12
C. OBYEK, SIFAT HAKEKAT, KEDUDUKAN HUKUM
KETENAGAKERJAAN
Secara yuridis buruhtenaga kerja memang bebas memilih dan menentukan nasibnya, bebas memilih dan menentukan
pekerjaan yang disukainya. Hal ini dapat dipahami karena prinsip di negara kita adalah
: “tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur dan diperhamba”. Perbudakan dan perhambaan
merupakan perbuatan yang melanggar hak asasi manusia. Namun secara sosiologiskemasyarakatan buruhtenaga kerja
merupa-kan orang yang tidak bebas, karena ia terpaksa bekerja dan mengikuti majikannyapengusahanya di mana ia berada.
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia merupakan tenaga kerja yang tidak mempunyai bekal hidup yang berupa keahlian dan
ketrampilan, selain tenaganya. Majikanpengusaha yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja bahkan dapat dikatakan
pengusahalah yang menentukan hidup dan matinya tenaga kerja. Dalam prakteknya baik secara jasmaniah dan rohaniah tenaga
kerja merupakan pihak yang tidak bebas. Untuk melindungi tenaga kerja yang demikian tadi ada perlindungan yang diterapkan
dengan cara : a.
Menetapkan peraturan dari penguasapemerintah yang bersifat heteronoom.
b. Menetapkan peraturan yang dibuat oleh pengusaha bersama-
sama dengan Serikat Pekerja yang disebut Perjanjian Kerja BersamaPKB.
13
c. Menetapkan peraturan yang dibuat oleh pengusaha yang
disebut peraturan perusahaan yang bersifat otonoom. Dalam hal ini peraturan jenis kedua dan ketiga tidak boleh
bertentangan dengan jenis pertama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat hukum
ketenaga-kerjaan adalah : 1.
Melindungi pihak yang lemah dan menempatkan mereka pada kedudukan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Untuk mendapatkan keadaan sosial dalam lapangan perburuhan
atau ketenagakerjaan yang pelaksanaannya diselenggarakan dengan jalan melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan
pengusaha yang tidak terbatas.
KEDUDUKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
Bila diikuti sistem Belanda, di negara tersebut hukum perburuhan ketenagakerjaan dahulu dijadikan bagian dari hukum
perdata, dan secara tradisional hukum perburuhanketenagakerjaan selalu digolongkan pada hukum sipil. Gagasan ini berasal dari
zaman di mana dianggap bahwa buruh tenaga kerja dan majikanpengusaha bebas mengadakan perjanjian kerja satu dengan
yang lainnya Pasal 1338 KUH. Perdata dan Pemerintah dilarang mencampuri
kemerdekaan pihak-pihak
yang mengadakan
perjanjian tersebut. Namun perkembangan teknologi dalam bidang produksi telah
memaksa pemerintah untuk terus menerus mencampuri urusan perburuhanketenaga-kerjaan dan ada kalanya demi kepentingan
14
umum dan ada kalanya untuk kepentingan buruhtenaga kerja itu sendiri yang selalu berada dalam posisi yang lemah.
Dalam kenyataannya sifat sipil makin menyempit dan sifat publik makin meluas dalam bidang ketenagakerjaan. Oleh karena
itu dalam kurikulum Fakultas Hukum dewasa ini hukum perburuhanketenagakerjaan dimasukkan ke dalam Jurusan Hukum
Administrasi Negara HAN walaupun pada beberapa Fakultas Hukum di Indonesia ada yang dimasukkan pada Jurusan Hukum
Perdata atau Jurusan Hukum Tata Negara.
D. SEJARAH HUKUM PERBURUHANKETENGAKERJAAN