peranan sektor indutri pengolahan. Bisa dilihat rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Sijunjung yaitu 5.20 persen dan Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 8,75 persen. Namun, khusus untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai walaupun dilihat kontribusi sektor industri

  Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Solok yang merupakan daerah induknya sama-sama masuk dalam kategori “daerah berkembang”. Begitu juga dengan Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman yang merupakan daerah induknya juga sama-sama masuk dalam kategori “daerah berkembang”. Namun hal tersebut tidak terjadi pada Kabupaten Mentawai yang merupakan DOHP dari Kabupaten Padang Pariaman masuk dalam kategori “daerah tertinggal”, sedangkan Kabupaten Pariaman masuk dalam kategori “daerah berkembang”. Kondisi yang berbeda yang terjadi pada Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Sijunjung. Kabupaten Sijunjung yang merupakan daerah induk masuk dalam kategori “daerah tertinggal”, sedangkan Kabupaten Dharmasraya yang merupakan DOHP-nya masuk dalam kategori “daerah berkembang”.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15