U P A H

87 BAB V PENGUPAHAN DAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Tujuan pekerja melakukan pekerjaan adalah untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membiayai kehidupannya bersama keluarganya, yaitu penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Penghasilan tadi dapat berupa upah yang diterimanya secara teratur dan berkala dan dapat pula berupa jaminan sosial.

A. U P A H

Kebijakan pemerintah terhadap upah pekerja diatur dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Kebijakan tersebut diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 88 yang berbunyi : “Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidu pan yang layak bagi kemanusiaan”. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang meliputi : a. Upah minimum. b. Upah kerja lembur. 88 c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan. d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya. e. Upah karena menjlankan hak waktu istirahat kerja. f. Bentuk dan cara pembayaran. g. Denda dan potongan upah. h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah. i. Struktur dan skala pengupahan proposional. j. Upah untuk pembayaran pesangon. k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan. Upah minimum yang diatur dalam Pasal 89, terdiri dari : a. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten atau kota UMPUMK. b. Upah minimum berdasarkan sektor wilayah propinsi atau kabupatenkota. Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan rekomendasi dari dewan Pengupahan Provinsi dan atau BupatiWali Kota. Pasal 90 ayat 1 Menjelaskan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah daripada Upah Minimum. Pasal 90 ayat 2 Menjelaskan bahwa pengusaha yang tidak mampu membayar Upah Minimum dapat melakukan penangguhan. 89 Tata cara penangguhan pelaksanaan Upah Minimum diatur lebih lanjut dalam Kepeutusan Menteri No. 231 Tahun 2003. Menurut Pasal 3 Keputusan Menteri tersebut dijelaskan bahwa : a. Permohonan penangguhan pelaksanaan Upah Minimum diajukan pengusaha kepada Gubernur melalui Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Provinsi paling lambat 10 hari sebelum tanggal berlakunya Upah Minimum. b. Permohonan penangguhan di dasarkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerjaserikat pekerja yang tercatat. Pasal 93 ayat 1 Menjelaskan bahwa upah tidak dibayar bila pekerja tidak melakukan pekerjaan AZAS NO WORK NO PAY. Pasal 93 ayat 2 Menjelaskan bahwa ketentuan tersebut tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar upah apabila ; a. Pekerja sakit salama 12 bulan berturut-turut, dengan surat keterangan dokter. b. Pekerja perempuan yang sakit pada hari 1 dan ke 2 pada saat haid, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan. c. Pekerja tidak masuk kerja karena pekerja menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua 90 atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia. d. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara. e. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. f. Pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan, tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha. g. Pekerja melaksanakan hak istirahat. h. Pekerja melaksanakan tugas pekerjaserikat pekerja atas persetujuan pengusaha. i. Pekerja melaksanakan tugas pendidikan dari peru-sahaan. Pasal 93 ayat 3 Menjelaskan bahwa upah yang dibayarkan kepada pekerja yang sakit selama 12 bulan berturut-turut diatur sebagai berikut : a. Untuk 4 bulan pertama, dibayar 100 x upah. b. Untuk 4 bulan ke dua dibayar 75 x upah. c. Untuk 4 bulan ke tiga dibayar 50 x upah. 91 d. Untuk bulan berikutnya dibayar 25 dari upah sebelum pemutusan hubungan dilakukan pengusaha. Pasal 93 ayat 4 Menjelaskan bahwa upah yang dibayarkan kepada pekerja yang tidak masuk bekerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 huruf c diatur sebagai berikut : a. Pekerja menikah, dibayar untuk selama 3 hari. b. Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari. c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari. d. Membaptiskan anaknya dibayar untuk selama 2 hari. e. Istri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 hari. f. SuamiIstri, orang tuamertua atau anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 hari. g. Anggota keluarga dalam 1 rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 hari. Pasal 93 ayat 5 Menjelaskan bahwa pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perundang- undangan atau perjanjian kerja bersama. 92 Pelaksanaan upah minimum pada pekerja di Kabupaten Kota di Propinsi Jawa Tengah yang meliputi 35 KabupatenKota dapat dilihat pada Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang upah minimum tersebut tiap-tiap tahun akan dirubahdiganti dalam rangka : a. Meningkatkan kesejahteraan pekerja. b. Mendorong peningkatan produksi dan produktivitas kerja. Pada tahun 2007 ini pelaksanaan upah minimum untuk pekerja di KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur No.561.4782006 tentang Upah Minimum pada 35 Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 dan diberlakukan tanggal 1 Januari 2007.

B. JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA JAMSOSTEK