Peran Sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten DOHP dan Kabupaten Daerah Induk

C. Peran Sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten DOHP dan Kabupaten Daerah Induk

a. Sebelum Pemekaran

  Salah satu cara melihat bagaimana peran sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yaitu dengan menggunakan nilai pengganda sektor pertanian terhadap pendapatan daerah. Dari Tabel 22 di bawah ini terlihat bagaimana peran sektor pertanian dalam pendapatan daerah Kabupaten Induk sebelum dilakukannya pemekaran daerah.

  Tabel 22. Hasil Analisis Nilai Angka Pengganda Sektor Pertanian terhadap PDRB

  Kabupaten Induk Sebelum Pemekaran.

  Tahun Kabupaten Induk

  Padang Pariaman

  Untuk memperjelas bagaimana peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi daerah sebelum dilakukannya pemekaran bisa dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.

  4 3.5

  3 2.5

  Padang Pariaman

  Gambar 7. Grafik Peran Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi Daerah Induk

  Sebelum Pemekaran.

  i. Nilai angka pengganda di Kabupaten Padang Pariaman sebelum dilakukannya pemekaran (tahun 1987 – 1999) terlihat cenderung meningkat setiap tahunnya dimana nilai angka pengganda pada tahun 1987 sebesar 2,28 dan tahun 1999 sebesar 2,98. Nilai 2,28 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pendapatan Kabupaten Padang Pariaman sebesar Rp 2,28. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,28 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai angka pengganda pada tahun 1999 sebesar 2,98. Nilai angka pengganda di Kabupaten Padang Pariaman yang cenderung meningkat berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non-pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Padang Pariaman sepanjang tahun 1987 – 1999 (sebelum pemekaran) relatif semakin berkurang dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

  ii. Nilai angka pengganda yang cenderung naik sebelum dilakukan pemekaran (tahun 1995 – 2003) juga terjadi di Kabupaten Sijunjung. Di mana pada tahun 1995 nilai angka penggandanya sebesar 3,05 dan pada tahun 2003 sebesar 3,45. Nilai 3,05 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 makan akan meningkatkan pendapatan Kabupaten Sijunjung sebesar Rp 3,05. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 2,05 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai angka pengganda pada tahun 2003 sebesar 3,45. Kenaikan nilai angka pengganda di Kabupaten Sijunjung berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non-pertanian cenderung meningkat ii. Nilai angka pengganda yang cenderung naik sebelum dilakukan pemekaran (tahun 1995 – 2003) juga terjadi di Kabupaten Sijunjung. Di mana pada tahun 1995 nilai angka penggandanya sebesar 3,05 dan pada tahun 2003 sebesar 3,45. Nilai 3,05 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 makan akan meningkatkan pendapatan Kabupaten Sijunjung sebesar Rp 3,05. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 2,05 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai angka pengganda pada tahun 2003 sebesar 3,45. Kenaikan nilai angka pengganda di Kabupaten Sijunjung berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non-pertanian cenderung meningkat

  iii. Hal yang berbeda terjadi di Kabupaten Pasaman, di mana nilai angka penggadanya sebelum dilakukan pemekaran cenderung mengalami penurunan. Di mana pada tahun 1995 sebesar 2,85 dan pada tahun 2003 sebesar 1,96. Nilai 2,85 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pendapatan Kabupaten Pasaman sebesar Rp 2,85. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,85 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai angka pengganda pada tahun 2003 sebesar 1,96. Nilai angka pengganda yang cenderung menurun di Kabupaten Pasaman berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non-pertanian cenderung menurun dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Pasaman sepanjang tahun 1995 – 2003 (sebelum pemekaran) relatif semakin meningkat dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

  iv. Nilai angka pengganda yang cenderung menurun juga terjadi di Kabupaten Solok.

  Di mana pada tahun 1995 nilai angka penggadanya sebesar 2,72 dan pada tahun 2003 sebesar 2,34. Nilai 2,72 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pendapatan Kabupaten Solok sebesar Rp 2,72. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,72 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, Di mana pada tahun 1995 nilai angka penggadanya sebesar 2,72 dan pada tahun 2003 sebesar 2,34. Nilai 2,72 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pendapatan Kabupaten Solok sebesar Rp 2,72. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,72 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

b. Setelah Pemekaran

a. Peran Sektor Pertanian dalam PDRB Kabupaten DOHP

  Setelah dilakukannya pemekaran daerah maka peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten DOHP bisa dilihat Tabel 23 di bawah ini yang merupakan hasil analisis nilai angka berganda. Tabel 23. Hasil Analisis Nilai Angka Pengganda Sektor Pertanian terhadap PDRB

  kabupaten DOHP di Provinsi Sumatera Barat setelah dilakukan pemekaran Tahun Kabupaten DOHP

  Kep.Mentawai

  Dharmasraya Pasaman Barat

  Solok Selatan

  Berdasarkan Tabel 23 di atas untuk melihat lebih jelas bagaimana peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten DOHP dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini yang memperlihatkan perkembangan peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten DOHP.

  Kep.Mentawai Dharmasraya

  Pasaman Barat

  Solok Selatan

  Gambar 8. Grafik Nilai Angka Pengganda Sektor Pertanian terhadap PDRB

  Kabupaten DOHP di Provinsi Sumatera Barat setelah pemekaran.

  i. Nilai angka pengganda di Kabupaten Kepualauan Mentawai sepanjang tahun 2000 – 2012 cenderung mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Di mana pada tahun 2000 nilai angka penggadanya sebesar 1,83 dan pada tahun 2012 sebesar 1,87. Nilai 1,83 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pendapatan Kabupaten

  Kepulauan Mentawai sebesar Rp 1,83. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian

  dan Rp 0,83 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

  keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai angka pengganda pada tahun 2012 sebesar 1,87. Kanaikan nilai angka pengganda di Kabupaten Kepulauan Mentawai berarti bahwa pertambahan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai angka pengganda pada tahun 2012 sebesar 1,87. Kanaikan nilai angka pengganda di Kabupaten Kepulauan Mentawai berarti bahwa pertambahan

  ii. Nilai angka pengganda di Kabupaten Dharmasraya cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2004 sebesar 2,52 dan di tahun 2012 sebesar 2,76. Nilai 2,52 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Dharmasraya sebesar Rp 2,52. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,52 di sektor non pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai pengganda 2,76. Peningkatan nilai angka pengganda pada tahun 2004 – 2012 di Kabupaten Dharmasraya berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Dharmasraya sepanjang tahun 2004 – 2012 (setelah pemekaran) relatif semakin berkurang dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

  iii. Sedangkan di Kabupaten Pasaman Barat nilai angka pengganda cenderung mengalami penurunan, pada tahun 2004 sebesar 3,23 dan di tahun 2012 sebesar 3,01. yang berarti nilai angka pengganda pada tahun 2004 sebesar 3,23 menunjukkan bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Pasaman Barat sebesar 3,23 dengan rician Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 2,23 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan iii. Sedangkan di Kabupaten Pasaman Barat nilai angka pengganda cenderung mengalami penurunan, pada tahun 2004 sebesar 3,23 dan di tahun 2012 sebesar 3,01. yang berarti nilai angka pengganda pada tahun 2004 sebesar 3,23 menunjukkan bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Pasaman Barat sebesar 3,23 dengan rician Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 2,23 di sektor non-pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan

  iv. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Solok Selatan, peningkatan nilai angka

  pengganda yang pada tahun 2004 sebesar 2,56 dan tahun 2012 sebesar 2,77. Nilai 2,56 mengandung makna bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Solok Selatan sebesar Rp 2,56. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,56 di sektor non pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga arti nilai pengganda 2,77. Peningkatan nilai angka pengganda pada tahun 2004 – 2012 di Kabupaten Solok Selatan berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Solok Selatan sepanjang tahun 2004 – 2012 (setelah pemekaran) relatif semakin berkurang dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

b. Peran Sektor Pertanian dalam PDRB Kabupaten Induk

  Peranan sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Induk di Provinsi Sumatera Barat setelah pemekaran bisa dilihat pada Tabel 24 di bawah ini. Untuk Kabupaten Padang Pariaman dimulai pada tahun 2000 sedangkan untuk kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pasaman dan kabupaten Solok dimulai pada tahun 2004.

  Tabel 24. Hasil Analisis Nilai Angka Pengganda Sektor Pertanian terhadap PDRB

  Kabupaten Induk di Provinsi Sumatera Barat setelah pemekaran.

  Tahun Kabupaten Induk

  Padang Pariaman

  2000 3,15 - - 2001 3,14 - - 2002 3,18 - - 2003 3,21 - - 2004 3,22 3,42 1,94 2,34 2005 3,37 3,49 1,93 2,34 2006 3,90 3,58 1,93 2,35 2007 3,98 3,74 1,92 2,36 2008 4,00 3,76 1,93 2,37 2009 4,07 3,80 1,93 2,38 2010 4,19 3,81 1,93 2,37 2011 4,30 3,83 1,93 2,37 2012 4,41 3,85 1,93 2,38

  Agar lebih jelas bagaimana peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten induk di Provinsi Sumatera Barat setelah pemekaran bisa dilihat pada Gambar 9 berikut.

  Padang Pariaman

  Gambar 9. Grafik Nilai Angka Pengganda Sektor Pertanian terhadap PDRB

  Kabupaten Induk di Provinsi Sumatera Barat setelah pemekaran

  i. Peningkatan nilai pengganda terjadi pada Kabupaten Padang Pariaman, pada tahun 2000 sebesar 3,15 dan tahun 2012 sebesar 4,41. Nilai 3,15 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Padang Pariaman sebesar

  Rp 3,15. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 2,15 di sektor non pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jaa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga dengan arti nilai pengganda 4,41. Peningkatan nilai angka pengganda pada tahun 2004 – 2012 di Kabupaten Padang Pariaman berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Padang Pariaman sepanjang tahun 2000 – 2012 (setelah pemekaran) relatif semakin berkurang dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

  ii. Nilai angka pengganda di Kabupaten Sijunjung mengalami kenaikan, pada tahun 2004 sebesar 3,42 dan di tahun 2012 sebesar 3,85. Nilai 3,42 mengandungarti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Sijunjung sebesar Rp 3,42. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 2,42 di sektor non pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga dengan arti nilai pengganda 3,85. Peningkatan nilai angka pengganda pada tahun 2004 – 2012 di Kabupaten Sijunjung berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Sijunjung sepanjang tahun 2004 – 2012 (setelah pemekaran) relatif semakin berkurang dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

  iii. Nilai angka pengganda pada Kabupaten Pasaman relatif stabil namun mengalami penurunan 2007 yaitu sebesar 1,92. Pada tahun 2004 sebesar 1,94 dan tahun 2012

  sebesar 1,93. Nilai 1,92 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Pasaman sebesar Rp 1,92. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 0,92 di sektor non pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa- jasa. Begitu juga dengan arti nilai pengganda 1,94 dan 1,93. Di mana jika terjadi penurunan berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor pertanian cenderung menurun dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten Pasaman sepanjang tahun 2004 – 2012 (setelah pemekaran) relatif sedikit berkurang dibandingkan dengan sektor non- pertanian dalam pendapatan daerahnya.

  iv. Peningkatan nilai pengganda tidak hanya terjadi pada Kabupaten Sijunjung dan

  Kabupaten Padang Pariaman, juga terjadi di Kabupaten Solok, namun peningkatannya tidak signifikan. Pada tahun 2004 sebesar 2,34 dan tahun 2012 sebesar 2,38. Nilai 2,34 mengandung arti bahwa setiap pertambahan pendapatan sektor pertanian sebesar Rp 1,00 maka akan meningkatkan pertambahan pendapatan Kabupaten Solok sebesar Rp 2,34. Dengan rincian Rp 1,00 di sektor pertanian dan Rp 1,34 di sektor non pertanian meliputi sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Begitu juga dengan arti nilai angka pengganda 2,38. Peningkatan nilai angka pengganda pada tahun 2004 – 2012 di Kabupaten Solok menunjukkan bahwa pertambahan pendapatan di sektor non pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Di mana peningkatan nilai ini berarti bahwa pertambahan pendapatan di sektor non pertanian cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian di Kabupaten

  Solok sepanjang tahun 2004 – 2012 (setelah pemekaran) relatif semakin berkurang dibandingkan dengan sektor non-pertanian dalam pendapatan daerahnya.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15