Masih Ada-tidaknya Penguasa Adat serta Aktivitas dalam

b. Masih Ada-tidaknya Penguasa Adat serta Aktivitas dalam

Masyarakat Hukum Adat Malamoi Penguasa adat suku Malamoi Gelet mempunyai tugas serta kewenangan untuk mengatur, menyelenggarakan dan menjalankan kehidupan ulayat masyarakat persekutuan hukum adatnya secara penuh. Tetapi seiring dengan perubahan dari wilayah persekutuan hukum adat menjadi satu kelurahan maka peran dari para penguasa adatnya menjadi berkurang karena berbenturan dengan peran pemerintah setempat. Tugas dan kewenangan mereka hanya terbatas pada pengaturan upacara adat dan masalah yang menyangkut tanah yang berstatus tanah hak ulayat. Sejalan dengan perkembangan waktu keberadaan Gelet terjadi juga perubahan status hak penguasaan atas tanah dari sifat penguasaan yang bersifat publik hak ulayat menjadi hak yang bersifat keperdataan karena adanya kecenderungan untuk membagi secara habis dalam wilayah ulayat Gelet kepada semua keluarga yang ada. Pembagian yang demikian itu menyebabkan melemahnya keberadaan hak ulayat Gelet. Perubahan menjadi hak yang bersifat keperdataan itu masih ada seperti perubahan menjadi Hak Milik Kolektif, artinya tanah yang semula berstatus sebagai hak ulayat Gelet telah berubah menjadi hak milik bersama dari seluruh warga Gelet. Perubahan menjadi Hak Milik Kolektif dapat dicermati dari kenyataan yaitu : 1. tanah-tanah kepunyaan Gelet dapat diwariskan kepada masing-masing anggota keluarga dalam Gelet yang bersangkutan dengan bagian-bagian yang pasti; 2. bagian-bagian dari tanah Gelet yang sudah dikuasai oleh masing-masing keluarga dapat dijual kepada orang lain baik warga dari Gelet itu sendri maupun orang luar . Yang perlu dipahami bahwa Hak Milik Kolektif tetap menjadi bagian dari tanah adat karena adanya koordinasi, pengaturan penguasaan dan pemanfaatan serta peralihan oleh anak laki-laki yang menjalankan fungsi Gelet. Batas wilayah tanah ulayat masing-masing Gelet dapat dipahami oleh masing-masing anggotanya, meskipun tandanya berupa batas alam seperti batu, sungai, gunung, dan pohon-pohon. Hal-hal itulah yang menjadi pemicupotensi konflik terutama jika melihat pada perkembangan yang mendorong warga masyarakat adat semakin memandang tanah dari nilai ekonomisnya. Di antara tanah hak ulayat dalam pengertian hak milik kolektif itu seperti di atas ada yang berubah menjadi hak milik perorangan terutama dalam Gelet yang sudah tidak terdapat lagi orang yang menjalankan fungsi ketua Gelet. Sebagai hak milik perorangan, penggunaan dan peralihan tanah sepenuhnya berada dalam kewenangan keluarga yang memiliki. Keadaan ini kemudian menimbulkan keraguan masyarakat persekutuan hukum adat Malamoi dan masyarakat lainnya tentang kedaulatan dari para suku penguasa adat ini masih berlaku atau tidak. Ketiga unsur di atas harus terpenuhi secara kumulatif agar suatu masyarakat persekutuan hukum adat Malamoi diakui eksistensinya. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak terpenuhi maka eksistensi masyarakat persekutuan hukum adat Malamoi dapat dinyatakan tidak berlaku lagi. 47 Dari uraian di atas dicermati bahwa eksistensi hak ulayat masyarakat hukum adat Malamoi tidak dapat dikatakan berlaku sepenuhnya bahkan boleh dibilang semakin melemah dan tidak pasti. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor diantaranya ; percampuran kebudayaan, peningkatan peradaban manusia, dan pembangunan yang sudah ada pada tanah-tanah masyarakat Malamoi yang telah di terbitkan sertipikat Hak Milik atas nama perorangan.

3. Gambaran Sengketa Tanah Ulayat Masyarakat Persekutuan Hukum