IDEOLOGI BAHASA...Fahrudin Latif Mater’s Program in Linguistics, Diponegoro University
©2008, UNDIP Institutional Repository
52
Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih 246-329860- 940 dalam karyanya, Al-Iqd al-Farîd. Potongan surat tersebut ialah
sebagai berikut: Dari Raja Diraja…, yang adalah keturunan seribu raja.…kepada Raja
Arab Umar bin Abdul Aziz yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah,
yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada
saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya Azra, 2004:28
Ibnu Tighribirdi, yang juga mengutip surat ini dalam karyanya, An- Nujûm azh-Zhâhirah fî Mulûk Mishr wa al-Qâhirah, memberikan
kalimat tambahan pada akhir surat ini, yakni, Saya mengirimkan hadiah kepada Anda berupa bahan wewangian, sawo, kemenyan,
dan kapur barus. Terimalah hadiah itu, karena saya adalah saudara Anda dalam Islam. Azra, 2004:29
Namun demikian, sekalipun ada kalimat, Saudara Anda dalam Islam, belum ada indikasi Maharaja Sriwijaya memeluk Islam.
Maharaja yang berkuasa pada masa itu ialah Sri Indravarman, yang disebut sumber-sumber Cina sebagai Shih-li-
t‟o-pa-mo. Nama ini mengisyaratkan bahwa ia belum menjadi pemeluk Islam. Azra,
2004:29
2. Sultan Rum, Khâdim al-Haramayn
Munculnya Kekhilafahan Islam Turki Utsmani, terutama setelah berhasil melakukan penaklukan atas Konstantinopel yang merupakan ibu
kota Romawi Timur pada 857H 1453M, menyebabkan nama Turki melekat di hati umat Islam Nusantara. Nama yang terkenal bagi Turki di
Nusantara ialah Sultan Rum. Tjandrasasmita, 2000:47. Sebelum kebangkitan Turki Utsmani, istilah Rum mengacu pada
Byzantium, dan kadang-kadang juga pada Kerajaan Romawi. Akan tetapi,
IDEOLOGI BAHASA...Fahrudin Latif Mater’s Program in Linguistics, Diponegoro University
©2008, UNDIP Institutional Repository
53
setelah kemunculan Turki Utsmani, istilah Rum beredar untuk menyebut Kesultanan Turki Utsmani. Mulai masa ini, supremasi politik dan kultural
Rum Turki Utsmani menyebar ke berbagai wilayah Dunia Muslim, termasuk ke Nusantara. Azra, 2004:36
Kekuatan politik dan militer Kekhilafahan Turki Utsmani mulai
terasa di kawasan Lautan India pada awal abad ke-16. Sebagai penguasa kaum Muslim, Khalifah Turki Utsmani memiliki posisi sebagai khâdim al-
Haramayn penjaga dua tanah haram, yakni Makkah dan Madinah. Pada posisi ini, para penguasa Turki Utsmani mengambil langkah-langkah
khusus untuk menjamin keamanan bagi perjalanan haji. Seluruh rute haji di wilayah kekuasaan Utsmani di tempatkan di bawah kontrolnya. Kafilah
haji dengan sendirinya dapat langsung menuju Makkah tanpa hambatan berarti atau rasa takut menghadapi gangguan Portugis.
Pada tahun 954H 1538M, Sultan Sulaiman I berkuasa 928H 1520M - 66 melepas armada yang tangguh di bawah komando Gubernur
Mesir, Khadim Sulaiman Pasya, untuk membebaskan semua pelabuhan yang dikuasai Portugis guna mengamankan pelayaran haji ke Jeddah
Azra, 2004:38 Turki Utsmani juga mengamankan rute haji dari wilayah sebelah
Barat Sumatera dengan menempatkan angkatan lautnya di Samudera Hindia. Kehadiran angkatan laut Utsmani di Lautan Hindia setelah 904H
1498M tidak hanya mengamankan perjalanan haji bagi umat Islam Nusantara, tetapi juga mengakibatkan semakin besarnya saham Turki
IDEOLOGI BAHASA...Fahrudin Latif Mater’s Program in Linguistics, Diponegoro University
©2008, UNDIP Institutional Repository
54
dalam perdagangan di kawasan ini. Pada gilirannya, hal ini memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi sebagai dampak
sampingan perjalanan ibadah haji. Pada saat yang sama, Portugis juga meningkatkan kehadiran
armadanya di Lautan India, tetapi angkatan laut Utsmani mampu menegakkan supremasinya di kawasan Teluk Persia, Laut Merah, dan
Lautan India sepanjang abad ke-16 Azra, 2004:36. Dalam kaitan dengan pengamanan rute haji, Selman Reis w 936H
1528M, laksamana Turki di Laut Merah, terus memantau gerak maju pasukan Portugis di Lautan Hindia, dan melaporkannya ke pusat
pemerintahan Khilafah di Istambul. Salah satu bunyi laporan yang dikutip Obazan ialah sebagai berikut:
Portugis juga menguasai pelabuhan Pasai di pulau besar yang disebut Syamatirah Sumatera….Dikatakan, mereka mempunyai
200 orang kafir di sana Pasai. Dengan 200 orang kafir, mereka juga menguasai pelabuhan Malaka yang berhadapan dengan Sumatera
…. Karena itu, ketika kapal-kapal kita sudah siap dan, insya Allah,
bergerak melawan mereka, maka kehancuran total mereka tidak terelakkan lagi, karena satu benteng tidak bisa menyokong yang lain,
dan mereka tidak dapat membentuk perlawanan yang bersatu. Azra, 2004:40-41
Laporan ini memang cukup beralasan, karena pada tahun 941 H 1534M, sebuah skuadron Portugis yang dikomandoi Diego da Silveira
menghadang sejumlah kapal asal Gujarat dan Aceh di lepas Selat Bab el- Mandeb pada Mulut Laut Merah.
IDEOLOGI BAHASA...Fahrudin Latif Mater’s Program in Linguistics, Diponegoro University
©2008, UNDIP Institutional Repository
55
3. Membebaskan Malaka dan Menaklukan Daerah Batak