Syahadatnya syiah

1. Syahadatnya syiah

Jika anda pernah membaca syahadatnya syiah yang kalimatnya lebih dari

3, dengan tambahan isinya melaknat kepada para sahabat dan istri nabi, maka itu adalah syahadat syiah yang dipalsukan, karena dalam syahadat syiah yang pernah ada hanya terdapat 3 kalimat saja, yakni dengan penambahan Ali sebagai wali Allah ( wa „Aliyyan waliyullah), itupun dinyatakan sebagai bid„ah menurut jumhur ulama syiahnya sendiri. Adapun kalimat syahadat yang dijadikan rujukan oleh syiah adalah sebagaimana yang telah disetujui oleh ijma‟ seluruh muslim, yakni hanya terdapat 2 kalimat diawal saja. Begitupun halnya dalam penyebutan Ali sebagai wali Allah pada kumandang adzan dan iqamat [Kitab Wasail al-Syiah Bab 19 tentang adzan dan iqamah], tapi kalaupun dibenarkan, hukum penambahan kalimat tersebut disamakan dengan hukum pendengar adzan bershalawat ketika mendengar kata Muhammad disebutkan dalam syahadat [Tahrir Al Wasilah Bab Adzan dan Iqamah], sedangkan yang benar adalah menyebut Hayya „Al -khair al- amal , karena pernah diamalkan oleh Rasulullah SAW, tapi kemudian dihilangkan penyebutannya pada adzan oleh Umar bin Khattab ketika beliau menjadi khalifah .

Walaupun dinyatakan sebagai bid‟ah, izinkanlah saya sedikit memberikan pembelaan terhadap hal tersebut, sekedar untuk mengemukakan argumentasi saja. Rasulullah SAW memang tidak pernah menyatakan 3 kalimat syahadat , tapi pernah menyatakannya bahkan lebih dari 3 kalimat seperti yang disebutkan pada hadits oleh riwayat Ubadah bin Shamit ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa mengucapkan ‟saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah

hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga dan neraka itu benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki. ” [HR Muslim, No. 149]

Akbar Nur Hasan

Oleh karena hadits tersebut, maka dapat dibenarkan menambahkan 1 atau sejumlah kalimat syahadat yang lain jika kontennya adalah benar. Seperti contohnya menambahkan bahwa al-Qur'an adalah kitabullah . Nah, begitupun dengan sebagian pihak syiah yang berpendapat bolehnya menambah 3 kalimat

syahadat , dengan tambahan “ Ali adalah Wali Allah ”, karena kontennya memang benar bahwa Ali adalah wali Allah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

“ Sesungguhnya Ali dariku dan aku dari Ali. Ali adalah wali/pemimpin setiap mukmin sesudahku ” [Musnad Abu Dawud, jilid 3, hal 111, no 829; Musnad Abu

Dawud ath-Thayalisi 1/111, no 829; Musnad Abu Ya‟la 1/293, no 355, Shahih Ibnu Hibban, 15/373, no 6929, Mu‟jam al-Kabir, ath-Thabrani, 18/128; Shahih Tirmidzi, jilid 5, hal 236, 296; Shahih Ibn Habban, jilid 1, hal 383; Mustadrak al- Hakim, Ma‟rifah Ash-Shahabah, jilid 3, hal 110,119; Sunan al-Nasai jilid 5, hal 132, no 8474; Musnad Ahmad, jilid 4, hal 437, No 19426 (No. 3062, 3063)]

Penyebutan Ali sebagai wali Allah juga ada dalam lantunan syair imam Syafi‟i:

“ Mereka berkata: „ Engkau menjadi Syiah Rafidhah. ‟ Aku berkata: „ Sekali-kali tidak! Rafidhah bukanlah agama dan keyakinanku. Akan tetapi aku berwala

(meyakini sebagai wali) tanpa ragu-ragu kepada sebaik-baik imam dan sebaik- baik pemberi petunjuk. Jika kecintaanku kepada Wali itu yang disebut rafdh (menolak) Maka sifat penolakanku itu aku tujukan kepada para hamba (yang telah menuduhku). ” [Diwan al-Imam al-Syafi‟i, 58] Perhatikan syair imam Syafi'i diatas, syair tersebut ditunjukkan khusus kepada Ali bin abi Thalib. Beliau tidak hanya menyatakan sikapnya untuk berwala atau meyakini Ali bin abi Thalib sebagai wali saja, akan tetapi lebih jauh lagi, beliau lebih mengutamakan Ali dibandingkan siapapun juga dengan menyatakan bahwa Ali adalah sebaik - baiknya imam dan sebaik – baiknya pula pemberi petunjuk kepada kebenaran. Selain itu, lantunan syair diatas juga secara tidak langsung telah membantah tuduhan dusta dari pihak anti syiah yang menggenerelisir bahwa

Akbar Nur Hasan

imam Syafi‟i telah memvonis semua syiah adalah sesat, sekalipun syiah yang hanya sekedar mengutamakan Ali bin Abi Thalib diatas para sahabat nabi lainnya.

Ibnu Hajar berbeda sendiri dengan para ulama lainnya dalam mengartikan istilah rafidhah . Jika para ulama lainnya mengartikan rafidhah sebagai aliran syiah yang melaknat para sahabat nabi, maka ibnu Hajar yang dalam kitabnya Hady as-Sari Muqaddimah Fathil Bari , 1/460 mengartikan bahwa rafidhah artinya orang –

orang yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib diatas para sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tentu saja hal tersebut bergesekan dengan pandangan imam

syafi‟i pada lantunan syairnya diatas yang lebih mengutamakan Ali bin abi Thalib. Buk an hanya imam Syafi‟i saja, karena Ibn 'Abd Al-Barr, seorang ulama hadits Sunni ketika membahas biografi Ali bin Abi Thalib didalam kitabnya , ia berkata:

“ Diriwayatkan dari Salman, Abu Dzar, Miqdad, Khabbab, Jabir, Abu Sa'id Al Khudri dan Zaid bin Al-Arqam bahwa 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu adalah orang yang pertama masuk Islam dan mereka mengutamakan 'Ali

dibanding (sahabat) yang lain. ” [Ibn 'Abd al-Barr, al-Isti'ab fi Ma'rifah al- Shahabah, tahqiq: Muhammad 'Ali al-Bajawi, hal 1090, No 1855]

Selain itu, ketika Ibn 'Abd Al-Barr membahas biografi sahabat pada no. 3054 yang bernama Amir bin Watsilah dengan kuniyah Abu Thufail, ia berkata pada hal 1697 bahwa Abu Thufail seorang yang bertasyayyu (mengutamakan Ali di atas syaikhain : Abu Bakar dan Umar). Maka jika anda lebih memilih pengertian istilah rafidhah versi ibnu Hajar tersebut, artinya andapun harus mau menganggap bahwa imam Syafi‟i, juga sejumlah sahabat seperti Salman, Abu Dzar, Miqdad,

Khabbab, Jabir, Abu Sa'id Al-Khudri, Zaid bin Al-Arqam, dan Abu Thufail adalah seorang rafidhah , berani?! Maka artinya ada juga golongan sunni rafidhah !

Jadi jika anda masih tetap bersikukuh bahwa menambahkan lebih dari 2 kalimat syahadat adalah salah, sedangkan saya mempunyai dalil yang kuat dalam hal tersebut, maka adakah anda mempunyai bantahan dari dalil larangannya?

Akbar Nur Hasan