Latar Belakang

1. Latar Belakang

I dari wilayah Indonesia adalah laut, implikasinya, hanya ada tiga perbatasan

ndonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulaunya yang mencapai 17.499 pulau dan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta

km 2 , serta panjang garis pantai yang mencapai 81.900 km 2 . Dua pertiga

darat dan sisanya adalah perbatasan laut. Perbatasan laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara diantaranya: Malaysia, Singapura, Filipina, India, Thailand, Vietnam, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Sedangkan, untuk wilayah darat, Indonesia berbatasan langsung dengan tiga negara, yakni: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste dengan panjang garis perbatasan darat secara keseluruhan adalah 2914,1 km.

Luasnya wilayah perbatasan laut dan darat Indonesia tentunya membutuhkan dukungan sistem manajemen perbatasan yang terorganisir dan profesional, baik itu ditingkat pusat maupun daerah. Akan tetapi minimnya infrastruktur di kawasan perbatasan telah menunjukkan bahwa pemerintah tidak memiliki sebuah sistem manajemen perbatasan yang baik. Selama beberapa puluh tahun kebelakang masalah perbatasan masih belum mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pengaturan tentang pengembangan wilayah perbatasan di Kabupaten/Kota secara hukum berada dibawah tanggung jawab pemerintah daerah tersebut. Kewenangan pemerintah pusat hanya ada pada pintu-pintu perbatasan (border gate) yang meliputi aspek kepabeanan, keimigrasian, karantina, keamanan dan pertahanan (CIQS). Meskipun demikian, pemerintah daerah masih menghadapi beberapa hambatan dalam mengembangkan aspek sosial-ekonomi kawasan perbatasan. Beberapa hambatan tersebut diantaranya, masih adanya paradigma pembangunan wilayah yang terpusat, sehingga kawasan perbatasan hanya dianggap sebagai “halaman belakang”. Dari berbagai kebijakan pemerintah Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pengaturan tentang pengembangan wilayah perbatasan di Kabupaten/Kota secara hukum berada dibawah tanggung jawab pemerintah daerah tersebut. Kewenangan pemerintah pusat hanya ada pada pintu-pintu perbatasan (border gate) yang meliputi aspek kepabeanan, keimigrasian, karantina, keamanan dan pertahanan (CIQS). Meskipun demikian, pemerintah daerah masih menghadapi beberapa hambatan dalam mengembangkan aspek sosial-ekonomi kawasan perbatasan. Beberapa hambatan tersebut diantaranya, masih adanya paradigma pembangunan wilayah yang terpusat, sehingga kawasan perbatasan hanya dianggap sebagai “halaman belakang”. Dari berbagai kebijakan pemerintah

wilayah perbatasan dari aspek ekonomi, kesempatan dilakukan secara terpadu dengan mengintegrasikan

untuk mendapat pendidikan gratis dan lainnya juga seluruh sektor terkait. Sampai saat ini, permasalahan

menjadi penyebab maraknya warga negara Indonesia beberapa kawasan perbatasan masih ditangani secara

yang berada di wilayah perbatasan mempunyai

ad hoc, sementara (temporer) dan parsial serta lebih

identitas ganda.

didominasi oleh pendekatan keamanan (security) melalui beberapa kepanitiaan (committee), sehingga

BAB II

belum memberikan hasil yang optimal. Pengelolaan

KONDISI EKSISTING WILAYAH

perbatasan negara secara terpadu sangat mendesak

PERBATASAN

untuk dilakukan, karena tidak hanya menyangkut

1. Kawasan Perbatasan Sebagai Daerah Tertinggal kesejahteraan masyarakat, tapi juga terkait dengan

Beberapa daerah di wilayah perbatasan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

antar negara banyak yang masuk dalam kategori Secara historis, hubungan Indonesia dengan

daerah tertinggal. Ketertinggalan ini terjadi beberapa negara tetangga pernah dilanda konflik, serta

karena kurangnya perhatian pemerintah, dimana seringkali terjadinya pemberontakan-pemberontakan

kebijakan pembangunan selama ini lebih mengarah di dalam negeri. Konsekuensinya, persepsi penanganan

kepada kawasan yang padat penduduk dan kawasan perbatasan lebih didominasi pandangan

mudah dijangkau. Sementara kawasan perbatasan untuk mengamankan perbatasan dari potensi ancaman

cenderung difungsikan hanya sebagai sabuk dari luar (external threat) dan cenderung memposisikan

keamanan (security belt).

kawasan perbatasan sebagai sabuk keamanan (security

2. Kendala Geografis

belt). Kehidupan masyarakat di kawasan perbatasan Secara geografis kawasan perbatasan dengan kondisi infrastruktur yang belum memadai dan

merupakan daerah yang sangat luas. Di Kalimantan kurang memiliki aksesibilitas yang baik, pada umumnya

Barat saja panjang garis perbatasan sekitar 966 Km. sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi di

Apabila diasumsikan lebar perbatasan sejauh 20 Km negara tetangga. Kawasan perbatasan di Kalimantan

dari titik batas, maka luas kawasan perbatasan di dan Sulawesi Utara misalnya, kehidupan sosial ekonomi

Kalimantan Barat sekitar 19.320 Km 2 atau sekitar 1,9 masyarakat pada umumnya berkiblat ke wilayah negara

juta Ha. Tentu saja dengan luas yang demikian cukup tetangga yang infrastrukturnya lebih baik.

menyulitkan dalam penanganan terutama ditinjau Pengaruh sosial ekonomi yang lebih kuat dari

dari aspek rentang kendali pelayanan, kebutuhan wilayah negara tetangga berpotensi mengundang

dana, dan kebutuhan aparatur. Keadaan ini semakin kerawanan di bidang politik. Potensi sumberdaya alam

diperparah lagi oleh kondisi infrastruktur jalan yang yang berada di kawasan perbatasan, baik di wilayah

vertikal dan relatif sangat terbatas baik kuantitas darat maupun laut cukup besar, namun sejauh ini upaya

maupun kualitasnya. Akibatnya sebagian besar pengelolaannya belum dilakukan secara optimal.

kawasan perbatasan merupakan daerah yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan.

3. Inkonsistensi Antara Perencanaan dengan Rawannya daerah perbatasan telah banyak memicu

2. Permasalahan

Pelaksanaan

potensi sumber daya ekonomi yang belum dikelola Selama ini kawasan perbatasan belum secara optimal, sehingga banyak menimbulkan

mendapat perhatian dari pemerintah. Meskipun penyelundupan, pemasaran hasil produksi keluar

RPJMN 2010-2014 telah mengamanatkan arah ke Negara tetangga Kemudahan-kemudahan yang

kebijakan pengembangan kawasan perbatasan, diberikan oleh negara di luar Indonesia yang berada di

yaitu “menjadikan kawasan perbatasan sebagai perbatasan tersebut dengan memberikan kemudahan-

beranda depan NKRI, dengan tujuan untuk beranda depan NKRI, dengan tujuan untuk

seksama dan sungguh-sungguh. Luasnya wilayah

masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelolaan

yang harus ditangani serta minimnya prasarana

potensi kawasan perbatasan, dan memantapkan

dan sarana telah menyebabkan aktivitas aparat ketertiban dan keamanan kawasan perbatasan”.

keamanan dan kepolisian sejauh ini belum dapat Namun, Dalam hal ini jelas sekali terlihat adanya

dilakukan secara optimal.

inkonsistensi antara arah pembangunan yang

7. Pemanfaatan Sumberdaya Alam Belum Optimal tertuang dalam dokumen perencanaan dengan

Potensi sumberdaya alam yang berada di kenyataan yang terjadi pada saat pelaksanaan

kawasan perbatasan cukup besar namun sejauh program pembangunan.

ini upaya pengelolaannya belum dilakukan secara

4. Kemiskinan optimal. Potensi sumberdaya alam sementara ini Kemiskinan menjadi topik yang menarik dibahas

yang terdeteksi adalah:

ketika diskusi tentang kawasan perbatasan karena − Tambang: misalnya emas (tanah aluvial-sungai) penduduk miskin merupakan sesuatu yang mudah

tersebar hampir di seluruh aliran sungai di dijumpai ketika berkunjung ke kawasan ini.

sepanjang kawasan perbatasan. taskannya.

− Hutan: potensinya cukup besar dan dapat

5. Keterbatasan Infrastruktur diusahakan seluas 80.000 Ha. Selain itu, di Di kawasan perbatasan terdapat jenis prasarana

kawasan ini terdapat hutan lindung berupa transportasi laut, sungai dan darat. Misalnya fasilitas

Taman Nasional yang berpotensi dikembangkan transportasi laut menghubungkan Paloh (Kabupaten

sebagai obyek wisata alam. Sambas) dengan Lundu (Serawak), sedang fasilitas

− Perkebunan berupa: coklat, lada, karet, kelapa sungai masih ada namun sudah tidak populer

sawit dan lain-lain yang sebagian besar hasilnya lagi. Jaringan jalan darat di kawasan perbatasan

dijual ke Serawak.

Kalimantan Barat berbentuk vertikal sehingga − Potensi perikanan air tawar cukup besar dan pelayanannya kurang efektif. Panjang jalan darat

memiliki spesies ikan yang relatif lengkap dan sekitar 520 km dengan rincian: 200 km jalan tanah,

hanya terdapat di beberapa negara di dunia.

30 km jalan batu, 290 km jalan aspal. Sedangkan, Kegiatan ini bahkan sebagian besar bersifat menurut fungsinya terdapat 63% jalan kabupaten,

illegal yang cukup sulit ditangani karena 31% jalan propinsi, dan 6% jalan nasional.

keterbatasan sumberdaya aparatur dan infrastruktur Pada saat ini di kawasan perbatasan Serawak

untuk pengawasan.

telah tersedia pembangkit listrik tenaga air, seperti

8. Hubungan dengan Penduduk Negara Tetangga dari bendungan Batang Ai di Lubuk Antu dengan

Kegiatan lintas batas tradisional tersebut mulai kapasitas 108 MW dan bendungan Bakun yang

dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu dari sedang dibangun dengan kapasitas 2.400 MW.

kedua negara untuk melakukan kegiatan ilegal, yaitu Kondisi tersebut ternyata terjadi pula pada

berupa transaksi dagang yang melebihi ketentuan fasilitas air bersih yang hanya mampu melayani

atau bahkan berupa penyelundupan.

50 persen penduduk di kawasan perbatasan Kegiatan ilegal ini khususnya dilakukan untuk Kalimantan Barat. Sedangkan, penduduk kawasan

jenis komoditi yang memiliki selisih harga relatif perbatasan di Serawak 100 persen telah terpenuhi

tinggi diantara kedua negara. Ironisnya, pelaku fasilitas air bersih.

kegiatan ilegal ini sebagian besar justru penduduk

6. Lemahnya Penegakan Hukum yang barasal dari luar perbatasan. Kalaupun ada Akibat penegakan hukum yang masih lemah,

penduduk asli perbatasan terlibat umumnya maka berbagai bentuk pelanggaran hukum

karena kepolosan dan ketidaktahuan, dan mereka sering terjadi di kawasan perbatasan. Masalah

memperoleh peran serta bagian keuntungan yang ini memerlukan penanganan dan antisipasi yang

kecil.

BAB III

3. Aspek Sosial Budaya

KONDISI WILAYAH PERBATASAN

Pengaruh budaya asing tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kebudayaan, dan dapat

merusak ketahanan nasional, karena mempercepat Negara kepulauan Indonesia berbatasan langsung

A. Kondisi Umum Perbatasan

dekulturisasi yang bertentangan dengan nilai-nilai dengan 10 (sepuluh negara). Di darat, Indonesia

yang terkandung dalam Pancasila. Pada aspek sosial berbatasan dengan tiga negara, yaitu: (1) Malaysia; (2)

budaya yang lain, masyarakat yang tinggal di sekitar Papua New Guinea; dan (3) Timor Leste. Sedangkan di

wilayah perbatasan belum mengenyam pendidikan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara,

karena tiadanya sekolah dan belum tersedianya yaitu: (1) India, (2) Malaysia, (3) Singapura, (4) Thailand,

sarana kesehatan dan terbatasnya sarana dan (5) Vietnam, (6) Filipina, (7) Republik Palau, (8) Australia,

prasarana transportasi serta komunikasi. Situasi (9) Timor Leste dan (10) Papua Nugini. Perbatasan

yang demikian dapat menghambat terwujudnya laut ditandai oleh keberadaan 92 pulau-pulau terluar

Stabilitas Nasional dan Pertahanan Keamanan yang menjadi lokasi penempatan titik dasar yang

Negara.

menentukan penentuan garis batas laut wilayah.

4. Aspek Pertahanan Keamanan

Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia Kawasan perbatasan merupakan wilayah masih merupakan daerah tertinggal dengan sarana

pembinaan yang luas dengan pola penyebaran dan prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat

penduduk yang tidak merata, sehingga terbatas. Kondisi umum kawasan perbatasan dapat

menyebabkan rentang kendali pemerintahan sulit dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

dilaksanakan, serta pengawasan dan pembinaan

1. Aspek teritorial sulit dilaksanakan dengan mantap dan Kurangnya akses pemerintah, baik pusat

efisien.

maupun daerah ke kawasan perbatasan dapat

5. Aspek Politis

menyebabkan masuknya pemahaman ideologi Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di lain. Oleh karena itu, perlu adanya suatu metoda

kawasan perbatasan umumnya dipengaruhi oleh pembinaan ideologi Pancasila yang terus-menerus,

kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga. tetapi tidak bersifat indoktrinasi dan yang paling

Kondisi tersebut berpotensi untuk mengundang penting adanya keteladanan dari para pemimpin

kerawanan di bidang politik, karena meskipun bangsa.

orientasi masyarakat masih terbatas pada bidang

2. Aspek Sosial Ekonomi ekonomi dan sosial, namun dimungkinkan adanya Merupakan daerah yang kurang berkembang

kecenderungan untuk bergeser ke soal politik, (terbelakang)

terutama apabila kehidupan ekonomi masyarakat yang disebabkan antara lain oleh:

daerah perbatasan mempunyai ketergantungan

a. Lokasinya yang relatif terisolir/terpencil dengan kepada perekonomian negara tetangga, maka hal tingkat aksesibilitas yang rendah,

inipun, selain dapat menimbulkan kerawanan di

b. Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan masyarakat,

martabat bangsa.

c. Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial