Definisi Perbankan Syariah PEMBIAYAAN SYARIAH DENGAN PRINSIP BAGI HASIL MENURUT UU NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

Islam membenarkan seseorang memiliki kekayaan lebih dari yang lain 45 sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal kebajikan lain seperti infaq dan shadaqah. Meskipun demikian, Islam sangat menganjurkan golongan yang kaya untuk tetap tawadhu dan tidak pamer.Dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba yang bertaqwa, kaya, lagi menyembunyikan simbol-simbol kekayaannya.” d. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial. Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan individu bersinggungan atau bahkan dibatasi oleh kebebasan individu orang lain. Menyangkut masalah hak individu dalam kaitannya dengan masyarakat, para sarjana muslim sepakat pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 1 Kepentingan masyarakat lebih luas harus didahulukan dari kepentingan individu. 2 Melepas kesulitan harus diprioritaskan dibanding memberi manfaat, meskipun keduanya sama-sama merupakan tujuan syariah. 3 Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya bahaya yang lebih kecil harus dapat diterima untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar. Sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.

C. Tinjauan tentang Perbankan Syariah

1. Definisi Perbankan Syariah

Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Lalu bagaimanakah dengan perbankan menurut Islam? Bukankah zaman Rasulullah belum mengenal adanya bank ? Dalam ushul fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa “ maa laa yatimmal – wajib illa bihi fa huwa wajib ”, yakni sesuatu harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah yang merupakan bagian dari kegiatan perekonomian. Dan karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, lembaga perbankan ini pun wajib diadakan. Dengan demikian maka kaitan antara Islam dan perbankan menjadi jelas. 46 45 Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman: “ Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat” QS. Az Zukhruf : 32. 46 Adiwarman A. Karim, Op.Cit., hal 14-15 Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan hukum Islam. Dimana usaha ini didasari oleh larangan Islam untuk memungut maupun meminjam dengan perhitungan bunga riba dan larangan berinvestasi di alam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak Islami haram. Dalam Pedoman Akuntasi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI, Bank Indonesia mendefinisikan perbankan syariah sebagai berikut: 47 “ Bank syariah ialah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut : a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya; b. Tidak mengenal konsep waktu dan ruang; c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas; d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif; e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang; f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah : “ Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” Sebagai lex specialist dari Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah melengkapi definisi bank syariah seperti yang tercantum pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan seperti yang tercantum pada Pasal 1 angka 7,8,9 dan 10. Adapun definisi-definisi tersebut adalah sebagai berikut: 7. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 8. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 9. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 10. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan 47 Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, Jakarta kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah danatau unit syariah.

2. Larangan Riba