4. HUBUNGAN HUKUM PADA ANJAK PIUTANG
Hubungan hukum merupakan hubungan-hubungan tertentu yang dikualifikasikan oleh hukum. Agar terjadi suatu hubungan hukum, diperlukan
pihak-pihak yang bertindak sebagai subyek hukum, sedangkan yang menjadi sasaran dari jalinan hubungan tersebut adalah obyek hukum.
Obyek hukum disini merupakan kepentingan yang menjadi tujuan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh subyek hukum.
Selanjutnya setiap hubungan hukum tersebut mempunyai dua segi yang disebut :
a. Bevoegdheid atau kewenangan yang disebut hak, dan b. Flicht atau kewajiban, adalah segi pasif dari hubungan hukum.
Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa dalam transaksi factoring terdapat 3tiga pihak utama, yakni perusahaan factoringfactor, klien dan
customer. Transaksi factoring tersebut pada dasarmya merupakan suatu pengalihan mutlak atau penjualan oleh pihak klien kepada perusahaan factoring
factor tas hutang pihak ketiga customer yang timbul sebagai akibat pembelian barangjasa secara kredit dari pihak klien.
77
Dari sini tampak adanya hukum yang terjadi antara ; a. perusahaan factoring dengan klien
b. perusahaan factoring dengan customer c. klien dengan customer
Keppres No.61 Tahun 1988, berikut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131988 juncto Keputusan Menteri Keuangan Nomor
468KMK.0171995 yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan No.84PMK.0122006 Tentang Perusahaan Pembiayaan,, tidak
mengatur sama sekali hak maupun kewajiban para pihak yang terkait dalam transaksi anajk piutangfactoring tersebut. Dengan demikian mengandung
pengertian bahwa sejauh ini, perangkat hukum Indonesia memberi kebebasan kepada para pihak tersebut untuk secara bebas menetukan hak dan kewajiban
masing-masing pihak dengan tetap berpegang pada prinsip umum perjanjian. Naskah naskah perjanjian factoring, dapat diketahui hubungan hukum para
pihak serta seberapa jauh hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing- masing pihak.
Dengan demikian, hubungan hukum itu memiliki unsur-unsur antara lain : a. adanya orang atau badan yang hakkewajibannya saling berhadapan.
b. Adanya obyek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut diatas. c. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya
hubungan atas obyek yang bersangkutan.
5. PROSEDUR PADA ANJAK PIUTANG