4. Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam
Menurut M Syafi’i Antonio
41
dalam bukunya “ Bank Syariah : Wacana Ulama Cendekiawan ”,
nilai-nilai sistem perekonomian Islam terdiri atas: a. Perekonomian masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim, akan menjadi baik
bila menggunakan kerangka kerja atau acuan norma-norma Islami. b. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh.
Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid. Dalam tatanan itu, setiap individu diikat oleh persaudaraan dan kasih sayang bagai
satu keluarga. Sebuah persaudaraan yang universal dan tak diikat batas-batas geografis.
42
Keadilan dalam Islam memiliki implikasi sebagai berikut : 1 Keadilan Sosial
Islam menganggap ummat manusia sebagai suatu keluarga. Maka, semua anggota keluarga ini mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah. Hukum
Allah tidak membedakan yang kaya dan yang miskin, demikian juga tidak membedakan yang hitam dan yang putih. Secara sosial, nilai yang membedakan
satu dengan yang lain adalah ketaqwaan, ketulusan hati, kemampuan dan pelayanannya kepada kemanusiaan.
2 Keadilan Ekonomi Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam
masyarakat dan di hadapan hukum harus diimbangi dengan keadilan ekonomi. Tanpa pengimbangan tersebut, keadilan sosial kehilangan makna. Dengan
keadilan ekonomi, setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu pun harus
dibebaskan dari eksploitasi individu lainnya. Islam dengan tegas melarang seorang muslim merugikan orang lain.
43
c. Keadilan Distribusi Pendapatan Kesenjangan pendapatan dan kekayaan alam yang dalam masyarakat berlawanan
dengan semangat serta komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan cara yang ditekankan Islam.
44
Diantaranya dengan : Pertama :
1 Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah untuk bidang-bidang tertentu. 2 Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi,
baik produksi, distribusi, sirkulasi maupun konsumsi. 3 Menjamin basics needs fulfillment pemenuhan kebutuhan dasar hidup setiap
anggota masyarakat. 4 Melaksanakan “ at taklaaful al ijtimai” atau social security insurance artinya
yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu. Kedua :
41
Muhammad Syafi’i Antonio,Op.Cit., hal 45-53
42
“Makan dan minumlah dari rizki yang diberikan Allah dan janganlah berkeliaran di muka bumi ini dengan berbuat kerusakan.” QS. Al Baqarah : 60 , hampir senada dengan bunyi ayat ini
adalah QS Al Baqarah : 168 dan QS Al Maidah : 87-88.
43
“ Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya dan kalian nerajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.” QS Asy Syuara : 183
44
Rasulullah bersabda “ Bukan muslim yang baik, orang yang tidur dengan kenyang sementara tetangganya tak tidur karena kelaparan.”
Islam membenarkan seseorang memiliki kekayaan lebih dari yang lain
45
sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan
kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal kebajikan lain seperti infaq dan shadaqah. Meskipun demikian, Islam sangat
menganjurkan golongan yang kaya untuk tetap tawadhu dan tidak pamer.Dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
“ Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba yang bertaqwa, kaya, lagi menyembunyikan simbol-simbol kekayaannya.”
d. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial. Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan individu bersinggungan atau
bahkan dibatasi oleh kebebasan individu orang lain. Menyangkut masalah hak individu dalam kaitannya dengan masyarakat, para sarjana muslim sepakat pada
prinsip-prinsip sebagai berikut : 1 Kepentingan masyarakat lebih luas harus didahulukan dari kepentingan individu.
2 Melepas kesulitan harus diprioritaskan dibanding memberi manfaat, meskipun
keduanya sama-sama merupakan tujuan syariah. 3 Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih
kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya bahaya yang lebih kecil harus dapat diterima untuk
menghindarkan bahaya yang lebih besar. Sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
C. Tinjauan tentang Perbankan Syariah
1. Definisi Perbankan Syariah