yang terkadang mempengaruhi salah satu pihak yang bersengketa, dan biasanya juga karena faktor ganti rugi uang sirih pinang yang kurang.
Pada dasarnya kelancaran jalannya penyelesaian sengketa tanah baik pada saat proses musyawarahnya maupun pada saat pelaksanaannya
hasil musyawarahnya sangat dipengaruhi oleh kesadaran semua pihak untuk memahami arti penting dari musyawarah tersebut bagi
terselesainya sengketa. Selain itu diperlukan peran aktif dari semua pihak untuk membantu menyelesaikan sengketa yang terjadi sehingga
akan diperoleh penyelesaian yang menguntungkan semua pihak.
6. Manfaat yang diperoleh dari Pilihan Penyelesaian Sengketa yang dilakukan oleh Masyarakat Malamoi
Manfaat yang diperoleh dari pilihan penyelesaian sengketa tanah ulayat yang dilakukan oleh masyarakat Malamoi yaitu dilakukan dengan cara
upacara adat ”Bakar Batu” Liurainon litigasi tersebut sangat menguntungkan masyarakat adat suku Malamoi karena biaya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan sengketa tanah tersebut relatif lebih murah dan waktu yang dibutuhkannya pun lebih singkat, selain itu juga adanya ganti rugi uang
sirih pinang yang diberikan kepada masyarakat adat Malamoi oleh pemerintah setempat, serta pemberian binatang ternak untuk penggantian
tanah-tanah yang diduduki oleh perantau kepada masyarakat adat Malamoi walaupun saat ini kegiatan upacara adat sudah jarang dilakukan karena kurang
praktis sehingga mereka hanya memilih uang sirih pinang saja.
Ada berbagai alasan yang mendorong masyarakat adat malamoi lebih memilih penyelesaian sengketa tanah ulayat melalui cara non litigasialternaif.
Alasan tersebut dapat diketahui dari hasil penelitian dari 37 responden yang ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 3 Alasan yang mendorong masyarakat memilih cara non litigasialternative
No. Alasan responden
Jumlah Presentase
1. Biayanya murah
16 44,2
2. Kebiasaan 12
32,6 3.
Waktunya cepat 9
20,9 Jumlah
37 100
Sumber data : data primer 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan Kelebihan-kelebihan penyelesaian sengketa non litigasialternatif adalah sebagai berikut :
1. Penyelesaiaan sengketa secara alternatif lebih dipilih oleh masyarakat
adat malamoi karena penyelesaian dengan cara ini biayanya lebih murah bahkan cuma-cuma. Mereka menyadari bahwa tidak mungkin
mereka menyelesaikan sengketa tanahnya melalui jalur hukum karena biayanya yang mahal, sedangkan mereka sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani dan peternak. 2.
Hal lain yang mendorong mereka lebih memilih menggunakan cara alternatif, karena cara ini sudah menjadi kebiasaan dalam lingkungan
mereka dimana setiap terjadi sengketa dalam masyarakat akan
diselesaikan secara musyawarah di antara mereka. Cara seperti ini telah berlangsung secara turun temurun.
3. Waktu penyelesaian yang relatif singkat juga menjadi alasan yang
mendorong responden lebih memilih penyelesaian secara alternatif. Untuk menyelesaikan satu sengketa biasanya hanya membutuhkan
waktu beberapa minggu saja. Berbeda dengan penyelesaian melalui pengadilan yang membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu
berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Kelemahan-kelemahan penyelesaian sengketa non litigasialternatif :
1. Dikarenakan penyelesaian secara non litigasialternatif merupakan
suatu kebiasaan maka hasil kesepakatan digantungkan dari itikad baik para pihak untuk menyelesaikan sengketanya sehingga terkadang
menimbulkan kericuhan antar kedua belah pihak dikarenakan temperaman mereka yang labil.
2. Tidak ada kepastian hukum karena biasanya tidak dituangkan dalam
suatu bukti tertulis bukti otentik namun hanya memberikan ganti rugi uang sirih pinang dengan dasar kesepakatan antara kedua belah pihak.
3. Jika informasi tidak cukup diberikan kepada masyarakat adat Malamoi
dan apabila tidak ada bukti otentik yang kuat bagi para pemilik tanah pendatang, kemungkinan akan timbul lagi tuntutan balik dari
keturunanpewaris yang terdahulu dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat adat Malamoi mengenai pertanahan.
4. Penyelesaian sengketa secara alternatif yang memakai upacara adat
biasanya kendalanya biaya sehingga rakyat tidak efisisen lagi karena masyarakat yang nota bene hanya bermatapencaharian rendah.
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan