EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT
A. EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT
1. Bahwa Penggugat dalam posita gugatan halaman 13 butir 15 menyebutkan :
“ ..... Namun demikian Tergugat II juga tidak mau melakukan proses perpanjangan SHGB No.66/Cilincing atas nama Penggugat apabila tidak ada surat rekomendasi Perpanjangan dari Tergugat I, sehingga Tergugat II juga melakukan Perbuatan Melawan Hukum yang merugikan Penggugat; Dengan demikian Tergugat II harus dihukum untuk memproses/mengeluarkan perpanjangan SGHB No.66/Cilincing atas nama Penggugat sekalipun tidak ada surat rekomendasi perpanjangan dari Tergugat I”;
Mahkamah Agung Republik Indonesia
2. Selanjutnya Penggugat dalam petitum gugatan halaman 17 butir 6
menyebutkan : “Menghukum Tergugat II memberikan perpanjangan SHGB No.66/ Cilincing atas nama Penggugat untuk jangka waktu selama 20 tahun terhitung sejak tanggal 7 Pebruari 2013 sampai dengan tanggal 7 Pebruari 2033 dengan tidak memerlukan adanya Surat Rekomendasi dari Tergugat I”;
3. Bahwa dari uraian posita halam 13 butir 15 dan petitum gugatan halaman
17 butir 6 jelas bahwa Penggugat merasa dirugikan atas tindakan Tergugat II yang tidak mau melakukan proses perpanjangan SHGB
No.66/Cilincing atas nama Penggugat
4. Dalil Penggugat sebagaimana diuraikan diatas termasuk dalam objek sengketa Tata Usaha Negara dengan alasan sebagai berikut :
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 20
Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam
bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
b. Pasal 3 ayat (1) UU TUN menyebutkan ; “Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara”;
c. Pasal 53 ayat (1) UU TUN menyebutkan : “Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi”
d. Berdasarkan uraian pasal 1 butir 4, pasal 3 ayat (1) dan pasal 53 ayat (1) UU TUN jelas bahwa dalil Penggugat yang merasa dirugikan atas tindakan Tergugat II yang tidak mau melakukan proses perpanjangan SHGB No.66/Cilincing atas nama Penggugat termasuk dalam objek sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 3 ayat (1) UU TUN. Dengan demikian secara yuridis kualifikasi perkara ini bukanlah perkara perdata, melainkan perkara Tata Usaha Negara. Oleh karena itu cukup beralasan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, karena secara absolut Pengadilan negeri Jakarta Utara tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa
Mahkamah Agung Republik Indonesia dan mengadili perkara ini.
Hal 21 dari 34 hal. - Putusan No.08/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Ut .
Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 21
Mahkamah Agung Republik Indonesia