Nikah mut’ah

3. Nikah mut’ah

Menurut pihak syiah, nikah mut‟ah itu dihalalkan oleh Rasulullah SAW, bahkan sampai beliau wafatpun status hukumnya masih tetap halal. Namun beberapa waktu kemudian akhirnya nikah mut‟ah resmi diharamkan ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah . Hal ini masyhur bukan hanya pada referensi syiah saja, tapi dari referensi sunni pun ada, sehingga hal tersebut sebenarnya harus diakui sebagai perkara khilafiyah oleh pihak sunni sendiri. Berikut ini buktinya:

Akbar Nur Hasan

Ibn Katsir menjelaskan: “ Bukhari mengatakan bahwa Umar telah melarang setiap orang untuk melakukan nikah mut‟ah”. [ Tafsir Ibn Katsir, V1, hal 233]

Imam as- Suyuthi menjelaskan: „ Umar adalah orang pertama yang telah mengharamkan nikah mut‟ah”. [Jalaluddin al-Suyuthi, Tarikh al-khulafa, hal 137]

Umar bin Khaththab, ra mengatakan: ء : .

”Ada dua bentuk mut‟ ah yang keduanya berlaku di jaman Rasulullah saw, tapi aku melarang keduannya dan menetepkan sanksi a tas (yang melaksanakan)

keduanya, yaitu haji tamattu‟ dan nikah mut‟ah.” [Tafsir al-Razi, 10,50; al- Jashshash, Ahkam al-Q ur‟an, 2,152; al-Qurthubi, Jami‟ Ahkam al-Qur‟an, 2,270; Ibnu Qayyim, Zaad al- Ma‟ad, 1,444; al-Sarakhsi al-Hanafi, al-Mabsuuth, kitab al- Haj, bab al-Q ur‟an dan ia mensahihkannya; Ibnu Qudamah, al-Mughni, 7,527; Ibnu Hazam, al-Muhalla, 7,107; al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal, 8,293- 294; al-Thahawi, Syarh Ma‟ani al-Akhbaar, 374; Sunan al-Baihaqi, 7,206]

Ali bin Abi Thalib, ra mengatakan:

”Sekiranya Umar tidak melarang nikah mut‟ah niscaya tidak seorang pun berzina melainkan orang yang celaka.” [Fakhruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib, 10,51 (III,

hal 200); al-Tabari, Tafsir, V, hal. 9; al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, II, hal 140; Kanz al-Ummal, 8, 294] Perkataan Ali ini adalah untuk menolak dakwaan terhadap orang - orang yang mengatakan bahwa dirinya telah melarang nikah mut‟ah karena beliau tidak memansuhkan ayat di dalam QS al-Nisa ayat 24.

Ibnu Abbas, ra mengatakan: )

“Tiada lain mut‟ah itu adalah rahmat, dengannya Allah merahmati umat Muhammad SAW, andai bukan karena larangan Umar maka tiada yang berzina

kecuali orang yang celaka. ” [Ibnu Atsir, Nihayah; al-Jassas, al-Ahkam al-Qur‟an,

Akbar Nur Hasan

II, hal 179; al-Zamakhshari, al- Fa‟iq, I, hal 331; al-Qurtubi, Tafsir, V, hal 130] Perkataan Ibnu Abbas ini sebagai bukti ketidakbenaran berita atas isu bahwa dirinya telah bertaubat dan mencabut fatwanya tentang halalnya nikah mut‟ah.

Jabir bin Abdullah mengatakan:

“ Kami pada masa Rasulillah SAW, pernah melakukan dua macam mut'ah, mut'ah haji dan mut'ah wanita. Dan Hammad juga berkata: „ mut'ah haji dan mut'ah wanita ‟ . Maka sewaktu pemerintahan Umar, beliau melarang keduanya dan kami

mematuhinya ” [Shahih Muslim, Jilid 8, No. 3249; Ibn Hajar, Fatih al-Bari, IX, hal 41; al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal, VIII, hal 294]

“ Diriwayatkan dari Muhammad bin Raafi, dari Abdurrazzaaq, dari Ibnu Juraij, dari Abu al- Zubair yang berkata: Berkata Jabir bin Abdullah: „Kami dulu

melakukan kawin mut'ah dengan mas kawin segenggam kurma atau tepung (makanan pokok orang Arab adalah roti) di masa Rasulullah saw dan di masa Abu Bakar sampai dilarang oleh Umar (di waktu dia menjadi khalifah) dalam peristiwa Amru bin Huraits.‟" [HR Shahih Muslim, No. 2497]

آ - ءش

“ Diriwayatkan kepada kami darii Musaddad, dari Yahya, dari Imraan Abu Bakr dari Abu Rajaa dari Imraan bin Hushain ra dia berkata: „Telah diturunkan ayat mut'ah dalam Kitabullah dan kamipun melakukannya di jaman Nabi saw, dan tidak turun satu ayatpun menghapusnya/mengharamkannya, dan tidak pula Nabi saw melarangnya hingga beliau wafat. Tapi kemudian ada satu lelaki yang

Akbar Nur Hasan

berkata sesuai kehendaknya (maksudnya Umar yang terang - terangan mengharamkan nikah mut'ah ini. ‟” [HR Shahih Bukhari, No. 4518]

jika nikah mut‟ah adalah zina , maka Jabir dan para sahabat lainnya telah berbuat zina dan menghalalkan zina . Hal ini adalah jelas pelecehan terhadap martabat para sahabat nabi. Begitupun Ibnu Juraij (w.150 H) seorang Tabi'in dan

imam masjid mekkah yang juga telah meriwayatkan banyak hadits shahih sunni seperti Bukhari, Muslim dan lain – lain, berpendapat bahwa nikah mut'ah adalah

mubah (boleh). Imam Syafi'i & ad-Dhahabi menegaskan bahwa Ibnu Juraij telah menikah mut'ah oleh sebanyak 90 orang wanita. [Tadhib al-Tahdhib, VI, hal 408]

Dan ternyata banyak kepalsuan yang dibuat terhadap nikah mut‟ah. Maka berhati – hatilah jika menerima informasi dari pihak anti syiah itu. Beberapa diantaranya:

 https://secondprince.wordpress.com/2014/12/06/kedustaan-muhammad- abdurahman-al-amiry-fatwa-imam-besar-syiah-yang-mengancam-emilia-renita/  https://secondprince.wordpress.com/2014/11/29/kedustaan-muhammad-

abdurrahman-al-amiriy-terhadap-syiah-dalam-dialog-dengan-emilia-renita/  https://secondprince.wordpress.com/2014/04/28/syiah-agama-para-

binatang-penganut-seks-kedustaan-terhadap-syiah/

Dengan adanya dalil – dalil naqli referensi sunni yang saya sebutkan diatas, bukanlah maksud saya untuk mengajak anda menghalalkan nikah mut‟ah, hanya saja saya berharap agar anda mau mengakui bahwa nikah mut‟ah adalah perkara khilafiyah , sehingga anda tidak perlu lagi mempermasalahkan dari pihak syiah yang menghalalkannya. Jika tidak, maka jelaslah anda telah ingkar sunnah .