Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Penggilingan Padi UD. Kilang Padi Bersama Di Kabupaten Padang Lawas Utara

(1)

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MUHAMMAD RAWI HASIBUAN

040403025

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia dan hidayah-Nya sehingga dengan keterbatasan dan kemampuan yang ada, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEGGILINGAN PADI DI PADANG LAWAS UTARA (Studi Kasus UD. Kilang Padi Bersama)” beserta laporannya. Tak lupa shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari jaman kegelapan menuju jalan yang benar.

Adapun Tugas Sarjana ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara. Penulis berusaha memberikan yang terbaik dalam mengerjakan Tugas Sarjana ini, namun penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari Pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam laporan ini banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga laporan Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN Medan, Juli 2010


(3)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam pelaksanaan tugas sarjana sampai pennulisan laporan Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ini dapat terwujud tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penulisan laporan Tugas Sarjana ini hingga selesai.

Untuk itu dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sugih Arto. P, MM selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku dosen pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Ir. Rosnani ginting, MT selaku ketua departemen teknik Industri Usu yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku sekretaris departemen teknik Industri Usu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tugas Sarjana ini

4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan Pengawas departemen teknik Industri Usu yang telah banyak membantuan penulis dalam pengurusan berkas – berkas sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tugas Sarjana ini


(4)

5. Bapak Jurman Hasibuan selaku pemilk usaha UD. Kilang Padi bersama yang telah membantu, memberikan waktu dan kesempatan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tugas Sarjana ini

6. Teman – teman penulis yang tercinta, Zuna Wakhir Tanjung, Imanuel, Ismail marjuki, M. Teguh Pane, Ronal Sipayung, prasetya Ariwardan Fikri Abdullah dan Fernando Gultom yang selalu memberikan motivasi, masukan dan Sharing selama penyelasai Tugas Sarjana ini.


(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI... ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I – 1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I – 2 1.3. Tujuan Penelitian ... I – 3 1.4. Manfaat Penelitian ... I – 3 1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi ... I – 4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I – 4 II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II – 1 2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II – 2 2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II – 2 2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II – 3 2.6. Proses Produksi ... II – 3

2.6.1. Bahan yang Digunakan ... II – 4 2.6.2. Uraian Proses ... II – 4 2.7. Mesin dan Peralatan ... II – 7 2.7.1. Mesin Produksi ... II – 7 2.7.2. Peralatan (Equipment) ... II – 8 III LANDASAN TEORI

3.1. Studi Kelayakan ... III – 1 3.2. Tujuan Studi Kelayakan ... III – 2 3.3. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis ... III – 4 3.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... III – 4 3.3.1.1. Konsep Inti Pemasaran ... III – 5

3.3.1.2. Ruang Pasar (Market Space) dan

Pangsa Pasar (Market Share) ... III – 8 3.3.1.3. Penetapan Harga ... III – 9 3.3.2. Aspek Teknis dan Teknologi ... III– 10


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3.3.1. Struktur Organisasi ... III– 12 3.3.3.2. Deskripsi Tugas ... III– 14 3.3.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja ... III– 15 3.3.4. Perhitungan Ekonomi ... III– 17 3.3.5. Pengertian Investasi ... III– 20

3.3.5.1. Break Even Point Analysis

( Analisa Titik Impas) ... III – 25 3.3.5.2. Pengertian Cash Flow ... III – 27 3.3.6. Aspek Lingkungan ... III – 28 3.3.7. Aspek Yuridis ... III – 29 3.4. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis ... III– 30 3.4.1. Penemuan Ide Proyek ... III– 30 3.4.2. Tahap Penelitian ... III– 31 3.4.3. Tahap Evaluasi Proyek ... III–31 3.4.4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak ... III–31 3.4.5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis ... III–32 3.4.6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis ... III–32 3.5. Tanaman padi ... III–32 3.5.1. Jenis Tanaman Padi ... III–33 3.5.2. Manfaat Tanaman Padi ... III–34 3.5.3. Ciri-ciri umum Padi ... III–34


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.4. Penyebaran dan Adaptasi ... III–35 3.5.5. Genetika dan pemuliaan padi ... III–35 3.5.6. Varietas padi ... III–36 3.5.7. Reproduksi Padi ... III–37 3.5.8. Sistem Budidaya Padi ... III–38 3.6. Pengolahan gabah menjadi nasi ... III–39 IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV – 1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV – 1 4.3. Objek Penelitian ... IV– 2 4.4. Variabel Penelitian ... IV– 2 4.5. Pelaksanaan Penelitian ... IV– 2 4.5.1. Pengumpulan Data ... IV– 3 4.5.1.1. Sumber Data ... IV– 3 4.2.4.2. Cara Pengumpulan Data ... IV– 3 4.6. Pengolahan Data ... IV– 4 4.7. Analisis Pemecahan Masalah ... IV– 4 4.8. Kesimpulan dan Saran ... IV– 5 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.2. Jumlah Penduduk ... V – 2 5.1.3. Jumlah Penggilingan Padi ... V – 3 5.1.4. Data Hasil Produksi (Penjualan Beras) ... V – 4 5.2. Pengolahan Data ... V – 4 5.2.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... V – 4 5.2.1.1. Gambaran Umum ... V – 4 5.2.1.2. Kecenderungan Permintaan ... V – 7 5.2.1.3. Kecenderungan Penawaran ... V – 8 5.2.1.4. Analisis Permintaan Dan Penawaran ... V – 9 5.2.1.5. Peluang Pasar ... V – 9 5.2.1.6. Analisis Target penjualan... V–10 5.2.1.7. Analisi pesaiang ... V–11 5.2.1.8. Strategi Pemasaran ... V–12 5.2.1.8.1. Segmentasi Pasar ... V–12 5.2.1.8.2. Kebutuhan pasar ... V–13 5.2.1.8.3. Posisioning ... V–13 5.2.1.8.4. Strategi Promosi ... V–13 5.2.2. Struktur Organisasi ... V–14 5.2.2.1. Deskripsi tugas ... V–15 5.2.2.2. Analisis Tenaga Kerja ... V–20 5.2.3. Aspek Teknis dan Teknologi ... V–21


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3.1. lokasi Usaha ... V–21 5.2.3.2. Proses Produksi ... V–21 5.2.3.3. Bahan Baku, Penolong dan Tambahan ... V–24 5.2.3.4. Kebutuhan Bahan Baku dan Tambahan ... V–25 5.2.3.5. Sumber Bahan Baku dan Tambahan ... V–25 5.2.3.6. Mesin dan Peralatan ... V–25 5.2.3.6.1. Jenis Mesin dan Spesifikasi ... V–25 5.2.3.6.2. Fungsi Mesin-Mesin dan

Peralatan Penggilingan Padi ……... V–28 5.2.3.6.3. Jumlah Mesin yang Digunakan……... V–29 5.2.3.6.4. Sumber Mesin dan Peralatan……... V–29 5.2.3.7. Sarana Pendukung ... V–30 5.2.3.7.1. Bangunan ... V–30 5.2.3.7.2. Alat Transportasi ... V–30 5.2.3.7.3. Inventaris Kantor ... V–31 5.2.3.8. Layout Pabrik ... V–31 5.2.3.8.1. Jenis Bangunan ... V–31 5.2.3.8.2. Kebutuhan Luas Lahan ... V–32 5.2.4. Aspek Ekonomi dan Finansial ... V–33 5.2.4.1. Pendahuluan ... V–33


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.4.3. Modal Kerja ... V–37 5.2.4.4. Sumber Modal ... V–39 5.2.4.5. Perkiraan Pendapatan/Penerimaan ... V–39 5.2.4.5.1. Sumber Pendapatan ... V–39 5.2.4.6. Perkiraan pengeluaran/biaya-biaya ... V–41 5.2.4.6.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) ... V–41 5.2.4.7. Analisa Keuangan ... V–43 5.2.4.7.1 Jadwal Pembayaran Pinjaman ... V–43 5.2.5. Analisis Kriteria Investasi ... V–46 5.2.5.1. Net Present Velue (NPV) ... V–46 5.2.5.2. Internal Rate of Return (IRR) ... V–47 5.2.5.3. Analisi pay back period dan

break iven poin……… V–48 5.2.5.4. Perkiraan break event point (BEP)…. V–48 5.2.5.5. Analisis Benefit Cots Ratio (BCR)…. V–49 5.2.6. Analisis Apek Yuridis ... V–50

5.2.6.1. Data Izin Pendirian Usaha ... V–50 5.2.6.2. Data Yuridis ... V–52 5.2.6.3. Dasar Hukum Izin Industri ... V–52 5.2.6.4. Syarat dan Kelengkapan Dokumen ... V–53 5.2.6.5. Data Tanda Daftar Perusahaan ... V–54


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.6.6. Dasar Hukum ... V–54 5.2.6.7. Syarat dan Kelengkapan Dokumen ... V–55 5.2.6.8. Biaya Pengurusan ... V–55 VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Aspek Pemasaran ... VI – 1 6.2. Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi ... VI – 2 6.3. Analisis Aspek Teknis dan Teknologi ... VI – 2 6.4. Analisis Aspek Ekonomi dan Finansial ... VI – 3 6.5. Analisis Kriteria Investasi ... VI – 3 6.3. Analisi Aspek Ekonomi dan Finansial ... VI – 2 6.3. Analisis Kriteria Investasi ... VI – 2 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII – 1 7.2. Saran ... VII – 1 DAFTAR FUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jam Kerja UD. Kilang Padi Bersama ... II – 3 5.1. luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi ladang

di Kab. Padang Lawas Utara Menurut Kecamatan ... V – 1 5.2. luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi ladang

di Kab. Padang Lawas Utara tahun 2007-2010 ... V – 2 5.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara

Tahun 2007-2010. ... V – 3 5.4. Jumlah Penggilingan Padi di Kab. Padang Lawas Utara

Perkecamatan Tahun 2010 ... V – 3 5.5. Jumlah Penjualan Hasil Produksi UD. Kilang Padi Bersama ... V – 4 5.6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara

Tahun 20011-2015. ... V – 7 5.7. Proyeksi Jumlah Permintaan Beras Di Kab. Padang Lawas Utara

Tahun 2011-2015 ... V – 7 5.8. Proyeksi Jumlah Penggilingan Padi di Kab. Paluta ... V – 8 5.9. Proyeksi Target Penjualan UD Kilang Padi Bersama ... V – 11 5.10. Jumlah Mesin Dan Peralatan UD. Kilang Padi Bersama ... V – 29 5.11. Jenis dan Jumlah Bangunan UD. Kilang Padi Bersama ... V – 30 5.12. Jenis dan Jumlah Inventaris kantor UD. Kilang Padi Bersama ... V – 31 5.13. Jenis, Jumlah dan Luas Ruangan UD. Kilang Padi Bersama ... V – 32


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.14. Perincian Investasi Tanah dan Bangunan ... V – 33 5.15. Perincian Investasi Mesin dan Peralatan ... V – 34 5.16. Perincian Investasi Inventaris Kantor ... V – 35 5.17. Perincian Investasi Alat Transportasi ... V – 35 5.18. Perincian Biaya Pra Operasi ... V – 36 5.19. Perincian Biaya Instalasi dan Umum ... V – 36 5.20. Perhitungan Bunga Masa Kontruksi ... V – 37 5.21 Rekapitulasi Kebutuhan Modal Investasi ... V – 37 5.22. Skema kebutuhan modal kerja UD. Kilang padi bersama ... V – 38 5.23. Rekapitulasi Kebutuhan Modal Kerja ... V – 38 5.24. Proyeksi Jumlah Pendapatan UD. Kilang Padi Bersama

Tahun Ke I ... V – 40 5.25. Perkiraan Pendapatan/Penerimaan ... V – 41 5.26. Perkiraan Biaya Gaji ... V – 41 5.27. Perkiraan Umur dan Depresiasi ... V – 42 5.28. Perkiraan Umur dan Amortisasi ... V – 42 5.29. Jadwal Pembayaran Pinjaman ... V – 43 5.30. Perkiraan Laba Rugi... V – 44 5.31. Perkiraan NPV ... V – 46 5.32. Perkiraan IRR ... V – 47


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

3.33. Perkiraan Pay Back Period ... V – 48 5.34. Perkiraan BEP ... V – 49 5.34. Perkiraan BCR ... V – 49


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Gambar 2.1 Struktur Organisasi UD. Kilang Padi Bersama ... II – 2 3.1. Titik Impas yang Merupakan Perpotongan

Persamaan 1 dan 2 ... III– 27 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV – 6 5.1. Gambar5.1. Struktur Organisasi ... V – 15 5.2. Ilustrasi Blok diagram Komposisi Unit Penggilingan Padi


(17)

ABSTRAK

UD. Kilang Padi Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan padi menjadi beras (Penggilingan padi) di desa Hutaimbaru Kec. Halongonan Kab. Padang lawas Utara. Dimana daerah tersebut merupakan daerah agraris, sehingga masih memerlukan penggilingan padi untuk pemenuhan kebutuhan petani dalam konsumsi dan pemasaran hasil. Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis aspek – aspek studi kelayakan dengan metode yang ada didalamnya seperti, aspek pasar, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknik, aspek ekonomi dan finansil, untuk mengetahui nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Laba rugi.

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data studi kelayakan Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama. Kemudian data Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama selama masa operasional dievaluasi dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), sehingga dapat diketahui apakah Penggilingan padi tersebut selama masa operasional mendapatkan keuntungan atau kerugian

Dari hasil analisis aspek dalam studi kelayakan pengembangan usaha penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama di peroleh nilai NPV sebesar Rp. 2.751.165.193, PBP sebesar 2,2 tahun, IRR sebesar 41,7375% (IRR ≥ MARR (23 %)), BCR sebesar 2,639918, dan dari hasil analisis tersebut investasi pengembangan usaha penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama layak dan menguntungkan.


(18)

ABSTRAK

UD. Kilang Padi Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan padi menjadi beras (Penggilingan padi) di desa Hutaimbaru Kec. Halongonan Kab. Padang lawas Utara. Dimana daerah tersebut merupakan daerah agraris, sehingga masih memerlukan penggilingan padi untuk pemenuhan kebutuhan petani dalam konsumsi dan pemasaran hasil. Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis aspek – aspek studi kelayakan dengan metode yang ada didalamnya seperti, aspek pasar, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknik, aspek ekonomi dan finansil, untuk mengetahui nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Laba rugi.

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data studi kelayakan Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama. Kemudian data Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama selama masa operasional dievaluasi dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), sehingga dapat diketahui apakah Penggilingan padi tersebut selama masa operasional mendapatkan keuntungan atau kerugian

Dari hasil analisis aspek dalam studi kelayakan pengembangan usaha penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama di peroleh nilai NPV sebesar Rp. 2.751.165.193, PBP sebesar 2,2 tahun, IRR sebesar 41,7375% (IRR ≥ MARR (23 %)), BCR sebesar 2,639918, dan dari hasil analisis tersebut investasi pengembangan usaha penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama layak dan menguntungkan.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu usaha dijalankan atau dikembangkan. Pengambilan keputusan investasi untuk mengembangkan suatu usaha lama maupun mendirikan usaha baru membutuhkan dasar studi kelayakan untuk mendapatkan hasil (output) yang maksimal dan mengurangi resiko kegagalan yang mungkin terjadi.

Penelitian ini dilaksanakan di UD. Kilang Padi Bersama, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan padi menjadi beras (Penggilingan padi). UD Kilang Padi Bersama adalah salah satu penggilingan padi menengah (PPM) dengan kapasitas produksi 0,75 - 3 ton beras per jam, yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara (Kab. Paluta). Kab. Paluta memiliki luas wilayah keseluruhan ± 3.918,05 km2 dengan jumlah penduduk tahun 2010 ± 196.290 jiwa. Daerah Kab. Paluta merupakan salah satu daerah pertanian, dengan luas lahan sawah 31.263 ha dengan hasil produksi tahun 2010 sekitar 175.197 ton padi. Penggilingan padi (Rice Milling Unit) memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, paska panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras. sehingga


(20)

dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

UD. Kilang Padi Bersama dengan kapasitas produksi ±1 ton beras per jam, mempunyai prospek pengembangan usaha yang cukup baik untuk meningkatkan kapasitas usahanya, karena jumlah permintaan penggilingan padi di daerah Kab. Paluta meningkat yang disebabkan jumlah produksi padi yang cukup besar. Akibatnya penggilingan padi di Kab. Paluta dengan kapasitas rata-rata giling dibawah 0.75 ton per jam tidak dapat menampung produksi padi.

Untuk mengetahui apakah proyek atau investasi pengembangan usaha penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama di Kab. Paluta dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan, dengan jangka waktu tertentu, maka dilakukan studi kelayakan pengembangan usaha agar resiko dan dampak negatif yang ditimbulkan seminimal mungkin.

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan pokok yang dihadapi UD. Kilang Padi Bersama adalah jumlah permintaan penggilingan padi meningkat yang disebabkan jumlah produksi padi yang cukup besar sehingga kapasitas penggilingan padi tidak dapat menampung produksi padi, maka perlu dilakukan penelitian berupa studi kelayakan pengembangan usaha dalam hal perencanaan penambahan kapasitas penggilingan padi yang dimaksud.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah manganalisis aspek – aspek studi kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha pengembangan penggilingan padi.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis aspek pasar untuk mendapatkan peluang pasar.

2. Menganalisis aspek manajemen dan organisasi, untuk mengetahui tugas, wewenang dan tanggung jawab.

3. Menganalisis aspek teknik, untuk mengetahui kebutuhan dana investasi.

4. Menganalisis aspek ekonomi dan finansil, untuk mengetahui nilai NPV, IRR,PBP, BEP, BCR dan Laba rugi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya di lapangan.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan siswa yang telah tamat dari sekolah.

3. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam membuat suatu keputusan investasi untuk melaksanakan usaha baru atau pengembangan usaha lama.


(22)

5. Untuk meyakinkan pihak kreditor, khususnya perbankan untuk memberikan kredit pada gagasan usaha tersebut.

1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi

Untuk meminimalkan kesalahan - kesalahan dalam peneitian ini, ada beberapa faktor yang selalu menjadi penghalang dan tidak dapat dihindari yaitu keterbatasan waktu, dana, dan fasilitas. Agar penelitian ini dapat tercapai secara efektif, maka diperlukan pembatasan masalah dan asumsi.

Adapun batasan yang digunakan yaitu, pengamatan hanya dilakukan pada UD. Kilang Padi Bersama saja, yang terletak di Kabupaten Padang Lawas Utara Kecamatan Halongonan Desa Hutaimbaru

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Kondisi perusahaan tidak berubah selama penelitian.

2. Tidak ada penambahan jenis produk baru di UD. Kilang Padi Bersama. 3. Proses produksi berlangsung secara normal.

4. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya dianggap benar.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :


(23)

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menggambarkan secara umum atribut perusahaan diantaranya sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Memaparkan seluruh teori-teori yang berkaitan dengan judul, yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah – langkah penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian dan dikaitkan dengan pengolahan data dan penyelesaian masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil pengolahan data dan melakukan pemecahan masalah.


(24)

Mengemukakan hasil keseluruhan penelitian berdasarkan data yang telah diolah dengan memberikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling Unit). Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Jurman Hasibuan tahun 2002 yang berada di Jl. Lintas Sumatera Desa Hutaimbaru Kec. Halongonan Kab. Padang Lawas Utara.

Pada awalnya UD. Kilang Padi Bersama merupakan usaha kecil, yang hanya bergerak di satu desa dengan kapasitas giling 0.75 ton per jam. Pada perkembangannya hasil padi dari petani yang tinggi, jumlah permintaan akan beras yang semakin meningkat dan areal kilang padi yang tidak hanya bergerak disatu desa lagi, sehingga tidak dapat menampung kapasitas yang ada. Maka pada tahun 2005 usaha UD. Kilang Padi bersama memperbesar kapasitasnya menjadi 1-2 ton per jam.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha UD. Kilang Padi Bersama merupakan kilang padi menangah. Dimana UD. Kilang Padi Bersama menghasilkan produk beras dan dedak.


(26)

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

UD. Kilang Padi Bersama dalam manajemennya menggunakan struktur organisasi lini. Dimana pemilik memberikan instruksi langsung kepada karyawan dan karyawan bertanggung jawab langsung. Struktur organisasi pada perusahaan UD. Kilang Padi Bersama dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut:.

Pemilik

Karyawan

Karyawan Karyawan

Karyawan

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UD. Kilang Padi Bersama

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di UD. Kilang Padi Bersama seluruhnya berjumalah 5 Orang. Beberapa pekerja/karyawan dapat ditempatkan pada beberapa jenis pekerjaan yang berbeda.

Pada pelaksanaan aktivitas kerja di UD. Kilang Padi Bersama memakai waktu kerja selama enam hari per minggu, mulai dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu, dengan waktu kerja 8 jam kerja per hari, jika lebih dari jam yang ditentukan maka dianggap lembur. Uraiannya jam kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(27)

Tabel 2.1. Jam Kerja UD. Kilang Padi Bersama

Hari Jam Kerja Keterangan

Senin – Kamis

08.00 – 11.00 Kerja 11.00 – 13.30 Istirahat 13.30 – 16.00 Kerja Jumat

08.00 – 11.00 Kerja 11.00 – 14.00 Istirahat 14.00 – 16.30 Kerja Sabtu

08.00 – 11.00 Kerja 11.00 – 13.30 Istirahat 13.00 – 15.30 Kerja Sumber: UD. Kilang Padi Bersama

2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan pada UD. Kilang Padi Bersama diberikan setiap akhir minggu yaitu pada hari Sabtu. UD. Kilang Padi Bersama membagi sistem pengupahan ke dalam dua bentuk , yaitu:

1. Karyawan Tetap, terdiri dari:

a. Gaji pokok : Rp 1.300.000,- b. Uang Makan : Rp 210.000,- 2. Karyawan Tidak Tetap, terdiri dari:

a. Gaji pokok : Rp 900.000,- b. Uang makan : Rp. 210.000,-

2.6. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu cara atau metode, dan teknik untuk menciptakan, menambah nilai suatu barang atau jasa dengan mengggunakan


(28)

sumber-sumber yang ada. Disamping menghasilkan produk yang berkualitas, proses produksi yang baik juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah produktivitas yang dihasilkan perusahaan.

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang akan digunakan untuk proses produksi pada UD. Kilang Padi Bersama adalah padi, dimana padi merupakan bahan baku utama. Bahan Baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Bahan ini langsung ikut dalam proses produksi hingga menjadi produk jadi.

2.6.2. Uraian Proses

Uraian proses produksi dalam penggilingan padi melewati beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan bahan baku

Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula. Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan sampai kadar air 14%, baik melalui penjemuran atau menggunakan alat pengering. Penundaan gabah kering panen lebih 2 - 3 minggu akan menimbulkan padi yang kuning. Gabah yang sudah kering sebaiknya dicegah tidak kehujanan karena dapat meningkatkan butir patah dan menir. Usahakan gabah yang digiling adalah gabah kering giling (GKG) yang baru dipanen agar tampak putih cerah dengan cita rasa yang belum


(29)

berubah. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, maka penampakan beras tidak optimal (buram) dan terjadi perubahan cita rasa (tingkat kepulenan menurun).

2. Proses Pemecahan Kulit

Pada proses ini, mula-mula tumpukan gabah (GKG) disiapkan di dekat lubang pemasukan elevator. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit dihidupkan, kemudian elevator mengangkat gabah menuju lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Corong sekam dibuka-tutup dengan alat klep penutup. Proses pemecah kulit dilakukan 3 kali (ulangan), gabah yang masuk ke mesin pecah kulit yang pertama, kemudian masuk ke pemecah kulit yang kedua, lalu gabah masuk ke elevator dan mengangkat gabah ke mesin pecah kulit yang ketiga. Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus distel kembali struktur rubber roll dan kecepatan putarannya. Stelan pada masing – masing mesin pecah kulit dibuat berbeda, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan untuk mendapatkan mutu yang baik.

3. Proses Penyosohan Beras

Proses ini menggunakan alat penyosoh tipe friksi yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. Beras pecah kulit disosoh menggunakan mesin penyosoh merk ICHI N 70. Perlu diperhatikan kecepatan putaran untuk mencapai beras berkualitas adalah 1100 rpm dengan menyetel gas pada mesin penggerak dan menyetel katup pengepresan keluarnya


(30)

beras. Proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%.

Usaha meningkatkan mutu beras hasil giling tergantung dari produk akhir yang diinginkan konsumen. Ada 3 jenis preferensi beras yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap. Untuk memproduksinya diperlukan proses yang berbeda.

4. Proses Pengemasan

Beras hasil giling sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat penggilingan hilang. Jenis kemasan disarankan memperhatikan beras isinya. Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari pemalsuan).

5. Proses Penyimpanan

Tempat penyimpanan beras yang harus diperhatikan adalah kondisi tempat penyimpanan harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. Dan Tribolium sp.) dan penyakit di gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Karung keras diletakkan di atas bantalan kayu yang


(31)

disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan aerase, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi), serta teknik penumpukan beras

2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi

Jenis dari mesin-mesin produksi yang digunakan oleh UD. Kilang Padi bersama adalah sebagai berikut :

1. Nama Mesin : Mesin Penggerak Merk/ Type : Colt Diesel 100 Ps Tenaga : 160 A

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menggerakkan mesin gilingan padi. 2. Nama Mesin : Mesin Pecah Kulit (Paddy Husker)

Merk/ Type : Yanmar model HW 60/Kombinasi Rol Karet Putaran : 1100 (mani shaft)

Jumlah : 3 Unit

Fungsi : Untuk mengupas gabah (padi) 3. Nama Mesin : mesin penyosoh

Merk/ Type : ICHI N 70 Putaran : 1100 rpm Jumlah : 2 Unit


(32)

2.7.2. Peralatan (Equipment)

Peralatan adalah benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi penggilingan padi adalah:

1. Elevator 2. Skop 3. Kaleng 4. Karung/goni 5. Ember 6. Brus kawat 7. Kantong Plastik 8. Timbangan

Selain alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan, terdapat alat yang digunakan untuk melindungi diri ketika melakukan pekerjaan yang disebut dengan Alat Pelindung Diri (APD), seperti masker (Respirator)


(33)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Studi Kelayakan1

Studi kelayakan atau sering disebut

Studi kelayakan pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu usaha dijalankan atau dikembangkan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek bisnis.

2

Pada umumnya proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit adalah proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi-organisasi “feasibility study” adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu gagasan usaha atau bisnis tentang layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut untuk dilaksanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan.

1

Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta,

2003.

2


(34)

sosial, seperti pembuatan jalan, rumah sakit, taman hiburan, sekolah dan lain sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Proyek-proyek yang dinilai dari segi analisis financial benefit pada umumnya adalah proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pengusaha secara individu yang menanamkan modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sasaran yang ingin dicapai dalam analisis financial benefit adalah hasil dari modal saham (equity capital) yang ditanam dalam usaha/proyek tersebut, seperti mendirikan industri, pembukaan usaha pertaniaan, pengembangan usaha dan lain sebagainya.

3.2. Tujuan Studi Kelayakan

Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Ada lima tujuan, pentingnya melakukan studi kelayakan usaha yaitu: 3

1. Menghindari resiko kerugian

Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari risiko kerugian keuangan di masa datang yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.


(35)

2. Memudahkan perencanaan

Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dapat mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut, meliputi:

- Berapa jumlah dana yang dibutuhkan. - Kapan usaha akan dijalankan.

- Dimana lokasi usaha akan dibangun. - Siapa yang akan melaksanakan. - Bagaimana cara melaksanakannya.

- Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh.

- Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan Dengan adanya perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan mempunyai jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai pada waktu tertentu.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Bagaimana rencana yang sudah disusun akan memudahkan dalam pelaksanaan usaha. Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan dapat tepat sasaran serta sesuai rencana.

4. Memudahkan pengawasan

Pelaksanaan usaha yang sesuai rencana akan memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Disamping itu,


(36)

pelaksanaan usaha dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, karena ada yang mengawasi

5. Memudahkan pengendalian

Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat terdeteksi terjadinya suatu penyimpangan, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.

3.3. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis 3.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran4

4

Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta, Evaluasi aspek pasar dan pemasaran sangat penting dilakukan karena tidak ada usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Pada dasarnya, aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar produk atau jasa yang bersangkutan.

Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan, karena Permintan pasar dari produk yang dihasilkan, merupakan dasar dalam penyusunan produksi, jumlah produksi itu sendiri merupakan dasar dalam rencana pembelian bahan baku, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, serta fasilitas lainnya yang dibutuhkan.


(37)

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu. Sedangkan pemasaran adalah suatu proses dan manajeral yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen

Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prisip kepuasan pelanggan.

3.3.1.1. Konsep Inti Pemasaran5

1. Kebutuhan

Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang

5

Helmi Syafrizal S. Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis, Departemen Manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara 2006.


(38)

kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. 2. Keinginan

Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.

3. Permintaan

Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.

4. Produk

Sejalan dengan munculnya kebutuhan, keinginan dan permintaan, perusahaan berusaha keras untuk mempelajarinya, mereka melakukan riset pemasaran, mengamati perilaku konsumen, menganalisis keluhan yang dialami


(39)

konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yang sedang disukai atau bahkan produk apa yang tidak disukai, dan lain-lain. Dengan kegiatan diatas akhirnya perusahaan dapat menawarkan segala sesuatu kepada pasar untuk diperhatikan, untuk dimiliki atau dikonsumsi sehingga konsumen dapat memuaskan kebutuhan sekaligus keinginannya, sesuatu itu disebut produk. Produk tidak hanya mencakup obyek fisik, tetapi juga jasa, orang, tempat, organisasi ataupun gagasan.

5. Nilai Pelanggan

Karena semua perusahaan berusaha menwarkan produk dan jasa yang superior, maka konsumen dihadapkan pada pilihan yang beraneka ragam. Konsumen membuat pilihan pembeli berdasarkan pada persepsi mereka mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa ini. Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya total yang menyertai produk tersebut. Nilai total antara lain nilai dari produk, jasa, personil pemasar, biaya waktu, biaya energi yang dikeluarkan, biaya psikis. Setelah pemberian nialai, konsumen akan mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan mempengaruhi kepuasan dan peluang untuk membeli ulang produk tersebut.

6. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam menyerahkan nilai relative terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau prestasi sesuai atau bahkan melebihi harapan, pembelinya merasa puas. Perusahaan yang cerdik mempunyai tujuan membuat gembira pelanggan dengan hanya


(40)

menjanjikan apa yang dapat mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih banyak dari yang mereka janjikan.

7. Mutu

Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, yang saat ini ada istilah Total Quality Management (TQM) yaitu program yang dirancang untuk memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara terus menerus. TQM memiliki komitmen antara lain :

- Fokus terhadap pelanggan.

- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.

- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

- Memiliki komitmen jangka panjang, membutuhkan kerja sama tim, memperbaiki proses.

- Memperbaiki proses secara kesinambungan.

- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan.

3.3.1.2. Ruang Pasar (Market Space) dan Pangsa Pasar (Market Share)

Market space adalah peluang pasar (market potencial) yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan dan market space terjadi apabila permintaan lebih besar dari penawaran. Selisih yang terjadi ini merupakan ruang gerak bagi perusahan untuk dapat masuk pasar. Sedangkan market share merupakan bagian yang dapat diambil oleh gagasan usaha yang direncanakan. Dengan demikian, apabila market space tidak tersedia, tidak mungkin terdapat


(41)

market share. Kesempatan untuk mendapatkan market share sangat tergantung pada masing-masing perusahaan dalam melakukan kompetisi perusahan dalam harga, kualitas, kuantitas, teknis produksi, penggunan teknologi dan lain sebagainya.

3.3.1.3. Penetapan Harga

Kesalahan dalam penetapan harga akan menyebabkan kesalahan dalam kelayakan usaha, oleh karenanya kebijakan dalam penetapan harga harus diperhitungkan secara tepat dan benar.

Kebijakan dalam penetapan harga adalah kegiatan yang sangat penting, karena harga yang terlalu tinggi akan menyebabkan produk tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya dengan harga yang terlalu rendah menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. Penetapan harga dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

- Penetapan harga dengan cara menentukan persentase keuntungan.

- Penetapan harga dengan cara menghitung biaya produksi secara keseluruhan. Penetapan harga melalui perhitungan komponen biaya dihitung melalui seluruh biaya (total cost) yang dibeban untuk produksi tersebut. Untuk menentukan biaya per unit dari produk yang dihasilkan dapat dihitung dari 3 jenis biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.


(42)

3.3.2. Aspek Teknis dan Teknologi6

Pemilihan terhadap jenis teknologi yang digunakan juga perlu dijelaskan baik mengenai jenis, jumlah, dan ukuran biaya diperlukan serta alasan-alasan dalam pemilihan, dihubungkan dengan masalah yang dihadapi disamping investasi lainnya. Dalam aspek teknis produksi, perlu juga dibuat rencana produk

Evaluasi aspek teknis adalah suatu aspek yang mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek sebelum dan sesudah proyek dibangun. Berdasarkan pada analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya ekploitasinya. Pelaksanaan dari evaluasi aspek ini sering tidak dapat memberikan suatu keputusan yang baku sehingga perlu diperhatikan suatu atau beberepa pengalaman pada proyek lain yang serupa dan menggunakan teknologi dan alat yang sama.

Aspek teknis dan teknologi dibahas setelah usaha/proyek tesebut dinilai layak dalam aspek pemasaran. Pada evaluasi aspek ini ada beberpa informasi data yang diperlukan seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang digunakan, pemakaian peralatan dan mesin, serta lokasi usaha yang paling menguntungkan.

Apabila studi kelayakan yang disusun adalah dalam bidang usaha produksi atau kegiatan yang melakukan pengolahan, faktor utama yang perlu dimuat adalah lokasi usaha/pabrik yang dikembangkan. Faktor-faktor yang perlu dijelaskan antara lain, dilihat dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja, transportasi dan fasilitas tenaga listrik, serta penanganan limbah bila diperlukan.

6


(43)

pada setiap tahun selama umur ekonomis proyek yang didasarkan pada peluang pasar, kapasitas produksi, serta penyusunan keperluan kegiatan secara teknis.

3.3.3. Aspek Organisasi dan Manajemen

Setelah aspek pasar dan aspek teknis dibahas, maka salah satu aspek di dalam studi kelayakan yang akan dibahas selanjutnya adalah aspek organisasi dan manajemen. Perlu disadari, bahwa adanya pasar yang potensial tidak selalu berarti perusahaan dapat memanfaatkannya. Kemampuan untuk memperoleh peluang pasar tersebut tergantung juga kepada sistem manajemen yang digunakan. Hal lain yang memberikan gambaran peranan manejemen dalam kelancaran suatu perusahaan adalah kemampuannya dalam mencegah atau memperkecil pemborosan – pemborosan keuangan.

Pengalaman dan penelitian yang lebih seksama mengenai keadaan perusahaan sangat diperlukan untuk membuat kebijakan dalam menetapkan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk setiap anggota organisasi. Dengan adanya sistem yang sudah terencana dengan baik, akan menjamin lancarnya komunikasi dan informasi di dalam organisasi sehingga akan dapat diperoleh kebijakan – kebijakan yang tepat dalam keadaan yang dibutuhkan.

Pemberian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang tidak tepat dengan bagian kerja yang telah dikuasai akan dapat menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab jalannya informasi ke pihak atasan, dan akhirnya akan dapat menghambat kelancaran produksi, karena tiap – tiap bagian dalam perusahaan berkaitan erat satu sama lainnya.


(44)

3.3.3.1. Struktur Organisasi

Untuk mendukung kontinuitas perusahaan, maka system organisasi yang tepat adalah merupakan suatu keharusan. Penyusunan organisasi manajemen haruslah dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan, karena sistem yang baik pada suatu perusahaan belum tentu baik pula bagi perusahaan lain.

Para manajer yang progresif sering mencari beberapa tingkatan partisipasi karyawan dalam keputusan yang mempengaruhi proses kerja dan personalia. Dalam banyak kasus, para manajer membawa pendekatan kepemimpinan ini pada sebuah tingkat yang disebut penguasaan. Manajer yang menggunakan penguasaan berada di luar permintaan pendapat dan ide para karyawan dengan meningkatkan otoritas mereka untuk bertindak sendiri dan membuat keputusan mengenai proses yang melibatkan mereka.

Beberapa perusahaan membawa partisipasi karyawan selangkah lebih maju dengan menciptakan kelompok keja yang dikelola oleh diri sendiri. Tiap kelompok kerja diberi tugas atau operasional tertentu, para anggotanya mengelola tugas tanpa pengawasan langsung dan menerima tanggung jawab dari hasil – hasilnya. Kunci lain menuju organisasi yang sehat adalah komunikasi yang efektif yaitu membuat para manejer dan karyawan untuk berbicara satu sama lain dan secara terbuka berbagi permasalahan dan ide. Pada tingkatan tertentu, hirarki manajemen harus dirancang sedemikian rupa sehingga karyawan pada semua tingkat dapat berbicara dengan bebas dengan karyawan yang lebih tinggi. Hasilnya, terjadinya komunikasi dua arah yang akan membangun perusahaan menuju keberhasilan.


(45)

Ada beberapa macam struktur organisasi, yaitu : 1. Organisasi garis

2. Organisasi garis dan staf 3. Organisasi fungsional

4. Kombinasi orgaisasi garis dan fungsional

5. Kombinasi organisasi garis dan staf dengan organisasi fungsional Masing – masing struktur organisasi di atas cocok untuk tugas – tugas tertentu saja dan masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Pada suatu kondisi, hanya ada sebuah struktur organisasi yang paling cocok mencapai tujuan.

Dalam merancang dan membentuk struktur organisasi maka sebaiknya mengikuti prinsip – prinsip beriktu ini:

1. Adanya tujuan yang jelas

2. Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam organisasi

3. Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang di dalam organisasi 4. Adanya perumusan tugas pokok yang jelas

5. Prinsip pembagian habis tugas 6. Prinsip fungsionalisasi

7. Prinsip koordinasi 8. Prinsip kontinuitas 9. Prinsip kesederhanaan


(46)

11.Pinsip pendelegasian wewenang secara jelas

12.Prinsip pengelompokan tugas yang sehomogen mungkin 13.Adanya kesatuan arah dalam mencapai tujuan

14.Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab 15.Adanya distribusi tugas pekerjaan

16.Pola dasar organisasi

Prinsip – prinsip tersebut jika diikuti dan diterapkan dengan baik, akan membantu dan memperlancar usaha untuk mencapai tujuan.

3.3.3.2. Deskripsi Tugas7

1. Tugas utama, yaitu semua tugas yang sifatnya rutin sehari – hari

Setelah ditentukan struktur organisasi yang akan digunakan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tugas apa saja yang harus dilaksanakan oleh orang – orang yang akan melaksanakan tugas/ pekerjaan tersebut.

Umumnya suatu tugas atau pekerjaan dapat digolongkan dalam :

2. Tugas periodik, yaitu tugas yang pelaksanaannya bersifat atau berjangka waktu

3. Tugas insidentil, yaitu tugas – tugas yang bersifat insidentil sehingga sukar ditetapkan waktu terjadinya tugas.

Penetapan deskripsi tugas tersebut dimaksudkan untuk terlaksananya tugas secepat mungkin dimana masing – masing petugas tahu batas – batas wewenang dan tanggung jawabnya.


(47)

3.3.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja

Pembentukan struktur organisasi yang dibuat tentu telah didasarkan pada bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari kegiatan uasaha yang direncanakan. Dan berdasarkan struktur organisasi ini pula baru ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan jenis pekerjaan, struktur yang telah dibentuk, dan jenis keahlian apa saja yang diperlukan, atau kemungkinan akan diadakan pendidikan ulang dengan dasar pengetahuan yang ditentukan. Apabila gagal dalam pengadaan tenaga kerja yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia, karyawan akan mengalami kesukaran dalam pelaksanaan pekerjaan. Suatu jabatan memerlukan kualifikasi minimal dari orang – orang yang menjabatnya, agar tugas – tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Penentuan orang – orang yang meaksanakan tugas tersebut didasarkan atas persyaratan jabatan yaitu untuk orang yang diduga akan sanggup melaksanakan tugas – tugas dari sebuah deskripsi kerja. Di dalam memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja maka penjelasan haruslah meliputi:

1. Jabatan yang akan diisi

2. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

3. Kualifikasi jabatan/ pekerjaan yang penting, misalnya latar belakang pendidikan dan pengalaman.


(48)

Secara umum, pengertian gaji/ upah adalah imbalan yang telah diserahkan oleh pekerja kepada pihak lain atau majikan. Ditambah berbagai factor yang penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat gaji/ upah adalah:

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

Meskipun hukum ekonomi tidak bisa diterapkan secara mutlak pada masalah tenaga kerja, tetapi tidak dapat diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan tetap mempengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan (skill) yang tinggi, dan jumlah tenaga kerja langka, maka upah cenderung tinggi. Sedang untuk jabatan – jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, cenderung turun.

2. Organisasi buruh

Ada tidaknya organisasi, serta kuat lemahnya organisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat, berarti posisi bargaining karyawan juga kuat, dan akan menaikkan tingkat upah.

3. Kemampuan untuk membayar

Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi pemberian upah akan tergantung juga kepada kemampuan membayar dari perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi. Tingginya upah akan menaikkan biaya produksi, dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Kalau biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan tidak akan mampu memenuhi fasilitas karyawan.


(49)

4. Produktivitas

Gaji/ upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi prestasi karyawan, seharusnya makin besar pula gaji/ upah yang akan diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan dengan produktivitas. Untuk masa sekarang ini nampaknya yang menjadi masalah adalah belum ada kesepakatan dalam menghitung produktivitas.

5. Biaya Hidup

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Pada kota – kota besar dimana biaya hidup tinggi, maka upah juga cenderung tinggi. Bagaimanapun juga biaya hidup merupakan batas penerimaan upah dari karyawan.

6. Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan – peraturan juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah yang harus dibayarkan

3.3.4. Perhitungan Ekonomi

Perhitungan ekonomi diperlukan untuk melihat kelayakan dari suatu usaha. Untuk setiap aspek dalam studi kelayakan terdapat sejenis analisa yang menitikberatkan aspek tersebut. Umumnya terbagi atas 2 macam analisis, yaitu: a. Analisis finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau

orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau orang-orang yang berkepentingan langsung dalam proyek.


(50)

b. Analisis ekonomis, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan.

Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam usaha. Hasil finansial sering disebut private return. Yang perlu diperhatikan dalam analisis finansial adalah waktu didapatkannya returns.

Dalam analisis ekonomis yang diperhatikan adalah hasil total, atau produktivitas, atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut social returns atau the economic returns dari proyek. Ada dua unsur yang berlainan dalam analisa tersebut yaitu:

a. Harga, dalam analisis ekonomis selalu dipakai shadow prices yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang sesungguhnya dari unsur-unsur biaya maupun hasil.

b. Pembayaran transfer, termasuk pajak, subsidi dan bunga.

Masalah yang sering timbul adalah bagaimana cara membandingkan biaya yang harus dikeluarkan saat ini (investasi) dengan benefit yang baru akan diterima beberapa tahun kemudian. Dengan menentukan tingkat bunga (Interest rate) uang tertentu, sejumlah uang dapat ditentukan kesetaraan nilainya pada berbagai kondisi, yaitu:


(51)

- Berapa nilainya pada masa yang akan datang (Future value) : F

- Berapa nilainya kalau disebar dalam jumlah yang sama setiap tahun (Average Value) : A

Untuk memudahkan konversi ini ketiga unsur dalam penelitian waktu adalah P, F, dan A adalah:

a. Compounding factor (F/P), adalah untuk mencari F bila diketahui P, i dan n, dengan rumus:

F = P (1 + i)n atau F = P (F/P, i , n) ;dimana i = Tingkat Bunga n = Tahun

b. Compounding factor for 1 per annum (F/A), adalah untuk mencari F bila diketahuiA, i, dan n, dengan rumus:

i i A F n 1 ) 1 ( + −

= atau F = A (F/A, i, n)

c. Sinking fund factor (A/F), adalah untuk mencari A bila diketahui F, i, dan n, dengan rumus: 1 ) 1 ( + − = n i i F

A atau A = F (A/F, i, n)

d. Discount factor (P/F), adalah untuk mencari P bila diketahui F, i, dan n, dengan rumus: n i i F P ) 1 ( +

= atau P = F (P/F, i, n)

e. Present Worth (value) of an annuity factor (P/A), adalah untuk mencari P bila diketahui A, i, dan n, dengan rumus:


(52)

n n i i i A P ) 1 ( 1 ) 1 ( + − +

= atau P = A (P/A, i, n)

f. Capital rcovery factor (A/P), adalah untuk mencari A bila diketahui P, i, dan n, dengan rumus:

1 ) 1 ( ) 1 ( − ++ = n n i i i P

A atau A = P (A/P, i, n)

3.3.5. Pengertian Investasi8

4. Investasi lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan di atas.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan berinvestasi diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, peningkatan pendapatan, penghematan devisa naupun penambahan devisa, dalam menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa dinilai secara cukup independent.

Ada beberapa cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya penggolongan usulan yang didasarkan menurut kategori, sebagai berikut:

1. Investasi penggantian, adalah penggantian aktiva lama dengan yang baru. 2. Investasi dengan penambahan kapasitas, sering juga berrsifat penggantian. 3. Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan produk baru disamping tetap memproduksi yang lama.

8

Helmi Syafrizal S. Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis, Departemen Manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara 2006.


(53)

a. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara Present value dari benefit dan Present value dari biaya. Suatu proyek dikatakan layak bila NPV ≥ 0. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut akan mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV < 0, proyek ditolak.

= +− = n t t t t i C B NPV

1 (1 )

Keterangan: Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada

tahun t

Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t,

tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya) n = Umur ekonomis dari suatu proyek

i = Social Opportunity Cost of Capital yang ditunjukkan sebagai Social Discount Rate

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat pertumbuhan rata-rata uang yang diinvestasikan dimana net cash flow dari hasil investasi, diinvestasikan kembali untuk usaha tersebut. IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek asal setiap benefit bersih yang diwujudkan bernilai positif.

0 ) 1 ( 1 = +−

=n t t t t IRR C B


(54)

Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara langsung. Namun secara coba-coba.

c. Periode Batas (Cut off)

Priode batas adalah jangka waktu tertentu dimana investasi yang ditanam pada suatu proyek sudah harus kembali. Panjang priode batas ini berbeda dari satu proyek ke proyek yang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lain, tergantung pada situasi yang mungkin bersifat ekonomis atau non-ekonomis. d. Periode Kembali Modal (Pay- off period)

Priode kembali modal adalah jangka waktu yang diperlukan untuk dapat kembalinya modal investasi. Pilihan jatuh pada proyek yang priode kembalinya paling pendek.

e. Keuntungan rata-rata

Pertimbangan kelayakan berdasarkan pada besarnya keuntungan rata-rata pertahun. Kriteria keuntungan rata-rata sangat dipengaruhi oleh umur proyek. Dalam perhitungan keuntungan rata-rata perlu dipertimbangkan biaya tahunan rata-rata terkecil.

f. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah suatu ukuran kriteria ekonomis dari suatu perusahaan. Benefit proyek dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu:

1. Direct Benefits, dapat berupa kenaikan output fisik, atau kenaikan nilai output yang disebabkan adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan biaya dan kerugian. Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi


(55)

barang atau jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari suatu proyek. Kenaikan nilai hasil produksi tersebut dapat berupa meningkatnya jumlah hasil (kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas). Contohnya:

- Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi adalah contoh manfaat langsung dari proyek tersebut.

- Contoh penurunan biaya adalah berkurangnya biaya transportasi karena adanya proyek perbaikan jalan.

2. Indirect Benefits, merupakan benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek, merupakan multiplier effects dari proyek. Misalnya pemerintah bermaksud untuk mendirikan proyek pembangkit tenaga listrik. Proyek pembangkit tenaga listrik ini akan memberikan manfaat tak langsung seperti:

- Mendorong tumbuhnya industri-industri lain yang dapat memanfaatkan listrik tersebut.

- Pertambahan nilai hasil produksi dari industri-industri tersebut di atas adalah manfaat tak langsung sebagai multiplier efects dari proyek pembangkit tenaga listrik.

- Berkembangnya pertanian, pertambangan dan usaha lain disekitar daerah pembangunan proyek

Disamping itu, manfaat langsung dari proyek pembangkit listrik tersebut adalah jumlah kapasitas listrik (kilowatt) dikalikan harga (tarif) listrik tersebut.


(56)

3. Intangible Benefits, merupakan benefit yang sulit dinilai dengan uang, contoh-contoh Intangible Benefits dari pendirian suatu proyek adalah: - Perbaikan lingkungan hidup

- Perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman - Perbaikan distribusi pendapatan

- Integrasi nasional dan pertahanan nasional - Berkurangnya pengangguran, dan sebagainya.

Melihat 3 macam manfaat seperti yang diuraikan di atas, maka manfaat langsung relatif lebih mudah untuk diidentifikasikan dan dihitung jumlahnya dibandingkan menfaat tak langsung dan manfaat kentara. Disamping itu, manfaat langsung dapat direalisir, manfaat tidak langsung tidak akan otomatis terwujud. Misalnya, kalau proyek bendungan sudah berhasil meningkatkan tenaga listrik sebagai akibat langsung dari proyek tersebut maka pertumbuhan industri sebagai manfaat tak langsung belum tentu akan terwujud, karena banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan.

Untuk perbandingan BCR, biaya suatu proyek dapat jaga diklasifikasikan atas biaya langsung dan biaya tak langsung.

1. Biaya Langsung

Adalah semua pengeluaran yang langsung untuk keperluan proyek, misalnya biaya investasi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan proyek. 2. Biaya Tak Langsung

Biaya tak langsung umumnya berupa biaya tak kentara seperti polusi udara, bising, perubahan nilai-nilai (norma) dalam masyarakat.


(57)

Seperti halnya manfaat langsung, maka biaya langsung lebih mudah diidentifikasikan dan dihitung. Karena itu dalam evaluasi proyek, biaya langsung sering mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan biaya tak langsung. Akan tetapi, perlu diingat bahwa semakin besar masarakat yang menanggung biaya tak langsung (misalnya polusi udara) maka semakin perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi kelayakan suatu proyek.

BCR merupakan nisbah manfaat biaya yang sering digunakan untuk mengukur kelayakan suatu proyek. Pada BCR yang dilihat adalah perbandingan antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran atau biaya.

PC PV C

B/ =

Oleh karena NPV adalah selisih antara PV dan PC, maka antara NPV dan B/C terdapat hubungan sebagai berikut:

NPV > 0, maka B/C >1 NPV < 0, maka B/C < 1 NPV = 0, maka B/C = 1

Proyek dikatakan layak bila B/C ≥ 1, atau 1 <BCR< 2 karena bila BCR<1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, dan bila BCR>2 dikenal dengan situasi overheating yang berbahaya bagi perekonomian karena dapat menyebabkan inflasi.


(58)

3.3.5.1. Break Even Point Analysis ( Analisa Titik Impas)

Suatu studi kelayakan harus dapat menetapkan titik pulang pokok (Break Even Point). Sebagai masukan dalam perencanaan dan sebagai alat kendali dalam pengoperasian perusahaan, perlu diketahui pada kapasitas produksi berapakah paling rendah agar perusahan tidak merugi. Pada kapasitas tersebut perusahaan tidak merugi dan tidak berlaba. Kapasitas tersebut disebut Break Even Point (BEP) dimana pendapatan sama dengan pengeluaran ( TR = TC )

Biaya-biaya dapat dikategorikan atas:

a. Biaya berubah (variabel cost), yaitu biaya yang besarnya tergantung kepada banyaknya produksi seperti biaya bahan, sebagian besar biaya energi, sebagian besar biaya perawatan, sebagian sewa-sewa dan upah karyawan lepas. Biaya berubah umumnya diasumsikan fungsi linear:

y = ax dimana x = jumlah produksi

b. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tetap walaupun tidak ada produksi, seperti gaji karyawan tetap, depresiasi, amortisasi, asuransi, PBB, seluruh atau sebagian sewa-sewa, sebagian biaya energi, sebagian biaya perawatan. Biaya tetap merupakan konstanta:

y = b Total biaya seluruhnya menjadi:

y = ax + b ...(1) Apabila penjualan perunit produksi diasumsikan konstan maka hasil penjualan juga merupakan garis lurus:


(59)

y = sx ...(2) Perpotongan antara persamaan (1) dan (2) merupakan titik impas (BEP) yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Titik Impas yang Merupakan Perpotongan Persamaan 1 dan 2

Apabila kapasitas produksi lebih kecil dari BEP maka perusahaan akan merugi dan apabila kapasitas di atas BEP maka perusahaan akan berlaba.

3.3.5.2. Pengertian Cash Flow

Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasok tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari

Rp

x Rugi

Laba

BEP

penjualan

y = sx

total biaya

b

biaya tetap

b

biaya berubah


(60)

dapat pula berasal dari pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama.

3.3.6. Aspek Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan ini dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap perusahaan, sehingga studi kelayakan aspek ini perlu dianalisis pula.

Perkembangan bisnis tidak dapat dilepaskan dari aspek lingkungan sekitarnya. Aspek lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan suatu bisnis. Faktor lingkungan bersifat dinamis. Keberadaan suatu bisnis jangan sampai merusak lingkungan sekitarnya, untuk itu pelaksana proyek harus memperhatikan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Analisis merngenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Ada dua alasan pokok mengapa AMDAL diperlukan dalam suatu studi kelayakan bisnis : (i) Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian (PP RI nomor 51 tahun 1993 tentang AMDAL), (ii) AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan adanya proyek-proyek tersebut.


(61)

AMDAL suatu proyek bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang integral dari pelaksanaan suatu proyek, terutama dalam upaya menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, AMDAL mempunyai beberapa peran, antara lain : (i) Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan, aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila telah disusun rencana pengelolaan lingkungan, yang sebelumnya telah diketahui dulu dampak lingkungan yang akan timbul sebagi akibat dari proyek yang akan dibangun. Untuk itu perlu dilakukan studi AMDAL secara cermat dan terkontrol, agar tidak terjadi kerusakan lingkungan dikemudian hari. (ii) Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek, AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan untuk mendapatkan perijinan dalam pelaksanaan suatu proyek. Bagian dari AMDAL yang diharapkan oleh suatu proyek adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan suatu proyek, terutama dalam hal pengadaan sumber daya yang diperlukan dalam proyek tersebut, seperti air, energi, tenaga kerja, dan kondisi alam sekitarnya. (iii) AMDAL sebagai dokumen penting, laporan AMDAL merupakan dokumen penting sebagai sumber informasi yang rinci mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyeknya, dan gambaran keadaan lingkungan di masa yang akan datang.


(62)

3.3.7. Aspek Yuridis

Evaluasi terhadap aspek yuridis perlu dilakukan. Bagi pemilik usaha, evaluasi ini berguna antara lain untuk kelangsungan usaha serta dalam rangka meyakinkan para kreditur dan investor bahwa usaha yang akan dilakukan tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.

Aspek Yuridis adalah aspek yang berhubungan dengan masalah legalitas dari kegiatan-kegiatan proyek yang akan dilakukan. Atau dapat juga dikatakan, aspek yuridis adalah aspek yang berhubungan dengan peninjauan dari segi peraturan-peraturan atau hukum yang berlaku, terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan adanya suatu proyek.

Sebagai contoh, misalnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan pengoperasian (eksploitasi) proyek yang telah selesai dibangun nanti, akan dihadapkan kepada berbagai macam peraturan-peraturan hukum. Peraturan-peraturan semacam ini ada yang secara langsung ditujukan kepada proyek yang bersangkutan, seperti misalnya berbagai peraturan yang menyangkut perijinan. Di samping itu ada juga peraturan-peraturan yang tidak secara langsung ditujukan kepada proyek yang bersangkutan, tetapi secara tidak langsung akan berpengaruh pada proyek itu, seperti misalnya berbagai kebijakan moneter dan fiskal pemerintah, kebijakan tentang impor, kebijakan pemerintah tentang industri kecil, usaha kecil dan menengah (UKM), dan lain-lain.


(63)

3.4. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis 3.4.1. Penemuan Ide Proyek9

Ada tiga macam evaluasi proyek. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang akan didirikan. Kedua, mengevaluasi proyek yang sedang beroperasi. Dan yang Ketiga, mengevaluasi proyek yang baru selesai dibangun. Evaluasi berarti membandingkan antara sesuatu dengan satu atau lebih standar atau kriteria, dimana standar atau kriteria ini bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Untuk

Produk atau Jasa yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk dijual dan menguntungkan. Karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk atau jasa dari usaha harus dilakukan. Penelitian jenis produk dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria bahwa suatu produk atau jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih belum terpenuhi, memenuhi kebutuhan manusia tetapi produk atau jasa tersebut belum ada.

3.4.2. Tahap Penelitian

Setelah ide-ide proyek dipilih, selanjutnya dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan memakai metode ilmiah. Proses itu dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data dengan memasukkan teori-teori yang relevan, menganalisis dan menginterpretasi hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang sesuai.


(64)

evaluasi proyek, yang dibandingkan adalah seluruh ongkos yang ditimbulkan oleh usulan proyek serta manfaat atau benefit yang akan diperoleh.

3.4.4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak

Jika terdapat lebih dari satu usulan proyek bisnis yang dianggap layak dan terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan semua proyek tersebut, maka perlu dilakukan pemilihan proyek yang dianggap paling penting untuk direalisasikan. Sudah tentu, proyek yang diprioritaskan ini mempunyai skor tertinggi jika dibandingkan dengan usulan proyek yang lain berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentukan.

3.4.5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis

Setelah suatu usulan proyek dipilih untuk direalisasikan, perlu dibuat suatu rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri. Mulai dari menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen dan lain-lain.

3.4.6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis

Setelah semua persiapan yang harus dikerjakan selesai disiapkan, tahap pelaksanaan proyek pun dimulai. Semua tenaga pelaksana proyek, mulai dari pemimpin sampai pada tingkat yang paling bawah, harus bekerja sama dengan sebaik-baiknya sesuai dengan rencana yang telah diterapkan.


(65)

3.5. Tanaman padi 10

Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat, tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Negara produsen padi terkemuka adalah RR Tiongkok, India, dan Indonesia. Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antarnegara. Thailand merupakan pengekspor padi utama. Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia.

3.5.1. Jenis Tanaman Padi

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae

10

Simatupang, P. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Makalah

pada Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke depan. Penerbit Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor 2000.


(66)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).

3.5.2. Manfaat Tanaman Padi

Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.

3.5.3. Ciri-Ciri Umum Padi

Padi termasuk dalam s sinonim Poaceae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya


(67)

• berakar serabut,

• daun berbentuk lanset (sempit memanjang),

• urat daun sejajar,

• memiliki pelepah daun,

• bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa

• floret tersusun dalam

satu floret,

• buah dan biji sulit dibedakan karena merupaka

3.5.4. Penyebaran dan Adaptasi

Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke bagian akar.

3.5.5. Genetika dan Pemuliaan padi

Satu set tanam seksual).


(68)

Padi merupaka karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp) (Sumber: (sequenced), seperti juga dilihat di

tanaman padi yang menggunaka berlangsung sejak lama, umumnya menggunaka terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.

Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan padi potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.

Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten (provitamin A).


(69)

3.5.6. Varietas Padi

Terdapat dua spesies padi yang merupakan tanaman budidaya: Oryza sativa dan O. glaberrima. Yang disebut pertama diduga berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegununga berasal dari

O. sativa terdiri dari dua varietas: indica dan japonica sinonim sinica. Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki "bulu" (awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan seleksi dari persilangan varietas japonica dan varietas indica. Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pula

3.5.7. Reproduksi Padi

Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak.


(70)

Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman be karena 95% atau lebi

Setelah membelah diri. Zigot berkembang membent pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

3.5.8. Sistem Budidaya Padi11

Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.

• Budidaya padi

lembah Sungai

• Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.

• Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pula

• Budidaya

budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pula hanya memiliki musim hujan singkat.

Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama


(1)

6.2. Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi

Struktur organisasi yang di usulkan dalam proyek pengembangan usaha penggilingan padi adalah stuktur organisasi lini dan fungsional

6.3. Analisis Aspek Teknis dan Teknologi

Lokasi usaha UD. Kilang Padi Bersama sangat strategis, karena lokasinya dekat dengan pusat pasar dan juga dekat dengan bahan baku (padi) sehingga memudahkan distribusi hasil produk dan onggkos bahan menjadi murah. Proses produksi yang direncanakan cukup untuk menampung kapasitas yang ada. Dengan kapasitas 2-3 Ton per jam, dapat menggiling padi 200 ton padi per bulan.

Proses produksi yang diusulkan untuk pengembangan usaha penggilingan padi yaitu:

1. Pembersihan Gabah dengan mesin pembersih gabah 2. Pengeringan padi dengan alat pengering padi

3. Mengupas gabah dengan mesin Pengupas gabah

4. Pemisahan gabah dan beras dengan mesin pemisah gabah dan beras 5. Penyosohan beras dengan 3 kali proses penyosohan, menggunakan

mesin penyosoh

6. Pemisahan beras dan menir dengan mesin pemisah menir dan beras 7. Pengepakan dan Penimbangan beras

Jenis dan jumlah mesin – mesin yang di gunakan di pesan dari beberapa pemasok, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas yang di usulkan.


(2)

Kebutuhan luas lahan yang direncanakan dalam pengembangan usaha ini adalah 1.832 m2.

6.4. Analisi Aspek Ekonomi dan Finansial

Rencana pengembangan usaha penggilingan padi di Kab. Padang Lawas Utara Khususnya UD. Kilang Padi Bersama dilihat dari sisi aspek ekonomi dan financial mempunyai Kebutuhan investasi = Rp 1.675.976.845 + Rp 821.050.000 = Rp 2.497.026.845. kebutuhan dana investasi tersebut di peroleh dari Bank sebesar 65% (Rp1.600.000.000).

Dengan modal sebesar Rp. 2.497.026.845 selama umur ekonomis proyek (8 tahun) menjadi Rp 15.620.328.213 maka akan memberikan keuntungan yang berlipat dari modal yang ditanam. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi para investor.

6.5. Analisis Kriteria Investasi

Dari hasil analisis diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 2.751.165.193 Ternyata NPV positif atau NPV ≥ 0, sehingga secara ekonomis penggilingan padi layak dan menguntungkan untuk di kembangkan.

Dari hasil analisis diperoleh PBP sebesar 2,2 tahun, maka penggilingan padi dapat menutup seluruh biaya pengeluaran oleh pendapatan sekitar 2 tahun 2 bulan. Setelah 2 tahun 2 bulan penggilingan padi mendapat keuntungan. Diperoleh IRR sebesar 41,7375% (IRR ≥ MARR (2 3 %)), maka penggilingan padi menguntungkan.


(3)

Suatu proyek dikatakan layak apabila IRR yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan MARR (Minimum Attractive Rate of Return). Pada penelitian ini besarnya MARR ditetapkan berdasarkan nilai bunga bank pada daerah tersebut sebesar 23 %. Dikatakan layak jika IRR ≥ MARR yaitu 70% ≥23 % → oke. Diperoleh nilai BCR sebesar 2,639918, BCR > 1 proyek penggilingan padi layak untuk di kembangkan.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dan setelah dilakukan perhitungan analisis dari berbagai aspek studi kelayakan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Produksi padi di daerah Kab. Paluta lebih besar dari rata –rata kapasitas mesin gilangan padi yang ada, yang hanya mengandalkan penggilingan padi kecil dengan kapasitas di bawah 1 ton per jam.

2. Peluang pasar rencana pengembangan usaha UD. Kilang Padi Bersama sangat menjanjikan, terlihat dari jumlah permintaan beras lebih besar dari jumlah penawaran.

3. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp. 2.751.165.193, PBP selama 2,217919049 tahun, BEP sebesar Rp. 4.189.288.933, IRR sebesar 41,7375%, dan BCR sebesar 2,639918 dari hasil analisis tersebut investasi pengembangan usaha Kilang Padi di Kab. Padang Lawas Utara layak dan menguntungkan.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu :


(5)

1. Penelitian ini hanya membahas beberapa aspek dari studi kelayakan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang membahas semua aspek-aspek lain dari studi kelayakan untuk mendapatkan keakuratan dari penilaian suatu proyek.

2. Disarankan kepada pihak – pihak yang berkepentingan, terutama kepada lembaga perbankan kiranya dapat membantu usaha ini melalau kredit perbankan.

3. Pemerintah daerah dapat membantu kelancaran usaha ini dalam bentuk izin usaha, izin bangunan maupun kemudahan-kenudahan laiinnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta, 2003.

Safyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.

Basalamah salim, murdifin haming, sayfri syam. penilaian kelayakan rancana

penanaman modal, Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta,

1994.

Ginting Elisabeth. Ekonomi Teknik, Medan 1989.

Zubir Zalmi. Studi Kelayakan Usaha, Penerbit fakultas ekonomi Universitas Indonesi, Jakarta 2005

Helmi Syafrizal S. Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis, Departemen Manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara 2006.

Simatupang, P. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya

Mengatasinya. Makalah pada Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke depan. Penerbit Pusat Penelitian

Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor 2000.

Santosa, T. Memantapkan Swasembada Pangan dan Ketahanan Pangan di