usahanya itu sendiri, atau mengedepankan pemenuhan kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberi kredit secara material, dia harus mendapatkan rentabilitas
berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan obyek kredit, dan secara spiritual mendapatkan kepuasan dengan dapat membantu pihak lain untuk
mencapai kemajuan. Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik.
Dalam Pasal 3 UU No. 7 tahun 1992 disebutkan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana pada
masyarakat. Selanjutnya pada penjelasan umum UU No. 10 tahun 1998 disebutkan bahwa peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya
dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada
koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga akan memperkuat struktur perekonomian nasional.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
1 kredit dapat meningkatkan daya guna uang 2 kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang
3 kredit dapat meningkatkan peredaran dan daya guna uang 4 kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
5 kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha 6 kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
7 kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
B. Tinjauan tentang Sistem Perekonomian Islam
1. Islam Sebagai Suatu Sistem
Islam adalah kata bahasa Arab yang terambil dari kata salima yang berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Obyek penyerahan diri ini adalah
Pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT. Dengan demikian Islam berarti
penyerahan diri kepada Allah SWT sebagaimana tercantum dalam Al Quran, yang artinya:
“ …sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam…QS. Ali Imron :19 Tegasnya, agama di sisi Allah ialah penyerahan diri yang sesungguhnya kepada
Allah. Jadi walaupun seseorang yang mengaku beragama Islam, kalau dia tidak menyerah yang sesungguhnya kepada Allah, belumlah dia Islam, sebab dia belum menyerahtunduk.
Penyerahan diri inilah yang akan membawa keselamatan dan kebahagiaan hidup bagi manusia,
28
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran : “…bahkan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan ia berbuat
kebaikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati .” QS. Al Baqarah : 112
Manusia adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-
baiknya bagi kesejahteraan bersama. Untuk mencapai tujuan suci ini Allah memberikan petunjuk melalui rasul-Nya. Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan
manusia baik aqidah, akhlak maupun syariah. Dua komponen pertama, akidah dan akhlaq, bersifat konstan. Keduanya tidak
mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu dan tempat. Sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf peradaban umat, yang berbeda-
beda sesuai dengan masa rasul masing-masing.
29
Hal ini diungkapkan Rasulullah dalam suatu hadits :
“ Para rasul tak ubanya bagaikan saudara sebapak, syariah mereka banyak tetapi agama aqidahnya satu yaitu mentauhidkan Allah”. HR.Bukhari, Abu Dawud dan Ahmad
Oleh karena itu, syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau
komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya.
28
Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga Jakarta :2008 hal 1.
29
Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit., hal 37-38
Komprehensif artinya syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual ibadah maupun sosial muammalah. Ibadah diperlukan untuk menjaga ketaatan
dan keharmonisan hubungan manusia dengan Khaliqnya. Ibadah juga merupakan sarana untuk mengingatkan secara kontinyu tugas manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi
ini. Adapun muammalah diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main manusia dalam kehidupan sosial. Universal, artinya syariah Islam dapat diterapkan dalam
setiap waktu dan tempat sampai hari akhir nanti. Keuniversalan ini tampak jelas terutama pada bidang muamalah. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak
membeda-bedakan muslim dan non muslim. Kenyataan ini tersirat dari ungkapan Sayidina Ali :
30
“Dalam bidang muamalah kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita “
Sifat muamalah ini dimungkinkan karena Islam mengenal hal yang diistilahkan sebagai tsawabit wa mutaghayyirat atau prinsip dan variabel. Dalam sektor ekonomi,
misalnya yang merupakan prinsip adalah larangan riba, sistem bagi hasil, pengambilan keuntungan, pengenaan zakat dan lain-lain. Sedangkan contoh variabel adalah instrumen-
instrumen untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut. Diantaranya adalah aplikasi prinsip jual beli dalam modal kerja, penerapan asas mudharabah dalam investasi, atau
penerapan bai’as salam dalam pembangunan suatu proyek. Tugas cendekiawan muslim sepanjang zaman adalah mengembangkan teknik penerapan prinsip-prinsip tersebut
dalam variabel-variabel yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada setiap masa.
31
2. Sumber-sumber Hukum Islam