Teori Pendapatan Kelayakan Finansial

2.2.2 Teori Pendapatan

Pendapatan bersih suatu usaha mengukur imbalan yang diperoleh pengusaha dari penggunaan faktor-faktor produksi , pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam suatu usaha. Pendapatansuatu usaha merupakan selisih penerimaan dengan total biaya usaha, dimana penerimaan diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi dan harga jual yang diterima pengusaha Soekartawi, 2002. Modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi Teguh, 2010. Biaya modal kerja dalam kegiatan usahaproyek terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, dan lainnya. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentahbahan pembantu, biaya transportasi, biaya pemasaran, dan lainnya Ibrahim, 2009.

2.2.3 Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan Umar, 2001. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan menfaat bila diusahakan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan satu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan Ibrahim, 2009. Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial Kasmir dan Jakfar, 2003. Fokus dari suatu analisis adalah menentukan apakah dan sampai berapa jumlah proyek tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar jika disbanding dengan biaya dan investasi kepada pemilik owner proyek tersebut. Discounting rate tingkat diskonto merupakan suatu teknik perhitungan untuk dapat menurunkan manfaat benefit yang diperoleh investor dimasa sekarang ataupun nilai biaya dan investasi pada masa yang akan datang. Dalam rangka mengevaluasi proyek tersebut apakah ditolak atau disetujui. Semua pengorbanan rupiah untuk suatu proyek merupakan biaya pada saat sekarang dan diharapkan mendapatkan manfaat untuk masa yang akan datang Musa, 2012. Menurut Soekartawi dalam Analisis Usaha Tani 2002, umumnya ada beberapa kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, antara lain: 1. NPV NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang Present Value dari selisih antara benefit manfaat dengan cost biaya pada discount rate tertentu. NPV Net Present Value menunjukkan kelebihan benefit manfaat dibandingkan dengan cost biaya. Apabila evaluasi suatu proyek telah dinyatakan “Go” maka nilai NPV ≥ 0. Bila NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar sosial opportunity cost of capital, dan apabila NPV 0, maka proyek tersebut “no go” atau ditolak. Artinya, ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber – sumber yang diperlukan proyek. 2. IRR IRR ialah alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga internal keuangan yang membiayai proyek tersebut. Pada dasarnya IRR memperlihatkan bahwa present value PV benefit akan sama dengan present value PV cost. Dengan kata lain IRR tersebut menunjukkan NPV = 0. Dengan mencoba beberapa nilai dari DF discount factor untuk mendapatkan nilai penjumlahan PV sama dengan nol. 3. BC ratio BC ratio menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat. Cara ini banyak dipakai karena dengan menghitung BC ratio, maka akan diketahui secara cepat berapa besarnya manfaat proyek yang dilaksanakan. Cara perhitungan IRR berbeda dengan cara perhitungan BC ratio. Pada perhitungan BC, maka nilai diskonto yang dipakai adalah tertentu, tetapi pada perhitungan IRR yang dicari adalah besaran nilai diskonto tersebut Soekartawi, 1995. d. Payback Period PP Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan cash in flows secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan untuk mengetahui berapa lama proyekusaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.

2.3 Penelitian Terdahulu